Anda di halaman 1dari 21

OPTIMASI OPERASI PEMBANGKIT DENGAN METODE PEMROGRAMAN DINAMIK

Oleh : Sanggam Siringoringo 0498030741


SKRIPSI

JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 2003

PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dari operasi sistem tenaga listrik adalah menyediakan tenaga listrik yang seekonomis mungkin dengan memperhatikan

mutu dan keandalan.


Biaya Bahan bakar tinggi, kira-kira 60 %. Optimalisasi biaya sebesar 1% saja untuk sistem yang berskala besar seperti sistem tenaga listrik se Jawa dan Bali akan dapat menghasilkan penghematan dalam orde milyar rupiah pertahun. Tujuan Penulisan Menentukan operasi optimum suatu pembangkit tenaga listrik, mengoptimalkan penjadwalan pembangkit dalam melayani beban.
2

Batasan Masalah
1. 2. 3. Pembahasan dilakukan pada pembangkit tenaga listrik termal dan rugirugi transmisi daya diabaikan. Sistem dianggap handal dan kapasitas pembangkit lebih besar dari beban sistem. Periode penjadwalan adalah periode jangka pendek, tiap periode dibagi atas beberapa interval (selang waktu) yang sama panjang, yaitu 1 jam.

4.
5.

Besar beban pada suatu periode dianggap diketahui dengan pasti.


Hanya biaya yang langsung dipengaruhi oleh keluaran daya unit pembangkit, biaya bahan bakar, yang diperhitungkan. Biaya menjalankan (start up) dan menghentikan (shut down) unit-unit pembangkit tidak dimasukkan dalam perhitungan. Karakteristik masukan-keluaran unit pembangkit didekati dengan fungsi polinomial berderajat dua.

6.

BAB II : OPTIMASI DAN KARAKTERISTIK UNIT PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK


Metode optimasi operasi pembangkit adalah :

Metode Daftar Prioritas : Unit yang dioperasikan pertama adalah unit yang memiliki biaya produksi terendah sampai beban penuh Pemrograman Dinamik : Minimasi biaya dilakukan secara bertahap Relaksasi Lagrange : Diformulasikan sbb : Minimumkan :

Dengan batasan :

0 PR -

Dimana : FT adalah biaya total untuk mensuplai beban, Pi adalah daya yang dibangkitkan oleh unit i, PR adalah beban listrik yang diterima, adalah pengali lagrange, N adalah banyak unit yang dioperasikan.

i1

Pi

Sehingga akan dipenuhi :

dFn dPn

= biaya tambahan (incremental cost) dari unit n.


4

Beda tiap Metode: Metode daftar prioritas:


Unit dioperasikan pada beban penuh menyebabkan umur pembangkit lebih pendek

Pemrograman dinamik:
Memecah masalah besar menjadi beberapa submasalah sehingga lebih mudah diselesaikan.

Metode relaksasi lagrange :


Mencari harga memakan waktu yang lama dan tergantung dari pemilihan nilai awal .

Digunakan PD
5

A. Karakteristik Masukan Keluaran


Masukan pembangkit termal adalah bahan bakar, kalori/jam atau BTU/jam. Keluarnya adalah besar daya yang dibangkitkan, Megawatt (MW). Hubungan masukan keluaran :
Masukan, F (BTU / JAM) F

F2 F1

F0
Keluaran, P (MW)

P1
Gambar 2.2 Kurva masukan-keluaran

P2

Bentuk fungsi :

F = f (p) 6

RUMUSAN MASALAH :
1.
Kurva masukankeluaran pembangkit termal : F = ao + a1 P + a2 P2 Formulasi optimalisasi biaya pembebanan : (3.2).

FN ( x) Min g N (Y ) FN -1 ( x - y)
untuk N = 2,3,4,..,N. dengan batasan : (X-Y) XN-1 YN = { Y | Y = 0 atau aN Y bN } XN = { X | X = 0 atau cN-1 X dN-1 } Y YN

(3.3)

(3.4) (3.5) (3.6) (3.7)

cN -1 Min a1, a2 , a3 ,......., aN -1


d N -1
N -1 i 1

bi

dimana : FN(x) gN(y)

= biaya minimum N unit pembangkit, biaya/jam untuk membangkitkan x MW. = biaya unit pembangkit ke-N, biaya/jam untuk membangkitkan y MW.

YN 1 (X-Y) = biaya minimum (n-1) unit pembangkit, biaya/jam untuk pembangkitan (x-y) MW. aN = output minimum unit ke-N

bN

= output maksimum unit ke-N.

2.

Perhitungan Biaya Pembangkit Listrik

Penomoran dilakukan dengan cara sebagai berikut :


1. 2.

Sebagai unit ke-1 dipilih unit pembangkit dengan keluaran minimum yang terkecil. Untuk nomor-nomor berikutnya, urutan didasarkan atas besar output maksimum unit pembangkit dengan output maksium terkecil sampai unit dengan output maksimum terbesar.

Langkah-langkah optimasi penjadwalan sbb :


Formulasi PD : 1. 2.

FN ( x) Min g N (Y ) FN -1 ( x - y)

Tentukan dahulu step kenaikan harga X dan Y yang sama, misalkan step kenaikan tersebut adalah . Apabila terdapat 2 unit termis dalam sistem, maka biaya bahan bakar minimum dapat diperoleh dengan : F2 (X) = min [g2 (Y) + F1 (X Y)] Dengan batasan-batasan sebagai berikut : x = 0 atau a1 x (b1 + b2) y = 0 atau a2 y b2 Maka dengan cara demikian biaya minimum dapat dihitung, yaitu : F2(0), F2(a1), F2(a1 + ), F2(a1 + 2), F2(a1 +3), .... , F2(b1+ b2)
8

3. Kemudian dengan cara yang sama dihitung harga-harga F3(x), F4(x), ,FN(x). Untuk harga-harga x yang terletak dalam batas batas yang diijinkan. 4. Biaya minimum untuk N unit pembangkit.

FN(x) = Min[ gN(x) + FN-1(x-y)]


Untuk harga-harga : x = 0 dan a1 x (b1 + b2 + b3 + + bn) y = 0 dan aN y bN Bersamaan dengan perhitungan-perhitungan diatas akan dapat ditentukan output dari masing-masing unit menanggung beban sistem yang tertentu besarnya. 3. Penentuan Jadwal Kerja Berdasarkan ramalan beban.
9

BAB IV : PERHITUNGAN DAN ANALISA


1.

Data Pengamatan Pembangkit tenaga listrik terdiri dari : 9 unit generator diesel, Pmin = 0 MW dan Pmaks = 19 MW, Bahan bakar MFO dengan harga Rp 1280 per liter. 1 unit WHR, Pmin = 1,2 MW dan Pmaks = 11,87 MW, memanfaatkan panas buang diesel. 1 unit turbin gas, Pmin = 0 MW dan Pmaks = 42 MW, liquid natural gas (LNG), harga US$ 3/mscf, dengan US$ 1 = Rp 10.000.

Karakteristik Masukan-Keluaran Unit Pembangkit

a.

Pembangkit listrik tenaga diesel 1 (PLTD-1) F(Liter/jam)= 1777,117 54,365 P + 4,205 P2 Dari tabel nilai kritis f pada tingkat kepercayaan 95 %.

(4.1)

b.

c.

fhitung(=119,981) > ftabel; 0,05(2,4)(=6,940) , persamaan (4.1) dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95%. Pembangkit listrik tenaga diesel 2 (PLTD-2) F(Liter/jam) = 1974,015 + 68,564 P + 1,517 P2 (4.2) fhitung(=24,764) > ftabel; 0,05(2,2) (= 19,00) : Pers. (4.2) dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95 % Pembangkit listrik tenaga diesel 3 (PLTD-3)

d.

F(Liter/jam) = 1898,167 + 66,311 P + 2,977 P2 fhitung (=77,370) > ftabel; 0,05(2,4) (= 6,940) Pembangkit listrik tenaga diesel 4 (PLTD-4) F(Liter/jam) = 1775,453 + 63,644 P + 3,457 P2 fhitung(=86,504) > ftabel; 0,05(2,4) = 6,940

(4.3)

(4.4)

10

e. f. g. h. i. j.

Pembangkit listrik tenaga diesel 5 (PLTD-5) F(Liter/jam) = 1946,013 + 37,761 P + 4,283 P2 Dari tabel nilai kritis f, fhitung(=57,414) > f0,05(2,4) (= 6,940) Pembangkit tenaga listrik diesel 6 (PLTD-6) F(Liter/jam) = 1843,229 82,184 P + 1,783 P2 Dari tabel nilai kritis f, fhitung(=90,925) > ftabel; 0,05(2,4)( = 6,940) Pembangkit listrik tenaga diesel 7 (PLTD-7) F(Liter/jam) = 1887,441 + 19,314 P + 6,250 P2 Dari tabel nilai kritis f; fhitung(=172,414) > f0,05(2,4) (= 6,940) Pembangkit listrik tenaga diesel 8 (PLTD-8) F(Liter/jam) = 1792,084 + 79,379 P 2,70 P2 Dari tabel nilai kritis f, fhitung(= 95,957 ) > f 0,05(2,4) = 6,940. Pembangkit listrik tenaga diesel 9 (PLTD-9) F(Liter/jam) = 1893,827 28,922 P + 5,743 P2 Dari tabel nilai kritis, fhitung(=324,455 ) > f0,05(2,3) = 9,55. Pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) F(Mscf/jam) = 95,9429 + 2,8932 P + 0.1166 P2 Dari tabel nilai kritis f, fhitung(= ) > f 0,05(2,8) = 4,460.

(4.5) (4.6) (4.7) (4.8) (4.9) (4.10)

k.

Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Panas gas buang PLTD digunakan memanaskan air dalam boiler. Berdasarkan hukum kekekalan energi, dapat dibuat hubungan energi yang masuk ke sistem dengan energi keluar dari sistem sebagai berikut: Emasuk = Ekeluar + Erugi-rugi dengan : Emasuk = energi total bahan bakar diesel Ekeluar = energi yang dikonversi menjadi daya diesel dan energi lainnya Ekeluar = Ed + Et Ed = energi yang dikonversi generator diesel Et = energi yang dikonversi generator turbin uap atau WHR Erugi-rugi = rugi-rugi pada konversi : rugi mekanik, rugi panas dan elektrik.

11

Maka:

Emasuk

= Ed + Et + Erugi-rugi (Pmasuk Prugi-rugi)= Pd + Pt

[ (Emasuk Erugi-rugi ) = Ed + Et ]/ t,
maka dihasilkan: P adalah daya, dan t adalah waktu. Misalkan : (Pmasuk Prugi-rugi) = y Pd ; Maka : y Pd = Pd + Pt maka y Pd Pd = Pt Pt = (y 1)Pd Daya optimal WHR maka dari data beban harian dicari : jumlah bahan bakar yang digunakan minimum tetapi PoutPLTD dan Pout WHR maksimum . Diperoleh pada data tanggal 24 juni jam ke 22, bahan bakar 12184 liter/jam, Pd = 66 MWH dan Pout WHR = Pt = 9 MWH. Pt = (y 1)Pd 9 MWH = (y 1) 66 MWH maka : (y 1) = 0, 136 y = 1,136 (4.11)

Pt = (1,136 1) Pd = 0,136 Pd;


Maka : PWHR = 0,136 Pdiesel (4.12)

12

Persamaan Biaya Operasi

Persamaan biaya operasi = (harga bahan bakar) X (persamaan masukan-keluaran)


Perhitungan Operasi Optimum

Persamaan biaya operasi berdasarkan penomoran adalah sebagai berikut :

Diesel 4 : h1(Rp/jam) = 2272580,288 + 81464,198 P + 4424,655 P2 Diesel 2 : h2(Rp/jam) = 2526739,794 + 87762,003 P + 1928,483 P2 Diesel 1 : h3(Rp/jam) = 2274710,204 + 69587,011 P + 5381,95 P2

(4.23) (4.24) (4.25)

Diesel 5 : h4(Rp/jam) = 2490896,871 + 48334,104 P + 5482,857 P2


Diesel 7 : h5(Rp/jam) = 2415924,114 + 24721,764 P + 7999,644 P2 Diesel 6 : h6(Rp/jam) = 2359332,873 + 105195,738 P + 2282,030 P2 Diesel 9 : h7(Rp/jam) = 2424098,462 + 37020,425 P + 7350,916 P2

(4.26)
(4.27) (4.28) (4.29)

Diesel 8 : h8(Rp/jam) = 2293867,359 + 101605,447 P + 3456,497 P2


Diesel 3 : h9(Rp/jam) = 2429653,333 + 84877,968 P + 3810,794 P2 T. Gas : h10(Rp/jam) = 2878288,378 + 86795,038 P + 3499,001 P2

(4.30)
(4.31) (4.32)

13

Langkah-langkah perhitungan optimasi penjadwalan, Sesuai pembahasan (3.4), adalah sebagai berikut:

1. 2.

Bila beban X = 19 MW dan step kenaikan adalah 1 MW Bila 2 unit beroperasi. Maka biaya bahan bakar minimum diperoleh : H2(X) = min{h2(Y) + H1(X-Y)} Dengan batasan : 0 MW X 38 MW 0 Y 19 Maka : g N ( Y ) HN - 1 ( x - y )

HN ( x ) Min

H2(19) min {[2526739,794 5417700,482], [2616430,280 5172524,051], [2709977,732 4936196,931], [2807382,150 4708719,120], [2908643,535 4490090,619], [3013761,885 4280311,428], [3122737,202 4079381,547], [3235569,485 3887300,976], [3352258,733 3704069,714], [3472804,948 3529687,763], [3597208,130 3364155,121], [3725468,277 3207471,789], [3857585,390 3059637,767], [3993559,470 2920653,055], [4133390,515 2790517,653], [4277078,527 2669231,560], [4424623,505 2556794,777], [4576025,449 2453207,304], [731284,359 2358469,141], [4890400,236 2272580,288]}

14

H2(19) min {[7944440,275],[7788954,331], [7646174,663], [7516101,270], [7398734,154], [7294073,313], [7202118,749], [7122870,460], [7056328,448] , [7002492,711], [6961363,251], [6932940,066], [6917223,157], [6914212,525], [6923908,168], [6946310,087], [6981418,282], [7029232,754], [7089753,501], [7162980,524]} H2(19) 6.914.212, 525

Konfigurasi pembebanan adalah 6 MW oleh diesel 4 (h1) dan 13 MW oleh diesel 2 (h2).
Dengan cara yang sama, dihitung H2(18), H2(17), H2(16), , H2(0).

15

4.

Bila 3 unit yang beroperasi maka biaya bahan bakar dihitung sebagai berikut : H3(X) = min{h3(Y) + H2(X-Y)} Dengan batasan : 0 MW X 57 MW 0 MW Y 19 MW Maka :

H3(19) = min{[h3( 0) + H2(19)], [h3(1) + H2(18)], [h3(2) + H2(17)], [h3(3) + H2(16)], [h3(4) + H2(15)], [h3(5) + H2(14)], [h3(6) + H2(13)], [h3(7) + H2(12)], [h3(8) + H2(11)], [h3(9) + H2(10)], [h3(10) + H2(9)], [h3(11) + H2(8)], [h3(12) + H2(7)], [h3(13) + H2(6)], [h3(14) + H2(5)], [h3(15) + H2(4)], [h3(16) + H2(3)], [h3(17) + H2(2)], [h3(18) + H2(1)], [h3(0) + H2(19)]}
H3(19) = 9.020.516,615 Konfigurasi pembebanan h3 = 5 MW dan H2 = 14 MW, h3 adalah PLTD 1 dan H2 adalah konfigurasi dari h1 dan h2 yang diperoleh dari langkah 3, dengan konfigurasi h2 = 9 MW dan h1 = 5 MW. Kemudian dihitung harga-harga H3(18), H3(17), H3(16), , H3(0).

5.

Dengan cara yang sama dengan langkah 3 dan 4, dihitung harga-harga H4(X), H5(X), H6(X), H7(X), H8(X), H8(X), H9(X), H10(X) dan konfigurasi pembebanan unit pembangkit yang beroperasi.

6.

Kemudian dicari nilai minimum dari harga-harga H1(X), H2(X), H3(X), , H10(X). Unit yang beroperasi adalah unit yang menggunakan biaya bahan bakar minimum, H minimum, seperti langkah 3. 16

7. Dengan mengubah-ubah nilai X pada


persamaan rekursi PD :
FN ( x) Min g N (Y ) FN -1 ( x - y)

akan diperoleh biaya bahan bakar minimum tiap nilai X dan konfigurasi pembebanannya.

17

Penentuan Jadwal Kerja Rencana kerja ditentukan berdasarkan ramalan beban. Berikut diberikan contoh konfigurasi pembebanan bila beban seperti 27 juni 2002 :

Periode kerja dibagi menjadi 24 periode, yaitu 1 jam tiap periode.


Tiap periode akan ditentukan konfigurasi pembebanan.

Besar beban pada periode pertama adalah 99,8 MWH, sesuaikan beban dengan
hasil PG hasil PD, maka konfigurasi pembebanan seperti berikut ini : PLTD-4 dibebani 19 MWH, PLTD-2 dibebani 19 MWH, PLTD-1 dibebani 17 MWH, PLTD-5 dibebani 19 MWH, PLTD-7 dibebani 14 MWH, WHR dibebani 11,87 MWH, dan unit lain sebagai cadangan berputar. Biaya operasinya adalah Rp 25.039.689,098.

18

Penjadwalan dilakukan dengan batasan:


PG = PD + PL dengan : PG = daya yang dihasilkan ; PD = daya yang dibutuhkan beban PL = daya yang menjadi rugi-rugi transmisi.

Bila beban yang terjadi seperti beban 27 juni 2002, dengan


menggunakan pemrograman dinamik :

Biaya bahan bakar : Rp 705.041.209,389 ;


operasi indocement : Rp 827.900.400,000

Dihemat biaya sebesar 14,8 %; Rp 5.119.132,942 tiap jam;


Dalam satu tahun (365 hari) dapat dihemat Rp 44.843.604.573,0
19

PENUTUP : Kesimpulan Dan Saran


Kesimpulan : 1. Daya keluaran unit pembangkit ditentukan dari karakteristik fungsi biaya, batas daya keluaran operasional unit, harga bahan bakar yang digunakan dan peramalan beban. 2. Karakteristik masukan-keluaran yang diperoleh dari data beban harian harus menggambarkan operasi umum tiap unit pembangkit. 3. Dengan melakukan optimasi, biaya bahan bakar dihemat rata-rata 14,8 % atau Rp 89.687.209.145,981 Saran : 1. Untuk mendapat akurasi perhitungan bahan bakar yang lebih tinggi maka tingkat kenaikan daya dibuat 0,5 MW atau lebih kecil. 2. Bila pusat-pusat pembangkit terpisah, dengan jarak relatif jauh, rugi-rugi saluran perlu dipertimbangkan. Konfigurasi pembebanan yang berbeda akan mempengaruhi rugi-rugi saluran dan biaya operasi.

20

TERIMA KASIH

21

Anda mungkin juga menyukai