Anda di halaman 1dari 37

Absorbsi obat berdasarkan tempat pemberian

Absorpsi melalui sublingual


mukosa yang tervaskularisasi, baik rongga mulut maupun rongga tenggorokan, memiliki sifat absorpsi yang baik untuk senyawa yang terionisasi dan lipofil. Keuntungannya; kerja cepat, tdk ada kerja cairan cerna, bhn obat tidak harus melalui hati.

Karena permukaan absorpsi yg relatif kecil,


rute bukal atau sublingual hanya mungkin

untuk senyawa yang dapat diabsorpsi dg


mudah, selain itu rasa hrs enak. Indikasi penting yaitu pengobatan serang angina pektoris dg nitrogliserol dalam kapsul kunyah atau aerosol.

Absorpsi melalui rute oral


Mrp rute pemberian yang termudah dan plg sering digunakan. Absorpsi melalui saluran cerna mempunyai arti besar.

a. Absorpsi di lambung
Karena harga pH sangat asam, dalam lambung diabsorpsi terutama asam lemah dan zat netral yg lipofil, contoh asetosal dan barbital Obat yang bersifat asam lemah, hanya sedikt sekali teruarai menjadi ion dalam lingkungan asam kuat di lambung, sehingga absorpsinya baik sekali di dalam organ ini. Sebaliknya, basa lemah terionisasi baik pada pH lambung dan hanya sedikit diabsorpsi, seperti; alkaloida dan amfetamin.

Lama perlewatan dalam lambung, tergatung pd


kondisi pengisian dan bhn kandungan lain yg tdp

dalam lambung, pengosongan yang cepat pd


pemberian obat pd saat lambung kosong.

Bahan yang peka terhadap asam, hrs dilindungi


dr asam lambung dg zat penyalut yang tahan

terhadap asam.

2. Absorpsi di usus halus Usus halus merupakan organ absorpsi terpenting, baik untuk makanan maupun untuk obat. Peningkatan luas permukaan diperlukan untuk absorpsi yg cepat, dpt dicapat melalui lipatan mukosa, jonjot mukosa dan mikrovili. Harga pH dr asam lemah dalam duodenum sampai basa lemah dalam bgn usus halus bgn dalam.

Dalam usus halus berlaku kebalikannya, yaitu


basa lemah yang diserap paling mudah,

misalnya alkaloida. Beberapa obat yang


bersifat asam atau basa kuat dgn derajat ionisasi tinggi dgn sendirinya diabsorpsi dgn sangat lambat. Zat lipofil yang mudah larut dalam cairan usus lebih cepat diabsorpsi

Absorpsi dari usus ke dalam sirkulasi berlangsung


cepat bila obat diberikan dalam bentuk terlarut (obat cairan, sirup atau obat tetes). Obat padat (tablet, kapsul atau serbuk), lebih lambat karena harus dipecah dulu dan zat aktifnya perlu dilarutkan dalam

cairan lambung-usus. Disini, kecepatan larut partikel


(dissolution rate) berperan penting. Semakin kecil,

makin cpt larut dan makin cpt diabsorpsi.

Sehingga, senyawa yang bersifat basa lemah,


sangat baik diabsorpsi di usus halus, karena

hanya sedikit yang terionisasi.


Karena usus halus panjang, maka waktu

pelewatan untuk pengambilan bahan2x yg


mampu berpenetrasi, umumnya cukup

Walaupun demikian, pemendekan waktu


pelewatan bisa terjadi pada saat diare

Absorpsi pemakaian melalui rektum


Kecepatan absorpsi lebih rendah dibanding pemakaian oral Alur melalui hati memang dihindari, karena bagian yang diabsorpsi yaitu 2/3 bgn bawah rektum lanfsung mencapai vena cava inferior dan tidak melalui vena porta.

Absorpsi pemakaian melalui hidung


Mukosa hidung memiliki sifat absorpsi yang baik spt mukosa mulut, cocok untuk pemakain obat untuk menurunkan pembengkakan mukosa pd rinitis Walaupun demikian, perlu dipertimbangkan, bahwa akibat absorpsi dapat terjadi efek sistemik, misal; kenaikan tekanan darah dan takkhikardia pada bayi setelah pemakaian tetes hidung yg mengandung alfa simptominetik.

Absorpsi pemakaian pada mata


Obat hrs menembus bgn dalam mata, baik struktur hidrofil maupun lipofil. Epitel kornea dan endotel kornea berfungsi sbg pembatas lipofil, sdgkan zat hidrofil dpt berdifusi melalui stroma. Dengan demikian, kondisi penembusan akan sangat menguntungkan untuk obat yg dapat menunjukkan sifat lipofil dan hidrofil bersamasama.

Ini terjadi pada asam lemah dan basa lemah yg sebagian dalam btk tak terionisasi, shg bersifat larut lemak dan bgn yang terionisasi shg bersifat larut dalam air.

Absorpsi melalui paru-paru


Obat yang cocok untuk diabsorpsi melalui paru2x adalah obat dalam bentuk gas (aerosol). Untuk terapi lokal dalam saluran pernafasan, contoh obat asma.

Absorpsi obat melalui kulit


Kulit scr fisiologis tidak memiliki fungsi absorpsi, tjd terutama transepidermal. Stratum korneum yg tdk mengandung kapiler dgn kandungan air yg sedikit mrp sawar absorpsinya Nisbah absorpsi tertinggi pd pemakaian pd kulit dimiliki oleh zat yg larut dalm lemak, yang masih menunjukkan sedikit larut dalam air. Zat hidrofil sedikit diabsorpsi oleh kulit.

Sejumlah faktor dpt mempengaruhi absorpsi kulit;

Kenaikan suhu kulit dpt menambah kemampuan penetrasi zat yg dipakai mll kerja panas dr luar. Pada daerah kulit yang meradang, jumlah absorpsi dipertinggi. Pada bayi, stratum corneum msh sangat sedikit, krn itu nisbah absorpsi meningkat. Pada orang tua, ketebalan stratum corneum juga rendah (kulit kertas), krn itu berlaku aturan yg sama.

Absorpsi pd pemakaian parenteral


Pd pemberian obat scr parenteral ke dalam kulit, jaringan ikat sub kutan atau ke dalam otot, kecepatan absorpsi sangat bergantung kepada pasokan darah dr jaringan. Pasokan dr oto bergantung kpd aktivitas oto yang bersangkutan. Bahan aktif yang disuntikkan scr intra muskular umunya diabsorpsi dgn cepat dr otot yang dialiri darah dengan baik.

Rute pemberian, ketersediaan hayati dan sifat2x umum

Rute intravena

Ketersediaan hayati 100 (dengan ketentuan) 100

Sifat-sifat Kebanyakan dgn kerja cepat

intramuskular

Rasa nyeri (vol. besar)

subkutan
oral rektal inhalasi transdermal

100
<100 <100 <100 100

Rasa nyeri (vol. < im)


Kebanyakan sesuai, efek first-pass berarti Efek first-pass < dibandingkan oral Mula kerja sgt cepat Absorpsi sgt lambat, digunakan untuk tidak adanya efek first-pass, memperlama kerja obat

Ketersediaan hayati (bioavailabilitas) Definisi: sebagai fraksi dari obat yang tidak berubah yang mencapai sirkulasi sistemik setelah diberikan melalui cara pemberian tertentu. Dosis i.v. suatu obat: ketersediaan hayatinya = 1 Untuk obat yang diberikan secara per oral: ketersediaan hayatinya bisa kurang dari 100% karena disebabkan 2 hal: 1. absorpsinya yg tidak lengkap 2. eliminasi first-pass

a.

Tingkat absorpsi: setelah pemberian scr oral, suatu obat bisa diabsorpsi secara tidak lengkap, ex: hanya 70% dosis digoksin yg mencapai sirkulasi sistemik, disebabkan krn: - kurangnya absorpsi mll usus, dan sebagian digoksin mengalami metabolisme oleh bakteri di usus. Obat yang terlalu hidrofilik (ex. Atenolol) atau terlalu lipofilik (ex. Asiklovir) juga mempunyai ketersediaan hayati yg rendah krn absorpsinya tidak lengkap.

terlalu hidrofilik; obat sukar menembus membran yg bersifat lipid, jika terlalu lipofilik obat tersebut kurang melarut menembus lapisan air di sekitar sel.

b. Eliminasi first pass


Absorpsi melalui dinding usus

Hati (metabolisme)

Sistem sistemik

note: hati adalah alat yg bertanggung jawab atas metabolisme obat sebelum sampai ke sistem sistemik, selain itu hati juga dapat mengeluarkan obat ke dalam empedu. Hal ini akan dp tmengurangi ketersediaan hayati obat

Distribusi obat
Apabila obat mencapai pembuluh darah, obat akan ditranspor lebih lanjut bersama aliran darah ke dalam sistem sirkulasi.

Faktor yg mempengaruhi distribusi obat;


- permeabilitas membran

- ikatan protein plasma


- depot penyimpanan

a. Permeabilitas membran
Untuk masuk ke suatu organ, obat harus menembus semua membran yang memisahkan organ itu dari tempat pemberian obat. Membran sel: t.d suatu lapisan lipoprotein (lemak dan protein) yang mengandung lapisan lipoprotein, yg mengandung banyak pori kecil dan berisi air.

mebran dapat dilintasi dengan mudah oleh zat-zat tertentu ttp sukar dilalui oleh zat2x lainnya, sehingga disebut semipermiabel (semi= setengah,permiable= dapat ditembus).

zat lipofil (=suka lemak); mudah larut dalam lemak dan tidak bermuatan listrik, lebih mudah melintasi membran sel dibandingkan dengan

zat2x hidrofil yg bermuatan listrik..

b. Pengikatan protein plasma sebagian obat didalam darah, diikat secara reversibel pada protein plasma. Zat yg bersifat asam lemah, terikat terutama pada albumin. Ikatan obat dgn protein plasma, spt albumin, mengurangi jumlah obat yg bebas dalm darah. Molekul obat bebas, mencapai keseimbangan diantara darah dan jaringan, jadi, penurunan obat dalam serum, menunjukkan penurunan obat yg dapat masuk ke organ

So,
makin lipofil obat, makin tinggi ikatan pada protein plasma. ikatan pada protein plasma bersifar reversible zat yang terikat pada protein plasma dari ruang intravasal tidak dapat masuk ke dalam sel. zat yang terikat pada protein plasma tidak dapat dimetabolisme.

zat yang terikat pada protein plasma tidak dapat mencapai tempat kerja dan menjadi efektif zat yang terikat pada protein plasma tidak dapat dieliminasi melalui ginjal . pada uremia, ikatan protein plasma obat-obatan dapat berkurang.

Interaksi obat yang mempunyai relevansi klinis sebagai akibat saling mendesak dari ikatan protein plasma dapat terjadi, apabila ikatan dari protein plasma dari obat-obat yang tersedia jelas melebihi dari 90% dan obat yang terdesak dari ikatan ini memiliki lebar terapeutik yang sempit. Terdesaknya ikatan protein berakibat tanda-tanda overdosis digitoksin, peningkatan bahaya perdarahan(ikatan protein plasma 99%), timbul hipoglikemia.

c. Depot penyimpanan
obat-obatan lipofilik seperti tiopental yang bersifat sedatif berakumulasi dalam lemak. Obat-obat ini dibebaskan secara perlahan dari penyimpanan lemak. Jadi orang yg gemuk dapat disedasi lebih lama drpd orang yg kurus yg diberikan dosis tiopental yg sama. Obat pengikat kalsium, seperti antibiotik tetrasiklin, berakumulasi dalam tulang dan gigi.

Volume distribusi Yaitu: volume yang dibutuhkan untuk memuat dosis yang diberikan jika dosis itu didistribusikan dengan merata pada konsentrasi yang diukur dg plasma.
Contoh: Suatu obat dengan Vd=3 liter, didistribusikan hanya dalam plasma, Karena volume plasma = 3 liter. Sedangkan obat dengan Vd= 16 liter, akan didistribusikan dalam cairan extraseluler krn cairan extra seluler = 3 liter plasma, ditambah 10-13 liter cairan interstitial. Obat dg Vd > 46 liter mungkin dibuang ke dalam depot karena tubuh hanya mengandung 40-46 liter cairan.

c. Depot penyimpanan
obat-obatan lipofilik seperti tiopental yang bersifat sedatif berakumulasi dalam lemak. Obat-obat ini dibebaskan secara perlahan dari penyimpanan lemak. Jadi orang yg gemuk dapat disedasi lebih lama drpd orang yg kurus yg diberikan dosis tiopental yg sama. Obat pengikat kalsium, seperti antibiotik tetrasiklin, berakumulasi dalam tulang dan gigi.

Ruang distribusi
Berdasarkan fungsinya, organisme dpt dibagi dlm ruang distribusi yang berbeda;

- ruang intra sel


- ruang ekstra sel.

Ruang intra sel (75% dr bobot badan)


termasuk ke dalam nya cairan intra sel dan

komponen sel yg padat

Ruang ekstra sel (22%) termasuk ke dalamnya; air plasma (4%), ruang usus (16-20%) dan cairan transsel (1.5 %)

Volume distribusi

Yaitu: volume yang dibutuhkan untuk memuat


dosis yang diberikan jika dosis itu

didistribusikan dengan merata pada


konsentrasi yang diukur dg plasma.

Contoh: Suatu obat dengan Vd=3 liter, didistribusikan hanya dalam plasma,

Karena volume plasma = 3 liter.


Sedangkan obat dengan Vd= 16 liter, akan didistribusikan dalam

cairan extraseluler krn cairan extra seluler = 3 liter plasma,


ditambah 10-13 liter cairan interstitial. Obat dg Vd > 46 liter mungkin dibuang ke dalam depot karena tubuh hanya mengandung 40-46 liter cairan.

Distribusi obat ke berbagai kompartemen cairan dan jaringan terhambat oleh pengikatan protein, karena molekul besar seperti kompleks protein sukar sekali melintasi membran.
Sebaliknya, obat bebas yang tak terikat dan aktif mudah melalui membran. Semakin besar PP (presentasi pengikatan), semakin rendah kadar obat bebas. Jika PP>80%, menyebabkan pengurangan distribusi menjadi lebih nyata.

Anda mungkin juga menyukai