Anda di halaman 1dari 3

Penataan dan Pemantapan UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian

Perkembangan lingkungan strategis pembangunan pertanian menuntut kesiapan jajaran penelitian dan pengembangan untuk mengantisi-pasinya. Berbagai langkah progresif telah diambil Badan Litbang Pertanian, termasuk melakukan reorganisasi. Peningkatan Fungsi Sarana Penelitian Berdasarkan reorientasi litbang nasional dan litbang daerah, dilakukan penataan instalasi yang ada di BPTP dan Balit untuk lebih mengfungsikan kebun percobaan sebagai salah satu aset sarana penelitian. Sejalan dengan hal itu, beberapa instalasi dipindahkan dari BPTP ke Balit atau dari Balit ke Balit lainnya. Instalasi yang dipindahkan pengelolaannya ke Balit adalah instalasi yang pada waktu lalu merupakan Sub Balit, dan selanjutnya akan berfungsi sebagai kebun plasma nutfah, kebun uji daya hasil, kebun perbanyakan benih, atau instalasi penyakit hewan/ternak, yang sangat penting untuk kegiatan pemuliaan dan penelitian hama penyakit. Namun, beberapa instalasi tetap dipertahankan untuk dikelola BPTP berdasarkan keperluannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari penurunan kinerja instalasi penelitian dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya serta tuntutan pelaksanaan regionalisasi dan desentralisasi program litbang. Untuk menangani penelitian strategis seperti pengembangan padi hibrida dan tanaman tipe ideal, ketahanan terhadap hama dan penyakit penting, dan evaluasi materi pemuliaan padi rawa dan gogo, maka instalasi Muara yang semula berada di bawah Balai Penelitian Bioteknologi Pertanian dipindahkan pengelolaannya ke Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa). Selain realokasi untuk meningkatkan pemanfaatan instalasi, peningkatan status beberapa instalasi (non-eselon) menjadi Loka Penelitian (Lolit) juga dilakukan. Sebagai dasar peningkatan status menjadi UPT dengan mandat nasional,

tentunya tugas pokok dan fungsi-nya harus sesuai dengan kewe-nangan pemerintah pusat, selain UPT yang bersangkutan telah memiliki pembiayaan, pegawai, prasarana dan dokumen (P3D) yang memadai. Perpindahan Balit dan Lolit serta Perubahan Nama Berdasarkan mandatnya, Balit Tanaman Pangan Lahan Rawa tidak saja menangani penelitian tanaman pangan, tetapi juga komoditas lain yang dapat dikembangkan pada lahan rawa. Begitu pula Lolit Tanaman Pangan Jakenan tidak saja menangani tanaman pangan, tetapi juga pencemaran lingkungan pertanian. Berdasarkan hal itu, pengelolaan kedua unit kerja tersebut dipindahkan dari Puslitbang Tanaman Pangan ke Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Unit kerja tersebut masing-masing diberi nama Balit Pertanian Lahan Rawa dan Lolit Pencemaran Lingkungan Pertanian Lahirnya Balit Baru Pada prinsipnya tugas Puslitbang adalah melaksanakan fungsi koordinasi dan melakukan penelitian. Berdasarkan fungsi itulah, lahir dua Balit baru untuk melaksanakan tugas dan fungsi penelitian di bawah Puslitbang Tanah dan Agroklimat, yaitu Balit Tanah dan Balit Agroklimat dan Hidrologi. Kedua Balit tersebut berlokasi di Bogor. Dengan tiga Balit dan satu Lolit, Puslitbang Tanah dan Agroklimat terlihat gemuk. Pasalnya ada tambahan Balit Tanaman Lahan Rawa dan Lolit Pencemaran Lingkungan Pertanian. Semua ini dilakukan demi kelancaran tugas dan fungsi yang diemban jajaran Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Untuk memenuhi kebutuhan teknologi inovatif dalam pengembangan agribisnis, Badan Litbang Pertanian membentuk Balit baru yang mempunyai tugas menghasilkan teknologi pascapanen bagi pengembangan agroindustri. Balit baru ini bernama Balit Pascapanen

ada awal tahun 2001, Badan Litbang Pertanian kembali membenahi diri dengan struktur organisasi yang baru yang diikuti dengan pelantikan pejabat eselon II hingga IV secara berjenjang. Dalam struktur organisasi yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 01 tahun 2001, Badan Litbang Pertanian terdiri atas Sekretariat Badan, 6 Puslitbang, 1 Balai Besar, dan 26 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), serta secara teknis fung-sional membina Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian dan Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia. Selanjutnya, masih dirasa perlu untuk menata dan memantapkan unit pelaksana teknis, yang merupakan ujung tombak dalam mengemban tugas litbang strategis nasional dan litbang pertanian wilayah. Semua perubahan tersebut merupakan bagian dari konsolidasi internal dalam upaya mengimplementasikan Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah pusat dan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom. Penataan yang dinamis tersebut mengikuti tuntutan perubahan lingkungan strategis. Termasuk penataan dan pemantapan organisasi itu adalah peningkatan fungsi sarana penelitian, perpindahan Balai Penelitian (Balit) dan Loka Penelitian (Lolit), pembentukan Balit baru, dan peningkatan instalasi menjadi Lolit.

Dalam struktur organisasi terbaru, Puslitbang Tanah dan Agroklimat memiliki tiga Balai Penelitian dan satu Loka Penelitian.

Pertanian, yang menangani lintas komoditas pertanian dan berkantor di Jakarta. Masih ada satu lagi Balai baru di bawah koordinasi langsung Badan Litbang Petanian, yaitu Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BPPTP). BPPTP dibentuk untuk melaksanakan pengujian dan pengkajian komponen teknologi serta pengembangan paket teknologi pertanian. Balai ini berbeda dengan BPTP, karena BPTP melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian spesifik lokasi. Peningkatan Status Instalasi Penelitian Beberapa Instalasi Penelitian meningkat statusnya menjadi Loka

Penelitian. Untuk menangani pe-nyakit tungro, Instalasi Penelitian Lanrang yang semula di bawah Balit Jagung dan Serealia Lainnya (Balitjas) Maros, ditingkatkan menjadi Lolit Penyakit Tungro di bawah koordinasi Puslitbang Tanaman Pangan. Hal serupa terjadi pada IPPTP Tlekung yang berada di BPTP Jawa Timur, meningkat statusnya menjadi Lolit Tanaman Jeruk dan Hortikultura Subtropik di bawah koordinasi Puslitbang Hortikultura. Pertimbangannya adalah KP Tlekung dan sekitarnya merupakan kebun koleksi dan evaluasi plasma nutfah jeruk dan hortikultura subtropik. Dengan dasar pertimbangan serupa, IPPTP Sungei Putih pada BPTP Sumatera Utara ditingkatkan menjadi Lolit untuk mengemban tugas

penelitian kambing potong yang sangat diperlukan karena Indonesia merupakan pengekspor kambing dan domba ke negara Timur Tengah. Demikian pula IPPTP Grati pada BPTP Jawa Timur yang menangani sapi potong meningkat statusnya menjadi Lolit Sapi Potong. Dua Lolit tersebut berada di bawah koordinasi Puslitbang Peternakan. Pada struktur organisasi Badan Litbang yang baru ini terdapat tiga Balai yang langsung di bawah koordinasi Badan Litbang Pertanian (Gambar 1). Semoga perubahan tersebut semakin memantapkan manajemen pelaksanaan program penelitian dan pengembangan pertanian (Sulusi Prabawati).

Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jln. Ragunan 29, Pasarminggu Jakarta 12540 Telepon : (021) 7806202 Faksimile: (021) 7800644 E-mail : webadm@litbang.deptan.
go.id humas@litbang.deptan. go.id

BADAN LITBANG PERTANIAN

Sekretariat Badan

Puslitbang Tanaman Pangan Puslitbang Hortikultura Puslitbang Peternakan PUSTAKA Puslitbang Perkebunan BBP Alsintan

Puslitbang Tanah & Agroklimat Puslitbang Sosek Pertanian

Balit Biotek Balitsa 26 BPTP Balittro Balittra Balitnak

Balitpa

AP2I

Balit Pascapanen Pertanian Balitbu Balittas Balitvet Balit Tanah

Balitkabi

Teh & Kina Balithi Balitka Lolit Sapi Potong Balit Agroklimat & Hidrologi Karet Lolit Jeruk & Hortikultura Subtropik Lolit Tan. Sela Perkebunan Lolit Kambing Potong Lolit Pencemaran Lingkungan Pertanian P3GI

Kelapa Sawit

BPPTP

Balit Serealia

Lolit Penyakit Tungro

Kopi & Coklat

Gambar 1. Struktur Organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Anda mungkin juga menyukai