Anda di halaman 1dari 15

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

3.1

KABUPATEN LANGKAT

3.1.1 Letak Geografis Secara geografis Kabupaten Langkat terletak antara 30 14 4 0 13 Lintang Utara dan 970 52 98 0 45 Bujur Timur. Merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Utara dengan luas total 6.263,29 Km2. Secara administratif, Kabupaten Langkat berbatasan dengan : ? Sebelah Utara : Kabupaten Aceh Timur, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Selat Malaka ? Sebelah Selatan : Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara ? Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara ? Sebelah Barat : Kabapaten Aceh Tenggara, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Wilayah administrasi Kabupaten Langkat terdiri atas 20 Kecamatan dengan rincian sebagai berikut : Tabel : 3.1 Nama-nama Kecamatan dan Luas Kecamatan di Kabupaten Langkat
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. NAMA KECAMATAN Bahorok Salapian Sei Bingei Kuala Selesai Binjai Stabat Wampu Batang Serangan Sawit Seberang Padang Tualang Hinai Secanggang Tanjung Pura Gebang Babalan Sei Lapan Brandan Barat Besitang Pangkalan Susu LUAS (Ha) 95.510 46.990 33.845 19.476 15.208 4.955 9.064 19.375 93.490 43.507 27.491 11.428 24.873 16.578 16.299 10.180 30.681 9.200 71.048 27.131 % LUAS 15,25 7,50 5,40 3,11 2,43 0,79 1,45 3,09 14,93 6,95 4,39 1,82 3,97 2,65 2,60 1,63 4,90 1,47 11,34 4,33 JARAK KE IBU KOTA KABUPATEN (Km) 73 55 45 40 30 23 0 5 31 28 36 14 23 18 32 40 40 45 61 63

Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka Tahun 2002, BPS Kabupaten Langkat

Laporan Pendahuluan : Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok

III-1

Untuk lebih jelasnya, letak geografis dan batas-batas administrasi Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Gambar berikut.

3.1.2 Kondisi Fisik A. Curah Hujan

Berdasarkan data statistik tahun 2002, curah hujan rata-rata per tahun di Kabupaten Langkat adalah 166 mm dengan jumlah rata -rata jumlah hari hujan pertahun 10 hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat table berikut. Tabel : 3.2 Rata-Rata Curah Hujan dan Hari Hujan Kabupaten Langkat Tahun 2002 NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. BULAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-Rata CURAH HUJAN (mm) 121 52 112 130 168 121 159 99 420 251 199 162 166 HARI HUJAN ( Hari) 11 3 6 8 9 8 9 8 21 16 14 10 10

Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka Tahun 2002, BPS Kabupaten Langkat

Laporan Pendahuluan : Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok

III-2

B. Sungai Di Kabupaten Langkat terdapat 20 sungai, dengan sungai terpanjang adalah Sungai Wampu, dengan panjang lebih kurang 105 Km, dan sungai terpendek adalah Sungai Temuyuk denga panjang hanya 4 Km. Sengai terlebar juga Sungai Wampu dengan lebar 100 m, sedangkan sungai-sungai yang lainnya berkisar antara 10 sampai dengan 30 m. Untuk lebih jelasnya panjang dan lebar serta volume sungai-sungai di Kabupaten Langkat dapat dilihat tabel berikut ini. Tabel : 3.3 Nama-Nama Sungai dan Pajang serta Volume Sungai Kabupaten Langkat
NO NAMA SUNGAI KECAMATAN Bahorok, 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. Wampu Bagerpang Gergas Salapian Bahorok Bekulap Temuyuk Bingaei Mencirim Bengaru Salaon Gegumit Tambo Bekiun Menjahong Beserangan Besilam Tenang Musam Lepan Besitang Krueng Gading Belengking Dendang Serapuh Alur Hitam Salapian, 2.569 57 58 145 150 134 5 717 43 15 6 347 42 94 18 Tj. 1413 288 144 175 825 440 160 40 22 40 18 105 20 24 27 25 40 4 67 38 10 5 34 27 25 13 80 45 47 25 80 83 27 17 15 10 10 100 25 15 25 40 30 10 30 38 10 10 30 15 20 10 100 15 30 43 40 50 30 10 10 15 10 80 5 3 9 8 10 1 15 13 3 1 13 4 6 3 43 13 12 18 9 8 2 1 1 1 0.5 LUAS (Km )
2

PANJANG (Km)

LEBAR (Km)

VOLUME (Km3 )

Kuala, Selesai, Stabat, Binjai, Secanggang, Tanjung Pura Bahorok Bahorok, Stabat Salapian Bahorok Salapian, Kuala Salapian Sei Bingei, Binjai, Stabat Kota Binjai, Wampu Sei Bingei Sei Bingei Kuala, Selesai Kuala Kuala, Salapian Sei Bingei, Kuala Pdg. Tualang, Pura Binjai Pdg. Tualang Pdg. Tualang Babalan Besitang Secanggang, Stabat Stabat Stabat Tanjung Pura Gebang

Stabat, Pdg Tualang,

Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka Tahun 2002, BPS Kabupaten Langkat

Laporan Pendahuluan : Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok

III-3

3.1.3 Kondisi Sosial Ekonomi A. Penduduk Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2002, jumlah penduduk Kabupaten Langkat adalah 926.069 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Stabat yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Langkat dengan jumlah 67.807 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah di Kecamatan Brandan Barat dengan jumlah hanya 19.896 jiwa. Pertumbuhan penduduk rata-rata selama 4 tahun terakhir hanya 2,07% pe rtahun. Tingkat pertumbuhan tergolong rendah. Sedangkan pola penyebaran penduduk relatif merata. Penduduk terakumulasi paling banyak di Kecamatan Stabat yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Langkat sebesar 7,17 % dari total jumlah penduduk Kabupaten Langkat. Distribusi penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Barandan Barat yang hanya 2,1 % dari total jumlah penduduk Kabupaten Langkat. Kepadatan penduduk relatif kurang merata. Penduduk terpusat di Kecamatan Stabat dengan kepadatan 748 jiwa/Ha. Kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Batang Serangan yang hanya 36 jiwa/Ha. Sedangkan kepadatan penduduk rata-rata adalah 151 jiwa/Ha.

Tabel : 3.4 Jumlah, Kepadatan dan Distribusi Penduduk Kabupaten Langkat Tahun 2002
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KECAMATAN Bahorok Salapian Sei. Bingei Kuala Sele sai BinjaI Sta bat Wampu Batang Serangan LUAS (Ha) 955.100 469.900 338.450 194.760 152.080 49.550 90.640 193.750 934.900 435.070 274.910 114.280 248.730 165.780 162.990 101.800 306.810 92.000 PENDUDUK (Jiwa) 42,498 50,307 44,323 39,855 57,589 35,539 67,807 58,299 33,402 26,068 45,081 48,065 68,205 63,948 44,444 54,424 50,264 19,896 KEPADATAN (Jiwa/Ha) 44 107 131 205 379 717 748 301 36 60 164 421 274 386 273 535 164 216 DISTRIBUSI (%) 4.49 5.32 4.68 4.21 6.09 3.76 7.17 6.16 3.53 2.76 4.77 5.08 7.21 6.76 4.70 5.75 5.31 2.10 III-4

10 Sawit Seberang 11 Padang Tualang 12 H i n a I 13 Secanggang 14 Tanjung Pura 15 G e b a n g 16 B a b a l a n 17 Sei. Lepan 18 Brandan Barat

Laporan Pendahuluan : Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok

NO

KECAMATAN

LUAS (Ha) 710.480 271.310 6,263.290

PENDUDUK (Jiwa) 49,206 46,849 946,069

KEPADATAN (Jiwa/Ha) 69 173 151

DISTRIBUSI (%) 5.20 4.95 100.00

19 Besitang 20 Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

Sumber : Kabupaten Langkat Dalam Angka Tahun 2002, BPS Kabupaten Langkat

B. Perekonomian

Indikator perekonomian Kabupaten Langkat dilihat berdasarkan nilai PDRB dan pendapatan perkapita penduiduk. Nilai PDRB Kabupaten Langkat meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2002 nilai PDRB Kabupaten Langkat adalah 5.533.245,31 juta rupiah. Selama kurun waktu 1997 -2002 terjadi peningkatan penerimaan PDRB yang cukup signifikan, yaitu : lebih kurang 20,72 % pertahun. Pertumbuhan tertinggi di capai oleh sektor pertambangan/penggalian sebesar 39,85% per tahun dan terendah sektor angkutan dan komunikasi 9,67% per tahun.

Nilai PDRB tertinggi di kontribusi dari sektor pertanian sebesar 48,25% diikuti oleh sektor pertambangan/penggalian 15,23 %. Kontribusi terendah diberikan oleh sektor bangunan 1,20% diikuit oleh sektor angkutan & komunikasi sebesar 2,24%.

Sedangkan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Langkat mengalami peningkat dari tahun ketahun. Pada tahun 1999 tingkat pendapatan perkapita sebesar 4,5 juta rupiah pertahun, dan tahun 2001 men ingkat menjadi 5,2 juta rupiah pertahun. Jika di asumsikan satu kepala keluarga (KK) beranggota 5 jiwa, maka pendapatan perkapitan kepala keluarga di Kabupaten Langkat berkisar 25 juta rupiah pertahun. Tingkat pendapatan perkapita ini tergolong tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Laporan Pendahuluan : Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok

III-5

Tabel 3.5 Nilai PDRB Kabupaten Langkat Tahun 1997 -2002 Berdasarkan Harga Konstan 93 ( Dalam Juta Rupiah)
NO I. LAPANGAN USAHA
PERTANIAN a. Tanaman Pangan b. Perkebunan c. Peternakan d. Perikanan e. Kehuatan & Perkebunan

1997
1,223,591.22 342,700.14 479,043.83 64,885.25 177,401.01 159,560.99 225,869.06 223,605.15 2,263.91 317,934.99 263,524.23 53,007.03 1,403.73 10,944.54 9,324.82 1,619.72 34,901.00 237,391.71 232,625.05 770.82 3,995.84 78,118.25 75,210.77 93.02 46,020.49 29,097.26 2,907.48 71,928.86 4,499.81 18,090.77 48,512.28 826.00 129,933.98 102,170.32 27,763.66 13,332.33 3,987.24 10,444.09 2,330,613.61 -

1998
1,971,809.64 579,914.57 859,806.79 92,244.45 222,849.63 216,994.20 555,493.75 553,101.17 2,392.58 533,479.63 432,502.18 98,705.41 2,272.04 13,499.40 11,659.03 1,840.37 49,377.39 375,409.46 370,155.58 768.13 4,485.75 84,439.62 81,357.55 120.32 48,753.86 32,483.37 3,082.07 81,096.22 4,854.79 24,743.33 50,499.47 998.63 197,900.18 155,631.37 42,268.81 26,363.40 4,504.28 11,401.13 3,862,505.29

1999
2,156,899.07 631,722.86 875,727.08 127,063.71 233,288.42 289,097.00 537,027.35 534,208.22 2,819.13 533,676.92 437,131.38 94,269.70 2,275.84 14,132.87 12,118.49 2,014.38 52,481.87 381,625.64 375,709.13 782.35 5,134.16 92,829.65 89,732.78 121.86 54,031.05 35,579.87 3,096.87 97,874.85 4,233.00 32,781.57 59,831.07 1,029.21 210,759.23 157,555.66 53,203.57 35,345.42 4,991.76 12,866.39 4,077,307.45

2000
638,040.09 810,663.73 118,363.22 354,890.74 318,006.70 838,714.48 835,331.52 3,382.96 549,867.80 487,814.35 59,540.31 2,513.14 16,375.13 14,089.47 2,285.66 53,955.73 427,352.82 420,420.58 801.91 6,130.33 101,794.22 97,430.48 169.75 58,591.03 38,669.70 4,363.74 104,245.06 4,953.00 35,209.12 62,920.72 1,162.22 225,076.83 165,433.44 59,643.39 38,474.52 5,431.53 15,737.34 4,557,346.55

2001
646,280.06 745,600.38 109,662.72 482,841.11 333,907.04 836,979.45 833,089.05 3,890.40 630,449.91 521,987.98 105,747.74 2,714.19 19,083.35 16,484.68 2,598.67 60,416.95 505,785.23 497,819.30 817.95 7,147.98 112,953.98 107,913.91 220.68 65,132.39 42,560.84 5,040.07 114,966.05 5,572.86 38,730.03 68,990.38 1,672.78 237,745.19 172,116.95 65,628.24 42,706.72 5,814.53 17,106.99 4,836,671.42

2002
2,669,815.68 753,872.91 814,688.69 127,159.22 600,028.40 374,066.46 842,699.85 838,026.04 4,673.81 809,581.94 601,800.58 204,578.55 3,202.81 22,435.44 19,539.13 2,896.31 66,602.92 588,888.62 580,167.95 860.89 7,859.78 123,921.32 118,190.02 258.45 70,781.53 47,150.04 5,731.30 131,718.11 6,120.20 46,337.91 76,914.25 2,345.75 277,581.43 190,986.59 86,594.84 61,738.48 6,054.01 18,802.35 5,533,245.31

2,239,964.48 2,318,291.31

II.

PERTAMBANGAN/PENGGALIAN a. Minyak & Gasa Bumi b. Penggalian

III. INDUSTRI PENGOLAHAN


a. Industri Besar & Sedang b. Industri Pengilangan Minyak c. Industri Kecil & Rumah Tangga

IV.

LISTRIK, GAS, & AIR MINUM a. Listrik b. Gas c. Air Minum

V. VI.

BANGUNAN PERDAGANGAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran & Rumah Makan

VII. ANGKUTAN & KOMUNIKASI


a. Pengangkutan 1. Kereta Api 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Danau & Sungai b. Komunikasi

VIII. KEUANGAN
a. B a n k b. Lembaga Keuangan Non Bank c. Sewa Bangunan d. Jasa Perusahaan

IX.

JASA -J ASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan, Rekreasi, Kebudayaan 3. Perorangan & Rumah Tangga Total Kab. Langkat

Laporan Pendahuluan : Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok

III-6

Tabel : 3.6 Laju Pertumbuhan PDRB dan Kontribusi PDRB Kabupaten Langkat Tahun 1997-2002
NO I. LAPANGAN USAHA PERTANIAN a. Tanaman Pangan b. Perkebunan c. Peternakan d. Perikanan e. Kehuatan & Perkebunan II. PERTAMBANGAN/PENGGALIAN a. Minyak & Gasa Bumi b. Penggalian III. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Besar & Sedang b. Industri Pengilangan Minyak c. Industri Kecil & Rumah Tangga IV. LISTRIK, GAS, & AIR MINUM a. Listrik b. Gas c. Air Minum V. VI. BANGUNAN PERDAGANGAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran & Rumah Makan VII. ANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Kereta Api 2. Angkutan Jalan Raya 3. Angkutan Danau & Sungai b. Komunikasi VIII. KEUANGAN a. B a n k b. Lembaga Keuangan Non Bank c. Sewa Bangunan d. Jasa Perusahaan IX. JASA -JASA a. Pemerintahan Umum b. Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan, Rekreasi, Kebudayaan 3. Perorangan & Rumah Tangga Total Kab. Langkat 12.34 14.56 21.31 21.49 2.25 14.54 9.67 9.47 23.41 9.01 10.14 15.32 12.96 6.89 21.26 9.77 24.21 17.60 14.71 26.44 39.25 8.75 12.59 20.72

LAJU PE RTUMBUHAN (%)


18.61 19.42 15.03 16.33 28.55 19.25 39.85 40.13 15.73 22.79 19.82 43.19 19.69 15.60 16.15 -

KONTRIBUSI
48.25 28.24 30.51 4.76 22.47 14.01 15.23 99.45 0.55 14.63 74.33 25.27 0.40 0.41 87.09 12.91 1.20 10.64 98.52 0.15 1.33 2.24 95.38 0.22 59.89 39.89 4.62 2.38 4.65 35.18 58.39 1.78 5.02 68.80 31.20 71.30 6.99 21.71 100.00

Laporan Pendahuluan : Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok

III-7

3.2

DAS BAHOROK

3.2.1 Kondisi DAS Bahorok Bencana banjir bandang yang terjadi di Desa Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara pada tanggal 2 November 2003 sekitar pukul 22.00 WIB telah mengakibatkan kerugian jiwa dan harta benda yang sangat luar biasa. Hingga tanggal 14 November 2003, jumlah penduduk yang meninggal akibat bencana tersebut sebesar 151 jiwa dan hilang mencapai 101 jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk yang hilan g lebih dari itu karena tidak terdatanya jumlah penduduk secara tepat dan banyaknya pendatang/wisatawan yang berada pada lokasi saat terjadi bencana. Meskipun pemerintah melalui Sidang Kabinet terbatas pada hari Senin tanggal 10 November 2003 telah menyatakan bahwa bencana banjir bandang yang terjadi di Desa Bukit Lawang adalah murni akibat faktor alam. Namun hingga saat ini polemik penyebab bencana tersebut masih terus berlangsung. Banyak pakar dan pihak yang menyatakan bahwa bencana tersebut disebabkan ol eh faktor manusia, yaitu adanya illegal logging di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan dampak adanya proyek pembangunan jalan tembus Ladia Galaska (Lautan Hindia Gayo Alas Selat Malaka yang membelah TNGL. Untuk itu perlu disampaikan analisis yang mendalam mengenai faktor-faktor penyebab bencana guna memberikan kajian yang mendalam, serta beberapa rekomendasi untuk mengantisipasi timbulnya bencana banjir bandang di tempat lain. Desa Bukit Lawang merupakan kawasan wisata alam terbesar ketiga di Provinsi Sumatera Utara dengan atraksi unggulannya adalah pemandangan alam (hutan, sungai), arung jeram, dan Pusat Rehabilitasi Orang Utan. Banyak sarana dan prasarana yang telah dibangun di sekitar kawasan wisata seperti hotel, resort, restoran, toko dan lainnya. Seiring dengan berkembangnya kawasan wisata adalah semakin padatnya permukiman di sekitarnya. Ironisnya sebagian besar dibangun pada dataran banjir ( floodplain ) bahkan pada di kiri-kanan dari sungai Bahorok dengan kepadatan bangunan yang cukup tinggi (G ambar 3.1), maka ketika terjadi bencana banjir banding sebagian besar bangunan dan permukiman yang terdapat di sekitar bantaran sungai tersapu oleh banjir. Kondisi kawasan wisata Bahorok pasca bencana banjir banding terlihat pada Gambar 3.2 dan 3.3 .

Untuk itulah maka dalam rangka revitalisasi kawasan wisata Bahorok perlu dilakukan penataan dan perencanaan kawasan wisata pasca bencana alam. Dengan adanya penataan kawasan wisata Bahorok yaitu dengan menyusun masterplan tata ruang maka kawasan wisata yang ada dapat ditata lebih baik sesuai dengan kondisi biogeofisk DAS.

Laporan Pendahuluan : Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok

III-8

Gambar 3.1. Kondisi kawasan wisata Desa Bukit Lawang sebelum kejadian bencana banjir

Gambar 3.2. Kondisi kawasan wisata Desa Bukit Lawang setelah kejadian bencana dan berada pada dataran banjir
Laporan Pendahuluan : Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III-9

Gambar 3.3. Kondisi kawasan wisata sebelum dan sesudah bencana banjir bandang di Bahorok

3.2.2 DAS dan Sistem Sungai Bahorok

DAS Bahorok terletak pada Taman Nasional Gunung Leuser mempunyai luas sebesar 23.466 ha. Di bagian barat berbatasan dengan punggung Gunung Alas-Bukit Barisan, di sebelah selatan dibatasi dengan DAS Sungai Landak dan sebelah utara berbatasan dengan DAS Sungai Musani. Sistem sungai Bahorok merupakan sungai yang berada pada daerah dengan tiga buah kemiringan memanjang dengan topografis yang berbeda. Zone pertama di bagian hulu merupakan zone dengan kemiringan memanjang sungai yang relatif terjal (lebih dari 10%), dengan kemiringan lereng lebih dari 60%, dan panjang sungai utama Bahorok berkisar 8 km. Zone kedua pada kemiringan memanjang sedang sampai tinggi (4 -6%) dengn kemiringan lereng sekitar 30-45%, dengan panjang sungai utama 7 km. Sedangkan pada zone ketiga dengan kemiringan memanjang sekitar 2% dengan kemiringan lereng kurang dari 30% dan panjang sungai utama sekitar 3 km. Lokasi kawasan wisata Bahorok di Bukit Lawang terletak pada kaki bukit (zone ketiga). Morfologi sungai Bahorok pada lokasi wisata tersebut adalah river braided yaitu sungai yang bercabang-cabang dengan gosong pasir yang berada antara cabang-cabang sungai tersebut. Jenis material gosong pasir adalah berupa pasir, kerikil dan krakal serta brankal ( 1-25 cm). Sifat morfologi sungai braided adalah dinamis, pada kondisi alamiah dapat berubah lokasi arus utamanya. Banjir pada tipe morfologi braided ini umumnya menyebabkan perubahan drastis pada dasar dan profil sungai di zone tersebut.
Laporan Pendahuluan : Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III -10

3.2.3 Penggunaan Lahan DAS Bahorok merupakan sub DAS Sei Wampu yang 90% merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dengan luas kurang lebih 23.446 Ha. Berdasarkan analisis peta topografi dan citra satelit Landsat 7 ETM+ tanggal 19 Juli 2002 dan 19 Mei 2003 diperoleh beberapa informasi sebagai berikut : ? Wilayah DAS Bahorok didominasi kawasan TNGL. Bukit Lawang yang merupakan pusat pengem bangan kawasan wisata Bahorok dan terletak di ujung hilir DAS Bahorok terletak pada ketinggian sekitar 100 m di atas permukaan air laut. Berdasarkan bentuk lahan, maka kawasan wisata Bahorok merupakan kipas aluvial dengan topografi peralihan antara lereng terjal ke datar.

Kawasan hutan di DAS Bahorok merupakan hutan hujan tropis primer yang termasuk di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yang tujuannya adalah untuk kawasan perlindungan dan pelestarian flora, fauna dan ekosistemnya. Sehingga secara legal kawasan tersebut tidak ada peruntukkan bagi kegiatan pengusahaan hutan. Berdasarkan hasil pemotretan citra Landsat tanggal 19 Juli 2002 dan survai dari udara menunjukkan bahwa kawasan hutan tersebut memiliki kondisi penutupan yang masih baik. Tajuk hutan sebagian besar sangat rapat dan lebih dari 90% DAS Bahorok tertutup oleh kanopi tajuk pohon-pohon besar (Gambar 3.4 dan 3.5).

Gambar 3.4. Citra Landsat pada tanggal 19 Juli 2002 yang menunjukkan tutupan lahan DAS Bahorok merupakan hutan primer
Laporan Pendahuluan : Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III -11

Gambar 3.5. Kondisi tutupan lahan di DAS Bahorok y ang merupakan hutan primer

3.2.4 Curah Hujan

Berdasarkan analisis curah hujan harian dari tahun 1996 hingga kejadian bencana, curah hujan yang terjadi di atas 100 mm/hari ternyata banyak terjadi pada tahuntahun sebelumnya dan hujan tersebut tidak menyebabkan banjir bandang, bahkan pada tanggal 6 Juni 1996 curah hujan yang terjadi pernah mencapai 235 mm/hari, namun di Sungai Bohork tidak terjadi banjir bandang. Demikian pula den gan bulan September 2003, pernah terjadi hujan 120 mm/hari dan 110 mm/hari, tetapi Sungai Bahorok tidak mengalami banjir bandang. Artinya, curah hujan tersebut bukan merupakan faktor satu -satunya yang menimbulkan banjir bandang. Beberapa kejadian hujan den gan tebal hujan lebih dari 100 mm/hari yang pernah terjadi di Desa Bukit Lawang sebagai berikut :

Laporan Pendahuluan : Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok

III -12

Tabel 3.1 Curah Hujan Dengan Tebal Lebih Dari 100 mm/hari di Desa Bukit Lawang

NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

TEBAL HUJAN SEHARI (MM)


125 235 115 115 105 109 105 105 106 111 107 120 110 101

WAKTU HUJAN
19.30 21.00 19.30 21.00 05.30 7.00 16.00 22.00 17.00 21.00 17.30 21.00 05.00 11.00 09.00 18.00 20.00 24.00 17.00 21.00 19.00 21.30 18.00 21.30

TANGGAL
27 April 1996 6 Juni 1996 3 Juli 1996 1 September 1996 15 September 1996 29 September 1996 16 November 1996 23 Desember 2000 24 September 2001 20 Oktober 2001 9 Februari 2003 13 September 2003 17 September 2003 2 November 2003

3.2.5 Debit Banjir

Dari peta topografi skala 1 : 50.000 terlihat bahwa topografi DAS Bahorok mempunyai lereng curam hingga sangat curam. Titik tertinggi di batas DAS Bahorok mencapai 2540 m dpal sedangkan titik terendah di Desa Bukit Lawang ketinggiannya sekitar 175 m dpal dengan panjang sungai Bahorok (dalam jarak lurus) sekitar 30,4 km. Dengan lereng yang demikian curam maka massa air yang bercampur dengan Lumpur, batu, dan kayu/pohon akan meluncur dengan cepat mengikuti gaya gravitasi.

3.2.6 Daerah Rawan Longsor dan Struktur Geologi

Berdasarkan peta geologi skala 1 : 250.000 yang dipublikasikan oleh Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi, formasi batuan yang terdapat di DAS Bahorok terdiri dari jenis batuan metamorf, yaitu dari jenis : wake, batusabak, arenit kwarsa, batulanau dan batuan konglomeratan (Gambar 2.6 ). Sebagaimana diketahui bahwa batuan metamorf merupakan batuan yang sangat keras, karena telah mengalami proses tekanan dan temperatur yang sangat tinggi. Namun demikian pada formasi ini terdapat struktur geologi berupa patahan/sesar yang cukup rapat, mulai dari Bukit Lawang sampai sekitar (10-15) km ke arah hulu sungai Indikasi adanya patahan
Laporan Pendahuluan : Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III -13

dapat terlihat dengan jelas di daerah tempat pariwisata Bukit Lawang yaitu adanya bidang sesar serta sungai Bahorok yang membelok dengan tajam ke arah Selatan. Struktur patahan tersebut aktif sehingga mengalami pergerakan yang terbukti dari adanya kejadian gempa-gempa lemah secara periodic (rata-rata 1 2 kali setiap tahun). Pada zona -zona patahan biasanya merupakan zona yang sangat rap uh, sehingga jika ada pemacu ( trigger), maka akan timbul gangguan yaitu berupa pergerakan tanah atau batuan, disebut dengan longsoran. Pemacu (trigger) dapat berupa gempabumi, hujan yang terus menerus atau lainnya. Longsoran -longsoran yang terlihat di rekaman film dapat disimpulkan terjadi di zona sesar yang terdapat pada sekitar (10-15) km dari Desa Bukit Lawang.

Daerah longsor

Desa Bukit Lawang

Gambar 3.6. Peta geologi daerah di sekitar DAS Bahorok, dimana lokasi-lokasi longsor berada pada sesar
Laporan Pendahuluan : Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok III -14

Gambar 3.7. Longsoran yang terjadi di sekitar Sungai Bahorok yang merupakan zona sesar

Laporan Pendahuluan : Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang DAS Bahorok

III -15

Anda mungkin juga menyukai