Anda di halaman 1dari 12

PEMANFAATAN KOLAM LIMBAH DETERGEN SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK ALTERNATIF BERBASIS SEL GALVANI MAKALAH Disusun Guna

Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Kimia Fisik II Dosen Pengampu : Malikhatul Hidayah, M.Pd

Disusun Oleh: Satria Bagus F. (113711015)

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013 I. PENDAHULUAN Seiring berkembangnnya ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan peradaban umat manusia pun berkembang pesat. Hal ini tentunya memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia. Namun dibalik dampak positif tersebut juga terdapat dampak negatif yang cukup serius yakni semakin menipisnya sumber energi dan semakin maraknya pencemaran lingkungan. Sehingga hal ini memicu kenaikan harga BBM, terjadinya pemadaman listrik bergilir, dan timbulnya berbagai macam penyakit akibat pencemaran lingkungan di berbagai tempat di Indonesia. Banyak ilmuwan Indonesia mencoba mencari solusi untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya adalah menciptakan sumber energi alternatif ramah lingkungan seperti biodiesel, bioetanol, dan listrik organik. Namun bahan baku untuk pembuatan sumber energi khususnya listrik organik masih dapat dimanfaatkan menjadi produk yang lebih menguntungkan. Salah satu bahan baku yang sudah tidak dapat dimanfaatkan sebagai produk lain yang lebih menguntungkan adalah limbah detergen.

10

Dalam detergen banyak terdapat senyawa-senyawa ionik berupa Na 2SO4, Na2CO3, NaHCO3 dan lain-lain yang mampu menghantarkan elektron menuju elektroda dan mampu menghasilkan energi listrik. Namun pemanfaatan limbah detergen sebagai sumber energi masih sangat sedikit bahkan belum ada. Untuk itu perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan limbah detergen sebagai sumber energi listrik berbasis sel galvani dengan judul penelitian Pemanfaatan Kolam Limbah Detergen Sebagai Sumber Energi Listrik Alternatif Berbasis Sel Galvani.

II. RUMUSAN MASALAH A. Apa pengertian dari sel galvani? B. Apa pengertian detergen dan baterai? C. Bagaimana proses pembuatan kolam limbah detergen sebagai sumber energi listrik berbasis sel galvani? III. PEMBAHASAN A. Sel Galvani Sel galvani adalah serangkaian peralatan percobaan untuk menghasilkan energi listrik dengan memanfaatkan reaksi redoks spontan. Sel galvani diberi nama dari nama ilmuan italia Luigi Galvani dan Alessandro Volta, yang membuat versi awal dari alat ini. Sebatang seng bila dicelupkan ke dalam larutan ZnSO 4, dan sebatang tembaga dicelukan ke dalam larutan CuSO4. Sel bekerja berdasarkan asas bahwa oksidasi Zn menjadi Zn2+ dan reduksi Cu2+ menjadi logam Cu dapat dibuat serentak dalam lokasi-lokasi yang terpisah di mana transfer elektron antara lokasi-lokasi tersebut terjadi melalui kawat eksternal. Batang seng dan tembaga dinamakan elektroda. Susunan elektroda (Zn dan Cu) dan larutan (ZnSO 4 dan CuSO4) ini disebut sel Daniell. Berdasarkan definisi, anoda adalah tempat terjadinya oksidasi dan katoda adalah tempat terjadinya reduksi. Untuk sel Daniell, reaksi-reaksi setengah selnya yaitu:

10

Elektroda Zn (anoda) Elektroda Cu (katoda) Reaksi keseluruhan

: Zn(s) Zn2+(aq) + 2e: Cu2+(aq) + 2e- Cu(s) : Cu2+(aq) + Zn(s) Cu(s) + Zn2+(aq)

Untuk melengkapi rangkaian listriknya, kedua larutan harus dihubungkan oleh suatu medium penghantar agar kation dan anion dapat bergerak dari suatu kompartemen elektroda ke kompartemen elektroda lainnya. Persyaratan ini terpenuhi oleh jembatan garam dalam bentuk sederhana yaitu berupa tabung U terbalik yang berisi larutan inert, seperti larutan KCl atau NH4NO3, yang ion-ionya tidak ikut bereaksi dengan ion lain dalam larutan atau dengan elektroda. Selama reaksi redoks keseluruhan berjalan, elektron mengalir keluar dari anoda (elektroda Zn) melalui kawat eksternal dan voltmeter menuju katoda (elektroda Cu). Di dalam larutan katonkation (Zn2+, Cu2+, dan K+) bergerak ke arah katoda, sedangkan anion-anion (SO42dan Cl-) bergerak ke arah anoda. Arus listrik mengalir dari anoda ke katoda karena ada selisih energi potensial listrik di antara kedua elektroda. Energi potensial listrik ini dapat dihitung menggunakan persamaan: E0sel = E0katoda E0anoda E0katoda dan E0anoda dapat diketahui melalui tabel potensial reduksi standar sebagai berikut:

Setengah reaksi Au3+(aq) + 3e- Au(s) Ag+(aq) + e- Ag(s) SO42-(aq) + 4H+(aq) + 2e- SO2(g) + 2H2O Cu2+(aq) + 2e- Cu(s) Fe2+(aq) + 2e- Fe(s)

E0(V) +1,50 V +0,80 V +0,20 V +0,34 V -0,74 V

10

Zn2+(aq) + 2e- Zn(s) Al3+(aq) + 3e- Al(s) Na+(aq) + e- Na(s)

-0,76 V -1,66 V -2,71 V

Tabel 1.1. Semakin ke atas semakin mudah mengalami reduksi sedangkan semakin ke bawah semakin mudah teroksidasi Dari tabel di atas dapat kita peroleh nilai E0sel dari reaksi tersebut, yaitu 1,10 V Elektroda Zn (anoda) Elektroda Cu (katoda) Reaksi keseluruhan : Zn(s) Zn2+(aq) + 2e: Cu2+(aq) + 2e- Cu(s) E0sel=0,76 V E0sel=0.34 V E0sel=1,10 V

: Cu2+(aq) + Zn(s) Cu(s) + Zn2+(aq)

B. Detergen Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut (Hidayati 2007) : a. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktan ini baik berupa anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), Kationik (Garam Ammonium), Non ionic (Nonyl phenol polyethoxyle), Amphoterik (Acyl Ethylenediamines).

10

b. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik berupa Phosphate, Asetat (NTA, EDTA), Silikat (Zeolit), dan Sitrat (asam sitrat). c. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan dan memantapkan, contoh : Sodium sulfate. d. Aditif adalah bahan tambahan agar produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Aditif ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci (anti Redeposisi). Baterai Baterai adalah sel galvanik atau sel volta yang disatukan, yang dapat digunakan sebagai sumber arus listrik searah pada voltase tetap. Meskipun cara kerja baterai pada dasarnya sama dengan sel galvanik, namun baterai memiliki keunggulan karena sifatnya yang berdiri sendiri dan tidak memerlukan komponen tambahan seperti jembatan garam. Ada beberapa macam baterai yang dikenal di masyarakat (Chang 2004), seperti: Baterai sel kering Sel kering yaitu sel tanpa komponen cairan, yang paling lazim digunakan pada lampu senter dan radio transistor. Anoda selnya terbuat dari seng yang bersentuhan dengan MgO2 dan sebuah elektrolit yang terdiri atas NH4Cl dan ZnCl2, yang ditambahkan pati atau karbon sebagai pengental agar larutan menyerupai pasta dan tidak mudah bocor. Di dalamnya terdapat sebatang karbon berfungsi sebagai katoda, yang direndam di dalam elektrolit ini pada bagian tengah sel. Voltase yang dihasilkan oleh baterai sel kering adalah sekitar 1,5V. Baterai merkuri

10

Baterai merkuri banyak digunakan dalam dunia pengobatan dan industri elektronik. Baterai jenis ini lebih mahal jika dibandingkan dengan baterai sel kering biasa. Ditempatkan di dalam silinder baja antikarat, baterai merkuri terdiri atas anoda seng yang bersentuhan dengan elektrolit kuat yang mengandung Zn(OH)2 dan HgO. Baterai merkuri memberikan voltase lebih konstan dan lebih awet dibandingkan baterai sel kering biasa, voltasenya sekitar 1,35V. Aki (sel penyimpan timbal) Elektroda dalam sel ini adalah keping campuran timbal-antimon. Anodenya diliputi dengan logam timbal seperti bunga karang, katodenya dengan timbale dioksida yang berwarna merah-coklat. Elektrolitnya adalah larutan asam sulfat encer. Dalam hal ini terjadi oksidasi Pb0 dan reduksi Pb4+, kedua-duanya menjadi Pb2+, yang diikuti dengan pembentukan endapan PbSO4. Pada kondisi kerja norma, setiap sel menghasilkan 2V; jadi total 12V dari keenam sel. Rangkaian Seri dan Paralel 1. Rangkaian seri Rangkaian seri adalah rangkaian dua atau lebih resistor yang disusun secara sejajar atau seri sehingga muatan yang sama harus mengalir melalui keduanya. Gambar 2. Rangkaian seri Nilai hambatan pengganti pada rangkaian seri adalah Rtot = R1+R2+R3 Prinsip susunan seri hambatan listrik a. Susunan seri bertujuan untuk memperbesar hambatan suatu rangkaian. b. Kuat arus yang melalui tiap hambatan adalah sama, yaitu Itot=I1=I2=I3 c. Teganagan pada ujung-ujung hambatan pengganti seri sama dengan jumlah tegangan pada ujung-ujung tiap penghambatan, yaitu Vtot=V1+V2+V3+... 2. Rangkaian paralel Rangkaian paralel adalah rangkaian dua atau lebih resistor yang disusun secara berderet, sehingga memiliki beda potesial yang sama antara keduanya. Nilai hambatan pengganti pada rangkaian paralel adalah 1= 11+12+13+ Prinsip susunan paralel hambatan listrik a. Susunan paralel bertujuan untuk memperkecil hambatan suatu rangkaian.
10

b. Tegangan yang melalui tiap hambatan adalah sama, yaitu Vtot=V1=V2=V3 c. Kuat arus pada ujung-ujung hambatan pengganti paralel sama dengan jumlah tegangan pada ujung-ujung tiap penghambatan, yaitu Itot=I1+I2+I3+... C. Proses pembuatan kolam limbah detergen sebagai sumber energi listrik berbasis sel galvani, yaitu: 1. Pengambilan limbah deterjen Perasan cucian pakaian dikumpulkan dalam ember, lalu diambil sesuai kebutuhan pembuatan beterai. 2. Pembuatan tempat elektrolit dan perangkaian elektroda Tempat untuk elektrolit dapat menggunakan kotak yang terbuat dari plastik. Dalam kotak plastik tersebut terdapat sekat sebanyak 21 sel. Elektroda pada masing-masing sel dirangkai secara seri-paralel, rangkaian seri disusun dengan menghubungkan elektroda tembaga-seng secara berulang-ulang sebanyak 7 sel, sedangkan rangkaian paralel disusun dengan menghubungkan elektroda tembagatembaga dan elektroda seng-seng sebanyak 3 sel. Hal ini bertujuan untuk memperbesar voltase dan arus yang akan dihasilkan oleh baterai. 3. Pengisian tiap sel dengan limbah deterjen Sel yang telah dibuat tadi, diisi dengan limbah deterjen (berfungsi sebagai elektrolit) dan abu (abu berfungsi sebagai pengental seperti halnya serbuk karbon pada sel kering). 4. Pengukuran voltase dan arus pada tiap sel dan seluruh sel (baterai) Tiap sel diukur menggunakan multitester, sehingga diketahui rata-rata voltase dan arus pada tiap sel. Kemudian dilakukan pengukuran pada seluruh sel (baterai) diukur menggunakan multitester, sehingga voltase dan arus baterai yang dihasilkan diketahui secara pasti. 5. Perlakuan uji coba baterai pada alat-alat elektronik sederhana Karena kemungkinan voltase yang dihasilkan tidak lebih dari 5 V dan arus yang dihasilkan relatif kecil sekitar 3 mA, maka baterai harus diuji coba pada alat-alat elektronik sederhana, seperti lampu LED, kalkulator, jam dinding, dan radio mini.

10

Hubungan Antara Limbah Detergen dan Sel Galvani Sebagai Sumber Energi Listrik Dalam detergen banyak terdapat senyawa-senyawa ionik, seperti Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS), Alpha Olein Sulfonate (AOS) dan garam ammonium. Sedangkan dalam sel galvani tidak pernah terlepas dari senyawa-senyawa ionik, karena kemampuannya dalam hal transfer elektron dari elektroda ke elektroda lainnya. Sehingga dalam hal ini kemungkinan besar limbah detergen mampu menghasilkan energi listrik secara spontan sesuai konsep yang dijelaskan dalam sel galvani. Dalam penelitian sebelumnya juga telah dilakukan penelitian mengenai sumber energi listrik alternatif yang berasal dari berbagai buahbuahan, seperti jeruk, belimbing wuluh, bahkan singkong. Hal tersebut dapat terjadi karena dalam buah-buahan banyak terkandung senyawa ionik yang mampu menghantarkan elektron, demikian pula dalam detergen.

IV. -

SIMPULAN Baterai adalah sel galvanik atau sel volta yang disatukan, yang dapat digunakan sebagai sumber arus listrik searah pada voltase tetap. Deterjen adalah surfaktan anionik dengan gugus alkil (umumnya C9 C15) atau garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari natrium (RSO3-Na+ dan ROSO3- Na+) yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak bumi (fraksi parafin dan olefin). Hubungan antara limbah deterjen dengan pemanfaatannya sebagai elektrolit baterai isi ulang adalah bahwa limbah deterjen memiliki kandungan elektrolit, diantarannya garam Ammonium, Nonyl Phenol Polyethoxyle, Asam Sitrat, Sodium Tri Poly Phosphate yang dapat mengalami proses oksidasi sekaligus sebagai zat yang dapat menghantarkan dan menghasilkan elektron menuju elektroda.

10

Baterai bersumber energi dari limbah deterjen ini mampu menghasilkan voltase sebesar 0,5V-0,9V dan arus yang dihasilkan sekitar 5mA-20mA tergantung luas permukaan elektroda yang digunakan.

Efek konsentrasi elektrolit limbah deterjen sangat mempengaruhi besar-kecilnya arus dan voltase yang dihasilkan tiap sel baterai. Semakin pekat elektrolit limbah deterjen maka semakin besar pula arus dan voltase yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan dengan semakin pekat elektrolit limbah deterjen maka akan semakin banyak terjadi tumbukan elektron menuju elektroda, sehingga semakin besar pula energy listrik yang dihasilkan.

V.

PENUTUP Demikianlah makalah yang telah kami buat, yang menjelaskan mengenai pemanfaatan kolam limbah detergen sebagai sumber energi listrik alternatif berbasis sel galvani. Sehingga memberikan pengetahuan baru bagi kita. Tentunya kami menyadari masih banyak kekurangan dari penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan demi kesempurnaan makalah ini dan selanjutnya, dan semoga makalah ini dapat diambil hikmahnya dan dapat bermanfaat bagi pembaca.

10

DAFTAR PUSTAKA Achmad, Hiskia. (2001). Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Adhitiastuti, Heryani & Puji. (2008). Pengolahan Limbah Deterjen Sintetik dengan Trickling Filter. Semarang: Jurusan Teknik Kimia UNDIP. Arifin. (2008). Metode Pengolahan Deterjen. Madiun: Radionuklida. Chang, Raymond. (2004). Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. H. Petrucci, Ralph dan Suminar. (1985). Kimia Dasar Prinsip dan terapan Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga. Harley JP, Prescott LM. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology 5th Ed. McGrawHill Companies. Hidayati S. (2007). Kaman Proses Pembuatan Surfaktan Anionik Berbasis Ester Asam Lemak C16 dalam Minyak Kelapa Sawit. Bandar Lampung : Fakultas Pertanian, Unila. Holmes DE, Bond DR, ONeil RA, Reimers CE, Tender LM, Lovley DR. 2004. Microbial community associates with electrodes harvesting electricity from a variety of aquatic sediments. Microb. Ecol. 48: 178-190. Hong SW, Kim HS, Chung TH. 2010. Alteration of sediment organic matter in sediment microbial fuel cells. Environ. Pollut. : 158 (1) : 185-191. Jakaria, Cecep, dkk. (2011). Energi Listrik dengan Teknologi Sediment Microbial Fuel Cell di Perairan Teluk Laut Jakarta. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Labsheet. Fisika Terapan. Padang: Labolatorium Fisika Fakultas Teknik UNP.

10

Nugrahawati, Dewi, dkk. (2009). Pemanfaatan Buah Belimbing Wuluh(Averrhoa bilimbi) sebagai Cairan Akumulator Secara Alami dan Ramah Lingkungan . Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Sanusi H.S. (2006). Kimia Laut Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan Lingkungan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Setiawan I. (2008). Deterjen. (http://smk3ae.wordpress.com/ diakses pada tanggal 27 Oktober 2012). Sugihartono. (1987). Dasar Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: UI Press. Supriyanto, dkk. Alternatif Baru Deterjen Ramah Lingkungan dari Pyloric Caeca Ikan Air Tawar Tropis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

10

Anda mungkin juga menyukai