Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum Fisiologi Pengaruh Sikap dan Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah

Kelompok B 5 : Ketua : Giovanna Eunike (102012019)

Anggota : Oswaldus Gratiano Gaudens Binsasi (102012046) Vinsensia Dita Irviana (102012048) Rheza Pratama Dharmawan (102012203) Gladys Dharmawan (102012301) Juliana Dewi Hadi (102012316) Edy Sujono (102012342) Priscilla Natalie K (102012356) Valencia Suwardi (102012404) Muhamad Shazwan Bin Sazali (102012483)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat

I.

Tujuan Percobaan 1. Mengetahui bagaimana pengaruh sikap yaitu ketika berbaring, duduk, dan berdiri terhadap tekanan darah. 2. Mengetahui bagaimana pengaruh kerja fisik atau kerja otot terhadap tekanan darah. 3. Mengetahui bagaimana pengaruh dari cara palpasi terhadap tekanan darah.

II.

Alat-alat yang digunakan 1. Sfigmomanometer 2. Stetoskop

Percobaan I Pengukuran Tekanan Darah A. Brachialis pada Sikap Berbaring, Duduk, dan Berdiri

Berbaring Telentang 1. Suruhlah OP berbaring telentang dengan tenang selama 10 menit. 2. Selama menunggu, pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas OP. 3. Carilah dengan palpasi denyut a. brachialis pada fossa cubiti dan denyut a. radialis pada pergelangan tangan kanan OP. 4. Setelah OP berbaring 10 menit, tetapkanlah kelima fase Korotkoff dalam pengukuran tekanan darah OP tersebut. 5. Ulangilah pengukuran pada sub. 4 sebanyak 3x untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.

Duduk 6. Tanpa melepaskan manset, OP disuruh duduk. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah a. brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangilah pengukuran sebanyak 3x untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.

Berdiri 7. Tanpa melepaskan manset, OP disuruh berdiri. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah a. brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangilah pengukuran sebanyak 3x untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya. 8. Bandingkan hasil pengukuran tekanan darah OP pada ketiga sikap yang berbeda di atas.

Hasil Percobaan :

Pembahasan : Tekanan darah akan meningkat dengan 10 mmHg setiap 12 cm di bawah jantung karena pengaruh gravitasi. Di atas jantung, tekanan darah akan menurun dengan jumlah yang sama. Jadi dalam keadaan berdiri, maka tekanan darah sistole adalah 210 mmHg di kaki tetapi hanya 90 mmHg di otak. Dalam keadaan berbaring kedua tekanan ini akan sama. Tekanan darah dalam arteri pada orang dewasa dalam keadaan duduk atau posisi berbaring pada saat istirahat kira-kira 120/70 mmHg. Karena tekanan darah adalah akibat dari curah jantung dan resistensi perifer, maka tekanan darah dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhi setiap atau dan isi sekuncup. Besarnya isi sekuncup ditentukan oleh kontraksi miokard dan volume darah yang kembali ke jantung. Ketika seseorang berbaring, maka jantung akan berdetak lebih sedikit

dibandingkan saat ia sedang duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan saat orang berbaring, maka efek gravitasi pada tubuh akan berkurang yang membuat lebih banyak darah mengalir kembali ke jantung melalui pembuluh darah. Jika darah yang kembali ke jantung lebih banyak, maka tubuh mampu memompa lebih banyak darah setiap denyutnya. Hal ini berarti denyut jantung yang diperlukan per menitnya untuk memenuhi kebutuhkan darah, oksigen dan nutrisi akan menjadi lebih sedikit.1

Percobaan II Pengukuran Tekanan Darah Sesudah Kerja Otot

Cara Kerja : 1. Ukurlah tekanan darah a. brachialis OP dengan penilaian menurut metode baru pada sikap duduk (OP tak perlu yang sama seperti pada sub. I) 2. Tanpa melepaskan manset, suruhlah OP berlari di tempat dengan frekuensi 120 loncatan/menit selama 2 menit. Segera setelah selesai, OP disuruh duduk dan ukurlah tekanan darahnya. 3. Ulangilah pengukuran darah ini tiap menit sampai tekanan darahnya kembali seperti semula. Catatlah hasil pengukuran tersebut.

Hasil Percobaan : OP : Edy Sujono Jenis kelamin : Laki-laki Usia : 19 tahun Tekanan darah normal (ketika duduk diam) : 110 mmHg / 70 mmHg Tekanan darah setelah berlari di tempat : 140 mmHg / 90 mmHg Tekanan darah setiap menit : menit pertama 120 mmHg / 80 mmHg menit kedua 110 mmHg / 90 mmHg menit ketiga 110 mmHg / 80 mmHg

Pembahasan : Tekanan darah yang meningkat ini dipengaruhi oleh tingkatan aktivitas. Tekanan darah setelah beraktivitas lebih besar dibandingkan dengan tekanan darah pada saat istirahat. Hal tersebut diakibatkan karena pada saat beraktivitas sel tubuh memerlukan pasokan O2 yang banyak akibat dari metabolisme sel yang bekerja semakin cepat pula dalam menghasilkan energi. Sehingga peredaran darah di dalam pembuluh darah akan semakin cepat dan curah darah yang dibutuhkan akan semakin besar. Akibat adanya vasodilatasi pada otot jantung dan otot rangka serta vasokontriksi arteriol yang menyebabkan arteriol menyempit dan kerja jantung tiap satuan waktu pun bertambah sehingga volume darah pada arteriol akan meningkat dan tekanannya pun akan meningkat. Dapat dikatakan bahwa volume darah yang m a s u k d a r i arteri ke jantung meningkat .2

Percobaan III Pengukuran Tekanan Darah A. Brachialis dengan Cara Palpasi

Cara Kerja : 1. Ukurlah tekanan darah a. brachialis OP pada sikap duduk dengan cara auskultasi (sub. I) 2. Ukurlah tekanan darah a. brachialis OP pada sikap yang sama dengan cara palpasi.

Hasil Percobaan : OP : Juliana Dewi Hadi Jenis kelamin : Perempuan Usia : 19 tahun Tekanan darah : 110 mmHg (systole)

Pembahasan : Selama manset menekan lengan dengan tekanan yang terlalu kecil untuk menyumbat arteri brachialis, tidak ada bunyi yang terdengar dari arteri tersebut melalui stetoskop. Namun bila tekanan dalam manset itu cukup besar untuk menyumbat arteri selama sebagian siklus tekanan arteri, bunyi akan terdengar pada setiap pulsasi. Bunyi-bunyi ini disebut bunyi Korotkoff. Penyebab pasti dari bunyi Korotkoff ini masih diperdebatkan namun ada anggapan bahwa penyebabnya terutama adalah semburan darah yang melewati pembuluh yang mengalami hambatan parsial. Semburan darah ini menimbulkan aliran turbulen di dalam pembuluh yang terletak di luar area manset dan keadaan ini akan menimbulkan getaran yang terdengar melalui stetoskop. a. Cara Auskultasi Dalam menentukan tekanan darah dengan cara auskultasi, tekanan dalam manset mula-mula dinaikkan sampai di atas tekanan sistolik arteri. Selama tekanan manset lebih tinggi daripada tekanan sistolik, arteri brachialis akan tetap kolaps dan tidak akan ada darah yang mengalir ke dalam arteri yang lebih distal selama siklus penekanan. Oleh karena itu, tidak akan terdengar bunyi Korotkoff di arteri yang lebih distal. Namun kemudian tekanan dalam manset secara bertahap dikurangi. Begitu tekanan dalam manset turun di bawah tekanan sistolik, darah akan mulai mengalir melalui arteri yang terletak di bawah manset selama puncak tekanan sistolik, dan mulai mendengar bunyi berdetak dari arteri antecubiti yang sinkron dengan denyut jantung. Begitu bunyi itu t e r d e n g a r n i l a i t e k a n a n y a n g d i t u n j u k k a n o l e h m a n o m e t e r y a n g terhubung dengan manset kira-kira sama dengan tekanan sistolik. Bila tekanan dalam manset diturunkan lebih lanjut, terjadi perubahan kualitas bunyi Korotkoff, kualitas detaknya menjadi berkurang dan bunyinya menjadi lebih berirama dan lebih kasar. Kemudian akhirnya sewaktu tekanan manset turun mencapai tekanan diastolik, arteri tersebut tidak tersumbat lagi yang berarti bahwa faktor dasar yang menyebabkan timbulnya bunyi tidak ada lagi. Oleh karena itu bunyi tersebut berubah menjadi redam dan kemudian menghilang

seluruhnya setelah tekanan m a n s e t d i t u r u n k a n l a g i s e b a n ya k 5 s a m p a i 10 mm.3

b. C a r a P a l p a s i Hanya untuk mengukur tekanan sistolik. Manset tensimeter yang mengikat lengan dipompa dengan udara berangsur-angsur sampai denyut nadi pergelangan tangan tak teraba lagi. Kemudian tekanan di dalam manset diturunkan. Amati tekanan dalam tensimeter. Waktu denyut nadi teraba kembali, kita baca tekanan dalam tensimeter, tekanan ini adalah tekanan sistolik.3

Kesimpulan : 1. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada lengan atas. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu, aktivitas fisik, jenis kelamin, usia, dll. 3. Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah setelah exercise lebih tinggi dibandingkan saat berdiri, tekanan darah saat berdiri lebih tinggi daripada saat duduk, saat duduk tekanan darah lebih tinggi dari pada berbaring. 4. Semakin berat aktivitas tubuh , semakin cepat curah jantung karena adanya vasodilatasi di otot rangka dan jantung serta vasokontriksi di arteriol padaorgan-organ tersebut. 5. Pengukuran tekanan darah dapat menggunakan metode tidak langsung dengan auskultasi dan palpasi yang bisa menggunakan sfigmomanometer dan stetoskop.

Daftar Pustaka 1. Guyton, Arthur C, Hall, John E. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2007. 2. Jeyaratnam J, Koh D. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Jakarta: EGC; 2010. 3. Swartz MH. Buku ajar diagnostic fisik. Jakarta: EGC; 1995.

Anda mungkin juga menyukai