Anda di halaman 1dari 73

Tujuan Pembelajaran : 1. Memahami jenis-jenis batuan yang menyusun bumi dan proses-proses yang membentuk permukaan bumi. 2.

Memahami asal mula terjadinya tanah, sifat dan jenis-jenis tanah, serta proses erosi tanah dan cara-cara penanggulangannya.

Gambar 3.1. Fenomena Litosfer

A. LITOSFER

B. PEDOSFER

LITOSFER

1. Struktur & Komposisi Pelapisan Bumi


Litosfer adalah lapisan luar bumi, bersifat keras dan disebut kerak bumi. Menurut Holmes, kerak bumi dibagi menjadi 3, yaitu: bagian atas, ketebalan 15 km, tipe magma granit bagian tengah, ketebalan 25 km, tipe magma basalt bagian bawah, ketebalan 20 km, tipe magma peridotit dan eklogit. Bagian atas dan tengah banyak mengandung silikat (Si) dan alumunium (Al), dan bagian bawah sebagian besar terdiri dari silikat dan magnesium (Mg).

Lapisan yang mengandung Si dan Al di setiap kerak bumi tidak sama. Contohnya, di dasar Samudra Pasifik tidak ditemukan Si dan Al (lapisan lebih tipis), sedangkan di pegunungan banyak mengandung Si dan Al (lapisan lebih tebal).

Gambar 3.2 Lapisan kerak dasar laut yang lebih tipis daripada lapisan kerak benua.

Bagan penampang kerak Bumi

Batuan Beku (hasil pendinginan magma):


- Batuan beku dalam - Batuan beku korok/gang - Batuan beku luar

2. Batuan
Elemen kulit bumi yang menyediakan mineralmineral anorganik untuk kehidupan.

Batuan Sedimen (hasil proses


pengendapan berbagai batuan yang telah ada sebelumnya):

-Sedimen klastis/mekanis

-Sedimen kimiawi
-Sedimen organis

Batuan Metamorf (berasal dari batuan


beku atau batuan sedimen, yang mengalami perubahan secara fisik dan kimiawi karena perubahan suhu dan tekanan):

-Dinamo metamorfosa
-Kontak metamorfosa

Batuan Beku
1. Batuan Beku Dalam
Magma membeku di dalam proses pembekuan lambat terjadi pengkristalan sempurna Ukuran kristalnya yang besar-besar dan kasar ciri batuan: holokristalin atau granitis. Contoh: batu granit, diorit, gabro, dan peridotit.

Batuan Granit

2. Batuan Beku Korok/Gang


Magma membeku di gang/saluran/celah menuju permukaan bumi sebagian magma membeku lebih cepat sebagian kristal berukuran besar (fenokrist) dan sebagian berukuran kecil. Gabungan kristal besar dan kecil disebut porfirik. Contoh: porfir granit, porfir, dan gabro.

Porfir Gabro

Porfir Granit

3. Batuan Beku Luar


Magma yang keluar ke permukaan bumi disebut lava. Lava mengalami proses pendinginan yang sangat cepat kristalisasi cepat bahkan tidak mengalami proses kristalisasi membentuk batuan amorf (kristal halus/tidak berkristal) Contoh: obsidian, riolit, andesit, basalt, komatit.
Granit membeku di luar menjadi riolit

Diorit membeku di luar andesit


Gabro basalt Peridotit komatit

obsidian

Batuan Sedimen
1. Batuan sedimen klastis batuan yang terdiri dari
kelompok batuan atau fragmen-fragmen hasil proses pelapukan mekanis sebelumnya. Fragmen-fragmen yang telah mengendap di suatu tempat mengalami sementasi dan kompaksi sehingga terikat satu sama lain dan mengeras membentuk batuan baru.

Contoh: konglomerat, breksi, batu pasir, dan batu lempung.


Gambar 3.8. (a) Konglomerat, (b) Breksi Sumber Gambar: Les Roches (1990: 49 50)

2. Batuan sedimen kimiawi - tersusun atas garamgaraman yang larut dalam air laut, seperti NaCl, KCl, MgSO4, CaCO4, dan CaCO3. Contoh: Batu kapur/gamping, dolomit, batu fosfat, dan evaporit.

3. Batuan sedimen organis - disebut batuan


hidrokarbon (gabungan antara karbon, hidrogen, dan oksigen) yang terbentuk oleh bahan-bahan organik. Akumulasi bahan-bahan ini dapat berbentuk padat (tanah gambut dan batu bara), cair (minyak bumi), dan gas (gas alam). Oleh karena itu, contoh batuan sedimen organik hanya batubara bukan tanah gambut, karena tanah gambut masih berupa akumulasi bahan-bahan organik/tanaman.
Batubara

Batuan Sedimen
Berdasarkan tenaga yang mengangkut bahan asal, batuan sedimen dibedakan menjadi: a) batuan sedimen aquatis, yakni batuan sedimen yang diendapkan oleh air; Contoh: Batu pasir, kerikil,

Batu Kerikil

b) batuan sedimen aeris atau aeolis, yakni batuan sedimen yang diendapkan oleh angin; Contoh: Gundukan Pasir (sand dune) seperti di pantai parangtritis; c) batuan sedimen glasial, merupakan batuan sedimen yang diendapkan oleh es atau gletser. Contoh: Moraine

Gambar : Gundukan Pasir

Batuan Sedimen
Berdasarkan tempat terjadinya pengendapan,
digolongkan menjadi: a) batuan sedimen teristris - di daratan; b) batuan sedimen marine - di dasar laut; c) batuan sedimen fluvial - di dasar sungai; d) batuan sedimen limnis - di dasar danau; e) batuan sedimen glasial - di daerah yang pernah mengalami erosi glasial.

Batuan Metamorf
Bahan asal batuan metamorf adalah batuan beku dan batuan sedimen. Karena pengaruh tenaga alam, yakni suhu dan tekanan dalam jangka waktu tertentu (lama), maka batuan beku dan batuan sedimen dapat berubah sifat. Perubahan sifat batuan tersebut karena proses diagnesa dan metamorfosa. Diagnesa adalah perubahan sifat karena suhu dan tekanan yang kecil sehingga ciri batuan asal masih tampak, contohnya konkresi. Metamorfosa adalah perubahan wujud batuan sehingga bentuk dan susunan dari batuan semula tidak tampak.

Metamorfosa batuan dibagi menjadi: 1. Dinamo metamorfosa pengaruh tekanan lebih dominan daripada pengaruh suhu. 2. Kontak metamorfosa pengaruh suhu lebih dominan daripada tekanan

Proses Perubahan Batuan Asal menjadi Batuan Metamorfosa

Keterangan:

Sedimen Klastis

Sedimen Sedimen Kimiawi Sedimen Organis

Magma sebagai bahan batuan asal. Karena pendinginan dapat terbentuk: a. Batuan beku dalam b. Batuan beku gang c. Batuan beku luar

Batuan Beku

Batuan Kristalin
Magma

Mengalami pelapukan fisis mengendap Batuan sedimen klastis proses kimia Metamorf
mengendap/organisme

Gambar 3.17. Siklus Batuan

sedimen organis & kimia pengaruh suhu & tekanan metamorf pemanasan magmatisasi magma

3. Proses-Proses Pembentukan Permukaan Bumi


a. Proses Endogen
1. Vulkanisme 2. Tektonisme

b. Proses Eksogen
Pengikisan dan pengendapan oleh:

1) Air 2) Gelombang

3) Es
4) Angin 1) Gempa tektonik

c. Proses Seisme

2) Gempa Vulkanik
3) Gempa Runtuhan

a. Proses endogen

1. Vulkanisme terobosan magma yang muncul ke permukaan


bumi menghasilkan gunung api atau bentuk timbulan di muka bumi. Plutonisme/kriptovulkanisme penyusupan magma di antara lapisan batuan. Proses keluarnya magma dari dalam bumi (plutonisme), terdiri dari proses intrusi magma & ekstrusi magma. Magma adalah lelehan batuan pijar dalam wujud cair yang mengandung gas, terdapat secara alamiah di dalam bumi. Intrusi magma - Aktivitas penyusupan magma pada celah batuan di dalam kerak bumi, menghasilkan bentukan : a) Sill (pluton yang sejajar dengan perlapisan batuan), b) Lakolit (pluton yang melengkung bagian atasnya), c) Lopolit (pluton yang melengkung bagian bawahnya), d) Pakolit (pluton yang mengikuti bentuk antiklinal atau sinklinal).

Vulkanisme

Sedangkan intrusi magma yang diskordan (memotong) dengan Perlapisan batuan di atasnya, menghasilkan: a) Dike (pluton yang memotong tegak lurus perlapisan batuan sedimen di atasnya), b) Vein vulkanik (Neck = Plug), yakni akar volkan yang telah tererosi, c) Dike yang melingkar (Ring Dike).

Ekstrusi Magma : Penerobosan magma ke permukaan bumi.


Salah satu contohnya adalah letusan gunung api (erupsi).

Erupsi gunung api dapat dibedakan menjadi:


, Bila disertai tekanan gas yang kuat hingga menimbulkan suatu letusan atau ledakan; , Bila tekanan gas berkurang (kecil), sehingga tidak menghasilkan letusan, tetapi mengeluarkan suatu lelehan atau aliran lava; , Menghasilkan erupsi eksplosif dan efusif secara bergantian. Erupsi eksplosif, efusif, dan campuran dapat saja terjadi pada suatu gunung api.

Berdasarkan pada tipe letusan & bahan hasil letusan, erupsi gunung api, terdiri dari :
a) Erupsi magmatik, Kegiatan magma yang menerobos ke permukaan bumi. Dalam hal ini bahan utama yang dikeluarkan berasal langsung dari magma, baik dalam bentuk bahan-bahan lepas (piroklastis) maupun aliran lava. b) Erupsi freatik, terjadi krn uap yang terjadi karena sentuhan air, baik langsung atau tak langsung dengan magma. Tekanan uap menimbulkan suatu letusan yang disebut letusan freatik. Letusan ini tidak mengeluarkan magma hanya melemparkan bahan-bahan pada dinding tutup gunung api yang dilalui oleh tekanan gas tersebut.

c) Erupsi freatomagmatik, terjadi apabila magma yang naik ke permukaan bersentuhan dengan air sehingga menimbulkan ledakan yng kuat. Letusan ini mengeluarkan semburan magma dalam bentuk bahanbahan yang lepas (pirokastis).

Menurut tempat terjadinya, erupsi gunung api Dapat Dibedakan menjadi:


, yaitu erupsi gunung api yang terpusat di suatu tempat di muka bumi; yaitu erupsi gunung api yang terjadi melalui suatu rekahan memanjang.

Tipe-tipe bentuk gunung berapi


a. Gunung api strato (bentuk campuran), terjadi akibat letusan (eksplosif) & lelehan (effusif), berbentuk kerucut.

Contoh: Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat (dari selatan tampak seperti perahu terbalik disebabkan oleh perpindahan pusat/lubang erupsi dari barat daya ketimur laut).

b. Gunung api perisai, tersusun terutama oleh perlapisan lelehan atau aliran lava encer (lava basal). Contohnya, gunung Mauna Loa di Hawai.

c. Gunung api maar, terjadi karena erupsi eksplosif yang berlangsung relatif singkat, berbentuk seperti lubang kawah.

d. Gunung Api Kaldera, akibat


dari erupsi eksplosif yang dahsyat sehingga puncak dari kerucut gunung api runtuh dan terbentuk kawah raksasa dengan tebing yang terjal dan mempunyai garis tengah kaldera antara 2 km sampai dengan lebih dari 10 km.

Contoh: Gunung Tambora di Nusa Tenggara dan Gunung Tengger di Jawa Timur.

Gambar. Bentuk-bentuk gunung api

Di Indonesia, gunung api dikelompokkan menjadi 3 tipe, yaitu: a) gunung api tipe A, yaitu gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1.600 Masehi; b) gunung api tipe B, yaitu gunung api yang sesudah tahun 1.600 Masehi belum lagi mengalami erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala aktivitas, seperti solfatara; c) gunung api tipe C, yaitu gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda aktivitas masa lampau, berupa lapangan fumarol pada tingkat yang lemah.

Dengan demikian, klasifikasi gunung api dapat didasarkan pada nama-nama gunung api yang bersangkutan, lokasi gunung api (Hawaii), atau penemu tipe letusan tertentu (Plini), seperti yang diuraikan B. G Escher berikut:
a) Tipe Hawaii lava cair tipis, tekanan gas rendah, & dapur magma sangat dangkal.

Contoh : gunung api Kilauea dan Maonaloa, di Kepulauan Hawaii. tipe ini di Indonesia tidak ditemukan.

b) Tipe Stromboli Lava cair tipis, tekanan gas sedang, dapur magma dangkal Contoh: Gunung Batur di Bali (meletus/mengalami semburan lava tahun 1963 dan 1971) dan Gunung Anak Krakatau (meletus/mengalami semburan lava tahun 1976).

Tipe Stromboli

Tipe Volkano

C) Tipe Volkano lava agak kental, tekanan gas sedang sampai tinggi, dengan dapur magma dangkal sampai dalam. Contoh: Gunung Raung dan Bromo di Jawa Timur & Gunung Slamet di Jawa Tengah.

Vulkanisme

Tipe Merapi Tipe St. Vincent

d) Tipe Merapi lava agak kental, tekanan gas rendah, dan dapur magma sangat dangkal Contoh: Gunung Merapi e) Tipe St.Vincent lava agak kental, tekanan gas sedang, dan dapur magmanya dangkal Contoh: Gunung St. Vincent di Hindia Barat

f) Tipe Pelle Lava agak kental, tekanan gas tinggi, dan dapur magma dalam Contoh: Gunung Pelle di Hindia Barat g) Vesuvius/Plinian Lava agak kental, tekanan gas sangat tinggi, dan dapur magma sangat dalam, menghancurkan sebagian puncak gunung api. Contoh: Gunung Krakatau (1883) dan Gunung Tambora (1815).

Tipe Plinilin

Tipe Pelle

2. Tektonisme
Perubahan permukaan Bumi secara vertikal, miring, atau mendatar berupa gerakan pelipatan, patahan/sesar, pelengkungan, pengangkatan, penurunan, dan retakan.

Tektonisme dibedakan menjadi:


1) Epirogenesis: Gerakan vertikal yang lambat dan meliputi daerah yang luas (benua). 2) Orogenesis : Orogenesis (gerak pembentukan pegunungan) merupakan gerakan tektonik yang meliputi daerah yang relatif sempit (regional). Gerakan ini meliputi pelengkungan (warping), pelipatan (folding), patahan (faulting), sembul dan terban (horst dan graben), dan retakan/diaklas (jointing).

Gerak vertikal yang tidak merata di suatu daerah,khususnya yang berbatuan sedimen/endapan, akan menghasilkan perubahan struktur lapisan yang semula kurang lebih horisontal menjadi melengkung. Bila melengkung ke atas menghasilkan pegunungan, yaitu geoantiklinal, dan bila ke bawah menghasilkan basin (cekungan), yaitu geosinklinal.
Gambar 3.22

Penampang melintang sebuah daerah gunung yang dibentuk kemudian dari geosinklinal.

Terjadi karena tekanan yang sangat kuat melampaui titik patah batuan.
Sembul (horst) bagian di antara dua patahan yang mengalami pengangkatan. Graben depresi di antara dua patahan naik (horst)

Gerakan patahan

1) Sesar-turun yang sebenarnya pada arah kemiringan. 2) Sesar-mendatar pada arah lurus. 3) Sesar-turun biasa pada arah tak tentu. 4) Sesar-naik yang sebenarnya 5) Sesar-naik biasa.
Bagian Patahan

Jenis-jenis patahan batuan Sesar Andreas di Kalifornia terjadi akibat gerakan bumi ke arah horisontal yang kuat

d) Retakan/diaklas (jointing)
Diaklas disebut juga kekar, yaitu terbentuknya suatu celah, namun tanpa disertai adanya pergeseran atau dislokasi (displacement). Hal ini dapat terjadi karena adanya prosesproses kerutan, tarikan, dan tekanan pada material (batuan).

Gambar : Beberapa Diaklas yang dihasilkan oleh gaya tekanan (kompresi)

Retak/kerutan dapat terjadi karena kekeringan, seperti lumpur yang mengering sehingga timbul jaringan retakan (telo dalam bahasa Jawa) atau pendinginan, seperti terjadi pada batuan basalt dan granit.

b. Proses Eksogen
1). Pengikisan & pengendapan oleh tenaga aliran air (Stream) proses
pengikisan ini disebut erosi. Menghasilkan bentuk lahan lembah-lembah sungai dan terkadang longsoran. Hasil endapan yang diangkut air membentuk delta.

Proses pengikisan bentang alam, diawali oleh proses pelapukan dan penghancuran batuan.

Contoh hasil pengikisan oleh air terbentuk Meander sungai hitam di New york Bagian utara

Bentang alam hasil proses pengikisan oleh aliran air.

2) Pengikisan dan pengendapan oleh gelombang laut (Wave)


Menghasilkan tebing terjal di tepi laut (cliff), tebing menggantung (nocth),gerbang/terowon gan laut (arch), tiangtiang laut (stack) dan gua di tepian laut (sea cave). Contoh: Pantai selatan Pulau Jawa & pantai Sumatera bagian barat

Gambar : Cliff yang terjal

3) Pengikisan oleh es (Glasial)


Menghasilkan bentuk lahan lembah glasial (cirques), tanduktanduk bukit (matterhorns), dan ngarai glasial (glacial through). Contoh : moraine, drumline, dan esker dan didaerah pegunungan jayawijaya, Papua 4) Pengikisan oleh angin (Wind) Menghasilkan bentuk lahan batuan berlubang angin (wind holes) dan batu jamur (mushroomrock). Fenomena ini di Indonesia sulit ditemukan karena proses ini umumnya terjadi di wilayah gurun pasir.

3. Pengikisan oleh Angin Angin yang bertiup kencang mempunyai tenaga yang dapat mengikis suatu batuan.

Bentukan bukit batu karena angin

4. Pengikisan Oleh Es (Glasial) Erosi oleh luncuran salju yang mencair disebut gletser.
Gletser dapat menjadi sumber pengikisan

3. Proses Seisme (Gempa Bumi)


Gempa bumi: getaran/goyangan permukaan/kerak bumi disebabkan oleh gangguan keseimbangan gravitatif batuan pada atau di bawah muka bumi yang bersifat sementara. Atas dasar faktor penyebabnya, gempa bumi dapat dibedakan menjadi tiga macam: 1. Gempa tektonik akibat pergeseran kerak bumi. Dengan kata lain, berkaitan dengan peristiwa tektonisme, berupa patahan/sesaran, menimbulkan goncangan, yang kemudian merambat ke segala arah melalui permukaan bumi & Merupakan gempa paling dahsyat. 2. Gempa Vulkanik akibat aktivitas vulkanisme, baik sebelum, sedang, atau sesudah letusan. Magma yang keluar lewat pipapipa gunung api bergeseran dengan batuan penyusun tubuh gunung api.

3) Gempa Runtuhan - disebabkan adanya runtuhan,


termasuk di dalamnya adalah longsoran (rock fall), runtuhnya atap gua di bawah tanah (biasanya di daerah kapur), dan runtuhan di dalam lubang atau lorong-lorong pertambangan.

Seismograf yaitu alat pengukur gempa

Tabel: Klasifikasi Gempa Bumi Menurut Kedalaman Kriteria Dobrein Dangkal < 70 Kedalaman (km) Allinson < 60 Les stoke < 100

Sedang
Dalam

70 - 300
> 300

60 - 300
> 300 - 720

> 100

Jarak stasiun ke episentrum dapat dihitung dengan menggunakan Hukum Laska :

= {(S P) - r} x 1 megameter
= delta, menunjukkan jarak gempa ke episentrum S = saat tibanya gelombang sekunder (S) pada seismograf P = saat tibanya gelombang primer (P) pada seismograf r = 1 menit 1 megameter = 1000 km

Tanah terbentuk melalui proses. Faktor-faktor pembentuk tanah adalah batuan induk, topografi, iklim, vegetasi, organisme, dan waktu. Berdasarkan bahan induknya, dibedakan menjadi tanah organik (dari batuan organik, misalnya batubara) dan tanah anorganik (dari batuan anorganik, seperti pasir, batu liat, konglomerat). Tanha terbentuk melalui proses pelapukan batuan. Ada beberapa jenis pelapukan, diantaranya adalah pelapukan mekanis, pelapukan kimia, dan pelapukan biologis. 1) Pelapukan fisik (mekanis) meliputi fragmentasi batuan (bedrock) menjadi butiran-butiran kecil dan akhirnya menjadi tanah. 2) Pelapukan kimia meliputi penghancuran secara kimiawi bahanbahan mineral dari batuan akibat reaksi air dan udara pada batuan. 3) Pelapukan biologis penghancuran yang dilakukan binatang, seperti rayap, cacing, tikus, dan sebagainya.

Horison Tanah (Lapisan Tanah)

Horison B Disebut juga sebagai horison iluviasi, yaitu lapisan tanah yang mengalami proses penimbunan fragmenfragmen halus yang berasal dari horison A, seperti oksida-oksida besi, aluminium, dan lempung silikat. Horison C Adalah lapisan peralihan antara tanah dan batuan induk, sehingga pada lapisan ini masih ditemukan fragmen-fragmen batuan yang belum sempurna menjadi tanah.

2.

Jenis-Jenis Tanah di Indonesia

a) Tanah podzolik tanah yang mengandung kuarsa,


mudah basah jika terkena air, warna kuning. Persebarannya di dataran tinggi/ daerah pegunungan

b) Tanah aluvial endapan sedimen yang dibawa sungaisungai. Tanah aluvial umumnya terdapat di daerah rendah.

d) Tanah mediteran dari batu kapur, hasil pelarutan


kapur yang lemah, dengan kandungan bahan organik rendah. Terdapat di daerah pegunungan kapur yang telah tua.

c) Tanah vulkanis Tanah vulkanis atau tanah andosol


adalah tanah yang terjadi dari pelapukan batu-batuan vulkanis, baik dari batu yang telah membeku (lava), maupun dari abu gunung api. Tanah tuff terjadi dari abu gunung api dan bersifat sangat subur. Persebarannya sesuai dengan gunung api di Jawa & Sumatera

e) Tanah humus tanah yang terbentuk dari tumbuhtumbuhan yang membusuk, subur, dan berwarna hitam.

f)

Tanah pasir berasal dari batuan pasir yang melapuk,


sangat miskin bahan organik, kadar airnya sedikit sekali, sehingga kurang baik untuk pertanian. Tanah pasir baik untuk ditanami kelapa dan rumput. Terdapat di pantai barat Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi.

g) Tanah rawa disebut sebagai tanah gambut/ anorganik,


unsur haranya kurang, kadar asam tinggi, kurang cocok untuk pertanian. Terdapat di Kalimantan, Sumatera, dan selatan Papua.

h) Tanah laterit Mengandung zat besi dan aluminium.


Warnanya kekuningan hingga merah disebut tanah merah, kurang subur. Terdapat di Semarang, Jakarta, Banten, Bogor, Pacitan, Lampung Utara, dan Kalimantan Barat.

i) Tanah mergel Berasal dari batu mergel/ campuran batu


kapur (gamping), pasir, dan tanah liat, kurang subur dan terdapat di daerah lereng pegunungan sampai dataran rendah, seperti Kediri, Nusa Tenggara, dan Madiun.

j) Tanah padas Sebenarnya tidak dapat dikatakan tanah,


karena tanah telah hilang & sisanya terdiri dari lapukan batuan induk. Kandungan organik rendah & peka terhadap erosi.

3. Erosi Tanah dan Degradasi Lahan


Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah dari satu tempat ke tempat lain oleh media alami, yaitu air atau angin.

Tidak terdapat tanaman memperbesar tingkat erosi

Faktor-faktor yang mendorong terjadinya erosi adalah


Adanya curah hujan yang tinggi atau adanya angin yang bertiup kencang; Adanya tempat terbuka atau permukaaan bumi yang tidak tertutup vegetasi (tanah gundul); Topografi yang berbukit dan bergunung/lereng curam; Penggunaan lahan yang tidak terencana dengan baik dan tidak ada usaha konservasi tanah.

Berdasarkan intensitasnya, erosi dibedakan menjadi tiga macam: 1. Erosi alami atau erosi geologi 2. Erosi normal 3. Erosi dipercepat (erosi tanah) Berdasarkan faktor penggerak butiran-butiran tanah, erosi dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Proses erosi oleh air hujan 2. Proses erosi oleh angin, biasanya terjadi di daerah gurun pasir. Hasil erosi angin menghasilkan endapan pasir disebut gumuk pasir (sand dune) 3. Proses erosi oleh glasial, terkikis oleh gerakan gletser

3) Erosi alur (riil erosion), terjadi karena air terkonsentrasi


mengalir pada tempat-tempat tertentu di permukaan tanah, sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat tersebut.

4) Erosi parit (gully erosion), proses terjadinya sama dengan


erosi alur, atau sebagai proses lanjutan dari erosi alur, sehingga saluran yang terbentuk lebih lebar dan dalam. Akibatnya, parit ini tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa. Pada tanah liat, umumnya lembah berbentuk V (bentuk U pada tanah mudah lepas) dengan lebar 40 cm dan kedalaman sekitar 25 cm, bahkan pada lingkungan bermaterial rapuh/lepas kedalamannya dapat mencapai belasan meter.

5) Erosi tebing sungai terjadi karena pengikisan


tebing oleh air yang mengalir dari atas tebing, atau oleh terjangan arus air kuat pada kelokan sungai. Pengikisan hasil pengerjaan aliran air ini parit, lembah sungai, dan ngarai. berupa

Dampak Erosi
1. Tanah longsor, tanah amblas, tanah mengalir, lumpur mengalir, dan rayapan tanah 2. Terjadinya kekeringan 3. Terjadinya banjir 4. Degradasi lahan 5. Berkurangnya sumber air 6. Hilangnya kesuburan tanah karena proses pencucian tanah 7. Terjadinya masalah sosial, seperti kemiskinan dan kelaparan

Penggundulan/penebangan hutan menyebabkan terjadinya tanah longsor dan banjir bandang di musim penghujan

Degradasi lahan proses


pemerosotan kualitas lahan yang disebabkan oleh kerusakan lahan atau penggunaan lahan yang tidak tepat.

Banjir menyebabkan degradasi lahan

4. Konservasi tanah
1. Melakukan konservasi tanah dengan cara: a) memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar tahan terhadap penghancuran dan pengangkutan air serta lebih besar daya serap airnya; b) menutup tanah dengan tanaman atau sisa-sisa tumbuhan agar terlindung dari pukulan langsung air hujan; c) mengatur aliran permukaan sehingga mengalir perlahan dan tidak merusak tanah. 2. Pembuatan sengkedan, parit atau teras pada daerah yang tanahnya miring. 3. Melakukan reboisasi/penghijauan pada hutan-hutan yang telah gundul. 4. Pembuatan sistem irigasi yang baik. 5. Penertiban tata guna lahan atau penegakan hukum dari peraturan yang telah ada.

Pembuatan sengkedan (terasering) untuk menahan erosi.

Metode konservasi tanah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:


1. Konservasi secara agronomi adalah konservasi dengan
memanfaatkan tanaman dan sisa tanaman untuk mengurangi laju perusakan lapisan atas tanah. Ini sering juga disebut metode vegetatif. Adapun cara yang dipakai antara lain: strip cropping, yakni penanaman yang arahnya tegak lurus dengan arah aliran air atau angin; buffering, yaitu penutupan lahan miring dengan tanaman keras; conteur strip cropping, yakni penanaman tanaman yang sejajar dengan arah aliran air; windbreaks, yakni menanam tanaman untuk menahan angin.

2. Konservasi secara mekanis adalah konservasi tanah yang prinsipnya mengurangi banyaknya tanah yang hilang secara mekanis. Biasanya dilakukan dengan pembuatan teras atau sengkedan. 3. Konservasi secara kimiawi, yakni dengan memanfaatkan bahan-bahan kimia untuk memperbaiki struktur dan unsur dalam tanah. Cara ini dilakukan melalui pemupukan

Hore.. Selesai BAB 3.. Terima Kasih..

Anda mungkin juga menyukai