Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yuniar Mima Kusumaningtyas

NIM : 201731008\

Kelas : 6 A

Resume Buku Hikayat Pandawa Lima


Perpustakaan nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Hikayat Pandawa Lima (ML 508) : suntingan teks / Nur-Karim – Jakarta: Perpustakaan
Nasional, 2013, ; 16x24 cm.
(Seri Maskah Kuna Nusantara;5)

Sudah sejak dulu cerita tentang Pandawa sudah dikenal luas di Indonesia. Ini terbukti dari
banyaknya eerita tentang Pandawa didapati di berbagai daerah di Nusantara. Di antara naskah-
naskah Melayu klasik koleksi Perpustakaan Nasional ada beberapa naskah kuna yang
menceriterakan hikayat Pandawa, antara lain: Hikayat Pandawa, Hikayat Pandawa Jaya, Hikayat
Pandawa Panca Kelima, dan Hikayat Pandawa Lima.

Kala itu seorang raja di Kayangan, yang bernama Sri Maharaja Batara Guru. memiliki
seorang wanita yang sangat cantik jelita, maka ia mengutus panglimanya yang bernama Batara
Narada turun ke Marcapada untuk mendapatkan Prabu Darmakusuma di negeri Ingmartawangsa.
Prabu Darmakusuma bersama empat tahun yang lalu Medangkan Bulan untuk melamar anak
Prabu Lingga Buana. Konon raja ini memiliki komputer yang sangat cantik dan elok parasnya.
Setelah diundang tersebut hingga ke negeri Medangkan Bulan, disampaikanlah maksud dan
disampaikan, disampaikan oleh Sri Maharaja Batara Guru untuk melamar putrinya yang bernama
Putri Manggarisi. Raja Medangkan Bulan menerima lamaran dengan senang hati.
Diselenggarakanlah pesta makan dan minum yang meriah siang dan malam. Sementara itu,
Raden Arjuna yang telah selesai dari pertapaannya selama kurang dari tujuh tahun bersama
Semar, Petruk, dan Nolo Gareng, harus kembali ke negerinya. Dalam perjalanan pulang mereka
singgah di negeri Medangkan Bulan untuk melihat keindahan negeri itu. Mereka masuk ke
taman penglibur dan melihat tuan puteri Manggarisi bergabung inang pengasuh dan dayang-
dayang sedang mandi bersemburan dengan penuh mendukung. Oleh Raden Arjuna sekalian
orang di taman itu terlihat seperti berbagai kuntum bunga. Bagi Raden Arjuna, batang pohon
yang dipanjatnya patah dan ia terjatuh ke dalam kolam. Ia lalu berpura-pura mati. Mayat Raden
Arjuna diangkat ke daratan oleh dayang-dayang dan inang pengasuh dan diatur di balai keneana.
Semar datang bersama Petruk dan Nolo Gareng sambil menagis melihat tuannya yang telah mati.
Maka untuk menghidupkan kembali Raden Arjuna kembali, semarihkan agar Puteri Manggarisi
memasukkan sepah sirih yang dikunyahnya ke mulut Raden Arjuna. Dengan meminta dan
nenahan malu, tuan puteri memasukkan sepah dari mulutnya ke mulut Raden Arjena. Ketika
Raden Arjuna merasakan mulut tuan puteri, ia membuka tali lalu duduk seraya memegang
tangan puteri Manggarisi. Lalu sang puteri dipangku dan diceluk diciumnya. Tuan puteri ingin
lari tetapi tidak mampu. Dalam dibujuk dengan kata-knta dan cumbuan yang manis-manis,
demikian juga dengan kidung dan kakawin yang dilagukan dengan merdu, seperti kumbang
mencari bunga. Luluhlah hati tuan putri dalanı pelukan Raden Arjuna. Mereka akhirnya
kembali ke dalam mahligai tuan putri di negeri Medangkan Bulan. Sang Raja ingin sekali Suara
Raden Arjuna di maligai tuan putri terdengar oleh Prabu Lingga Buana dan Prabu Darmawangsa
yang sedang berkunjung ke negeri Medangkan Bulan. Prabu Lingga Buana nierasa malu, namun
akhirnya ia bersama-sama Prabu Darmawangsa masuk ke dalam kraton untuk melihat siapa laki-
laki yang berani masuk ke maligai tuan putri. Maka Raden Arjuna terlihat oleh Prabu
Darmakusuma. Raden Arjuna datang sambil memohon ampun. Prabu Darmakusuma merasa
malu karena tugas yang diberikan Batara Guru telah gagal melakukan tugas adiknya, Arjuna. Ia
mohon diri untuk pulang dan melaporkan tugasnya kepada Batara Guru. Arjuna yang merasa
yakin dan takut akan murka Prabu Darmakusuma akhirmya pulang negeri Medangkan Bulan
bersama tuan putri, Semar, Petruk, dan Nolo Gareng. Mereka berjalan keluar dari hutan, sampai
bertemu Batara Kresna. Atas nasehat Batara Kresna, Arjuna mendirikan sebuah negeri. Batara
Guru mendengarkan Raden Arjuna membangun negeri di hutan yang diberi nama Ukir Nawang.
Ia pun turun ke Marcapada dan membuat negeri pula, yang dinamai Mercu Indera. la menamai
dirinya dengan Prabu Kilatyana. Maka kemudian terjadilah pertempuran antara Raden Arjuna
dari Ukir Nawang dengan Prabu Kilatyana dari Mercu Indera. Terkait sama-sama sakti, akhirnya
Arjuna memenangkan peperangan karena telah menerima Dewa Sangyang Manang yang masuk
ke dalam tubuh (raga) Raden Arjuna. Prabu Kilatyana kembali menjelma menjadi Batara Guru
menerima kalah, lalu kembali ke kayangan. Arjuna dan Putri Manggarisi kembali ke negeri
Madangkan Bulan. Tuan Putri Manggarisi melahirkan putra yang diberi nama Raden Ganda
Baradi. Sewaktu masih dalam persediaan ia ditinggal masih, Raden Arjuna. Ketika mencoba
merantau, mengundang orang ke bundanya manakala puteranya ingin pergi mencarinya, pergi
bawa ia membawa panah yang bernama Waradadali. Dengan membawa panah Waradadali,
Raden Ganda Baradi pergi mencari meminta. Dalam perjalanan ia berhasil dan merampas
kerajaan Prabu Puspa Indra. Ia lalu mengangkat dirinya menjadi raja dan menggantikannya
menjadi Prabu Gembira Anom. Ketika terjadi perang antara Pandawa dengan Negeri Astina
untuk memperebutkan Dewi Banuwati, Prabu Gembira Anom berada di pihak Astina. la
berperang melawan Raden Angkawijaya dari Pandawa, yang juga putra Raden Arjuna. Terkait
sama tampan rupanya, sama gagahnya, dan sama cepatnya. Raden Arjuna lalu menerima Raden
Angkawijaya. Ia memanggil panah Prabu Gembira Anom yang bernama panah Waradadali.
Senjata itu tidak dapat mengenainya, bahkan datang menyembah kaki Raden Arjuna. Setelah
mengetahui bahwa Prabu Gembira Anom adalah putrinya Manggarisi di negeri Madangkan
Bulan, Arjuna memeluk ayah mereka membawa Raden Gembira Anom ke negeri Darawati
untuk berkomunikasi dengan keluarga Pandawa. Raden Gembira Anom dikawinkan dengan
Dewa Lemanawati dari negeri Astina. Peperangan demi peperangan terus berlangsung antara
keluarga Pandawa dan Astina, serta raja-raja lain yang menjadi musuhnya. Setelah peperangan
berakhir Nakula menjadi raja di Putar Tasyik dan Raden Sahdewa dibuat Prabu Anom
Jayakusuma di tanah Keinderaan, merintahkan sekalian dewa-dewa dan mambang peri. Anak
Prabu Gambang Kencana berbesan dengan Prabu Astinapati dan Raden Bambang Irawan
menjadikan Prabu Anom Mercu Indra merintah jin parayangan di Mercu Indra. Begawan
Ingmarta yang menjadi Pendeta Jayakusuma bertapa di gunung Indrakila bersama-sama dengan
Raden Arjuna yang menjadi Ajar Laksana Dewa. Raden Jodipati menjadi Putut Jenggala
Bilawa. Anak Prabu Pringgandani dan Raden Ontorejo menjadi raja di Suratalang bernama
Ganggasura, dan Raden Nagasena menggunakan raja di dalam Tasyik. Raden Naga Jarataja
dibuat raja di tanah jin yang bernama Hargo Siluman.

Anda mungkin juga menyukai