Anda di halaman 1dari 73

Tujuan Pembelajaran :

1. Memahami jenis-jenis batuan yang menyusun bumi dan


proses-proses yang membentuk permukaan bumi.
2. Memahami asal mula terjadinya tanah, sifat dan jenis-jenis
tanah, serta proses erosi tanah dan cara-cara
penanggulangannya.

Gambar 3.1. Fenomena Litosfer


LITOSFER
1. Struktur & Komposisi Pelapisan Bumi

Litosfer adalah lapisan luar bumi, bersifat keras dan disebut


kerak bumi.
Menurut Holmes, kerak bumi dibagi menjadi 3, yaitu:
• bagian atas, ketebalan 15 km, tipe magma granit
• bagian tengah, ketebalan 25 km, tipe magma basalt
• bagian bawah, ketebalan 20 km, tipe magma peridotit dan
eklogit.
Bagian atas dan tengah banyak mengandung silikat (Si) dan
alumunium (Al), dan bagian bawah sebagian besar terdiri dari
silikat dan magnesium (Mg).
Lapisan yang mengandung Si dan Al di setiap kerak bumi
tidak sama. Contohnya, di dasar Samudra Pasifik tidak
ditemukan Si dan Al (lapisan lebih tipis), sedangkan di
pegunungan banyak mengandung Si dan Al (lapisan lebih
tebal).

Gambar 3.2

Lapisan kerak
dasar laut yang
lebih tipis daripada
lapisan kerak
benua.
Bagan penampang kerak Bumi
Batuan Beku (hasil pendinginan magma):
- Batuan beku dalam
- Batuan beku korok/gang
- Batuan beku luar

2. Batuan Batuan Sedimen (hasil proses


pengendapan berbagai batuan yang telah ada
Elemen kulit bumi yang
sebelumnya):
menyediakan mineral-
mineral anorganik untuk -Sedimen klastis/mekanis
kehidupan.
-Sedimen kimiawi
-Sedimen organis
Batuan Metamorf (berasal dari batuan
beku atau batuan sedimen, yang mengalami
perubahan secara fisik dan kimiawi karena
perubahan suhu dan tekanan):

-Dinamo metamorfosa
-Kontak metamorfosa
Batuan Beku
1. Batuan Beku Dalam
Magma membeku di dalam 
proses pembekuan lambat 
terjadi pengkristalan
sempurna  Ukuran
kristalnya yang besar-besar
dan kasar  ciri batuan:
holokristalin atau granitis.
Contoh: batu granit, diorit,
gabro, dan peridotit.

Batuan Granit
2. Batuan Beku Korok/Gang
Magma membeku di gang/saluran/celah
menuju permukaan bumi  sebagian
magma membeku lebih cepat  sebagian
kristal berukuran besar (fenokrist) dan
sebagian berukuran kecil.
Porfir Gabro
Gabungan kristal besar dan kecil disebut
porfirik.
Contoh: porfir granit, porfir, dan gabro.

Porfir Granit
3. Batuan Beku Luar
Magma yang keluar ke permukaan bumi disebut lava. Lava
mengalami proses pendinginan yang sangat cepat 
kristalisasi cepat bahkan tidak mengalami proses kristalisasi 
membentuk batuan amorf (kristal halus/tidak berkristal)
Contoh: obsidian, riolit, andesit, basalt, komatit.
•Granit membeku di luar menjadi riolit
•Diorit membeku di luar  andesit
•Gabro  basalt
•Peridotit  komatit

obsidian
Batuan Sedimen
1. Batuan sedimen klastis – batuan yang terdiri dari
kelompok batuan atau fragmen-fragmen hasil proses
pelapukan mekanis sebelumnya. Fragmen-fragmen yang
telah mengendap di suatu tempat mengalami sementasi dan
kompaksi sehingga terikat satu sama lain dan mengeras
membentuk batuan baru.

Contoh:
konglomerat,
breksi, batu
pasir, dan batu
lempung.

Gambar 3.8. (a) Konglomerat, (b) Breksi


Sumber Gambar: Les Roches (1990: 49 – 50)
2. Batuan sedimen kimiawi - tersusun atas garam-
garaman yang larut dalam air laut, seperti NaCl, KCl, MgSO4,
CaCO4, dan CaCO3.
Contoh: Batu kapur/gamping, dolomit, batu fosfat, dan
evaporit.
3. Batuan sedimen organis - disebut batuan
hidrokarbon (gabungan antara karbon, hidrogen, dan
oksigen) yang terbentuk oleh bahan-bahan organik.
Akumulasi bahan-bahan ini dapat berbentuk padat
(tanah gambut dan batu bara), cair (minyak bumi), dan
gas (gas alam).

Oleh karena itu, contoh


batuan sedimen organik
hanya batubara bukan
tanah gambut, karena
tanah gambut masih
berupa akumulasi
bahan-bahan
organik/tanaman.
Batubara
Batuan Sedimen
Berdasarkan tenaga yang
mengangkut bahan asal,
batuan sedimen dibedakan
menjadi:

a) batuan sedimen
aquatis, yakni batuan
sedimen yang diendapkan
oleh air;

Contoh: Batu pasir, kerikil,

Batu Kerikil
b) batuan sedimen aeris atau aeolis, yakni
batuan sedimen yang diendapkan oleh
angin;
Contoh: Gundukan Pasir (sand dune)
seperti di pantai parangtritis;
c) batuan sedimen glasial, merupakan
batuan sedimen yang diendapkan oleh es
atau gletser.
Contoh: Moraine

Gambar : Gundukan Pasir


Batuan Sedimen

Berdasarkan tempat terjadinya pengendapan,


digolongkan menjadi:
a) batuan sedimen teristris - di daratan;
b) batuan sedimen marine - di dasar laut;
c) batuan sedimen fluvial - di dasar sungai;
d) batuan sedimen limnis - di dasar danau;
e) batuan sedimen glasial - di daerah yang pernah
mengalami erosi glasial.
Batuan Metamorf
Bahan asal batuan metamorf adalah Metamorfosa batuan
batuan beku dan batuan sedimen. dibagi menjadi:
Karena pengaruh tenaga alam, yakni
suhu dan tekanan dalam jangka waktu
tertentu (lama), maka batuan beku dan 1. Dinamo
batuan sedimen dapat berubah sifat. metamorfosa -
Perubahan sifat batuan tersebut karena pengaruh tekanan
proses diagnesa dan metamorfosa. lebih dominan
Diagnesa adalah perubahan sifat karena daripada pengaruh
suhu dan tekanan yang kecil sehingga suhu.
ciri batuan asal masih tampak,
contohnya konkresi.
2. Kontak
Metamorfosa adalah perubahan wujud
metamorfosa -
batuan sehingga bentuk dan susunan
pengaruh suhu
dari batuan semula tidak tampak.
lebih dominan
daripada tekanan
Proses Perubahan Batuan Asal menjadi Batuan Metamorfosa
Keterangan:
Magma sebagai bahan
Sedimen Sedimen batuan asal. Karena
Sedimen Kimiawi pendinginan dapat
Klastis terbentuk:
Sedimen
Organis a. Batuan beku dalam
b. Batuan beku gang
c. Batuan beku luar
Batuan Mengalami pelapukan
Beku fisis  mengendap 
Batuan sedimen klastis 
Batuan
Metamorf proses kimia 
Kristalin mengendap/organisme
 sedimen organis &
kimia  pengaruh
Magma suhu & tekanan 
metamorf 
pemanasan 
magmatisasi 
Gambar 3.17. Siklus Batuan magma
3. Proses-Proses Pembentukan
Permukaan Bumi
1. Vulkanisme
a. Proses Endogen
2. Tektonisme
1) Air
b. Proses Eksogen
Pengikisan dan 2) Gelomban
pengendapan oleh: g
3) Es
4) Angin
1) Gempa tektonik
c. Proses Seisme 2) Gempa Vulkanik
3) Gempa Runtuhan
a. Proses endogen
1. Vulkanisme  terobosan magma yang muncul ke permukaan
bumi menghasilkan gunung api atau bentuk timbulan di muka bumi.
Plutonisme/kriptovulkanisme  penyusupan magma di antara
lapisan batuan.
Proses keluarnya magma dari dalam bumi (plutonisme), terdiri dari
proses intrusi magma & ekstrusi magma.
Magma adalah lelehan batuan pijar dalam wujud cair yang
mengandung gas, terdapat secara alamiah di dalam bumi.
Intrusi magma - Aktivitas penyusupan magma pada celah batuan di
dalam kerak bumi, menghasilkan bentukan :
a) Sill (pluton yang sejajar dengan perlapisan batuan),
b) Lakolit (pluton yang melengkung bagian atasnya),
c) Lopolit (pluton yang melengkung bagian bawahnya),
d) Pakolit (pluton yang mengikuti bentuk antiklinal atau
sinklinal).
Vulkanisme

Sedangkan intrusi magma yang diskordan (memotong) dengan


Perlapisan batuan di atasnya, menghasilkan:
a) Dike (pluton yang memotong tegak lurus perlapisan batuan
sedimen di atasnya),
b) Vein vulkanik (Neck = Plug), yakni akar volkan yang telah
tererosi,
c) Dike yang melingkar (Ring Dike).
Erupsi eksplosif, efusif, dan campuran dapat saja
terjadi pada suatu gunung api.
Berdasarkan pada tipe letusan & bahan hasil
letusan, erupsi gunung api, terdiri dari :
a) Erupsi magmatik, Kegiatan magma yang menerobos ke
permukaan bumi. Dalam hal ini bahan utama yang dikeluarkan
berasal langsung dari magma, baik dalam bentuk bahan-bahan
lepas (piroklastis) maupun aliran lava.
b) Erupsi freatik, terjadi krn uap yang terjadi karena
sentuhan air, baik langsung atau tak langsung dengan
magma. Tekanan uap menimbulkan suatu letusan yang
disebut letusan freatik. Letusan ini tidak mengeluarkan
magma hanya melemparkan bahan-bahan pada dinding tutup
gunung api yang dilalui oleh tekanan gas tersebut.
Tipe-tipe bentuk
gunung berapi
a. Gunung api strato (bentuk
campuran), terjadi akibat
letusan (eksplosif) & lelehan
(effusif), berbentuk kerucut.

Contoh: Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat


(dari selatan tampak seperti perahu terbalik
disebabkan oleh perpindahan pusat/lubang erupsi
dari barat daya ketimur laut).
b. Gunung api perisai, tersusun terutama oleh perlapisan lelehan
atau aliran lava encer (lava basal). Contohnya, gunung Mauna
Loa di Hawai.

c. Gunung api maar, terjadi karena erupsi eksplosif yang


berlangsung relatif singkat, berbentuk seperti lubang
kawah.
d. Gunung Api Kaldera, akibat
dari erupsi eksplosif yang
dahsyat sehingga puncak dari
kerucut gunung api runtuh
dan terbentuk kawah raksasa Contoh: Gunung Tambora
dengan tebing yang terjal di Nusa Tenggara dan
dan mempunyai garis tengah Gunung Tengger di Jawa
kaldera antara 2 km sampai Timur.
dengan lebih dari 10 km.
Gambar. Bentuk-bentuk gunung api
Di Indonesia, gunung api dikelompokkan menjadi 3
tipe, yaitu:
a) gunung api tipe A, yaitu gunung api yang pernah
mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali
sesudah tahun 1.600 Masehi;
b) gunung api tipe B, yaitu gunung api yang sesudah
tahun 1.600 Masehi belum lagi mengalami erupsi
magmatik, namun masih memperlihatkan gejala aktivitas,
seperti solfatara;
c) gunung api tipe C, yaitu gunung api yang erupsinya
tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih
terdapat tanda-tanda aktivitas masa lampau, berupa
lapangan fumarol pada tingkat yang lemah.
Dengan demikian, klasifikasi
gunung api dapat didasarkan
pada nama-nama gunung api
yang bersangkutan, lokasi
gunung api (Hawaii), atau
penemu tipe letusan tertentu
(Plini), seperti yang diuraikan B.
G Escher berikut:

a) Tipe Hawaii lava cair


tipis, tekanan gas rendah, &
dapur magma sangat dangkal. Contoh : gunung api
Kilauea dan Maonaloa, di
Kepulauan Hawaii. tipe
ini di Indonesia tidak
ditemukan.
b) Tipe Stromboli  Lava cair tipis,
tekanan gas sedang, dapur magma
dangkal
Contoh: Gunung Batur di Bali
(meletus/mengalami semburan lava
tahun 1963 dan 1971) dan Gunung
Anak Krakatau (meletus/mengalami Tipe Stromboli
semburan lava tahun 1976).

C) Tipe Volkano  lava agak


kental, tekanan gas sedang sampai
tinggi, dengan dapur magma
dangkal sampai dalam.
Contoh: Gunung Raung dan Bromo
di Jawa Timur & Gunung Slamet di
Tipe Volkano Jawa Tengah.
Vulkanisme

Tipe Merapi
Tipe St.
Vincent

d) Tipe Merapi  lava agak kental, tekanan gas rendah, dan dapur
magma sangat dangkal
Contoh: Gunung Merapi
e) Tipe St.Vincent  lava agak kental, tekanan gas sedang, dan dapur
magmanya dangkal
Contoh: Gunung St. Vincent di Hindia Barat
f) Tipe Pelle  Lava agak kental, tekanan gas tinggi,
dan dapur magma dalam
Contoh: Gunung Pelle di Hindia Barat

g) Vesuvius/Plinian  Lava agak kental, tekanan gas


sangat tinggi, dan dapur magma sangat dalam,
menghancurkan sebagian puncak gunung api.
Contoh: Gunung Krakatau (1883) dan Gunung
Tambora (1815).

Tipe Plinilin Tipe Pelle


2. Tektonisme
Perubahan permukaan Bumi secara vertikal, miring, atau
mendatar berupa gerakan pelipatan, patahan/sesar,
pelengkungan, pengangkatan, penurunan, dan retakan.

Tektonisme dibedakan menjadi:


1) Epirogenesis: Gerakan vertikal yang lambat dan
meliputi daerah yang luas (benua).
2) Orogenesis : Orogenesis (gerak pembentukan
pegunungan) merupakan gerakan tektonik yang
meliputi daerah yang relatif sempit (regional). Gerakan ini
meliputi pelengkungan (warping), pelipatan (folding),
patahan (faulting), sembul dan terban (horst dan graben),
dan retakan/diaklas (jointing).
Gambar 3.22
Penampang melintang
sebuah daerah gunung
yang dibentuk kemudian
dari geosinklinal.
Terjadi karena tekanan yang
sangat kuat melampaui titik
patah batuan.
Sembul (horst)  bagian di antara
dua patahan yang mengalami
pengangkatan.
Graben  depresi di antara dua
patahan naik (horst)

Gerakan patahan

1) Sesar-turun yang sebenarnya pada


arah kemiringan. 2) Sesar-mendatar
pada arah lurus. 3) Sesar-turun biasa
pada arah tak tentu. 4) Sesar-naik
yang sebenarnya 5) Sesar-naik biasa.
Bagian Patahan
Jenis-jenis patahan batuan

Sesar Andreas di
Kalifornia terjadi akibat
gerakan bumi ke arah
horisontal yang kuat
d) Retakan/diaklas (jointing)
Diaklas disebut juga kekar, yaitu terbentuknya suatu celah,
namun tanpa disertai adanya pergeseran atau dislokasi
(displacement). Hal ini dapat terjadi karena adanya proses-
proses kerutan, tarikan, dan tekanan pada material (batuan).

Gambar : Beberapa Diaklas yang dihasilkan oleh


gaya tekanan (kompresi)

Retak/kerutan dapat terjadi karena


kekeringan, seperti lumpur yang
mengering sehingga timbul jaringan
retakan (telo dalam bahasa Jawa) atau
pendinginan, seperti terjadi pada
batuan basalt dan granit.
b. Proses Eksogen Proses pengikisan
bentang alam, diawali
oleh proses pelapukan
1). Pengikisan & dan penghancuran
pengendapan oleh batuan.
tenaga aliran air
(Stream)  proses
pengikisan ini disebut erosi.
Menghasilkan bentuk lahan
lembah-lembah sungai dan
terkadang longsoran.
Hasil endapan yang diangkut
air membentuk delta.
Contoh hasil pengikisan oleh air terbentuk
Meander sungai hitam di New york Bagian
utara
Bentang alam hasil proses pengikisan oleh aliran air.
2) Pengikisan dan pengendapan oleh gelombang laut
(Wave)

Menghasilkan tebing
terjal di tepi laut (cliff),
tebing menggantung
(nocth),gerbang/terowon
gan laut (arch), tiang-
tiang laut (stack) dan gua
di tepian laut (sea cave).
Contoh: Pantai selatan
Pulau Jawa & pantai
Sumatera bagian barat

Gambar : Cliff yang terjal


3) Pengikisan oleh es (Glasial)
Menghasilkan bentuk lahan lembah glasial (cirques), tanduk-
tanduk bukit (matterhorns), dan ngarai glasial (glacial through).
Contoh : moraine, drumline, dan esker dan didaerah
pegunungan jayawijaya, Papua

4) Pengikisan oleh angin (Wind)


Menghasilkan bentuk lahan batuan berlubang angin (wind
holes) dan batu jamur (mushroomrock). Fenomena ini di
Indonesia sulit ditemukan karena proses ini umumnya terjadi
di wilayah gurun pasir.
 
3. Pengikisan oleh Angin
Angin yang bertiup
kencang mempunyai tenaga yang
dapat mengikis suatu
batuan.

Bentukan bukit batu karena angin

4. Pengikisan Oleh Es (Glasial)


Erosi oleh luncuran salju yang
mencair disebut gletser.

Gletser dapat menjadi sumber pengikisan


3. Proses Seisme (Gempa Bumi)
Gempa bumi: getaran/goyangan permukaan/kerak bumi
disebabkan oleh gangguan keseimbangan gravitatif batuan
pada atau di bawah muka bumi yang bersifat sementara.
Atas dasar faktor penyebabnya, gempa bumi dapat dibedakan
menjadi tiga macam:
1. Gempa tektonik  akibat pergeseran kerak bumi. Dengan
kata lain, berkaitan dengan peristiwa tektonisme, berupa
patahan/sesaran, menimbulkan goncangan, yang kemudian
merambat ke segala arah melalui permukaan bumi &
Merupakan gempa paling dahsyat.
2. Gempa Vulkanik akibat aktivitas vulkanisme, baik sebelum,
sedang, atau sesudah letusan. Magma yang keluar lewat pipa-
pipa gunung api bergeseran dengan batuan penyusun tubuh
gunung api.
3) Gempa Runtuhan - disebabkan adanya runtuhan,
termasuk di dalamnya adalah longsoran (rock fall),
runtuhnya atap gua di bawah tanah (biasanya di
daerah kapur), dan runtuhan di dalam lubang atau
lorong-lorong pertambangan.

Seismograf yaitu alat


pengukur gempa 

Tabel: Klasifikasi Gempa Bumi Menurut Kedalaman


Kriteria Kedalaman (km)
Dobrein Allinson Les stoke
Dangkal < 70 < 60 < 100
Sedang 70 - 300 60 - 300 -
Dalam > 300 > 300 - 720 > 100
Jarak stasiun ke episentrum dapat dihitung dengan
menggunakan Hukum Laska :

Δ = {(S – P) - r} x 1 megameter

• Δ = delta, menunjukkan jarak gempa ke episentrum


• S = saat tibanya gelombang sekunder (S) pada
seismograf
• P = saat tibanya gelombang primer (P) pada
seismograf
• r = 1 menit
• 1 megameter = 1000 km
Tanah terbentuk melalui proses. Faktor-faktor pembentuk tanah
adalah batuan induk, topografi, iklim, vegetasi, organisme, dan
waktu. Berdasarkan bahan induknya, dibedakan menjadi tanah
organik (dari batuan organik, misalnya batubara) dan tanah
anorganik (dari batuan anorganik, seperti pasir, batu liat,
konglomerat).
Tanha terbentuk melalui proses pelapukan batuan. Ada beberapa jenis
pelapukan, diantaranya adalah pelapukan mekanis, pelapukan
kimia, dan pelapukan biologis.
1) Pelapukan fisik (mekanis)  meliputi fragmentasi batuan (bedrock)
menjadi butiran-butiran kecil dan akhirnya menjadi tanah.
2) Pelapukan kimia  meliputi penghancuran secara kimiawi bahan-
bahan mineral dari batuan akibat reaksi air dan udara pada batuan.
3) Pelapukan biologis  penghancuran yang dilakukan binatang,
seperti rayap, cacing, tikus, dan sebagainya.
• Horison Tanah (Lapisan Tanah)
 Horison B
Disebut juga sebagai horison iluviasi, yaitu lapisan
tanah yang mengalami proses penimbunan fragmen-
fragmen halus yang berasal dari horison A, seperti
oksida-oksida besi, aluminium, dan lempung silikat.

 Horison C
Adalah lapisan peralihan antara tanah dan batuan
induk, sehingga pada lapisan ini masih ditemukan
fragmen-fragmen batuan yang belum sempurna
menjadi tanah.
2.Jenis-Jenis Tanah di Indonesia
a) Tanah podzolik  tanah yang mengandung kuarsa,
mudah basah jika terkena air, warna kuning.
Persebarannya di dataran tinggi/ daerah pegunungan

b) Tanah aluvial  endapan sedimen yang dibawa sungai-


sungai. Tanah aluvial umumnya terdapat di daerah
rendah.

d) Tanah mediteran  dari batu kapur, hasil pelarutan


kapur yang lemah, dengan kandungan bahan organik
rendah. Terdapat di daerah pegunungan kapur yang
telah tua.
c) Tanah vulkanis  Tanah vulkanis atau tanah andosol
adalah tanah yang terjadi dari pelapukan batu-batuan
vulkanis, baik dari batu yang telah membeku (lava),
maupun dari abu gunung api. Tanah tuff terjadi dari abu
gunung api dan bersifat sangat subur. Persebarannya
sesuai dengan gunung api di Jawa & Sumatera
e) Tanah humus  tanah yang terbentuk dari tumbuh-
tumbuhan yang membusuk, subur, dan berwarna hitam.
f) Tanah pasir  berasal dari batuan pasir yang melapuk,
sangat miskin bahan organik, kadar airnya sedikit sekali,
sehingga kurang baik untuk pertanian. Tanah pasir baik
untuk ditanami kelapa dan rumput. Terdapat di pantai
barat Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, dan
Sulawesi.
g) Tanah rawa  disebut sebagai tanah gambut/
anorganik, unsur haranya kurang, kadar asam tinggi,
kurang cocok untuk pertanian. Terdapat di Kalimantan,
Sumatera, dan selatan Papua.
h) Tanah laterit  Mengandung zat besi dan aluminium.
Warnanya kekuningan hingga merah disebut tanah merah,
kurang subur. Terdapat di Semarang, Jakarta, Banten,
Bogor, Pacitan, Lampung Utara, dan Kalimantan Barat.
i) Tanah mergel  Berasal dari batu mergel/ campuran batu
kapur (gamping), pasir, dan tanah liat, kurang subur dan
terdapat di daerah lereng pegunungan sampai dataran
rendah, seperti Kediri, Nusa Tenggara, dan Madiun.
j) Tanah padas  Sebenarnya tidak dapat dikatakan tanah,
karena tanah telah hilang & sisanya terdiri dari lapukan
batuan induk. Kandungan organik rendah & peka terhadap
erosi.
3.Erosi Tanah dan Degradasi Lahan
Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya
tanah dari satu tempat ke tempat lain oleh media
alami, yaitu air atau angin.

Tidak terdapat tanaman


memperbesar tingkat
erosi
Faktor-faktor yang mendorong terjadinya erosi adalah

• Adanya curah hujan yang tinggi atau adanya angin


yang bertiup kencang;
• Adanya tempat terbuka atau permukaaan bumi yang
tidak tertutup vegetasi (tanah gundul);
• Topografi yang berbukit dan bergunung/lereng
curam;
• Penggunaan lahan yang tidak terencana dengan baik
dan tidak ada usaha konservasi tanah.
Berdasarkan intensitasnya,
erosi dibedakan menjadi tiga macam:
1. Erosi alami atau erosi geologi
2. Erosi normal
3. Erosi dipercepat (erosi tanah)

Berdasarkan faktor penggerak butiran-butiran


tanah, erosi dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Proses erosi oleh air hujan
2. Proses erosi oleh angin, biasanya terjadi di daerah
gurun pasir. Hasil erosi angin menghasilkan
endapan pasir disebut gumuk pasir (sand dune)
3. Proses erosi oleh glasial, terkikis oleh gerakan
gletser
3) Erosi alur (riil erosion), terjadi karena air terkonsentrasi
mengalir pada tempat-tempat tertentu di permukaan tanah,
sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat
tersebut.

4) Erosi parit (gully erosion), proses terjadinya sama dengan


erosi alur, atau sebagai proses lanjutan dari erosi alur,
sehingga saluran yang terbentuk lebih lebar dan dalam.
Akibatnya, parit ini tidak dapat dihilangkan dengan
pengolahan tanah biasa. Pada tanah liat, umumnya lembah
berbentuk V (bentuk U pada tanah mudah lepas) dengan
lebar 40 cm dan kedalaman sekitar 25 cm, bahkan pada
lingkungan bermaterial rapuh/lepas kedalamannya dapat
mencapai belasan meter.
5) Erosi tebing sungai  terjadi karena pengikisan
tebing oleh air yang mengalir dari atas tebing, atau oleh
terjangan arus air kuat pada kelokan sungai.

Pengikisan hasil pengerjaan aliran air ini berupa parit,


lembah sungai, dan ngarai.
Dampak Erosi
1. Tanah longsor, tanah
amblas, tanah mengalir,
lumpur mengalir, dan
rayapan tanah
2. Terjadinya kekeringan
3. Terjadinya banjir
4. Degradasi lahan
5. Berkurangnya sumber air
6. Hilangnya kesuburan tanah
karena proses pencucian
tanah
7. Terjadinya masalah sosial, Penggundulan/penebangan hutan
menyebabkan terjadinya tanah
seperti kemiskinan dan longsor dan banjir bandang di
kelaparan musim penghujan
Degradasi lahan  proses
pemerosotan kualitas
lahan yang disebabkan
oleh kerusakan lahan
atau penggunaan lahan
yang tidak tepat.

Banjir menyebabkan degradasi lahan


4. Konservasi tanah
1. Melakukan konservasi tanah dengan cara:
a) memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar tahan
terhadap penghancuran dan pengangkutan air serta
lebih besar daya serap airnya;
b) menutup tanah dengan tanaman atau sisa-sisa
tumbuhan agar terlindung dari pukulan langsung air
hujan;
c) mengatur aliran permukaan sehingga mengalir perlahan
dan tidak merusak tanah.
2. Pembuatan sengkedan, parit atau teras pada daerah yang
tanahnya miring.
3. Melakukan reboisasi/penghijauan pada hutan-hutan yang telah
gundul.
4. Pembuatan sistem irigasi yang baik.
5. Penertiban tata guna lahan atau penegakan hukum dari
peraturan yang telah ada.
Pembuatan sengkedan (terasering) untuk menahan erosi.
Metode konservasi tanah dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu:
1. Konservasi secara agronomi adalah konservasi dengan
memanfaatkan tanaman dan sisa tanaman untuk mengurangi laju
perusakan lapisan atas tanah. Ini sering juga disebut metode
vegetatif.
Adapun cara yang dipakai antara lain:
• strip cropping, yakni penanaman yang arahnya tegak lurus dengan
arah aliran air atau angin;
• buffering, yaitu penutupan lahan miring dengan tanaman keras;
• conteur strip cropping, yakni penanaman tanaman yang sejajar
dengan arah aliran air;
• windbreaks, yakni menanam tanaman untuk menahan angin.
2. Konservasi secara mekanis adalah
konservasi tanah yang prinsipnya
mengurangi banyaknya tanah yang hilang
secara mekanis. Biasanya dilakukan dengan
pembuatan teras atau sengkedan.

3. Konservasi secara kimiawi, yakni dengan


memanfaatkan bahan-bahan kimia untuk
memperbaiki struktur dan unsur dalam
tanah. Cara ini dilakukan melalui
pemupukan
Hore.. Selesai
BAB 3..
Terima Kasih..

Anda mungkin juga menyukai