ABSTRACT
Adiyoga, W. 1985. Efficiency of Manure Application on Pepper-Farming. Stable manure is important in intensive commercial
vegetable farming especially in West Java. It seems that increasing demand of stable manure is not equalized by its
availability. This situation is indicated by the tendency that the price of stable manure is going up regularly. It implies that the
farmer has to choose the best alternative among the several kinds of stable manures and the dosage which can gives the
highest return. By using randomized block design, field experiment was conducted in Lembang from October 1984 to
January 1985 to determine the most profitable investment alternative. The treatments consisted of six combinations from
three kinds of stable manures (cow, goat and chicken) and two dosages (15 ton/ha and 30 ton/ha). The result showed that
cow manure application at the rate of 15 ton/ha gave the highest marginal rate of return. For the farmer who is usually
dealing with scarce resources at the margin, this investment alternative is the most profitable choice.
Usahatani Lombok termasuk ke dalam kategori usahatani komersial karena sebagian hasil
produksinya dijual ke pasar. Kategori komersial juga mengasumsikan bahwa sasaran petani dalam
melakukan usaha taninya adalah untuk mencapai keuntungan maksimal. Asumsi tersebut menimbulkan
implikasi bahwa petani harus mampu mengevaluasi setiap tingkat kepuasan yang dpaat menyusun
alternatif-alternatif yang ada serta memilihnya berdasarkan urutan preferensi. Sasaran keuntungan
maksimal merupakan manifestasi tingkah laku petani yang rasional, karena jika motivasi tersebut tidak
melatarbelakangi aktivitas usahatani maka petani komersial yang menjual output serta membeli input
pada keadaan persaingan akan gagal dalam mempertahankan eksistensinya.
Dalam usaha mencapai sasaran yang dituju, petani harus mempertimbangkan keterbatasan
sumberdaya yang tersedia. Pada umumnya sumberdaya yang terbatas tersebut dapat digunakan
melalui berbagai cara untuk memproduksi berbagai output. Dengan perkataan lain, petani dihadapkan
kepada berbagai alternatif penggunaan sumber daya yang ketersediaannya terbatas, sehingga harus
mengambil sumber daya (faktor produksi) tergantung kepada besarnya tingkat pengembalian yang
dihasilkan dan dipengaruhi oleh harga pasar input-output.
Pupuk kandang merupakan bahan organik yang dapat memperbaiki sifat fisik tanah karena
penggunaannya akan meningkatkan kadar humus tanah. Disamping mengandung mikro elemen, pupuk
kandang juga merupakan pembawa mikro organisme yang menguntungkan bagi kesuburan tanah
(Work and Carew, 1970). Penggunaan pupuk kandang juga mencerminkan aspek pemanfaatan limbah
usahatani ternak yang akan memberikan dampak positif terhadap “farming system” secara keseluruhan.
Tampaknya permintaan yang terus meningkat dari penggunaan pupuk kandang, khususnya pada
usahatani sayuran, kurang diimbangi oleh kontinuitas ketersediaannya. Hal ini ditunjukkan oleh adanya
kecenderungan semakin meningkatnya harga satuan pupuk kandang.
Harga pupuk kandang yang semakin meningkat merupakan masalah tersendiri bagi petani
terutama menyangkut kuantitas yang harus digunakan. Sementara itu ditinjau dari udut kualitas, pada
tingkat kematangan tertentu pupuk kandang sapi, kambing dan ayam mempunyai kandungan unsur
hara yang berbeda-beda. Dengan demikian petani dihadapkan kepada problema pengambilan
keputusan mengenai penentuan dosis (kuantitas) dan pemilihan jenis (kualitas) pupuk kandang secara
simultan.
Dikaitkan dengan usaha memperoleh infoirmasi yang dapat digunakan untuk membantu petani
bertingkah laku ekonomi secara rasional, maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dosis dan
jenis pupuk kandang yang dapat memberikan tingkat pengembalian tertinggi pada usahatani lombok.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 1984 – Januari 1985 di Kebun Percobaan
Margahayu Lembang. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan
6 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diuji merupakan kombinasi dari faktor jenis pupuk kandang
dan dodis pupuk kandang. Faktor jenis pupuk kandang terdiri dari A1 = pupuk kandang sapi, A2 = pupuk
kandang kambing, dan A3 = pupuk kandang ayam. Faktor dosis terdiri dari B1 = 15 ton/ha dan B2 = 30
ton/ha. Varietas lombok yang digunakan adalah varietas Bengkulu.
Pengamatan dilakukan dengan menghitung dan mencatat: Data produksi (marketable yield),
harga satuan input-output serta biaya berubah (variable cost) yang diakibatkan oleh perlakuan-
perlakuan yang berbeda.
Untuk keperluan pembanding (kontrol) dalam analisis anggaran parsial digunakan hasil
percobaan terdahulu yang berupa perlakuan tanpa pupuk kandang.
Dari hasil statistik menunjukkan bahwa secara parsial faktor jenis pupuk kandang dan dosis
pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap produksi lombok (Tabel 1). Interaksi antara kedua faktor
tersebut menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap produksi lombok. Berdasarkan informasi ini dapat
dinyatakan bahwa antara nilai tengah kombinasi perlakuan tidak terdapat perbedaan yang nyata.
Akibatnya secara teknis tidak dapat dijelaskan kombinasi perlakuan jenis dan dosis pupuk kandang
tertentu yang dapat memberikan hasil/produksi tertinggi.
Walaupun secara teknis kombinasi perlakuan yang terbaik tidak dapat dibuktikan, tetapi secara
ekonomis pasti terdapat perbedaan biaya dan pendapatan usahatani akibat adanya perbedaan
perlakuan tersebut.
Total 17 1196.36 - - - -
Dikaitkan dengan masalah rekomendasi, analisis ekonomi dapat digunakan untuk melanjutkan
penelusuran dalam menentukan kombinasi perlakuan yang paling menguntungkan. Hal ini dilakukan
sesuai dengan alur pemikiran bahwa perspektif biologis/teknis bukan merupakan kriteria dominan yang
digunakan petani dalam mengambil keputusan usahatani.
Untuk mengetahui pengaruh berbagai kombinasi perlakuan terhadap usahatani secara
keseluruhan, maka pendapatan usahatani dihitung dengan menggunakan “enterprise budget analysis”.
Keuntungan kotor (gross benefit) diperoleh dari hasil perkalian antara produksi (marketable yield)
dengan harga satuan produk (money field price). Harga satuan produk sebesar Rp. 842/kg merupakan
harga rata-rata tertimbang yang diperoleh dari 15 kali panen. Sementara itu pengembalian per unit
modal untuk setiap perlakuan merupakan rasio antara keuntungan kotor dengan biaya variabel total.
Besaran rasio ini disebut juga sebagai “rate of capital turnover” yang dapat digunakan sebagai ukuran
efisiensi penggunaan modal pada suatu usahatani. Pengembalian per unit modal tertinggi dicapai oleh
perlakuan A1B2 (pupuk kandang sapi, 30 ton/ha) (Tabel 2). Jika ketersediaan modal tidak terbatas dan
tidak ada lagi alternatif investasi lain yang lebih baik, maka kombinasi perlakuan ini dapat dipilih sebagai
2
anjuran untuk petani. Hal ini tentunya kurang rasional karena pada umumnya masalah yang sering
dihadapi oleh petani adalah kelangkaan modal. Oleh karena itu, kombinasi perlakuan di atas kurang
tepat untuk disarankan kepada petani karena belum memperhitungkan biaya modal.
Biaya modal (the cost of capital investment) dilibatkan dalam perhitungan melalui “partial
budget analysis” yang menetapkan keuntungan bersih (net benefit) sebagai suatu pengembalian
terhadap modal yang diinvestasikan. Keuntungan bersih pada analisis anggaran parsial (Tabel 3) masih
mengandung biaya tetap, karena yang diperhitungkan dalam analisis adalah biaya berubah yang timbul
akibat adanya perlakuan.
Anggaran parsial terdiri dari besaran-besaran input-output yang dapat dievaluasi secara grafis
melalui kurva keuntungan bersih (net benefit curve). Kurva ini menggambarkan hubungan antara biaya
variabel dengan keuntungan bersih untuk setiap alternatif investasi yang tidak terdominasi. Sementara
itu, alternatif investasi yang terdominasi yaitu alternatif yang memerlukan biaya berubah tinggi, tetapi
menghasilkan keuntungan bersih lebih rendah dibandingkan dengan alternatif lainnya. Hal ini cukup
beralasan karena pada keadaan normal, petani tidak akan memilih alternatif yang terdominasi tersebut.
Tabel 2 Produksi, Biaya Variabel, Keuntungan Kotor dan Pengembalian per Unit Modal pada Usahatani Lombok,
Lembang 1985 (Yield, Variable Cost, Gross benefit and return per Unit of Capital in Pepper, Lembang 1985).
Gambar 1 Kurva keuntungan bersih berdasarkan analisis anggaran parsial (Net benefit curve based upon the partial
budget analysis)
3
Tabel 3 Analisis anggaran parsial perlakuan pupuk kandang pada usahatani lombok, Lembang 1985 (Rp./Ha). (Partial
budget analysis of animal manure treatments in pepper, Lembang 1985).
Tabel 4 Analisis marjinal alternatif investasi yang tidak terdominasi perlakuan pupuk kandang (per ha) (Marginal analysis
of the undominated investment alternatives of animal manure treatment).
KESIMPULAN
Walaupun tidak dapat dijelaskan secara statistik, tetapi hasil fisik menunjukkan bahwa
kombinasi perlakuan pupuk kandang ayam (30 ton/ha) memberikan produksi tertinggi. Sementara itu
kombinasi perlakuan pupuk kandang sapi (30 ton/ha) menunjukkan rasio output input tertinggi. Dua
4
indikator ini ternyata tidak cukup untuk menjelaskan kombinasi perlakuan yang paling menguntungkan,
jika dikaitkan dengan kelangkaan modal yang umumnya dihadapi oleh petani.
Melalui analisis marjinal alternatif investasi yang tidak terdominasi, ternyata kombinasi
perlakuan pupuk kandang sapi (15 ton/ha) merupakan alternatif investasi yang paling menguntungkan
karena memberikan tingkat pengembalian marjinal tertinggi.
PUSTAKA
Calkins, Peter H. 1976. Four Approaches to Risk and Uncertainty for Management Extension Tech. Bull.
No. 3. AVRDC.
Perrin, et. al. 1976. From Agronomic Data to Farmer Recommendations. Information. Bull. 27. CIMMYT.
Work, P. And John Carew. 1970. Vegetable Production and Marketing. Wiley Eastern Private Limited.
New Delhi.