Anda di halaman 1dari 8

BAB V PEMBAHASAN

Pembahasan dalam bab ini adalah pengaruh variasi arus pengelasan terhadap kekuatan tarik dan bending hasil pengelasan. Pembahasan pada bab ini meliputi kekuatan tarik dan bending pada proses pengelasan dengan variasi arus 80A, 100A, dan 150A. 5.1 Kekuatan Tarik Austenitic Stainless Steel 304
Berdasarkan hasil pengujian tarik dari spesimen austenitic stainless steel 304

yang mengalami perlakuan pengelasan, diperoleh nilai kekuatan tarik rata-rata austenitic stainless steel 304 yang dapat dilihat pada gambar 5.1 di bawah ini:

tegangan tarik
70 60 50
(kgf/mm2)

40 30 20 10 0 tegangan tarik tanpa perlakuan 67.91 80A 18.49 100A 22.25 150A 18.77

Gambar 5.1

Grafik Nilai Kekuatan Tarik Rata-Rata Austenitic Stainless Steel 304 yang telah Mengalami Proses Pengelasan

Dari gambar 5.1 diatas terlihat bahwa terjadi penurunan nilai kekuatan tarik pada spesimen tanpa perlakuan pengelasan dengan spesimen setelah mengalami perlakuan pengelasan. Kelompok austenitic stainless steel dengan

63

64 nilai kekuatan tarik paling tinggi adalah austenitic stainless steel 304 yang mengalami perlakuan pengelasan dengan arus 100A. Sedangkan kelompok austenitic stainless steel 304 dengan nilai kekuatan tarik terendah adalah austenitic stainless steel 304 yang mengalami perlakuan pengelasan dengan arus 80A. Pada gambar 5.1 juga menunjukkan bahwa nilai kekuatan tarik berbeda-beda menurut besarnya arus pengelasan. Melihat perbedaan nilai kekuatan tarik pada gambar 5.1 diatas dapat membuktikan bahwa arus pengelasan berpengaruh terhadap tingkat kekuatan tarik pada Austenitic Stainless Steel 304 yang telah mengalami proses pengelasan. Hal ini terlihat dari hasil penelitian dan pengujian tarik pada austenitic stainless steel 304 yang telah dilas. Angka kekuatan tarik austenitic stainless steel 304 yang tidak mengalami perlakuan pengelasan menunjukkan angka kekuatan tarik ratarata 67,91 kgf/mm2, sedangkan austenitic stainless steel 304 yang dilas dengan arus 80A memiliki nilai kekuatan tarik rata-rata sebesar 18,49 kgf/mm2, untuk arus 100A menunjukkan angka 22,25 kgf/mm2, dan untuk arus 150A memiliki angka kekuatan tarik 18,77 kgf/mm2. Dari hasil tersebut terlihat perbedaan nilai kekuatan tarik yang jelas, dengan kata lain terdapat perbedaan nilai kekuatan tarik austenitic stainless steel 304 yang telah mengalami proses pengelasan dengan variasi arus 80A, 100A, dan 150A. Peneliti menggunakan SPSS sebagai alat bantu untuk menganalisis data hasil pengujian tarik. Ditinjau dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 5%, diperoleh kesimpulan bahwa 0,004 < 0,05 sehingga Hipotesis Nihil (H0) yang

menyatakan ketiga rata-rata populasi adalah identik ditolak dan Ha tidak ditolak. Dengan kata lain, nilai rata-rata kekuatan tarik austenitic stainless steel 304

65 setelah mengalami proses pengelasan dengan variasi arus 80A, 100A, dan 150A tersebut berbeda.
Tabel 5.1 Data Anova Pengaruh Variasi Arus Pengelasan terhadap Tingkat Kekuatan Tarik Austenitic Stainless Steel 304 ANOVA
Between Groups Within Groups Total Sum of Squares 26.305 5.176 31.481 df 2 6 8 Mean Square 13.153 .863 F 15.245 Sig. .004

Tarik

5.2 Kekuatan Bending Austenitic Stainless Steel 304


Berdasarkan hasil pengujian bending dari spesimen austenitic stainless steel

304 yang mengalami perlakuan pengelasan, diperoleh nilai kekuatan bending ratarata austenitic stainless steel 304 yang dapat dilihat pada gambar 5.2 di bawah ini:

tegangan bending
5 4
(kgf/mm2)

3 2 1 0 tanpa perlakuan 4.4

80A 2.60

100A 3.32

150A 2.87

tegangan bending

Gambar 5.2

Grafik Nilai Kekuatan Bending Rata-Rata Austenitic Stainless Steel 304 yang telah Mengalami Proses Pengelasan

Dari gambar 5.2 diatas terlihat bahwa terjadi penurunan nilai kekuatan
bending pada spesimen tanpa perlakuan pengelasan dengan spesimen setelah

mengalami perlakuan pengelasan. Kelompok austenitic stainless steel dengan nilai kekuatan bending paling tinggi adalah austenitic stainless steel 304 yang

66 mengalami perlakuan pengelasan dengan arus 100A. Sedangkan kelompok austenitic stainless steel 304 dengan nilai kekuatan bending terendah adalah austenitic stainless steel 304 yang mengalami perlakuan pengelasan dengan arus 80A. Pada gambar 5.2 juga menunjukkan bahwa nilai kekuatan bending berbedabeda menurut besarnya arus pengelasan. Melihat perbedaan nilai kekuatan bending pada gambar 5.2 diatas dapat membuktikan bahwa arus pengelasan berpengaruh terhadap tingkat kekuatan
bending pada Austenitic Stainless Steel 304 yang telah mengalami proses

pengelasan. Hal ini terlihat dari hasil penelitian dan pengujian bending pada austenitic stainless steel 304 yang telah dilas. Angka kekuatan bending austenitic stainless steel 304 yang tidak mengalami perlakuan pengelasan menunjukkan angka kekuatan bending rata-rata 4,4 kgf/mm2 sedangkan austenitic stainless steel 304 yang dilas dengan arus 80A memiliki nilai kekuatan bending rata-rata sebesar 2,60 kgf/mm2, untuk arus 100A menunjukkan angka 3,32 kgf/mm2, dan untuk arus 150A memiliki angka kekuatan bending 2,87 kgf/mm2. Dari hasil tersebut terlihat perbedaan nilai kekuatan bending yang jelas, dengan kata lain terdapat perbedaan nilai kekuatan bending austenitic stainless steel 304 yang telah mengalami proses pengelasan dengan variasi arus 80A, 100A, dan 150A. Peneliti menggunakan SPSS sebagai alat bantu untuk menganalisis data hasil pengujian bending. Ditinjau dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 5%, diperoleh kesimpulan bahwa 0,000 < 0,05 sehingga Hipotesis Nihil (H0) yang

menyatakan ketiga rata-rata populasi adalah identik ditolak dan Ha tidak ditolak. Dengan kata lain, nilai rata-rata kekuatan bending austenitic stainless steel 304

67 setelah mengalami proses pengelasan dengan variasi arus 80A, 100A, dan 150A tersebut berbeda.
Tabel 5.2 Data Anova Pengaruh Variasi Arus Pengelasan terhadap Tingkat Kekuatan BendingAustenitic Stainless Steel 304 ANOVA
Bending Between Groups Within Groups Total Sum of Squares .788 .033 .822 df 2 6 8 Mean Square .394 .006 F 70.962 Sig. .000

Proses pengelasan adalah proses penyambungan bahan yang menghasilkan peleburan bahan dengan memanasinya hingga suhu yang tepat dengan atau tanpa pemberian tekanan dan dengan atau tanpa pemakaian bahan pengisi. Energi panas dapat dikelompokkan menurut sumbernya: listrik, kimiawi, optis, mekanis, dan bahan semikonduktor (Welding handbook dalam Wira, 1991: 179) Unsur Cr yang menjadi komponen utama pada stainless steel. Cr dapat larut dalam besi memperluas daerah (ferit). Dalam baja dengan 12% Cr pada temperatur diatas 9000C terjadifasa (austenit), jadi fasa diperluas ke daerah yang mempunyai konsentrasi Cr yang lebih tinggi. Stainless steel l2% Cr biasa dipakai, diaustenitkan dari 9000C sampai 10000C tergantung kadar C nya, dan dicelup dingin pada minyak sehingga mempunyai struktur martensit. Baja l8% Cr seharusnya mempunyai fasa dimulai dari temperatur pembekuan sampai temperatur kamar, tetapi karena sebenarnya mengandung 0,03-0,l0% C dan 0,10-0,20 N, maka kira-kira di atas 9300C terbentuk fasa . Oleh karena itu perlakuan panas untuk mendapat fasa dilakukan dibawah 8500C disebut stainless steel ferit. Struktur baja 18% Cr - 8% Ni adalah struktur dua fasa dari + dalam kesetimbangan, tetapi kenyataannya pada kira-kira 10500C seluruhnya menjadi

68 austenit dan setelah pendinginan dalam air atau dalam udara fasa terbentuk pada temperatur kamar sukar bertransformasi ke fasa disebut stainless steel austenit (Surdia, 2005: 102). Struktur logam pada daerah pengaruh panas atau HAZ berubah secara berangsur dari struktur logam induk ke struktur logam las, pada daerah HAZ yang dekat dengan garis lebur, kristalnya tumbuh dengan cepat dan membentuk butirbutir kasar disebut daerah batas las. Di dalam daerah HAZ, besar butir dan struktur berubah sesuai dengan siklus termal yang terjadi pada waktu pengelasan (Wiryosumarto, 2000: 65). Perubahan struktur tersebut disebabkan oleh perbedaan sifat mampu keras baja yang disebabkan karena adanya perbedaan komposisi kimia dan perbedaan kecepatan pendinginan karena panas pengelasan, dan tebal pelat (Wiryosumarto, 2000: 67). Lamanya pendinginan dalam suatu daerah temperatur tertentu dari siklus termal las sangat mempengaruhi kualitas sambungan. Struktur mikro dan sifat mekanik dari daerah HAZ sebagian besar tergantung pada lamanya pendinginan dari temperatur 8000C sampai 500 0C (Wiryosumarto, 2000: 59). Akibat laju pendinginan dari daerah yang terbentuk (austenit) menjadi martensit. Austenitic stainless steel mempunyai sifat mampu las yang baik, tetapi pada pendinginan lambat dari 6800C ke 4800C akan terbentuk Cr23C6 atau kromium karbida yang mengendap di antara butir. Karena adanya endapan ini akan menyebabkan penurunan sifat tahan karat dan sifat mekaniknya. Sehingga di daerah tersebut rawan terhadap beban (Wiryosumarto, 2000: 112). Masukan panas las dapat mengakibatkan perubahan struktur mikro pada HAZ. Dikarenakan

69 pertumbuhan kristal yang cepat sehingga membentuk butiran-butiran kasar, yang mengakibatkan kekuatan tariknya menurun (Wiryosumarto, 2000: 65). Masukan panas yang semakin besar dimana temperatur pengelasannya semakin tinggi pula, sehingga daerah pengaruh panas semakin luas. Bila daerah ini semakin luas maka daerah yang mengalami pengendapan khrom karbida semakin luas juga (Sindo, 2002: 439). Marihot, (1984: 76) mengemukakan bahwa baja stainless austenic tidak akan mengeras karena pendinginan oleh udara dan juga tidak berubah karena pemanasan, tetapi apabila benda mengalami pemanasan yang tinggi sekali maka butiran-butirannya akan membesar, dan hal ini tidak baik. Arus listrik adalah gerakan partikel bermuatan melewati sebuah penghantar atau konduktor (Kanisius, 2000: 1). Supaya dapat melas maka arus listrik harus diubah menjadi panas. Untuk mengelas pelat yang tebal diperlukan arus listrik yang besar daripada melas pelat yang tipis. Jadi arus listrik harus diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh panas yang cukup dan sesuai untuk melas benda kerja dari bermacam-macam ukuran, dengan elektroda yang sesuai pula ukurannya dengan tebal tipisnya benda kerja yang akan dilas (Saroso,1980: 17). Jika arus yang kita gunakan terlampau kecil, maka akan menyebabkan kurang encernya cairan logam las, sehingga adukan cairan logam antara lapisan yang semula dengan lapisan yang sedang dilas kurang baik (Saroso, 1980: 21). Pada tebal pelat yang sama, jika arus yang digunakan besar, maka memberikan masukan panas tinggi sehingga waktu pendinginannya juga lebih lama. Hal ini akan mengakibatkan fase cair ke padat semakin lama, proses pembekuan yang lama akan mengakibatkan spesimen tersebut menjadi keras dan

70 berakibat rapuh atau getas (brittle). Sebaliknya, jika arus yang digunakan kecil, maka memberikan masukan panas rendah sehingga waktu pendinginannya juga lebih singkat. Hal ini akan mengakibatkan fase cair ke padat akan semakin singkat. Maka proses pembekuan juga akan singkat, sehingga spesimen menjadi liat (ductile), atau pada waktu melewati fase plastis akan lebih lama sehingga menambah elastisitas. Jadi apabila diberi beban tarik, maka akan mengalami pertambahan panjang sebelum putus (elongation) (Wiryosumarto, 2000: 68).

Anda mungkin juga menyukai

  • Hard Hat
    Hard Hat
    Dokumen7 halaman
    Hard Hat
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • LLL
    LLL
    Dokumen1 halaman
    LLL
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • K 3
    K 3
    Dokumen4 halaman
    K 3
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Keling PW
    Keling PW
    Dokumen21 halaman
    Keling PW
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Hard Hat
    Hard Hat
    Dokumen21 halaman
    Hard Hat
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Daya Idikator
    Daya Idikator
    Dokumen22 halaman
    Daya Idikator
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Mengajar Di SMK 1 Muhhammadiyah
    Jadwal Mengajar Di SMK 1 Muhhammadiyah
    Dokumen1 halaman
    Jadwal Mengajar Di SMK 1 Muhhammadiyah
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Surat Resign
    Surat Resign
    Dokumen2 halaman
    Surat Resign
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Pemba Has An
    Pemba Has An
    Dokumen2 halaman
    Pemba Has An
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen10 halaman
    Bab Iii
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Iiisuhu
    Bab Iiisuhu
    Dokumen10 halaman
    Bab Iiisuhu
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • RPP Bubut Kelas XI
    RPP Bubut Kelas XI
    Dokumen3 halaman
    RPP Bubut Kelas XI
    Fadhil Muhammad Idris
    100% (1)
  • LAporan Heat Treatmant3
    LAporan Heat Treatmant3
    Dokumen20 halaman
    LAporan Heat Treatmant3
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen10 halaman
    Bab Iii
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen30 halaman
    Bab Ii
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • RPP Kelas 2 1. Baturai
    RPP Kelas 2 1. Baturai
    Dokumen45 halaman
    RPP Kelas 2 1. Baturai
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Soal Teknik Pemsinan Paket B
    Soal Teknik Pemsinan Paket B
    Dokumen11 halaman
    Soal Teknik Pemsinan Paket B
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • RPP Rantai, Roda Gigi Dan Kopling
    RPP Rantai, Roda Gigi Dan Kopling
    Dokumen16 halaman
    RPP Rantai, Roda Gigi Dan Kopling
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • RPP Kopling 20-22
    RPP Kopling 20-22
    Dokumen9 halaman
    RPP Kopling 20-22
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • BAB I Rev 2 Judul Baru
    BAB I Rev 2 Judul Baru
    Dokumen5 halaman
    BAB I Rev 2 Judul Baru
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab III-metode Penelitian
    Bab III-metode Penelitian
    Dokumen11 halaman
    Bab III-metode Penelitian
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen20 halaman
    Bab Iv
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • RPP DL de 13 Pertemuan Ke 1-2
    RPP DL de 13 Pertemuan Ke 1-2
    Dokumen12 halaman
    RPP DL de 13 Pertemuan Ke 1-2
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • 3 RPP Memproses Buku Besar
    3 RPP Memproses Buku Besar
    Dokumen7 halaman
    3 RPP Memproses Buku Besar
    indra_hk
    Belum ada peringkat
  • Skrip Si
    Skrip Si
    Dokumen2 halaman
    Skrip Si
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Skrip Si
    Skrip Si
    Dokumen2 halaman
    Skrip Si
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • 91 50 1 PB
    91 50 1 PB
    Dokumen6 halaman
    91 50 1 PB
    ميرزا تشودري
    Belum ada peringkat
  • Bab I 1
    Bab I 1
    Dokumen1 halaman
    Bab I 1
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat