Sembah puji dari hamba yang hina ini ke bawah telapak kaki
sang pelindung jagat. Raja yang senantiasa tenang tenggelam
dalam samadi, raja segala raja, pelindung orang miskin,
mengatur segala isi negara. Sang dewa-raja, lebih diagungkan
dari yang segala manusia, dewa yang tampak di atas tanah.
Merata, serta mengatasi segala rakyatnya, nirguna bagi kaum
Wisnawa, Iswara bagi Yogi, Purusa bagi Kapila, hartawan bagi
Jambala, Wagindra dalam segala ilmu, dewa Asmara di dalam
cinta berahi. Dewa Yama di dalam menghilangkan penghalang
dan menjamin damai dunia.
Putus dalam tarka, sempurna dalam seni kata serta ilmu naya
Hyang brahmana, sopan, suci, ahli weda menjalankan nam laku
utama Batara Wisnu dengan cipta dan mentera membuat
sejahtera negara. Itulah sebabnya berduyun-duyun tamu asing
datang berkunjung Dari Jambudwipa, Kamboja, Cina, Yamana,
Campa dan Karnataka Goda serta Siam mengarungi lautan
bersama para pedagang Resi dan pendeta, semua merasa puas,
menetap dengan senang. Tiap bulan Palguna Sri Nata dihormat
di seluruh negara. Berdesak-desak para pembesar, empat
penjuru, para prabot desa Hakim dan pembantunya, bahkan
pun dari Bali mengaturkan upeti. Pekan penuh sesak pembeli,
penjual, barang terhampar di dasaran. Berputar keliling
gamelan dalam tanduan diarak rakyat ramai Tiap bertabuh
tujuh kali, pembawa sajian menghadap ke pura Korban api,
ucapan mantra dilakukan para pendeta Siwa-Buda. Mulai
tanggal delapan bulan petang demi keselamatan Sri Paduka.
Kepala daerah, ketua desa, para tamu dari luar kota. Begitu
pula para kesatria, pendeta dan brahmana utama. Maksud