Anda di halaman 1dari 12

2.

3 Fisiologi ginjal

2.3.1 Fungsi Ginjal 1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh 2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan 3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal 4. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia 5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang.

2.3.2 Pembentukan urin Kecepatan eksresi berbagai zat dalam urin merupakan jumlah ketiga proses ginjal, yang diperlihatkan pada gambar dibawah ini: (1)filtrasi glomerulus, (2) reabsorpsi zat dari tubulus renal ke dalamdarah, dan (3) sekresi zat dari darah ke tubulus renal.

Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein difiltrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrasi glomerulus dalam kapsula Bowman hampir sama dengan dalam plasma. Ketika cairan yang telah difiltrasi ini meninggalkan kapsula Bowman dan mengalir melewati tubulus, cairan ini mengalami perubahan akibat adanya reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik kembali ke dalam darah ataus ekresi zat-zat lain dari kapiler peritubulus ke dalam tubulus.

Jumlah Urine Dipengaruhi oleh: Jumlah cairan yang diminum (Balans cairan). Jumlah garam yang masuk. Hormon Antidiuretika (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior. A. Filtrasi Glomerulus Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsula Bowman. Seperti kebanyakan kapiler, kapiler glomerulus juga relative impermeable terhadap protein, sehingga cairan hasil filtrasi (disebut filtrate glomerulus) pada dasarnya bersifat bebas protein dan tidak mengandung elemen seluler termasuk sel darah. Cairan yang difiltrasi ke dalam glomerulus ke dalam kapsul Bowman harus melewati tiga lapisan yang membentuk membrane glomerulus: (1) dinding kapiler glomerulus, (2) lapisan gelatinosa aseluler yang dikenal sebagai membrane basal (basement membrane), dan (3) lapisan dalam kapsul Bowman. Secara kolektif, ketiga lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekul halus yang menahan sel darah merah dan protein plasma, tetapimelewatkan H2O dan zat terlarut lain yang ukuran molekulernya cukup kecil. Dinding kapiler glomerulus yang terdiri dari selapis sel endotel gepeng, memiliki lubang-lubang dengan banyak pori-pori besar,atau fenestra, yang membuat seratus kali lebih permeable terhadap H2O dan zat terlarut dibandingkan kapiler di tempat lain. Membrane basal terdiri dari glikoprotein dan kolagen, glikoprotein bermuatan sangat negative dan yang akan menolak albumin dan protein plasma lain, karena yang terakhir juga bermuatan negative. Dengan demikian, protein plasma hampir seluruhnya tidak dapat difiltrasi, dan kurang dari 1% molekul albumin yang berhasil lolos untuk masuk ke kapsul Bowman.

Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat suatu gaya yang mendorong sebagian plasma dalam glomerulus menembus lubang-lubang membrane glomerulus. Dalam perpindahan cairan dari

plasma menembus membrane glomerulus menuju kapsul Bowman tidak terdapat mekanisme transport aktif atau pemakaian energy local. Filtrasi glomerulus disebabkan oleh adanya gaya-gaya fisik pasif yang serupa dengan gaya-gaya yang terdapat di kapiler bagian tubuh lainnya. Karena glomerulus merupakan suatu kapiler, prinsip-prinsip dinamika cairan yang mendasari ultrafiltrasi melintasi kapiler lain juga berlaku, kecuali dua perbedaan penting: (1) kapiler glomerulus jauh lebih permeable dibandingkan dengan kapiler di tempat lain, sehingga untuk tekanan filtrasi yang sama lebih banyak cairan yang difiltrasi, dan (2) keseimbangan gaya-gaya di kedua sisi membrane glomerulus adalah sedemikian rupa, sehingga filtrasi berlangsung dikeseluruhan panjang kapiler. Sebaliknya, keseimbangan gaya-gaya di kapiler lain bergeser, sehingga filtrasi berlangsung di bagian awal pembuluh tetapi menjelang akhir terjadi reabsorpsi. Terdapat tiga gaya fisik yang terlibat dalam filtrasi glomerulus:(1) tekanan darah kapiler glomerulus, (2) tekanan osmotic koloid plasma, dan (3) tekanan hidrostatik kapsul Bowman. Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di dalam kapiler glomerulus. Tekanan ini bergantung pada kontraksi jantung (sumber energy yang menghasilkan filtrasi glomerulus) dan resistensi arteriol aferen dan eferen terhadap aliran darah. Tekanan di kapiler glomerulus lebih tinggi daripada tekanan di jaringan kapiler lainnya karena adanya arteriol aferen yang merupakan cabang yang pendek dan lurus dari arteri interlobularis. Selain itu, pembuluh darah setelah glomerulus, yaitu arteriol eferen, memiliki tahanan yang relative tinggi. Tekanan hidrostatik kapiler dilawan oleh tekanan hidrostatik kapsul Bowman. Selain itu, tekanan hidrostatik kapiler juga dilawaoleh perbedaan tekanan osmotic di dalam dan di luar kapiler glomerulus.

Tekanan osmotik koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi protein-protein plasma yang tidak seimbang di kedua sisi membrane glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi, protein-protein plasma terdapat di kapiler glomerulus tetapi tidak ditemukan dikapsul Bowman. Dengan demikian, konsentrasi H2O di kapsul Bowman lebih tinggi daripada konsentrasinya di kapiler glomerulus. berpindah secara Akibatnya adalah kecenderungan H2O untuk

osmotik mengikuti penurunan gradient konsentrasinya dari kapsul Bowman ke kapiler glomerulus melawan filtrasi glomerulus. Cairan di dalam kapsul Bowman menimbulkan tekanan hidrostatik (cairan). Tekanan ini, yang cenderung mendorong cairan keluar dari kapsul Bowman, melawan filtrasi cairan dari glomerulus ke dalam kapsul Bowman. Dalam keadaan normal, sekitar 20% plasma yang masuk ke glomerulus difiltrasi dengan tekanan filtrasi netto 10 mmHg, menghasilkan secara kolektif melalui semua glomerulus 180 liter filtrate glomerulus setiap hari untuk GFR rata-rata 125 ml/menit pada pria dan 160 liter filtrate per hari untuk GFR 115 ml/menit pada wanita. Konsentrasi isi filtrate glomerulus selain bebas protein dan tidak mengandung elemen seluler termasuk sel darah, filtrate ini juga mengandung sebagian besar garam dan molekull organic,serupa dengan konsentrasinya dalam plasma. Pengecualian terhadap keadaan umum ini ialah beberapa zat dengan berat molekul ringan seperti kalsium dan asam lemak, yang tidak difiltrasi secara bebas karena zat tersebut sebagian terikat pada protein plasma. Hampir setengah dari kalsium plasma dan sebagian besar asam lemak plasma terikat pada protein, dan bagian yang terikat ini tidak difiltrasi dari kapiler glomerulus. B. Reabsorbsi

Sewaktu filtrate glomerulus memasuki tubulus ginjal filtrate ini mengalir bagian bagian tubulus secara berurutan tubulus proksimalis, ansa Henle, tubulus distal, tubulus koligentes, dan akhirnya duktus koligentes- sebelum diekskresikan sebagai urin. Beberapa zat seperti glukosa dan asam amino, direabsorbsi hampir disemua tubulus. Sehingga kecepatan ekskresi urin zat tersebut nol. Banyak ion dalam plasma seperti natrium, klorida,dan bikarbonat, juga sangat direabsorbsi, tetapi kecepatan reabsorbsi dan ekskresi urinnya bergantung dengan keadaan tubuh. Sebaliknya produk buangan seperti ureum dan kreatinin sulit direabsorbsi di tubulus sehingga diekskresi dalam jumlah yang besar. Bila suatu zat yang akan direabsorbsi, (1) melintasi membrane epitel tubulus ke dalam cairan interstisial ginjal dan ke mudian (2) melalui membrane kapiler peritubulus kembali ke pembuluh darah.Sehingga reabsorsi air dan zat terlarut melipti serangkaian langkah transport. Reabsorbsi melalui epitel tubulus ke dalam cairan interstisial meliputi transport aktif atau pasif dengan mekanisme dasar. Sebagai contoh, air dan zat terlarut dapat ditranspor melalui membrane sel nya sendiri (jalur trans -seluler) atau melalui ruang sambungan antara sel (jalur paraseluler). Kemudian air dan zat terlarut ditranspor melalui dinding kapiler ke dalam darah melalui ultrafiltrasi yang diperantarai oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic koloid.

Reabsorsi di sepanjang nefron 1) Tubulus Proksimal Pada pertengahan pertama tubulus proksima, natrium direabsorbsi dengan cara ko-transpor bersama-sama dengan glukosa, asam amino, dan zat terlarut lainnya.tetapi pada bagian pertengan kedua dari tubulus proksimal, hanya sedikit glukosa dan

asam amino yang direabsorbsi. Pada saat ini yang terutama direabsorbsi adalah natrium dan klorida. 2) Ansa Henle Bagian desendens tipis sangat permeable dengan air dan sedikit permeable terhadap zat terlarut, termasuk ureum dan natrium. Sehingga sekitar 20% air yang difiltrasi diserap disini.Lengkung asendens, termasuk tebal dan tipis tidak permeable terhadap air, dan mampu melakukan transport aktif natrium,klorida, dan kalium. 3) Tubulus Distal Memiliki ciri yang sama dengan bagian asendens lengkung henle, kerena alasan inilah disebut pula segmen pengencer. 4) Tubulus distal bagian akhir dan tubulus koligentes kortikalis Memiliki sel-sel prinsipalis dan sel interkalatus. Sel prinsipalis mereabsorbsi natrium dan air dari lumen dan menyekresikan ion kalium ke lumen. Sel interkalatus mereabsorbsi kalium dan menyekresikan ion hydrogen ke dalam lumen tubulus. 5) Duktus koligentes medulla Hanya menyerap 10% air yang difiltrasi namun merupakan bagian akhir sehingga penting. Ciri tubulus ini adalah: a) Permeabilitas duktus koligentes bagian medulla terhadap air dikontrol oleh kadar ADH. b) Bersifat permeable terhadap ureum, membentuk urin yang pekat. c) Menyekresikan ion hydrogen, peran dalam control asam basa. C. Sekresi Sekresi tubulus mengacu pada perpindahan selektif zat zat dari darah kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan

rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk ke dalam tubulus ginjal. Sekresi tubulus, dapat juga di pandang sebagai mekanisme tambahan yang meningkatkan eliminasi zat-zat tertentu dari tubuh. Semua zat yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui filtrasi glomerulus maupun sekresi tubulus dan tidak direabsorpsi, akan dieliminasi dalam urin. Sekresi tubulus melibatkan transportasi trans epitel seperti yang dilakukan saat reabsorpsi tubulus, tetapi langkahlangkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat aktif atau pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen (H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya adalah senyawa -senyawa yang asing bagi tubuh. 1. Sekresi Ion Hidrogen Sekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam basa tubuh. Ion hidrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi di tubulus proksimal, distal, dan pengumpul (duktus koligentes). Tingkat sekresi H+bergantung pada keasaman cairan tubuh. Sebaliknya, sekresi H+ akan berkurang apabila konsentrasi H+ di dalam cairan tubuh terlalu rendah. 2. Sekresi Ion Kalium Ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan di berbagai bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul.Reabsorpsi ion kalium di awal tubulus bersifat konstan dan tidak diatur, sedangkan sekresi K+ di bagian akhir tubulus bervariasi dan berada dibawah kontrol. Dalam keadaan normal, jumlah K+ yang diekskresikan dalam urin adalah 10% sampai 15% dari jumlahnya yang difiltrasi. Namun, K+ yang difiltrasi hampir seluruhnya direabsorpsi , sehingga

sebagian besar K+ yang muncul di urin berasal dari sekresi K+ yang dikontrol dan bukan difiltrasi. Sekresi ion kalium di tubulus distal dan pengumpul digabungkan dengan reabsorpsi Na+ melalui pompa Na+-K+ basolateral yang bergantung pada energi. Pompa ini tidak saja memindahkan Na+ ke luar ke ruang lateral, tetapi juga memindahkan K+ ke dalam sel tubulus. Konsentrasi K+ intrasel yang meningkat mendorong difusi K+ dari sel ke dalam lumen tubulus. Dengan menjaga konsentrasi K+ di cairan interstisium rendah, yaitu dengan memindahkan K+ ke dalam sel tubulus dari cairan interstisium di sekitarnya, pompa basolateral mendorong difusi pasif K+ keluar dari plasma kapiler peritubulus ke dalam cairan interstisium. Beberapa faktor mampu mengubah kecepatan sekresi K+, yang paling penting adalah hormon aldosteron, yang merangsang sekresi K+ oleh sel-sel tubulus di bagian akhir nefron secara simultan untuk meningkatkan reabsorpsi Na+ oleh sel-sel tersebut. Peningkatan konsentrasi K+ plasma secara langsung merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan keluaran aldosteronnya, yang kemudian mendorong sekresi dan ekskresi kelebihan K+. Sebaliknya,penurunan ginjal yang dirangsang oleh konsentrasi aldosteron K+ juga plasma berkurang. menyebabkan reduksisekresi aldosteron, sehingga sekresi K+ oleh Peningkatan dan penurunan konsentrasi K+ di plasma(CES) dapat mengubah gradien konsentrasi K+ intrasel ke ekstrasel, yang pada gilirannya dapat mengubah potensial membran istirahat. Peningkatan konsentrasi K+ CES menyebabkan penurunan potensial istirahat dan diikuti dengan peningkatan eksitabilitas, terutama otot jantung. 3. Sekresi Anion dan Kation

Organik

Tubulus

proksimal

mengandung

dua jenis

pembawa sekrotik yang terpisah, satu untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation organik. Sistem sistem ini memiliki beberapa fungsi penting : a) Dengan menambahkan lebih banyak ion organik tertentu ke cairan tubulus yang sudah mengandungbahan yang bersangkutan melalui proses filtrasi , jalur sekrotik organik ini mempermudah ekskresi bahan-bahan tersebut. Yang termasuk dalam ion-ion organik tersebut adalah zat-zat perantara kimiawi yang terdapat dalam darah, misalnya golonga nprostaglandin, yang setelah menjalankan tugasnya,perlu segera dibersihkan dari darah, sehingga aktivitas biologisnya tidak berkepanjangan. b) Pada beberapa keadaan yang penting, ion organik secara ekstensif tetapi tidak ireversibel terikat ke protein plasma. Karena melekat ke protein plasma, ion -ion organik tersebut tidak dapat difiltrasi melalui glomerulus. Sekresi tubulus mempermudah eliminasi ion-ion organik yang dapat difiltrasi melalui urin. c) Yang paling terpenting adalah kemampuan sistem sekresi ion organik mengeliminasi banyak senyawa asing dari tubuh. Sistem ion organik dapat mensekresikan sejumlah besar ion organik yang berbeda-beda, baik yang diproduksi secara endogen(di dalam tubuh) maupun ion organik asing yang masuk ke dalam tubuh. Mekanisme ion nonselektif organik ini memungkinkan sistem sekresi tersebut

meningkatkan pengeluaran banyak zat kimia organik asing, termasuk zat-zat tambahan pada makanan,polutan lingkungan (misalnya pestisida), obat, dan bahan organik non-nutritif lain yang masuk ke dalam tubuh. Referensi:

DAFTAR PUSTAKA Moore, Keith L. Dalley Arthur F., Agur, Anne M. R., 2009, Clinically Oriented Anatomy, Sixth Edition, Patton, Kevin T. and Thibodeau, Gary A., 2000, Mosby's Handbook of Anatomy and Physiology, 7th ed Ross and Wilson's, 2006, Anatomy and Physiology Colouring and Workbook, Churchill Livingstone (London); 2nd Revised edition Sherwood, L. 2010. Human physiology: from cell to systems. 7th Brooks/Cole, Cengange Learning ed. Canada:

Todd R. Olson, Wojciech Pawlina, 2008, The ADAM Student Atlas of Anatomy, Cambridge University Press

Anda mungkin juga menyukai