Anda di halaman 1dari 9

Buletin Ristek Balitbangda Jawa Barat, vol 4, no 2, 2005

PENGEMBANGAN RANTAI TATANIAGA PERTANIAN:


ISU DAN PANDUAN
Witono Adiyoga
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Jl. Tangkuban Perahu 517, Lembang, Bandung 40391

Abstrak

Rantai pasokan terintegrasi merupakan salah satu alat bersaing yang paling
diminati dalam bisnis perekonomian global saat ini. Pengembangan rantai
pasokan untuk produk pertanian tidak hanya dapat mengurangi biaya transaksi,
tetapi juga meminimalkan hambatan-hambatan kelembagaan. Rantai pasokan
memungkinkan partisipan untuk mencapai tingkat pelayanan yang lebih tinggi
dan menangkap nilai tambah substansial, sehingga dapat berfungsi sebagai titik
ungkit pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Artikel ini juga
mendiskusikan isu-isu kritikal serta tahapan tindakan yang diperlukan untuk
menstimulasi dan mendukung terbangunnya rantai-rantai pasokan di negara
berkembang.

A. PENDAHULUAN

Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam lingkungan kompetitif sistem


pangan telah mendorong ketertarikan berbagai pihak terhadap
pengelolaan/penataan rantai pasokan (supply chain management = SCM).
Dalam satu dekade terakhir, lingkungan kompetitif di sekitar petani bekerja
telah dipengaruhi paling sedikit oleh dua trend kunci. Trend yang pertama
adalah globalisasi menuju era perdagangan bebas. Salah satu fitur kunci yang
relevan adalah perkembangan pesat korporasi internasional (tidak saja sebagai
penjual/pedagang, tetapi juga sebagai sumber/produsen produk) dalam industri
makanan. Sementara itu, fitur penting lain adalah semakin berkurangnya
hambatan perdagangan antar negara dan semakin baiknya akses pasar. Hal ini
mengakibatkan pemasok domestik ditantang oleh harga dan kualitas produk
impor yang banyak beredar di pasar-pasar lokal. Ritel makanan internasional
maupun eksportir makanan segar telah mendorong timbulnya trend mengenai
kualitas dan keamanan pangan/makanan dengan standar dunia (world
standard). Trend yang kedua adalah semakin menurunnya nilai tukar
komoditas/produk pertanian. Harga input untuk proses produksi cenderung
terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, namun pengembalian
(returns) terhadap sektor pertanian tidak berjalan seperti itu. Kondisi ini
mengakibatkan nilai tukar komoditas pertanian yang semakin menurun dari
tahun ke tahun.
Folkerts and Koehorst (1998) mendefinisikan rantai pasokan sebagai
suatu kumpulan unit-unit usaha yang saling bergantung satu sama lain
(interdependent), bekerja sama secara erat untuk mengelola pengaliran barang
dan jasa di sepanjang rantai nilai tambah (value-added chain), dalam rangka
merealisasikan suatu nilai bagi konsumen/pelanggan pada tingkat biaya

1
terendah. Rantai pasokan pada dasarnya merupakan saluran (Hughes, 1994;
Fearne, 1996; Handfield and Nichols, 1999) yang memungkinkan: (a) produk
bergerak dari produsen ke konsumen, (b) pembayaran, kredit dan modal kerja
bergerak dari konsumen ke produsen, (c) teknologi disebar luaskan sepanjang
rantai pasokan, (d) hak kepemilikan berpindah dari produsen ke pengepak atau
pengolah, kemudian ke pemasar, dan (e) informasi mengenai permintaan
konsumen serta preferensinya mengalir dari pengecer ke produsen. Secara
konsepsual, rantai pasokan juga merupakan suatu sistem ekonomi yang
mendistribusikan manfaat serta risiko diantara partisipan yang terlibat di
dalamnya (Iyer and Bergen, 1997; Lambert and Cooper, 2000).

MANFAAT BAGI PARTISIPAN RANTAI PASOKAN

Pemasok, produsen dan pedagang individual yang dihubungkan melalui


suatu rantai pasokan akan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatannya satu sama
lain, dalam proses menciptakan ”nilai” yang lebih besar dibandingkan dengan
jika beroperasi secara independen. Rantai pasokan dapat menciptakan sinergi
melalui salah satu cara berikut ini: (a) memperluas pasar tradisional melampaui
batas-batas orijinalnya, sehingga dapat meningkatkan volume penjualan bagi
partisipan rantai, (b) mengurangi biaya produksi di bawah biaya produksi rantai
pasokan pesaing, sehingga dapat meningkatkan marjin kotor untuk modal kerja
yang dikeluarkan oleh partisipan rantai pasokan, dan (c) mentargetkan segmen
pasar tertentu untuk produk spesifik dan melakukan diferensiasi pelayanan,
kualitas produk atau reputasi merek, sehingga dapat meningkatkan persepsi
konsumen terhadap nilai produk bersangkutan – memungkinkan partisipan
rantai untuk menentukan harga lebih tinggi.
Banyak produsen di negara-negara berkembang dapat menarik manfaat
dengan bergabung ke dalam suatu rantai pasokan. Melalui suatu afiliasi
(hubungan jangka panjang antara produsen dengan partisipan lain dalam rantai
pasokan, misalnya berdasarkan integrasi proses atau stabilitas pasokan),
produsen dapat menentukan apakah kegiatan produksinya akan diarahkan
untuk pasar skala atas, pasar produk terdiferensiasi atau pasar skala bawah.
Rantai pasokan pertanian yang inovatif memungkinkan produsen untuk
memperbaiki marjin kotor, meningkatkan tabungan, mengadaptasikan produk
untuk pasar target, serta memperbaiki proses penciptaan nilai tambah dan
penyesuaian terhadap dinamika lingkungan pasar.
Bentuk asosiasi antar partisipan rantai pasokan cukup beragam, termasuk
afiliasi korporat, afiliasi kontraktual, keanggotaan dalam suatu komunitas
dagang, keanggotaan dalam koperasi produsen, dsb. Beberapa manfaat penting
yang dapat diperoleh dari keberhasilan implementasi konsep rantai pasokan,
diantaranya adalah:
• hubungan/relasi jangka panjang antar mitra di sepanjang rantai yang
mengarah pada perbaikan marjin dan pengetahuan pasar bagi produsen
primer atau petani
• pengurangan kehilangan hasil selama penyimpanan dan transportasi
sebagai konsekuensi dari koordinasi aktivitas di sepanjang rantai secara
optimal
• perbaikan kualitas dan/atau kesegaran produk secara signifikan
• jaminan perbaikan keamanan produk makanan/pangan

2
• peningkatan penjualan secara signifikan sebagai konsekuensi dari
pertukaran informasi pasar yang berjalan cepat dan lancar
• rantai pasokan yang terkoordinasi dapat menghasilkan produk yang
bernilai tambah tinggi serta penerimaan yang tinggi pula, karena produk
bersangkutan sesuai dengan permintaan konsumen di segmen pasar
tertentu

B. BEBERAPA ISU KUNCI DALAM PENGEMBANGAN RANTAI PASOKAN


PERTANIAN

• Kekuatan-kekuatan penghela pengembangan rantai pasokan pertanian

Perubahan permintaan konsumen, perkembangan teknologi informasi


dan komunikasi serta internasionalisasi sektor industri pertanian merupakan
kekuatan utama yang menghela pengembangan rantai pasokan dan
mendorong penyesuaian strategis hubungan tradisional pembeli/penjual di
sepanjang rantai. Agar dapat tetap bertahan dalam lingkungan usaha yang
sangat kompetitif, partisipan rantai harus dapat merespon berbagai tantangan.
Bagaimana merespon permintaan konsumen yang selalu berubah? Bagaimana
menjamin keamanan produk, memenuhi standar kualitas internasional serta
menjaga kualitas produk pangan/makanan selama proses produksi, pengolahan,
distribusi dan penyimpanan? Bagaimanakah proses produksi diorganisasikan
secara baik agar nilai tambah yang dihasilkan dapat dimaksimalkan? Berbagai
tantangan tersebut pada dasarnya melampaui kapasitas partisipan rantai untuk
mengahadapinya secara individual/tunggal. Pengalaman menunjukkan bahwa
pasar baru, segmen pasar baru, produk baru dan pelayanan/jasa baru dapat
dikembangkan secara optimal melalui kemitraan antara pemasok, produsen,
pemasar dan pelanggan di dalam rantai pasokan.

• Pengetahuan rantai sebagai faktor keberhasilan yang kritikal

Mengembangkan rantai pasokan pertanian merupakan tugas/pekerjaan


yang kompleks. Pengetahuan dan keahlian tertentu sangat diperlukan untuk
menciptakan dan mengorganisasikan rantai pasokan. Pengetahuan rantai
(chain knowledge) termasuk beberapa pengetahuan yang saling berhubungan,
misalnya: (a) perancangan dan pengemasan produk, (b) kebutuhan pasar dan
preferensi konsumen/pelanggan, dan (c) proses produksi, distribusi serta
integrasinya. Pengetahuan mengenai rantai berkaitan erat dengan
fungsionalisasi rantai pasokan secara keseluruhan. Pengetahuan ini dapat
membantu upaya mengintegrasikan dan menginterkoneksikan kegiatan
produksi, distribusi, prosesing dan perdagangan pada semua tingkat di
sepanjang rantai pasokan.

• Strategi untuk pengorganisasian rantai pasokan pertanian

a) Diferensiasi rantai (Chain differentiation). Strategi ini berhubungan erat


dengan upaya penyiapan rantai pasokan agar dapat merespon terhadap
permintaan spesifik segmen pasar tertentu. Semakin meningkatnya pilihan
produk pangan/makanan yang ditawarkan, konsumen khususnya strata kelas

3
menengah perkotaan, secara terus menerus akan mengajukan kebutuhan
akan produk atau jasa baru yang spesifik.
b) Asuransi kualitas rantai integral (Integral chain quality assurance). Pilihan
konsumen semakin ditentukan oleh persyaratan yang berkaitan dengan
kualitas dan keamanan pangan (Good Agricultural Practices dan Integrated
Pest Management) (Jongen and Meulenberg, 1998). Supermarket di Brazil
dan Thailand telah memulai Pengelolaan Kualitas Total (Total Quality
Management) dan menerapkan peraturan Analisis Bencana pada Titik
Pengendalian Kritikal (Hazard Analysis at Critical Control Points = HACCP)
untuk produk pangan segar dan mudah rusak (fresh and perishable).
c) Penyesuaian rantai proses (Chain process realignment). Pengembangan
operasi global dari sejumlah perusahaan sering membutuhkan rekonfigurasi
rantai pasokan dan perekayasaan ulang proses. Pasar yang semakin
kompetitif menuntut partisipan rantai untuk menghindarkan inefisiensi,
mencari sumber keunggulan komparatif berdasarkan pengurangan/reduksi
biaya, serta perbaikan siklus waktu respon.

Pendekatan umum terhadap pengembangan rantai pasokan dapat diringkas ke


dalam enam konsep dasar berikut ini:
1. Pendekatan dari bawah ke atas (Bottom-up approach). Inisiatif kerjasama
vertikal biasanya muncul dari mitra rantai potensial yang sedang berupaya
untuk mengatasi hambatan-hambatan spesifik atau memecahkan masalah-
masalah manajemen tertentu, dan kemudian menemukan bahwa kekuatan
rantai pasokan dapat menjadi titik ungkit solusi. Persyaratan kelayakan
komersial, teknis dan politis dari afiliasi rantai yang diusulkan harus dipenuhi
untuk menentukan posisi kompetitif dan kekuatan suatu perusahaan (Porter,
1985). Analisis nilai rantai (a value chain analysis) dapat digunakan untuk
mengkaji kelayakan komersial dan teknis dari usulan afiliasi rantai.
Sedangkan kelayakan politis dapat dikaji melalui analisis dampak sosial
ekonomi (a socio-economic impact analysis). Lebih lanjut, analisis dampak ini
harus dikombinasikan dengan analisis persepsi stakeholder (stakeholder
perception analysis).
2. Pengembangan rantai pasokan pertanian berorientasi permintaan (Demand
oriented agri supply-chain development). Permintaan konsumen/pelanggan
harus merupakan titik awal/berangkat dari perancangan suatu rantai
pasokan pertanian yang baru. Hanya produk yang dapat merespon
permintaan konsumen secara lebih cepat, lebih murah, serta memberikan
solusi lebih baik, yang dapat bertahan di pasar.
3. Kemitraan antara publik dan swasta (Public-private partnerships). Tim stake-
holders yang bekerja sama dalam suatu pilot proyek sebaiknya tidak hanya
terdiri dari perwakilan komunitas bisnis saja, tetapi juga dari perguruan tinggi
dan lembaga penelitian. Bergantung dari tujuan proyek, institusi pemerintah
juga dapat dilibatkan secara aktif.
4. Pembelajaran dengan melakukan (Learning by doing). Pengalaman langsung
harus merupakan bagian dari sistem manajemen pengetahuan secara
keseluruhan, termasuk pengembangan pengetahuan, diseminasi
pengetahuan, pemafaatan pengetahuan dan penyimpanan pengetahuan.
Pengalaman praktis di rantai pasokan dapat didukung oleh pelatihan-
pelatihan di bidang pengembangan rantai pasokan, misalnya diferensiasi
rantai (pelatihan manajemen kategori), asuransi kualitas rantai integral

4
(pelatihan HACCP) dan penyesuaian proses rantai atau optimisasi rantai
(pelatihan logistik).
5. Penguatan infrastruktur pengetahuan rantai (Strengthening chain knowledge
infra-structure). Salah satu faktor keberhasilan penting dalam persaingan
rantai pasokan adalah infrastruktur pengetahuan, khususnya infrastruktur
yang dapat mendukung kegiatan produksi, prosesing dan perdagangan di
semua tingkat rantai pasokan secara terintegrasi.
6. Pengaturan/penyesuaian yang sinergis dan progresif (Synergy and
progressive allignment). Upaya terkoordinasi antar perusahaan-perusahaan
benih yang secara sukses mengorganisasikan pelatihan Cara Budidaya atau
Bercocok Tanam yang Baik (Good Agricultural Practices) dan Pengendalian
Hama Terpadu (Integrated Pest Management), serta pihak ritel yang
menyiapkan program sertifikasi untuk sayuran aman/bersih dan organik,
akan dapat menghasilkan spin-off yang lebih besar dibandingkan dengan
upaya-upaya individual.

C. TAHAPAN-TAHAPAN UNTUK PENGEMBANGAN RANTAI PASOKAN

Analisis rantai

Pengembangan rantai pasokan harus diawali oleh pengkajian sistem yang


ada dan mencakup: (a) Perancangan peta sistem komersial yang ada dan
menganalisis lingkungan usahanya - aliran produk, tingkat pertukaran, fasilitas,
kebijakan pemerintah, dsb., (b) Identifikasi pemain-pemain potensial rantai
pasokan atau stakeholders dan menggambarkan fungsi, peranan serta
hubungan antar pemain, (c) Identifikasi keber-adaan pemimpin (leader) rantai,
(d) Pengukuran keragaan rantai pasokan berdasarkan kriteria efisiensi,
fleksibilitas, inovasi, responsivitas dsb., dan (e) Penerapan analisis SWOT untuk
memeriksa kekuatan dan kelemahan dari organisasi rantai pasokan, serta
kesempatan dan ancaman dari lingkungan rantai pasokan.

Pengembangan strategi dan organisasi rantai

Setelah struktur dari rantai pasokan yang ada selesai dianalisis, maka hal
lain yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi partisipan potensial yang
akan terlibat di dalam pilot proyek serta mendefinisikan sasaran/tujuan umum.
Partisipan potensial secara bersama-sama mendefinisikan strategi dan
organisasi rantai pasokan.

Langkah-langkah dalam melaksanakan pilot project

Fase Analisis atau Orientasi

Langkah pertama proyek pengembangan rantai pasokan adalah: (a)


analisis masalah sepanjang rantai pasokan, dan (b) identifikasi pelaku atau
partisipan dalam rantai pasokan. Berbagai pertanyaan yang harus dijawab
dalam fase ini diantaranya:
• Siapa sajakah pelaku/pemain di dalam rantai pasokan?
• Bagaimanakah peran mereka (pelaku/pemain) masing-masing?

5
• Bagaimanakah kompetensi mereka (pelaku/pemain) masing-
masing?
• Bagaimanakah hubungan diantara mereka (pelaku/pemain)?
• Jenis aliansi strategis serta rancangan organisasional seperti apakah
yang paling diinginkan (baik dengan pihak publik dan swasta)?
• Akan seperti apakah dampak sosial ekonomi dari proyek rantai
pasokan?
• Bagaimanakah struktur biaya dan nilai tambah dari rantai pasokan
yang ada?
• Bagaimanakah kategori kualitas serta sistem pemantauan kualitas
yang ada?
• Bagaimanakah preferensi dan kepuasan konsumen dapat dipenuhi?
Melalui penggunaan analisis SWOT, maka kekuatan dan kelemahan dari
mitra rantai dapat didefinisikan, serta kesempatan dan ancaman dari lingkungan
rantai pasokan dapat diidentifikasi. Keluaran dari fase pertama ini adalah
identifikasi tantangan-tantangan utama serta bangunan langkah menuju
formulasi strategi.

6
Fase Definisi

Pada fase kedua, pendalaman yang diperoleh pada fase sebelumnya


harus diterjemahkan ke dalam rencana strategis dan aksi. Pendekatan kerangka
logis (logical framework approach) dapat digunakan untuk menentukan:
• Apakah sasaran proyek secara keseluruhan?
• Apakah tujuan spesifik yang bersifat mendetil dari proyek rantai
pasokan?
• Input dan kegiatan apa saja yang diperlukan untuk mencapai
tujuan tersebut?
• Apakah output yang diharapkan untuk kegiatan yang telah
direncanakan?
• Apakah risiko spesifik dari tujuan/kegiatan dan bagaimana
menanganinya?
• Bagaimanakah penjadwalan dan perencanaan proyek rantai
pasokan tersebut?
• Bagaimanakah struktur manajemen proyek rantai pasokan
tersebut?
• Bagaimanakah perencanaan anggaran dan finansial yang
dibutuhkan?
• Investasi dan pengetahuan seperti apakah yang dibutuhkan di
sepanjang rantai pasokan dan di mana kedua hal tersebut dapat
diperoleh?
Keluaran dari fase kedua ini adalah detil perencanaan proyek untuk
memperbaiki rantai pasokan pertanian

Fase Pelaksanaan

Organisasi proyek yang memadai perlu dirancang untuk mendukung fase


eksekusi. Kelompok pengarah yang terdiri dari wakil setiap mata rantai pasokan,
organisasi publik dan lembaga finansial perlu dikoordinasikan. Pengelolaan
sehari-hari harus didukung oleh seorang koordinator, karena proyek
pengembangan rantai pasokan biasanya terdiri dari berbagai komponen
(logistik, teknologi, TQM dsb.) yang perlu dikoordinasikan dan dikaitkan satu
dengan yang lainnya. Koordinator dapat berperan sebagai penengah antara
stakeholders publik dan swasta dan sebaiknya memiliki pengalaman penelitian
dalam proyek internasional, memahami chain science dan berbagai ilmu terkait,
memiliki pengalaman dalam proyek manajemen, memiliki kemampuan
negosiasi, serta mempunyai jejaring kerja yang luas dan kuat.
Dalam rantai pasokan, semua partisipan harus memiliki pemahaman
yang baik mengenai berbagai konsep, misalnya rantai tataniaga, logistik,
pengendalian/peng-awasan kualitas, sertifikasi, penjejakan dan penelusuran.
Untuk menjamin keberlanjutan pengembangan rantai pasokan maka disarankan
agar melakukan investasi berkaitan dengan pengetahuan lokal mengenai rantai
pasokan, bekerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian.
Keluaran dari fase ketiga ini adalah rantai pasokan pertanian yang fungsional

Fase Evaluasi dan Pemantauan

7
Fase ini melibatkan evaluasi yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Pengembalian ekonomis suatu investasi dapat dikalkulasi dari sudut pandang
bisnis ekonomi, namun perhatian perlu pula diberikan pada beberapa aspek,
misalnya peningkatan pengetahuan serta kerjasama antar partisipan di dalam
rantai pasokan. Isu-isu konsepsual memfokuskan pada berbagai pertanyaan
sebagai berikut:
• Siapakah stakeholders utama dari proses evaluasi ini?
• Kerangka kerja apa yang akan digunakan untuk memberikan arah
evaluasi?
• Apakah kegunaan dan isu utama dari evaluasi ini?
• Apakah ada pertimbangan politis yang harus diperhitungkan?
• Standar dan kriteria apa yang digunakan untuk memberi penilaian?
• Sumberdaya apa sajakah yang tersedia untuk evaluasi ini?
Rancangan teknis yang diturunkan harus sejalan dengan arah konsepsi
evaluasi dan harus dapat menjawab berbagai pertanyaan berikut ini:
• Metode apa yang akan digunakan (wawancara, lokakarya, studi kasus)?
• Apakah yang akan menjadi unit analisis utama?
• Bagaimanakah strategi pengambilan contoh yang akan digunakan?
• Jenis data apa yang dikumpulkan? Sumber data? Instrumen
pengumpulan?
• Bagaimanakah cara menjamin kualitas dan akurasi data yang
dikumpulkan?
• Analisis seperti apakah yang akan digunakan/dilakukan?
• Temuan apakah yang akan diharapkan akan diperoleh dari hasil analisis?
Fase evaluasi juga harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
• Apakah tujuan dan target yang telah ditetapkan dapat tercapai?
• Apakah hasilnya dapat dicapai tepat waktu?
• Apakah semua kegiatan dapat dijalankan dalam kerangka usulan
anggaran?
• Apakah strategi rantai pasokan akan sama pada 5-10 tahun ke depan?
• Tantangan atau masalah baru apakah yang akan dihadapi?
• Tipe hubungan antar partisipan seperti apakah yang mungkin
berkembang dalam 5 tahun ke depan?
Keluaran dari fase keempat ini adalah kerjasama strategis di dalam atau
sepanjang rantai pasokan.

D. KESIMPULAN

Globalisasi menuju era perdagangan bebas dan semakin menurunnya


nilai tukar komoditas/produk pertanian telah mendorong ketertarikan berbagai
pihak terhadap penataan rantai pasokan (supply chain management = SCM).
Melalui suatu afiliasi (hubungan jangka panjang antara produsen dengan
partisipan lain dalam rantai pasokan), produsen dapat menentukan ke segmen
pasar mana kegiatan produksinya akan diarahkan. Rantai pasokan pertanian
yang inovatif memungkinkan produsen untuk meningkatkan marjin kotor dan
tabungan, mengadaptasikan produk untuk pasar target, serta memperbaiki
proses penciptaan nilai tambah dan penyesuaian terhadap dinamika lingkungan
pasar. Strategi untuk pengorganisasian rantai pasokan pertanian dapat

8
dilakukan melalui diferensiasi rantai (chain differentiation), asuransi kualitas
rantai integral (integral chain quality assurance) dan penyesuaian rantai proses
(chain process realignment). Sementara itu, upaya pengembangan rantai
pasokan pertanian dapat ditempuh melalui beberapa tahapan, yaitu fase
analisis atau orientasi, fase definisi, fase pelaksanaan, serta fase evaluasi dan
pemantauan.

DAFTAR PUSTAKA

Cooper, M.C., D.M.Lambert and J.D. Pagh. 1997. Supply Chain Management:
More than a Name for Logistics. International Journal of Logistics
Management, Vol. 8, No. 1.
Fearne, A. 1996. Editorial Note. Supply Chain Management, Vol. 1, No. 1, pp.3-4.
Folkerts, H., and Koehorst, H. 1998. Challenges in International Food Supply
Chains: Vertical Coordination in the European Agribusiness and Food
Industries. British Food Journal, 100, 385-388.
Handfield, R.B. and E.L. Nichols. 1999. Introduction to Supply Chain
Management. Prentice Hall, N.J.
Hughes, D. 1994. Breaking with Traditions: Building Partnerships and Alliances in
the European Food Industry. Wye, Wye College Press.
Iyer, A.V. & M.E. Bergen. 1997. Quick Response in Manufacturer-Retailer
Channles. Management Science, Vol.43, No. 4, pp. 559-570.
Jongen W.M.F. and M.T.G. Meulenberg. 1998. Innovation of Food Production
Systems, Product Quality and Consumer Acceptance. Wageningen:
Wageningen Pers.
Lambert D.M. and M.C. Cooper. 1998. Issues in Supply Chain Management.
Industrial Marketing Management. 29, 65-83.
Porter, M.E. 1985. Competitive Advantage, New York, The Free Press.

Anda mungkin juga menyukai