Anda di halaman 1dari 5

Vol.13 No.2.

Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

dengan judul dan pendekatan metode Unit 3. Landasan Teori


Decommitment terhadap sistem penjadwalan a. Optimasi Unit Pembangkit Tenaga Listrik
operasi unit pembangkit listrik. Dalam sistem pengoperasian tenaga listrik
2. Observasi Lapangan tentunya tidak terlepas dari biaya operasi yang
Peninjauan secara langsung ke lapangan terdiri atas biaya pembelian tenaga listrik, biaya
yaitu PT. PLN Persero Sektor Pembangkitan pegawai, biaya bahan bakar dan material operasi.
Pekanbaru dimana data-data yang dikumpulkan Biaya bahan bakar merupakan biaya yang paling
berupa data parameter unit pembangkit, data besar, untuk PT. PLN memerlukan biaya bahan
operasi unit pembangkit dan data beban harian. bakar kira-kira 60% dari biaya operasi secara
3. Analisa Data keseluruhaan. (Djiteng, 1990).
Menganalisis data-data yang telah Untuk menekan biaya operasi tenaga
diperoleh melalui pendekatan dan langkah-langkah listrik terutama biaya bahan bakar maka diperlukan
perhitungan dengan menggunakan metode Unit sistem operasi ekonomis. Konfigurasi pembebanan
Decommitment. atau
penjadwalan pembangkit yang berbeda dapat d. Karakteristik perbandingan input-output
memberikan biaya operasi yang berbeda pula (Heat Rate)
tergantung karakteristik masing-masing unit Karakteristik perbandingan input-output
pembangkit yang dioperasikan. merupakan karakteristik yang menggambarkan
Permasalahan yang dihadapi pada jadwal perbandingan antara masukan dan keluaran. Heat
kerja terdiri dari dua masalah yang saling berkaitan rate dirumuskan :
yaitu :
1. Unit Commitment
2. Economic Dispatch e. Shutdown Rule
Shutdown dilakukan dengan tujuan agar
b. Karakteristik Input-Output Pembangkit unit pembangkit yang tidak efisien dapat
Input pada suatu pembangkit thermal mengalihkan bebannya pada pembangkit lain yang
adalah bahan bakar yang dinyatakan dalam satuan lebih efisien. Dalam melakukan shutdown harus
liter/jam atau BTU/jam dan output dari memperhatikan beberapa hal yaitu down time
pembangkit tersebut berupa besar daya yang minimum dan up time.
dinyatakan dalam Megawatt (MW).
f. Biaya Transisi (Star-up)
Dengan : Biaya transisi merupakan biaya yang
Hi : input bahan bakar pembangkit thermal ke-i dibutuhkan untuk menghidupkan unit pembangkit
(liter/jam) sebagai akibat dari perubahan status unit
Pi : output pembangkit thermal ke-I (MW) pembangkit dari keadaan OFF ke ON. Pada unit
αi,βi,γi : konstanta input-output pembangkit thermal pembangkit tenaga uap terdapat dua bentuk biaya
ke-i transisi yaitu :
c. Efisiensi Unit Pembangkit  Unit Cadangan Panas
Efisiensi merupakan perbandingan antara Jika boiler dipertahankan pada temperatur
besarnya daya yang dibangkitkan dengan masukan dan tekanan operasinya maka unit pembangkit
yang diberikan. Rumus efisiensi unit pembangkit dalam bentuk cadangan panas. Secara matematis
ialah : yaitu :

Satuan efisiensi dinyatakan dalam %.  Unit Cadangan Dingin

Jika boiler dalam keadaan di shutdown g. Unit Commitment


maka unit pembangkit dalam keadaan cadangan Penjadwalan pembangkit (Unit
dingin, ada dua pendekatan dalam perhitungan Commitment) ini menentukan mana unit
biaya star-up yaitu : pembangkit yang commit (ON) dan unit mana
Dalam pendekatan eksponensial, biaya yang OFF dalam melayani beban sistem selama
star-up ditentukan sebagai berikut : periode waktu tertentu dengan memperhatikan
kondisi optimal ekonomi dan memenuhi batasan-
Pada pendekatan linier biaya star-up batasan teknis dalam pengoperasian pembangkit
diasumsikan linier dengan persamaan sebagai di dalam sistem tenaga.
berikut : Constraint Pada Unit Commitment :
1. Cadangan berputar (Spinning Reserve)

116
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

2. Unit Thermal Constraint : Minimum Up Time sebagai fungsi objektif dari persamaan 3.1
dan Minimum Down Time sebelum dan sesudah decommitment untuk unit i :
3. Unit Hidro Constraint
4. Must Run Unit
5. Fuel Constraint

h. Metode Unit Decommitment


Pada Tahun 1990-an, Chaoan Li
menemukan metode unit commitment baru
berdasarkan pada prosedur decommitment. kemudian tentukan total biaya yang
Metode Unit Decommitment merupakan diselamatkan apabila proses decommitment
penentuan pembangkit yang dijadwal untuk
dilakukan pada unit i, yaitu :
dilakukan shutdown agar diperoleh nilai yang
lebih ekonomis, dimana pada kondisi awal semua
pembangkit dianggap beroperasi pada tiap
jamnya. Sehingga sistem memiliki supply yang
Penentuan nilai TSCSTi digunakan
berlebih yang mengakibatkan hasil operasi sistem untuk mencari nilai relatif saving cost dari setiap
tidak ekonomis. unit pembangkit listrik dengan membandingkan
Untuk mengatasi permasalahan ini maka
nilai TSCSTi dengan nilai decommitment unit
beberapa unit harus dipertimbangkan untuk
spining capacity. Secara matematis ditulis sebagai
dimatikan. Proses penentuan pembangkit yang berikut :
dishutdown dilakukan dengan memperhatikan
indeks relative saving cost terbesar dari unit
pembangkit yang akan beroperasi.
i. Langkah-Langkah Analisis
1. Fungsi Objektif dan Fungsi Kendala
Penjadwalan Sistem dengan Pendekatan Unit
Fungsi objektif adalah suatu fungsi yang
Decommitment
ingin dicapai, Secara matematis fungsi objektif
Langkah-langkah yang harus dilakukan
ditulis sebagai berikut :
untuk menentukan penjadwalan sistem dengan
pendekatan Unit Decommitment :
1. Sistem diawali dengan semua unit pembangkit
listrik hidup (ON) tanpa melanggar minimum up-
Sedangkan fungsi kendala (constraint) dinyatakan time dan minimum down-time.
dengan persamaan : 2. Mengerjakan economic dispatch untuk
menentukan daya yang dibangkitkan dan biaya
operasi dari masing-masing unit pembangkit
listrik.
3. Menghitung excess spinning capasity (EXS)
berdasarkan persamaan 2.24
4.Menyelesaikan subproblem (Pi) dengan
menggunakan prosedur Unit Decommitment
Secara matematis fungsi biaya yang akan dicapai
untuk mendapatkan penjadwalan seluruh unit
adalah sebagai berikut:
pembangkit listrik pada periode sekarang.
5. Menghitung relatif saving cost dari masing-
masing unit pembangkit listrik sebagai dasar
untuk proses decommitting unit pembangkit
listrik.
Untuk lebih memudahkan dalam mendapatkan
6. Membandingkan relatif saving cost dari
unit mana yang harus dilakukan shutdown maka
masing-masing unit pembangkit listrik, kemudian
unit tersebut harus memenuhi fungsi kendala
memilih unit pembangkit listrik yang memiliki
(constraint) pada persamaan :
relatif saving cost terbesar untuk dimatikan
(OFF) agar mendapatkan nilai excess spinning
capasity (EXS) sekecil mungkin pada iterasi
sekarang.
2. Kriteria Proses Decommitment
7. Mendapatkan hasil penyelesaian dari
Penentuan kriteria dapat dilakukan
subproblem (Pi).
dengan menentukan indeks TCSTOi dan TCST1 i

117
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

8.Perbaharui penjadwalan unit pembangkit dan Apabila konstanta , dan didapat,


hitung biaya yang diselamatkan dari proses lalu subtitusikan konstanta tersebut pada
decommitment pada periode sekarang. persamaan 2.1 untuk menentukan pemakaian
9.Penjadwalan pembangkit untuk memenuhi bahan bakar PLTG unit 2 dengan daya mampu
kebutuhan beban pada jam selanjutnya kembali maksimum sebesar 15,3 MW.
ke step 3 dan ulangi lagi step 3 – step 8. (Chao-an
Li, 1997)

4. Analisis Penjadwalan Operasi Unit-Unit


Pembangkit Listrik Di Wilayah Riau Setelah didapatkan pemakaian bahan
1) Menghitung Konstanta α, β dan γ bakar, lalu subtitusikan pada persamaan 3.7
Penghitungan konstanta α, β, dan γ pada maka bisa diketahui biaya operasional per jam
masing-masing unit pembangkit bertujuan untuk yaitu :
menentukan pemakaian bahan bakar per jam pada
masing-masing unit pembangkit, sehingga bisa
diketahui total biaya operasi dari masing-masing
unit pembangkit listrik. Berikut contoh Biaya operasi penuh PLTG unit 2 selama
perhitungan pada PLTG Teluk Lembu unit 2 :b 24 jam dengan mensubtitusikan pada persamaan
PLTG Teluk Lembu unit 2 3.8 adalah :

Tabel 4.1 Data Operasi PLTG unit 2

Daya (x) Konsumsi Bahan Bakar (y) Berikut tabel biaya operasi dari seluruh unit
139,5 KW 97,342 L pembangkit listrik di wilayah Riau :
180,7 KW 113,5 L
205,2 KW 125,796 L
Sumber : PT. PLN Persero Sektor
Pembangkitan Pekanbaru (2011)

Nilai-nilai pada tabel tersebut


disubtitusikan pada persamaan 2.1 sehingga
menjadi :

2) Menentukan Nilai Relatif Saving Cost


Kemudian persamaan diatas menjadi : Pada Masing-Masing Unit Pembangkit
Listrik
Menentukan nilai relatif saving cost
adalah dengan membandingkan total biaya yang
Lalu salah satu variable dari masing- diselamatkan apabila proses decommitment
masing persamaan di atas disamakan sehingga dilakukan pada unit i dengan nilai decommitment
dihasilkan nilai konstanta : unit spining capacity pada unit i. berikut contoh
perhitungan nilai relatif saving cost dari PLTG

Teluk Lembu unit 1 :

Untuk mencari nilai konstanta , subtitusikan 1.


nilai ke dalam persamaan diatas:

2.
Sedangkan untuk menentukan nilai
konstanta :

3.

118
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

memiliki cadangan berputar sebesar 49,95 MW.


Hal ini akan membuat sistem tidak ekonomis,
4. untuk itu beberapa unit pembangkit harus di
shutdown berdasarkan nilai relatif saving cost
5. terbesar agar didapatkan nilai Excess Spining
Reserve (EXS) sekecil mungkin. Berikut ini hasil
Berikut tabel nilai relatif saving cost dari seluruh penjadwalan operasi unit-unit pembangkit listrik
unit pembangkit : diwilayah Riau berdasarkan algoritma Unit
Decommitment :
Tabel 4.10 Penjadwalan Operasi Unit-Unit
Pembangkit Listrik Diwilayah Riau

Dari tabel 4.9 dapat diamati bahwa


PLTG RIAU POWER memiliki nilai relative
saving cost yang paling besar, sehingga
pembangkit ini menjadi prioritas dalam pemilihan
pembangkit yang akan di shutdown.

3) Analisis Penjadwalan Operasi Unit-Unit


Pembangkit Listrik Dengan Pendekatan Unit
Decommitment
Pembuatan penjadwalan operasi unit-
unit pembangkit listrik di Wilayah Riau
menggunakan sample data pembebanan
pembangkit berdasarkan pemakaian beban yang
tercatat pada data PT. PLN yaitu tanggal 12
Desember 2011.

Dari hasil penjadwalan operasi unit-unit


pembangkit pada hari senin 12 Desember 2011,
bisa dilihat unit-unit pembangkit yang mengalami
shutdown pada tabel berikut ini :
Tabel 4.11 Unit Pembangkit yang di Shutdown
pada Senin, 12 Desember 2011

Gambar 4.1 Kurva Beban Senin 12 Desember


2011

Pada awal penjadwalan sistem diawali Dengan turunnya biaya operasi/jam


dengan semua unit pembangkit listrik hidup (ON) maka akan menyebabkan total biaya operasi
tanpa melanggar minimum up-time dan minimum seluruh unit pembangkit selama 24 jam akan
down-time. Dengan hidupnya seluruh unit turun, berikut tabel penurunan total biaya operasi
pembangkit akan menghasilkan jumlah daya seluruh pembangkit :
(sistem spining capacity) sebesar 290,45 MW Tabel 4.13 Perbandingan Biaya Operasional
sedangkan kebutuhan beban pada jam 01.00
sebesar 240,5 MW, sehingga sistem akan

119
Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

DAFTAR PUSTAKA
A. J.Wood, B. F. Wollenberg, "Power
Generation Operation, and
Control", Second edition, New
York: John Wiley & Sons, 1996.

Andriawan, Aris H, “Penggunaan Metode


Modified Unit Decommitment (MUD)
Untuk Penjadwalan Unit-Unit
Pembangkit Pada Sistem Kelistrikan
Jawa Bali” Laporan Tesis Jurusan Teknik
Elektro ITS, Surabaya, 2009

Chao-an Li, et al, “A Robust Unit Commitment


Algorithm For Hydro-Thermal Optimization“,
IEEE Transaction on Power
System, Pacific Gas and Electric
Company, San Francisco, 1997

Chao-an Li, Raymond B. Johnson, “A New


Unit Commitment Method” IEEE
Transaction on Power System, Vol.
12, No. 1, San Fransisco California, 1997
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Total Biaya
Operasional Claudia, Greif, “Short-Term Scheduling Of
Berdasarkan tabel 4.13 dihasilkan Electric Power Systems Under Minimum
penghematan biaya operasi unit pembangkit Load Condition”, IEEE Transaction on Power
sebesar Rp. 1.112.722.573,3297 (32,8 %). System, Vol. 14, No. 1, February 1999
Penghematan ini didapat dari selisih total biaya
operasi penjadwalan pada PT. PLN dengan total Djiteng, Marsudi, “Operasi System Tenaga
biaya operasi setelah penjadwalan dengan metode Listrik”, Balai Penerbit & Humas ISTN,Jakarta,
Unit Decommitment. 1990.

5. Kesimpulan dan Saran Grainger, J J and Stevenson, W D. Jr.


a. Kesimpulan “Power System Analysis”, Tata
1. Hasil analisis dapat memberikan McGraw Hill.inc, New Delhi, 1994
penjadwalan yang efisien dan efektif.
2. Hasil analisis penjadwalan memberikan Manuaba, Kadek Amerta Yasa, “Pengaruh
penurunan biaya total operasi sebesar 32,5 Penjadwalan Operasi Unit Pembangkit
% yaitu Rp. 1.100.524.386,9997 jika Thermal Dengan Menggunakan
dibandingkan dengan total biaya operasi dari Metode Dekomitmen Terhadap Total
penjadwalan pada PT. PLN. Biaya Pembangkitan”, Sharati Vol.
3. Dapat dilakukan proses shutdown pada 4 15 No. 1,Januari 2008
unit pembangkit yaitu PLTD Teluk Lembu
selama 3 jam, PLTG Teluk Lembu unit 1 PT. PLN Persero Sektor Pembangkitan
selama 17 jam, PLTG Teluk Lembu unit 3 Pekanbaru, 2011
selama 16 jam dan PLTG RIAU POWER
selama 19 jam. Tseng, chung-Li, et al, “A Unit
4. Decommitment Method in Power
b. Saran System Scheduling” Department
Untuk penelitian selanjutnya dapat of Industrial Engineering and
menggunakan metode Modified Unit Operations Research,
Decommitment dan pembagian beban tiap University of California at
pembangkit, karena sistem kelistrikan di Riau Berkeley, 1997
akan memiliki cadangan perputaran yang berlebih
(surplus) dengan dibangunnya unit pembangkit
yang baru yaitu PLTG Duri 200 MW dan PLTU
Dumai 2×150 MW.

120

Anda mungkin juga menyukai