RDTR WP 4 Kab. Bks
RDTR WP 4 Kab. Bks
PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAN SOSIALISASI RDTR WILAYAH PENGEMBANGAN IV (ZONA UTARA), KABUPATEN BEKASI
Presentasi Draft Laporan Akhir
Pokok-Pokok Pembahasan
Pendahuluan (Latar belakang, Maksud dan tujuan, Ruang lingkup) RDTR WP IV, mencakup :
Tujuan Pengembangan WP IV Rencana Struktur Ruang Rencana Blok Pemanfaatan Ruang Rencana Intensitas Pemanfaatan Lahan Indikasi Program
Latar Belakang
Ketentuan dalam UU & PP terkait Penataan Ruang Kebutuhan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang teknis operasional pemanfaatan & pengendalian ruang Seluruh RDTR IKK di Kabupaten Bekasi belum diPerda-kan WP IV peran & fungsinya cukup penting utk pengembangan wilayah Kab. Bekasi di bagian utara; terletak di perbatasan Kota Bekasi & Jakarta; perkemb. penduduk & pemanfaatan ruang semakin besar
Mereview & mempublikasikan RDTR WP IV serta menyusun Rancangan Peraturan Perda / Perbup Menginformasikan kpd masyarakat ttg Rencana Pemanfaatan Ruang dalam RDTR Meningkatkan kesadaran masyarakat utk berperan serta dlm penataan ruang perencanaan, pemanfaatan, & pengendalian
Ruang Lingkup
WILAYAH PERENCANAAN
Sebelah Timur: Kabupaten Karawang, Kecamatan Sukawangi, Kecamatan Tambelang, dan Kecamatan Cabangbungin
Output
RDTR WP IV Draft Rancangan Peraturan dan Sosialisasi RDTR WP IV Zona Utara Kabupaten Bekasi
MATERI RDTR WP IV
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN ANTARA
RDTR WP IV
SOSIALISASI RDTR WP IV
Tujuan Pengembangan WP IV Rencana Struktur Ruang Rencana Pola Ruang Intensitas Pemanfaatan Lahan
Tujuan Pengembangan WP IV
Meningkatkan peran & fungsi WP IV sbg kawasan industri, pariwisata, perumahan, perdagangan & jasa. Mendorong tumbuhnya Kota Industri dan Jasa meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kab. Bekasi. Menciptakan pola pemanfaatan ruang WP IV yg serasi, optimal, & berkelanjutan. Menjaga konsistensi perwujudan ruang WP IV melalui pengendalian program-program pembangunan wilayah.
Fungsi BWK A : Kawasan lindung dan penyangga Perumahan kepadatan rendah Permukiman Nelayan CBD skala lokal (sentra sekunder) Pendidikan skala lokal Kawasan budidaya pertanian Pendidikan skala lokal Kawasan budidaya perikanan Kawasan Pariwisata
Fungsi BWK C :
Pemerintahan, kesehatan, pendidikan skala lokal Perumahan kepadatan rendah sampai tinggi CBD Skala Regional (sentra primer) Kawasan Pelabuhan Bongkar Muat Industri dan Pergudangan Kawasan lindung/ yang berfungsi lindung
Fungsi BWK B : Kawasan lindung dan penyangga Perumahan kepadatan rendah sampai tinggi CBD skala lokal dan antar BWK Pendidikan, pemerintahan, kesehatan skala lokal Industri dan Pergudangan Pelabuhan Bongkar Muat Barang Fungsi BWK D :
Permukiman Skala Sedang Tinggi Industri Skala Sedang Pendidikan & Kesehatan Skala Lokal CBD Skala Lokal (Sentra Sekunder)
Rencana Pengembangan penduduk perkotaan (kepadatan tinggi), diarahkan di BWK B (Kecamatan Babelan), BWK C (Kecamatan Tarumajaya), dan BWK D (Kecamatan Tambun Utara) Rencana pengembangan penduduk perdesaan termasuk pengembangan penduduk sebagai nelayan (kepadatan rendah), diarahkan di BWK A (Kecamatan Muaragembong),
Total WP IV
433.810
444.054
495.273
546.492
Pusat Kegiatan
Sub BWK C.1
Fungsi
Pusat kegiatan ekonomi berskala regional
Sentra Sekunder
Pusat kegiatan pemerintahan & sarana wilayah (daerah) Sub BWK A.2, B.3 dan Pusat kegiatan ekonomi, pusat pemerintahan dan sarana daerah skala sub wilayah, dengan D.1 jangkauan pelayanan beberapa kecamatan. Corak pelayanan mengarah kepada kegiatan perdagangan eceran, kegiatan jasa pribadi dan jasa perdagangan.
Sentra Tersier/lokal
Pusat kegiatan ekonomi, pusat pemerintahan dan sarana daerah berskala lingkungan, dengan jangkauan pelayanan kelurahan/desa atau beberapa RW. Corak pelayanan perdagangan eceran dan kegiatan pribadi.
Kegiatan Sentra Primer melayani BWK lain dalam WP IV serta dpt melayani wilayah lain di luar WP IV
Kegiatan Sentra Sekunder melayani kawasan di sekitarnya (sentra tersier/ lokal) Kegiatan Sentra Tersier/ Lokal melayani kawasan dalam skala lingkungan lokal/ kelurahan/ desa
Sentra Tersier : Pusat kegiatan ekonomi, pusat pemerintahan dan sarana daerah berskala lingkungan, dengan jangkauan pelayanan kelurahan/desa atau beberapa RW. Corak pelayanan perdagangan eceran dan kegiatan pribadi.
Sentra Primer : C.1 (Desa Pantai Makmur) Pusat kegiatan ekonomi berskala regional Pusat kegiatan pemerintahan & sarana wilayah (daerah)
Sentra Sekunder : A2 (Pantai Sederhana), B1 (Pantai Hurip), D1 (Sriamur) Pusat kegiatan ekonomi, pusat pemerintahan dan sarana daerah skala sub wilayah, dengan jangkauan pelayanan beberapa kecamatan. Corak pelayanan mengarah kepada kegiatan perdagangan eceran, kegiatan jasa pribadi dan jasa perdagangan.
Pembangunan Jalan Kolektor primer : Babelan-Muara Gembong Tambun Utara- Tambelang Samudera Jaya-Hurip Jaya Pembangunan jalan lokal primer Desa Hurip Jaya-Pantai Hurip Desa Jaya Sakti Peningkatan lokal primerkolektor primer Desa Srijaya-Srimukti Desa Sriamur
Pembangunan Terminal tipe C di Sub BWK C1 (Desa Pantai Makmur) Pembangunan sus-sub Terminal di pusat sekunder Pembangunan pelabuhan dan peti kemas di sub BWK D1 (Desa Hurip Jaya) Pembangunan pelabuhan nelayan di sub BWK A1 (Desa Pantai Bahagia)
Lokal Primer :
Desa hurip jaya-pantai hurip Desa jaya sakti
Drainase
2)
3)
Listrik
Mencakup hutan lindung, kawasan perlindungan setempat, sempadan pantai, & sempadan sungai.
Hutan Lindung terdapat di 3 kecamatan: Muaragembong, Babelan, & Tarumajaya. Sempadan pantai dibangun di Muaragembong, Babelan, & Tarumajaya Sempadan sungai dibangun di seluruh kecamatan WP IV.
1. Perumahan: perumahan nelayan, perumahan perdesaan, & perumahan perkotaan 2. Industri: wilayah sekitar pelabuhan, arteri utara, & rencana jalan tol di Tarumajaya & Babelan dgn pengembangan pergudangan & industri non polutif 3. Perdagangan & Jasa: diarahkan pd skala WP di pusat primer; skala kecamatan utk skala BWK; skala kelurahan utk pusat-pusat tersier.
1.
Permukiman Fasilitas Sosial dan Umum Pemerintahan Jasa Pariwisata RTH Permukiman Jasa Pariwisata Pemerintahan RTH Permukiman
0,6 0,6 1,2 1,2 0 0,6 1,2 1,2 0 0,6 0,6 1,2 0
2.
A.2
3.
A.3
1. Jaya Sakti
Nama Desa
Peruntukan
KDB (%)
60 70 50 40
KLB
4.
1
0 2 2 2 2 0 2 4
40
0 60 40 40 40 10 60 70
0,8
0 1,5 0,8 0,8 0,8 0 1,5 3,2
5.
B.2
1. 2.
Muarabakti Bunibakti
6.
B.3
1. 2. 3.
2
2 2 0
40
40 40 0
0,8
0,8 0,8 0
7.
1. Bahagia 2. Kebalen
Permukiman Perdagangan dan Jasa Fasilitas Sosial dan Umum Pemerintahan RTH Permukiman Perdagangan dan Jasa Fasilitas Sosial dan Umum Pemerintahan Industri RTH Permukiman Perdagangan dan Jasa Fasilitas Sosial dan Umum
1,5 0,9 1,0 0,8 0 1,5 3,2 0,8 0,8 0,8 0 1,5 3,2 0,8
9.
C.2
1. 2.
10.
Permukiman Perdagangan dan Jasa Fasilitas Sosial dan Umum Pemerintahan RTH Permukiman Pemerintahan Fasilitas Sosial dan Umum RTH Permukiman Perdagangan dan Jasa Fasilitas Sosial dan Umum Pemerintahan RTH
1,5 3,2 0,8 0,8 0 0,7 0,9 0,9 0 0,7 0,9 0,9 0,9 0
12.
D.2
13.
Kolektor Primer Lebar: > 7 m, Bahu jalan: 2 x 1,75 m, kecepatan minimal: 40 km/jam Kolektor Sekunder Lebar: > 7 m, bahu jalan: 2 x 1,5 m, kecepatan minimal: 20 km/jam Lokal Primer Lebar: > 5 m, bahu jalan: 2 x 1,5 m, kecepatan minimal: 20 km/jam
Lokal Sekunder Lebar: > 3,5 m, bahu jalan: 2 x 1,0 m, kecepatan minimal: 20 km/jam
Garis Sempadan Muka Bangunan & Sempadan Samping yg menghadap jalan dari DAMIJA ditambah 1,0 meter. Garis Sempadan Samping Bangunan berjarak minimum 1,0 meter dari dinding bangunan
Garis Sempadan Belakang Bangunan berjarakan minimum 1,5 meter dari dinding bangunan
GSS bertanggul di kawasan perkotaan: minimal 3 m utk sungai kecil & 5 m utk sungai besar
GSS bertanggul di luar kawasan perkotaan: minimal 3 m utk sungai kecil & 10 m utk sungai besar Minimal 100 m di kanan-kiri sungai besar & 50 m di kanan-kiri sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan
Sungai dgn kedalaman < 3 m GSS: 10 meter Sungai dgn kedalaman: 3 m 20 m GSS: 15 meter Sungai dgn kedalaman: < 20 m GSS: 30 meter
Terdapat di sepanjang pantai di WP IV meliputi Sub BWK A1, Sub BWK A2, Sub BWK B1, Sub BWK C1 berkisar antara 30 meter sampai 75 meter
Pembangunan jalan tol Cikarang JORR 2 yang melewati kecamatan Babelan dan Tarumajaya (sesuai dengan RTRW Kabupaten Bekasi) Pembangunan Jalan Tol JORR 2 Tarumajaya Setu (sesuai dengan RTRW Kabupaten Bekasi) Pembangunan interchange tol di desa Makmur Jaya dan Srijaya Pembangunan jalan kolektor primer Babelan Muaragembong, sebagai pembuka akses ke Muaragembong Pembangunan pelabuhan nelayan dan rehabilitasi kampong nelayan di Muara Bendera Pembangunan pariwisata di Pantai Sederhana dan Pantai Bahagia sebagai ecotourisme (Waterfront City)
DRAFT RANCANGAN PERDA TENTANG RENCANA DETIL TATA RUANG WP IV KAB. BEKASI
Mengingat :
RDTR WP IV Kab. Bekasi secara menyeluruh perlu disusun untuk pengembangan wilayah secara terpadu; Penataan ruang di WP IV Kabupaten Bekasi perlu disinergikan dengan kerangka dasar dan pertimbangan perencanaan Kabupaten Bekasi dan wilayah yang ada di sekitarnya (Kota Bekasi-DKI Jakarta); Pemanfaatan ruang WP IV Kabupaten Bekasi dimaksudkan sebagai perwujudan rencana tata ruang mencakup berbagi kegiatan pembangunan fisik, sosial, ekonomi dan budaya yang secara visual, historis atau fisik sebagai bagian ruang yang dipengaruhi oleh darat, sungai, dan laut; Pengelolaan WP IV Kabupaten Bekasi membutuhkan suatu program pengelolaan pembangunan yang terintegrasi; Perlu membentuk RDTR WP IV tahun 2025 dengan peraturan daerah.
DRAFT RANCANGAN PERDA TENTANG RENCANA DETIL TATA RUANG WP IV KAB. BEKASI
Menimbang : Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penataan ruang WP IV Kabupaten Bekasi; RTRW Kabupaten Bekasi (2009-2029)
Terdiri dari 11 bab 79 pasal Bab I: Ketentuan Umum, berisikan tentang definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam RDTR WP IV. Hal ini bertujuan untuk menyamakan persepsi pengertian dari istilah yang digunakan dalam RDTR WP IV Bab II : Maksud, Tujuan, dan Kedudukan, berisikan maksud, tujuan dan sasaran dari RDTR WP IV Kabupaten Bekasi Bab III : Rencana Struktur dan Pola Ruang WP IV Kabupaten Bekasi, memuat tentang : Rencana struktur ruang mencakup hirarki pelayanan kegiatan, rencana infrastruktur Rencana pola ruang, mencakup rencana pemanfaatan ruang WP IV tahun 2025 yang terdiri dari pemanfaatan untuk kawasan lindung/yang berfungsi lindung dan pemanfaatan untuk kawasan budidaya Bab IV : Arahan pemanfaatan ruang WP IV Kabupaten Bekasi, yang berisikan prioritas pemanfaatan ruang yang akan dilaksanakan di WP IV Kabupaten Bekasi Bab V : Arahan pengendalian pemanfaatan ruang, berisikan tentang aturan intensitas pemanfaatan ruang WP IV (KDB, KLB, KDH), arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif serta arahan sanksi pemanfaatan ruang Bab VI : Hak, kewajiban, dan peran serta masyarakat, mencakup arahan hak dan kewajiban masyarakat terhadap pemanfaatan ruang di WP IV Kabupaten Bekasi, serta mengatur tata cara peran serta masyarakat dalam penataan ruang WP IV Kabupaten Bekasi mencakup tahap perencanaaan, pemanfaatan, dan pengendalian ruang) Bab VII : Penyidikan Bab VIII : Jangka Waktu dan Peninjauan Kembali, mengatur tentang jangka waktu berlakunya dan peninjauan kembali dari RDTR WP IV Bab IX : Ketentuan lain, membahas tentang arahan produk rencana tata ruang yang mendukung untuk implementasi dari RDTR WP IV Kabupaten Bekasi Bab X : Ketentuan peralihan, mengatur tentang pemberlakukan dari RDTR WP IV kabupaten Bekasi Bab XI : Ketentuan penutup.
Terima kasih
PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN & SOSIALISASI RDTR WP IV (ZONA UTARA), KAB. BEKASI
DRAFT RANCANGAN PERDA TENTANG RENCANA DETIL TATA RUANG WP IV KAB. BEKASI
Mengingat :
RDTR WP IV Kab. Bekasi secara menyeluruh perlu disusun untuk pengembangan wilayah secara terpadu; Penataan ruang di WP IV Kabupaten Bekasi perlu disinergikan dengan kerangka dasar dan pertimbangan perencanaan Kabupaten Bekasi dan wilayah yang ada di sekitarnya (Kota Bekasi-DKI Jakarta); Pemanfaatan ruang WP IV Kabupaten Bekasi dimaksudkan sebagai perwujudan rencana tata ruang mencakup berbagi kegiatan pembangunan fisik, sosial, ekonomi dan budaya yang secara visual, historis atau fisik sebagai bagian ruang yang dipengaruhi oleh darat, sungai, dan laut; Pengelolaan WP IV Kabupaten Bekasi membutuhkan suatu program pengelolaan pembangunan yang terintegrasi; Perlu membentuk RDTR WP IV tahun 2025 dengan peraturan daerah.
DRAFT RANCANGAN PERDA TENTANG RENCANA DETIL TATA RUANG WP IV KAB. BEKASI
Menimbang : Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penataan ruang WP IV Kabupaten Bekasi; RTRW Kabupaten Bekasi (2009-2029)
Terdiri dari 11 bab 79 pasal Bab I: Ketentuan Umum, berisikan tentang definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam RDTR WP IV. Hal ini bertujuan untuk menyamakan persepsi pengertian dari istilah yang digunakan dalam RDTR WP IV Bab II : Maksud, Tujuan, dan Kedudukan, berisikan maksud, tujuan dan sasaran dari RDTR WP IV Kabupaten Bekasi Bab III : Rencana Struktur dan Pola Ruang WP IV Kabupaten Bekasi, memuat tentang : Rencana struktur ruang mencakup hirarki pelayanan kegiatan, rencana infrastruktur Rencana pola ruang, mencakup rencana pemanfaatan ruang WP IV tahun 2025 yang terdiri dari pemanfaatan untuk kawasan lindung/yang berfungsi lindung dan pemanfaatan untuk kawasan budidaya Bab IV : Arahan pemanfaatan ruang WP IV Kabupaten Bekasi, yang berisikan prioritas pemanfaatan ruang yang akan dilaksanakan di WP IV Kabupaten Bekasi Bab V : Arahan pengendalian pemanfaatan ruang, berisikan tentang aturan intensitas pemanfaatan ruang WP IV (KDB, KLB, KDH), arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif serta arahan sanksi pemanfaatan ruang Bab VI : Hak, kewajiban, dan peran serta masyarakat, mencakup arahan hak dan kewajiban masyarakat terhadap pemanfaatan ruang di WP IV Kabupaten Bekasi, serta mengatur tata cara peran serta masyarakat dalam penataan ruang WP IV Kabupaten Bekasi mencakup tahap perencanaaan, pemanfaatan, dan pengendalian ruang) Bab VII : Penyidikan Bab VIII : Jangka Waktu dan Peninjauan Kembali, mengatur tentang jangka waktu berlakunya dan peninjauan kembali dari RDTR WP IV Bab IX : Ketentuan lain, membahas tentang arahan produk rencana tata ruang yang mendukung untuk implementasi dari RDTR WP IV Kabupaten Bekasi Bab X : Ketentuan peralihan, mengatur tentang pemberlakukan dari RDTR WP IV kabupaten Bekasi Bab XI : Ketentuan penutup.
Tujuan :
Sebagai arahan bagi masyarakat dalam pengisian pembangunan fisik kawasan, Sebagai pedoman bagi instansi dalam menyusun zonasi, dan pemberian periIzinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan.
Menciptakan keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan permukiman dalam kawasan. Mewujudkan keterpaduan program pembangunan antar kawasan maupun dalam kawasan. Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsional kabupaten, baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat/ swasta. Mendorongnya investasi masyarakat di dalam kawasan. Terkoordinasinya pembangunan kawasan antara pemerintah dan masyarakat/ swasta.
Kedudukan :
Rencana operasional arahan pembangunan kawasan (operasional action plan); Rencana pengembangan dan peruntukan kawasan (area development plan); Panduan untuk rencana aksi dan panduan rancang bangun (urban design guidelines).
BLOK PERENCANAAN
Kawasan lindung dan penyangga Perumahan kepadatan rendah Permukiman Nelayan CBD skala lokal (sentra sekunder) Pendidikan skala lokal Kawasan budidaya pertanian Pendidikan skala lokal Kawasan budidaya perikanan Kawasan Pariwisata
Kawasan lindung dan penyangga Perumahan kepadatan rendah sampai tinggi CBD skala lokal dan antar BWK Pendidikan, pemerintahan, kesehatan skala lokal Industri dan Pergudangan Pelabuhan Bongkar Muat Barang
Pemerintahan, kesehatan, pendidikan skala lokal Perumahan kepadatan rendah sampai tinggi CBD Skala Regional (sentra primer) Kawasan Pelabuhan Bongkar Muat Industri dan Pergudangan Kawasan lindung/ yang berfungsi lindung
Permukiman Skala Sedang Tinggi Industri Skala Sedang Pendidikan & Kesehatan Skala Lokal CBD Skala Lokal (Sentra Sekunder)
Rencana Pengembangan penduduk perkotaan (kepadatan tinggi), diarahkan di BWK B (Kecamatan Babelan), BWK C (Kecamatan Tarumajaya), dan BWK D (Kecamatan Tambun Utara) Rencana pengembangan penduduk perdesaan termasuk pengembangan penduduk sebagai nelayan (kepadatan rendah), diarahkan di BWK A (Kecamatan Muaragembong),
Sentra Primer, pusat kegiatan di Sub BWK C.1berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi berskala regional, pusat kegiatan pemerintahan dan skala sarana wilayah (daerah). Sentra Sekunder, pusat kegiatan di Sub BWK A.2, B.3 dan D.1 berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, pusat pemerintahan dan sarana daerah skala sub wilayah, dengan jangkauan pelayanan beberapa kecamatan. Corak pelayanan mengarah kepada kegiatan perdagangan eceran, kegiatan jasa pribadi dan jasa perdagangan. Sentra tersier/lokal, pusat kegiatan pada masing-masing sub BWK lainnya berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, pusat pemerintahan dan sarana daerah berskala lingkungan, dengan jangkauan pelayanan kelurahan/desa atau beberapa RW. Corak pelayanan perdagangan eceran.
ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN A. Prioritas pemanfaatan ruang WP IV adalah : Pengembangan jaringan jalan untuk membuka akses di BWK Muaragembong Rehabilitasi permukiman nelayan di BWK Muaragembong B. Indikasi program pembangunan WP IV dicantumkan pada Tabel 1 yang tidak terpisahkan dari Rancangan Peraturan Daerah ini
KDB yang diarahkan di WP IV adalah sebagai berikut : a. Lahan yang diperuntukkan sebagai Kawasan Permukiman, KDB: 30 % - 60 % b. Lahan yang diperuntukkan sebagai Kawasan Perdagangan dan Jasa, KDB: 40 % - 70 % c. Lahan yang diperuntukkan sebagai Kawasan Pusat Pemerintahan, KDB: 40 % - 60 % d. Lahan yang diperuntukkan bagi Fasilitas Sosial dan Umum, KDB: 30 % 60 % e. Lahan yang diperuntukkan Industri dan Pertambangan, KDB: 40 % f. Lahan yang diperuntukkan bagi Ruang Terbuka Hijau: KDB: 0 KLB yang diarahkan di WP IV adalah sebagai berikut : a. Lahan yang diperuntukkan sebagai Kawasan Permukiman, KLB: 0,6 1,5 b. Lahan yang diperuntukkan sebagai Kawasan Perdagangan dan Jasa, KLB: 0,9 3,2 c. Lahan yang diperuntukkan sebagai Kawasan Pusat Pemerintahan, KLB: 0,6 1,2 d. Lahan yang diperuntukkan bagi Fasilitas Sosial dan Umum, KLB: 0,8 1,0 e. Lahan yang diperuntukkan Industri dan Pertambangan, KLB: 0,8 f. Lahan yang diperuntukkan bagi Ruang Terbuka Hijau: KLB: 0
Garis Sempadan Bangungan pada Jalan Kolektor Primer dengan lebar jalan > 7 meter dengan bahu jalan 2 x 1,75 m, kecepatan paling rendah 40 km/jam dan mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata. Garis Sempadan Bangungan pada Jalan Kolektor Sekunder dengan lebar jalan > 7 meter dengan bahu jalan 2 x 1,50 m, kecepatan paling rendah 20 km/jam. Garis Sempadan Bangungan pada Jalan Lokal Primer dengan lebar jalan > 5 meter dengan bahu jalan 2 x 1,50 m, kecepatan paling rendah 20 km/jam. Garis Sempadan Bangungan pada Jalan Lokal Sekunder dengan lebar jalan > 3,5 meter dengan bahu jalan 2 x 1,00 m, kecepatan paling rendah 20 km/jam. Garis Sempadan Muka Bangunan dan sempadan samping yang menghadap jalan ditetapkan dari daerah milik jalan (Damija) ditambah 1 (satu) meter. Garis Sempadan Samping bangunan berjarak minimum 1 meter dari dinding bangunan. Garis Sempadan Belakang bangunan berjarak minimum 1.5 meter dari dinding bangunan.
Penetapan Garis Sempadan Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul untuk sungai kecil dan 5 (lima) meter untuk sungai besar seperti Sungai Citarum, Sungai CBL, dan Sungai Bekasi Penetapan Garis Sempadan Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sisi luar kaki tanggul untuk sungai kecil dan 10 (sepuluh) meter untuk sungai besar. Sekurang-kurangnya 100 meter di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan kiri sungai kecil yang tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan. Penetapan Garis Sempadan Sungai Tidak Bertanggul di luar kawasan perkotaan yaitu: Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter, Garis Sempadan Sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 10 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (duapuluh) meter, garis sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Garis Sempadan Pantai meliputi Sub BWK A.1, Sub BWK A.2, Sub BWK B.1, dan Sub BWK C1 berkisar antara 30 meter 75 meter.
Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan arahan intensitas pemanfaatan ruang Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam rencana ini. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang WP IV dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten kepada kecamatan dan kepada masyarakat. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan menurut prosedur sesuai ketentuan peraturan yang berlaku oleh instansi berwenang sesuai dengan kewenangannya dan dikoordinasikan dengan Bupati.
BENTUK INSENTIF
Insentif pada pemerintah daerah diberikan dalam bentuk : Pemberian kompensasi Urusan saham Pembangunan serta pengadaan insfrastruktur Penghargaan Insentif kepada masyarakat diberikan antara lain dalam bentuk: Keringanan pajak Pemberian kompensasi Imbalan Sewa ruang Penyediaan infrastruktur Kemudahan prosedur Perizinan penghargaan
BENTUK DISINSENTIF
Disinsentif kepada pemerintah daerah diberikan dalam bentuk antara lain:
Disinsentif dari pemerintah daerah kepada masyarakat diberikan dalam bentuk antara lain: Pengenaan pajak tinggi Pembatasan penyediaan infrastruktur Pengenaan kompensasi Penalti
ARAHAN SANKSI
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang RDTR WP IV; Pelanggaran ketentuan arahan pemanfaatan ruang WP IV; Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RDTR WP IV; Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RDTR WP IV; Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RDTR WP IV; Pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar. Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam pengendalian lingkungan hidup
SANKSI
Penerapan Sanksi
Peringatan tertulis Penghentian sementara kegiatan Penghentian sementara pelayanan umum Penutupan lokasi Pencabutan izin Pembatalan izin Pembongkaran bangunan Pemulihan fungsi ruang Denda administrasi
Sanksi Pidana
Sanksi Perdata, dapat berupa tindakan pengenaan denda atau pengenaan ganti rugi. Sanksi ini dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat terganggunya kepentingan seseorang, kelompok orang, atau badan hukum. Sanksi perdata dapat berupa ganti rugi, pemulihan keadaan atau perintah dan pelarangan melakukan suatu perbuatan.
Kegiatan yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang; Kegiatan yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; Kegiatan yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan Kegiatan yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum, diancam dengan hukuman kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan denda setinggi-tingginya Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) Jika pelanggaran terhadap ketentuan rencana tata ruang wilayah yang mengakibatkan tindak pidana yang lainnya, maka pelaku akan dikenai sanksi berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana pelanggaran terhadap rencana tata ruang wilayah seperti dimaksud di atas, dapat menuntut ganti kerugian secara perdata kepada pelaku tindak pidana sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang yang menyimpang dari rencana dilakukan dengan kegiatan penertiban, dilakukan dengan :
Pengawasan umum terhadap pemanfaatan ruang dan penyimpangan/ pelanggaran RDTR WP IV harus dilakukan oleh aparat pada unit terkecil, yaitu kecamatan, kelurahan, RT dan RW, serta oleh masyarakat umum; dan Pengawasan khusus terhadap penyimpangan/pelanggaran RDTR WP IV harus dilakukan oleh instansi pemberi izin dan instansi lain yang terkait.
Penertiban oleh Bupati dengan menugaskan unit kerja yang berwenang, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Penertiban pemanfaatan ruang dilakukan sebagai upaya untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud sesuai rencana tata ruang yang ada.
Pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan secara terpadu dan komprehensif melalui suatu koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah Daerah dan pihak-pihak lain yang terkait dengan pemanfaatan ruang dan pelaksanaan kegiatan pembangunan. Untuk pelaksanaan koordinasi penataan ruang yang bersifat teknis akan dilakukan oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD).
Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan wilayah; Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan termasuk bantuan untuk memperjelas hak atas ruang di wilayah dan termasuk pula pelaksanaan tata ruang WP IV; Pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyusunan strategi dan struktur pemanfaatan ruang wilayah provinsi; Pengajuan usulan keberatan dan perubahan rencana terhadap rancangan RTRW Kabupaen Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan dan atau bantuan tenaga ahli; dan Terjaminnya usulan masyarakat dalam rencana tata ruang.
Pemantauan terhadap pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara serta ruang bawah tanah berdasarkan peraturan perundang-undangan,agama, adat, atau kebiasaan yang berlaku; Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan yang mencakup lebih dari satu wilayah Kota administrasi; Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan RDTR WP IV yang telah ditetapkan; Bantuan teknik dan pengelolaan dalam pemanfaatan dan/atau; dan Kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang skala kecamatan dan WP, termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan dimaksud dan/atau sumberdaya tanah, air, udara, dan sumberdaya lainnya; dan Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban pemanfaatan ruang.
Untuk operasionalisasi RDTR WP IV, disusun rencana rinci tata ruang yang meliputi:
Jangka waktu RDTR WP IV adalah 15 (lima belas) tahun. RDTR WP IV dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun sejak Peraturan Daerah ini berlaku.