Optimasi STL
Optimasi STL
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dari operasi sistem tenaga listrik adalah menyediakan tenaga listrik yang seekonomis mungkin dengan memperhatikan
Batasan Masalah
1. 2. 3. Pembahasan dilakukan pada pembangkit tenaga listrik termal dan rugirugi transmisi daya diabaikan. Sistem dianggap handal dan kapasitas pembangkit lebih besar dari beban sistem. Periode penjadwalan adalah periode jangka pendek, tiap periode dibagi atas beberapa interval (selang waktu) yang sama panjang, yaitu 1 jam.
4.
5.
6.
Metode Daftar Prioritas : Unit yang dioperasikan pertama adalah unit yang memiliki biaya produksi terendah sampai beban penuh Pemrograman Dinamik : Minimasi biaya dilakukan secara bertahap Relaksasi Lagrange : Diformulasikan sbb : Minimumkan :
Dengan batasan :
0 PR -
Dimana : FT adalah biaya total untuk mensuplai beban, Pi adalah daya yang dibangkitkan oleh unit i, PR adalah beban listrik yang diterima, adalah pengali lagrange, N adalah banyak unit yang dioperasikan.
i1
Pi
dFn dPn
Pemrograman dinamik:
Memecah masalah besar menjadi beberapa submasalah sehingga lebih mudah diselesaikan.
Digunakan PD
5
F2 F1
F0
Keluaran, P (MW)
P1
Gambar 2.2 Kurva masukan-keluaran
P2
Bentuk fungsi :
F = f (p) 6
RUMUSAN MASALAH :
1.
Kurva masukankeluaran pembangkit termal : F = ao + a1 P + a2 P2 Formulasi optimalisasi biaya pembebanan : (3.2).
FN ( x) Min g N (Y ) FN -1 ( x - y)
untuk N = 2,3,4,..,N. dengan batasan : (X-Y) XN-1 YN = { Y | Y = 0 atau aN Y bN } XN = { X | X = 0 atau cN-1 X dN-1 } Y YN
(3.3)
bi
= biaya minimum N unit pembangkit, biaya/jam untuk membangkitkan x MW. = biaya unit pembangkit ke-N, biaya/jam untuk membangkitkan y MW.
YN 1 (X-Y) = biaya minimum (n-1) unit pembangkit, biaya/jam untuk pembangkitan (x-y) MW. aN = output minimum unit ke-N
bN
2.
Sebagai unit ke-1 dipilih unit pembangkit dengan keluaran minimum yang terkecil. Untuk nomor-nomor berikutnya, urutan didasarkan atas besar output maksimum unit pembangkit dengan output maksium terkecil sampai unit dengan output maksimum terbesar.
FN ( x) Min g N (Y ) FN -1 ( x - y)
Tentukan dahulu step kenaikan harga X dan Y yang sama, misalkan step kenaikan tersebut adalah . Apabila terdapat 2 unit termis dalam sistem, maka biaya bahan bakar minimum dapat diperoleh dengan : F2 (X) = min [g2 (Y) + F1 (X Y)] Dengan batasan-batasan sebagai berikut : x = 0 atau a1 x (b1 + b2) y = 0 atau a2 y b2 Maka dengan cara demikian biaya minimum dapat dihitung, yaitu : F2(0), F2(a1), F2(a1 + ), F2(a1 + 2), F2(a1 +3), .... , F2(b1+ b2)
8
3. Kemudian dengan cara yang sama dihitung harga-harga F3(x), F4(x), ,FN(x). Untuk harga-harga x yang terletak dalam batas batas yang diijinkan. 4. Biaya minimum untuk N unit pembangkit.
Data Pengamatan Pembangkit tenaga listrik terdiri dari : 9 unit generator diesel, Pmin = 0 MW dan Pmaks = 19 MW, Bahan bakar MFO dengan harga Rp 1280 per liter. 1 unit WHR, Pmin = 1,2 MW dan Pmaks = 11,87 MW, memanfaatkan panas buang diesel. 1 unit turbin gas, Pmin = 0 MW dan Pmaks = 42 MW, liquid natural gas (LNG), harga US$ 3/mscf, dengan US$ 1 = Rp 10.000.
a.
Pembangkit listrik tenaga diesel 1 (PLTD-1) F(Liter/jam)= 1777,117 54,365 P + 4,205 P2 Dari tabel nilai kritis f pada tingkat kepercayaan 95 %.
(4.1)
b.
c.
fhitung(=119,981) > ftabel; 0,05(2,4)(=6,940) , persamaan (4.1) dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95%. Pembangkit listrik tenaga diesel 2 (PLTD-2) F(Liter/jam) = 1974,015 + 68,564 P + 1,517 P2 (4.2) fhitung(=24,764) > ftabel; 0,05(2,2) (= 19,00) : Pers. (4.2) dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95 % Pembangkit listrik tenaga diesel 3 (PLTD-3)
d.
F(Liter/jam) = 1898,167 + 66,311 P + 2,977 P2 fhitung (=77,370) > ftabel; 0,05(2,4) (= 6,940) Pembangkit listrik tenaga diesel 4 (PLTD-4) F(Liter/jam) = 1775,453 + 63,644 P + 3,457 P2 fhitung(=86,504) > ftabel; 0,05(2,4) = 6,940
(4.3)
(4.4)
10
e. f. g. h. i. j.
Pembangkit listrik tenaga diesel 5 (PLTD-5) F(Liter/jam) = 1946,013 + 37,761 P + 4,283 P2 Dari tabel nilai kritis f, fhitung(=57,414) > f0,05(2,4) (= 6,940) Pembangkit tenaga listrik diesel 6 (PLTD-6) F(Liter/jam) = 1843,229 82,184 P + 1,783 P2 Dari tabel nilai kritis f, fhitung(=90,925) > ftabel; 0,05(2,4)( = 6,940) Pembangkit listrik tenaga diesel 7 (PLTD-7) F(Liter/jam) = 1887,441 + 19,314 P + 6,250 P2 Dari tabel nilai kritis f; fhitung(=172,414) > f0,05(2,4) (= 6,940) Pembangkit listrik tenaga diesel 8 (PLTD-8) F(Liter/jam) = 1792,084 + 79,379 P 2,70 P2 Dari tabel nilai kritis f, fhitung(= 95,957 ) > f 0,05(2,4) = 6,940. Pembangkit listrik tenaga diesel 9 (PLTD-9) F(Liter/jam) = 1893,827 28,922 P + 5,743 P2 Dari tabel nilai kritis, fhitung(=324,455 ) > f0,05(2,3) = 9,55. Pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) F(Mscf/jam) = 95,9429 + 2,8932 P + 0.1166 P2 Dari tabel nilai kritis f, fhitung(= ) > f 0,05(2,8) = 4,460.
k.
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Panas gas buang PLTD digunakan memanaskan air dalam boiler. Berdasarkan hukum kekekalan energi, dapat dibuat hubungan energi yang masuk ke sistem dengan energi keluar dari sistem sebagai berikut: Emasuk = Ekeluar + Erugi-rugi dengan : Emasuk = energi total bahan bakar diesel Ekeluar = energi yang dikonversi menjadi daya diesel dan energi lainnya Ekeluar = Ed + Et Ed = energi yang dikonversi generator diesel Et = energi yang dikonversi generator turbin uap atau WHR Erugi-rugi = rugi-rugi pada konversi : rugi mekanik, rugi panas dan elektrik.
11
Maka:
Emasuk
[ (Emasuk Erugi-rugi ) = Ed + Et ]/ t,
maka dihasilkan: P adalah daya, dan t adalah waktu. Misalkan : (Pmasuk Prugi-rugi) = y Pd ; Maka : y Pd = Pd + Pt maka y Pd Pd = Pt Pt = (y 1)Pd Daya optimal WHR maka dari data beban harian dicari : jumlah bahan bakar yang digunakan minimum tetapi PoutPLTD dan Pout WHR maksimum . Diperoleh pada data tanggal 24 juni jam ke 22, bahan bakar 12184 liter/jam, Pd = 66 MWH dan Pout WHR = Pt = 9 MWH. Pt = (y 1)Pd 9 MWH = (y 1) 66 MWH maka : (y 1) = 0, 136 y = 1,136 (4.11)
12
Diesel 4 : h1(Rp/jam) = 2272580,288 + 81464,198 P + 4424,655 P2 Diesel 2 : h2(Rp/jam) = 2526739,794 + 87762,003 P + 1928,483 P2 Diesel 1 : h3(Rp/jam) = 2274710,204 + 69587,011 P + 5381,95 P2
(4.26)
(4.27) (4.28) (4.29)
(4.30)
(4.31) (4.32)
13
Langkah-langkah perhitungan optimasi penjadwalan, Sesuai pembahasan (3.4), adalah sebagai berikut:
1. 2.
Bila beban X = 19 MW dan step kenaikan adalah 1 MW Bila 2 unit beroperasi. Maka biaya bahan bakar minimum diperoleh : H2(X) = min{h2(Y) + H1(X-Y)} Dengan batasan : 0 MW X 38 MW 0 Y 19 Maka : g N ( Y ) HN - 1 ( x - y )
HN ( x ) Min
H2(19) min {[2526739,794 5417700,482], [2616430,280 5172524,051], [2709977,732 4936196,931], [2807382,150 4708719,120], [2908643,535 4490090,619], [3013761,885 4280311,428], [3122737,202 4079381,547], [3235569,485 3887300,976], [3352258,733 3704069,714], [3472804,948 3529687,763], [3597208,130 3364155,121], [3725468,277 3207471,789], [3857585,390 3059637,767], [3993559,470 2920653,055], [4133390,515 2790517,653], [4277078,527 2669231,560], [4424623,505 2556794,777], [4576025,449 2453207,304], [731284,359 2358469,141], [4890400,236 2272580,288]}
14
H2(19) min {[7944440,275],[7788954,331], [7646174,663], [7516101,270], [7398734,154], [7294073,313], [7202118,749], [7122870,460], [7056328,448] , [7002492,711], [6961363,251], [6932940,066], [6917223,157], [6914212,525], [6923908,168], [6946310,087], [6981418,282], [7029232,754], [7089753,501], [7162980,524]} H2(19) 6.914.212, 525
Konfigurasi pembebanan adalah 6 MW oleh diesel 4 (h1) dan 13 MW oleh diesel 2 (h2).
Dengan cara yang sama, dihitung H2(18), H2(17), H2(16), , H2(0).
15
4.
Bila 3 unit yang beroperasi maka biaya bahan bakar dihitung sebagai berikut : H3(X) = min{h3(Y) + H2(X-Y)} Dengan batasan : 0 MW X 57 MW 0 MW Y 19 MW Maka :
H3(19) = min{[h3( 0) + H2(19)], [h3(1) + H2(18)], [h3(2) + H2(17)], [h3(3) + H2(16)], [h3(4) + H2(15)], [h3(5) + H2(14)], [h3(6) + H2(13)], [h3(7) + H2(12)], [h3(8) + H2(11)], [h3(9) + H2(10)], [h3(10) + H2(9)], [h3(11) + H2(8)], [h3(12) + H2(7)], [h3(13) + H2(6)], [h3(14) + H2(5)], [h3(15) + H2(4)], [h3(16) + H2(3)], [h3(17) + H2(2)], [h3(18) + H2(1)], [h3(0) + H2(19)]}
H3(19) = 9.020.516,615 Konfigurasi pembebanan h3 = 5 MW dan H2 = 14 MW, h3 adalah PLTD 1 dan H2 adalah konfigurasi dari h1 dan h2 yang diperoleh dari langkah 3, dengan konfigurasi h2 = 9 MW dan h1 = 5 MW. Kemudian dihitung harga-harga H3(18), H3(17), H3(16), , H3(0).
5.
Dengan cara yang sama dengan langkah 3 dan 4, dihitung harga-harga H4(X), H5(X), H6(X), H7(X), H8(X), H8(X), H9(X), H10(X) dan konfigurasi pembebanan unit pembangkit yang beroperasi.
6.
Kemudian dicari nilai minimum dari harga-harga H1(X), H2(X), H3(X), , H10(X). Unit yang beroperasi adalah unit yang menggunakan biaya bahan bakar minimum, H minimum, seperti langkah 3. 16
akan diperoleh biaya bahan bakar minimum tiap nilai X dan konfigurasi pembebanannya.
17
Penentuan Jadwal Kerja Rencana kerja ditentukan berdasarkan ramalan beban. Berikut diberikan contoh konfigurasi pembebanan bila beban seperti 27 juni 2002 :
Besar beban pada periode pertama adalah 99,8 MWH, sesuaikan beban dengan
hasil PG hasil PD, maka konfigurasi pembebanan seperti berikut ini : PLTD-4 dibebani 19 MWH, PLTD-2 dibebani 19 MWH, PLTD-1 dibebani 17 MWH, PLTD-5 dibebani 19 MWH, PLTD-7 dibebani 14 MWH, WHR dibebani 11,87 MWH, dan unit lain sebagai cadangan berputar. Biaya operasinya adalah Rp 25.039.689,098.
18
20
TERIMA KASIH
21