Abstrak
Pada pengoperasian pembangkit, sebagian besar biaya operasi yang dikeluarkan adalah untuk keperluan bahan
bakar. Perubahan kebutuhan energi listrik disisi beban akan menimbulkan fluktuasi biaya bahan bakar.
Penyaluran daya dari pembangkit dalam suatu sistem sangat berkaitan dengan biaya produksi pembangkit
listrik. Penerapan Economic Dispatch akan didapatkan biaya pembangkitan yang minimum terhadap produksi
daya listrik yang dibangkitkan unit-unit pembangkit pada suatu sistem kelistrikan. Dalam tulisan ini untuk
memecahkan persoalan Economic Dispatch (ED) dalam suatu sistem kelistrikan digunakan metode Constriction
Factor Particle Swarm Optimazation (CFPSO). Dalam menghitung Economic Dispatch dilakukan dengan
batasan Equality dan Inequality.
Kata Kunci constriction Factor particle swarm optimazation, economic dispatch.
I. PENDAHULUAN
Biaya operasi dari suatu sistem pembangkit
tenaga listrik merupakan biaya terbesar
dalam pengoperasian suatu perusahaan
pembangkit tenaga listrik. Biaya yang
dikeluarkan oleh suatu perusahaan listrik
untuk menghasilkan energi listrik dalam
suatu sistem ditentukan oleh biaya
investasi dan biaya operasi pembangkit.
Biaya bahan bakar merupakan biaya
operasi pembangkit yang dioperasikan
pada sistem. Output pembangkit yang
dihasilkan selalu diupayakan sama dengan
besar kebutuhan disisi beban. Perubahan
kebutuhan energi listrik disisi beban akan
menimbulkan fluktuasi biaya bahan bakar,
korelasi keduanya disebut input output
suatu
pembangkit
tenaga
listrik.
Penyaluran daya dari pembangkit dalam
suatu sistem sangat berkaitan dengan biaya
produksi pembangkit listrik.
FT Fi ( Pi )
(1)
i 1
dengan
FT
= total biaya pembangkitan
(Rp).
F1(Pi) = fungsi biaya input-output
dari generator i.
N
= jumlah unit generator
= indeks dari dispatchable unit
i
Karakteristik input output pembangkit
adalah karakteristik yang menggambarkan
hubungan antara input bahan bakar
(liter/jam) dan output yang dihasilkan oleh
pembangkit
(MW). Secara umum,
karakteristik input output pembangkit
didekati dengan fungsi polinomial orde dua
yaitu :
Fi ai bi Pi ci Pi 2
(2)
dengan :
Fi = Input bahan bakar pembangkit ke- i
(liter/jam).
Pi = Output pembangkit ke- i (MW).
ai bi ci = Konstanta input-output
pembangkit ke- i .
Penentuan parameter ai, bi dan ci
membutuhkan data yang diperoleh dari
hasil percobaan yang berhubungan dengan
input bahan bakar Hi (rupiah/jam) dan
output pembangkit Pi (MW). Karakteristik
input output unit pembangkit dapat
dinyatakan sebagai berikut [1] :
Pi PR
R i 0
Pi Pi
Pi Pi
(6)
FT
0 1 0
Pi
FT
Pi
kondisi operasi ekonomis adalah:
2ai Pi bi
i 1
(4)
i 1
dengan :
Pi = output masing-masing generator
(MW).
PR = total kebutuhan beban pada
sistem (MW).
2.1. Metode Lagrange
Salah satu metoda konvensional yang
umum digunakan untuk menyelesaikan
masalah optimisasi biaya atau economic
dispatch adalah metoda Lagrange. Metode
Lagrange terbagi menjadi dua yaitu losses
diabaikan dan losses diperhitungkan.
Dalam sistem tenaga, kerugian transmisi
merupakan kehilangan daya yang harus
ditanggung oleh sistem pembangkit. Jadi
kerugian transmisi ini merupakan beban
bagi sistem tenaga.
Pendekatan yang khas pada metoda
Lagrange untuk ditambahkan dalam fungsi
objektif disebut dengan faktor pengali
Lagrange. Persamaan faktor pengali
Lagrange dituliskan pada persamaan (5).
n
L FT PR Pi
(5)
i 1
(7)
P P
i
Pi min Pi Pi max
dengan :
L
: Faktor pengali Lagrange
FT
: Total biaya pembangkitan (Rp)
Pi
: Ouput pembangkit ke-i (MW)
PR
: Total kebutuhan beban pada
sistem (MW)
ai,bi : Konstanta input pembangkit
ke- i .
Dua persamaan pertama dalam (7) dapat
ditulis dalam bentuk matrik
2a1 0
0 2a
2
.
.
0
0
1
1
.
.
.
.
.
.
2an
1
1 P1 b1
1 P2 b2
. . .
. . .
. . .
1 Pn bn
0 PR
(8)
untuk
=
=
,
,
Xi
kelompok
'
k1
k
k k
k k
Vi1 K(Vi c1rand
Xi ))
i Xi )c2rand
1x(Pbest
2x(Gbest
(9)
dengan
coefisient constriction :
K
'
2
2
, dengan c 1 c 2 , dan 4
(10)
dengan :
Vi k : Velocity individu i pada iterasi k
k
k
k
Vi1k1 K(Vik c1rand
(Pbest
(Gbest
Xik))
1x
i X
i )c
2rand
2x
4. Koefisien Akselerasi
Nilai untuk koefisien akselerasi yaitu
nilai c1 dan c2 yang menunjukkan bobot
dari sebuah partikel terhadap posisi dari
'
2
2
, dengan
, dan
No
Pembangkit
Grati
198
461,83
Paiton
2070
3395
Gresik
931
1052,52
Tabel 2. Data Fungsi Biaya Pembangkit Sistem Interkoneksi 500 KV Jawa Timur
No
Pembangkit
Fungsi Biaya (Rp/Jam)
1
2
3
Grati
Paiton
Gresik
Tabel 3. Data Pembebanan Sistem Interkoneksi 500 KV Jawa Timur tanggal 13 Juli 2011
pukul 19.30 WIB.
Tegangan
Beban
No
Nama
Jenis
Bus
Bus
Bus
Besar Sudut MW MVAR
1
Grati
Slack
1,02
0
386
146
2
Paiton
Generator
1
0
548
91
3
Kediri
Beban
1
0
680
242
4
Pedan
Beban
1
0
624
198
5
Ungaran
Beban
1
0
777
106
6
Ngimbang
Beban
1
0
322
81
7
Surabaya Barat Beban
1
0
695
415
8
Gresik
Generator
1
0
38
33
Sumber : PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali, Region Jawa Timur dan Bali.
25
Bus Asal
R (pu)
X (pu)
B (pu)
Grati
Paiton
0,004435823
0,049624661
0,004769846
Grati
Surabaya Barat
0,003986382
0,044596656
Paiton
Kediri
0,010291000
0,115128000
0,011065927
Kediri
Pedan
0,010291000
0,115128000
0,011065927
Pedan
Ungaran
0,009036120
0,086814600
Ungaran
Ngimbang
0,023479613
0,225580588
0,100970352
Ungaran
Surabaya Barat
0,015798560
0,15178480
0,003632219
Ngimbang
Surabaya Barat
0,005966652
0,057324466
Surabaya Barat
Gresik
0,001394680
0,013399400
No
Pembang
kit
1
Unit
Grati
2
Unit
Paiton
3
Unit
Gresik
Total
Total Losses
Daya
(MW)
261.72
Biaya
(Rp/Jam)
647859862.629
2755.76
507548478.403
1052.520
977968946.366
4070.000
40.063
2133377287.39
No.
1
2
3
Unit Grati
Unit Paiton
Unit Gresik
Total
Total Losses
Daya
(MW)
198.112
2928.572
986.989
4113.673
43.673
Biaya (Rp/Jam)
504719044.625
565272858.553
909379734.316
1979371637.494
Tabel 7. Perbandingan hasil simulasi metode Lagrange dan CFPSO untuk sistem kelistrikan
500 kV Jawa Timur.
Daya (MW)
No
Pembangkit
Unit Grati
Lagrange
261.717
CFPSO
198.112
Unit Paiton
2755.763
2928.572
Unit Gresik
1052.520
986.989
4070.000
4113.673
2133377287.398
1979371637.494
2
3
Total Daya (MW)
KESIMPULAN
Perhitungan
economic
dispatch
pembangkit pada sistem kelistrikan 500 kV
Jawa Timur dengan menggunakan metode
Constriction Factor Particle Swarm
Optimization (CFPSO) dapat disimpulkan
bahwa dari hasil simulasi data pembebanan
pada tanggal 13 Juli 2011 pukul 19.30
WIB, biaya pembangkitan sebesar
Rp.1979371637.494/Jam dan daya yang
dibangkitkan sebesar 4113.673 MW. Hasil
simulasi dengan metode CFPSO lebih baik
dibandingkan
dengan
simulasi
penyelesaian economic dispatch secara
deterministik yaitu Lagrange, dimana hasil
simulasi dengan metode Lagrange sebesar
Rp.2133377287.398/Jam dan daya yang
dibangkitkan sebesar 4070 MW. Metode
CFPSO mampu menghasilkan biaya
pembangkitan yang lebih kecil dan daya
yang dibangkitkan lebih besar bila
dibandingkan dengan metode Lagrange.
Daya yang dibangkitkan oleh kedua
metode memenuhi batasan Equality dan
Inequality.
28