(2 SKS / 4JS)
OFFERING : 7O
KELOMPOK :2
FAKULTAS TEKNIK
Diagram fasa Besi Karbon (Fe-C) merupakan diagram yang menjadi parameter untuk
mengetahui segala jenis fasa logam paduan Fe-C dalam proses transformasi selama
pendinginan dan pemanasan yang terjadi didalam baja,
eutectoid
0,8% wight of C
2,11% wight of C
Berdasarkan diagram fasa Besi Karbon, terlihat bahwa suhu sekitar 7230C merupakan
suhu transformasi austenit menjadi fasa perlit (yang merupakan gabungan fasa ferit dan
sementit). Transformasi fasa ini dikenal sebagai reaksi eutectonik dan merupakan dasar proses
perlakuan panas dari baja. Sedangkan daerah fasa yang prosentase larutan karbon hingga 2%
yang terjadi di temperatur 1.1470C merupakan daerah besi gamma (γ) atau disebut austenit.
Pada kondisi ini biasanya austenit bersifat stabil, lunak, ulet, mudah dibentuk, tidak ferro
magnetis dan memiliki struktur kristal Face Centered Cubic (FCC).( Yogantoro, 2010)
Besi murni pada suhu dibawah 9100C mempunyai struktur kristal Body Centered
Cubic (BCC). Besi Body Centered Cubic (BCC) dapat melarutkan karbon dalam jumlah
sangat rendah, yaitu sekitar 0,02% maksimum pada suhu 7230C. Larutan pada intensitas dari
karbon didalam besi ini disebut juga besi alpha (α) atau fasa ferit. Pada suhu diantara 9100C
sampai 1.3900C, atom-atom besi menyusun diri menjadi bentuk kristal Face Centered Cubic
(FCC) yang juga disebut besi gamma (γ) atau fasa austenit. Besi gamma ini dapat melarutkan
karbon dalam jumlah besar yaitu sekitar 2,06 % maksimum pada suhu sekitar 1.1470C.
penambahan karbon ke dalam besi Face Center Cubic (FCC) ditransformasikan kedalam
struktur Body Centered Cubic (BCC) dari 9100C menjadi 7230C pada kadar karbon sekitar
0,8%. Diantara temperatur 1.3900C dan suhu cair 1.5340C, besi gamma berubah menjadi
susunan Body Centered Cubic (BCC) yang disebut besi delta (δ).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan didalam diagram Fe – Fe3C yaitu,
merupakan fasa ferit atau besi alpha (α), austenit atau besi gamma (γ), sementit atau karbida
besi, perlit dan sementit akan diuraikan dibawah ini:
Fasa yang diperoleh dari operasi ini adalah mertensit. Martensit terjadi
di bawah temperatur eutektoit, namun masih di atas temperatur kamar.
Transformasi fasa austenite ke fasa martensit diperoleh dengan pendinginan
tanpa memotong hidung kurva transformasi. Transformasi terjadi sangat cepat
sehingga austenite tidak sempat berubah membentuk ferit dan sementit. Atom-
atom karbon yang telah larut dalam austenite tidak mempunyai kesempatan
untuk berdifusi dan membentuk sementit. Sehingga transformasi terjadi karena
pergeseran atom dan bukan karena difusi. Dekomposisi fasa yang terjadi
selama pendinginan adalah sebagai berikut:
Austenit —–> Martensit
PARAF DOSEN,
.............................................
PROSEDUR PERLAKUAN PANAS
Langkah
Kegiatan Alat Dan Bahan
Ke
1 Persiapan Bahan: Baja ST 45
Memotong Baja ST 45 dengan Alat: Mesin gergaji, Mistar
2
panjang 1,9 mm Bahan: Baja ST 45
Menghaluskan permukaan Baja Alat: Kertas gosok, Kikir
3
Bahan: Baja ST 45
Stemping permukaan baja Alat: Stamping angka, Palu,
4
Bahan: Baja ST 45
Normalizing Alat: Dapur pemanas listrik, Penjepit,
5
Bahan: Arang, Serbuk grafit, Baja ST 45
Menghaluskan permukaan Alat: Kertas gosok
6
Bahan: Baja ST 45
Uji kekerasan pada bahan uji tanpa Alat: Rockwell motor-driven hardness
7 perlakuan tester
Bahan: Baja ST 45
Mencatat hasil pengujian kekerasan Alat: Alat Tulis
8
Bahan : Baja ST 45
Pengikatan Alat: Tang penjepit
9
Bahan: Kawat beton, Baja ST 45
10 Mengisi kotak pengepakan
Hardening pada suhu 7500C, Alat: Dapur pemanas listrik, Penjepit,
11
8500C, 9000C Bahan: Arang, Serbuk grafit, Baja ST 45
Holding selama 25 menit Alat: Dapur pemanas listrik, Penjepit,
12
Bahan: Arang, Serbuk grafit, Baja ST 45
Pendinginan dengan air Alat: Ember, Penjepit
13
Bahan: Baja ST 45, Air
Menghaluskan permukaan Baja Alat: Kertas gosok
14
Bahan: Baja ST 45
Uji kekerasan untuk bahan uji yang Alat: Rockwell motor-driven hardness
15 diperlakuan panas tester
Bahan: Baja ST 45
Mencatat hasil pengujian kekerasan Alat: Alat Tulis
16
Bahan : Baja ST 45
Pembuatan laporan praktikum Alat: Alat tulis
17
Bahan: Baja ST 45
PARAF DOSEN,
.............................................
DATA PENGUJIAN
1 82,7
2 83,4
3 83,5
4 83,5
Pemanasan pada 7500C 84,25 0,44
5 85
6 85
7 85,4
8 85,5
1 83,9
2 83,5
3 83,5
4 84
Pemanasan pada 8500C 84,875 0,71
5 85
6 85,6
7 86,5
8 87
1 91
2 91,5
3 92
4 92,5
Pemanasan pada 9000C 92,925 0,99
5 93,4
6 93,5
7 94
8 95,5
Tanpa perlakuan
Σ𝑥𝑖 .𝑓
x= Σ(𝑥𝑖−𝑥)2
𝑛 SD =√
522 𝑛
=
8 Σ(10,3125)2
= 65,25 =√
8
= 0,644
Σ𝑥𝑖 .𝑓
x= Σ(𝑥𝑖−𝑥)2
𝑛 SD =√
647 𝑛
=
8 Σ(7,135)2
= 84,25 =√
8
= 0,44
Hasil pengujian kekerasan setelah di panaskan 8500C
Σ𝑥𝑖 .𝑓
x= Σ(𝑥𝑖−𝑥)2
𝑛 SD =√
679 𝑛
=
8 Σ(11,3044)2
= 84,875 =√
8
= 0,99
Σ𝑥𝑖 .𝑓
x= Σ(𝑥𝑖−𝑥)2
𝑛 SD =√
743,4 𝑛
=
8 Σ(11,3044)2
= 92,925 =√
8
= 0,71
PARAF DOSEN,
.............................................
SAJIAN GRAFIK HASIL PENGUJIAN
100
92.925
90 84.25 84.875
80
Sebelum dipanaskan
70 65.25
Dipanaskan pada suhu 750 C
Kekerasan rata-rata
60
Dipanaskan pada suhu 850 C
50
Dipanaskan pada suhu 900 C
40
30
20
10
0
Suhu
DESKRIPSI HASIL
Berdaskan hasil uji kekerasan yang di tampilkan dalam bentuk grafik diatas,
kami berkesimpulan bahwa:
1. Perubahan tingkat kekerasan berbanding lurus dengan kenaikan suhu saat hardening.
Rata-rata tngkat kekerasan baja ST 45 pada saat sebelum hardening adalah 65,25. Hal
ini terjadi karena saat normalizing, baja tersebut hanya dipanaskan di atas suhu A1
(723 oC) dan didinginkan di udara luar.
2. Pada pemasan dengan suhu 750 oC dan suhu 850 oC, tingkat kekerasan baja ST 45
meningkat. Peningkatan tingkat kekerasan baja ST 45 menjadi 84,25 dan 84,875.
Peningkan tingkat kekerasan ini terjadi karena pada suhu 750 oC dan suhu 850 oC
merupakan suhu diatas suhu A1 (723 oC) dan dibawah suhu A3 (900 oC). Meskipun
sama-sama dipanaskan di bawah suhu A3 (900 oC), tingkat kekerasan dengan suhu
850 oC lebih keras dibandingkan dengan suhu 750 oC.
3. Pada pemanasan dengan suhu 900 oC, tingkat kekerasan baja ST 45 meningkat drastis.
Bila di bandingkat dengan tingkat kekerasan sebelum di hardening (65,25) atau
pemanasan dengan suhu 750 oC dan suhu 850 oC (84,25 dan 84,875), maka pemanasan
dengan suhu 900 oC memiliki tingkat kekerasan tertinggi yaitu 92,925. Hal ini
disebabkan suhu 900 oC merupakan suhu diatas suhu A3.
PARAF DOSEN,
.............................................
PEMBAHASAN Oleh: Moh. Fathu Rahman A
Baja ST 45 merupakan baja karbon rendah dengan kandungan karbon kurang dari
0,3 %. ST 45 ini menunjukkan bahwa baja ini dengan kekuatan tarik ≤ 45 kg / mm2. Baja ST
45 ini secara teori mempunyai nilai kekerasan yang lebih rendah dibandingkan dengan besi
cor, dengan adanya perlit dan ferit karena perlit yang ada lebih bnayak dari pada ferit.
Proses hardening disini dilakukan bada 3 suhu yang berbeda, suhu yang dimaksud
antara lain pada suhu 750 oC, 850 oC dan 900 oC.
Pada proses hardening dengan suhu 750 oC, tingkat kekerasan baja meningkat dari
65,25 menjadi 84,25. Hal ini dapat terjadi karena hardening pada suhu 750 oC merupakan
suhu diatas suhu A1 (723 oC). Pada suhu ini struktur baja menjadi ferit dan austenite (α + γ) ).
Jika struktur tersebut didinginkan dengan cepat, maka γ akan bertransformasi menjadi
martensit, sedangkan α tetap, sehingga struktur akhirnya menjadi martensit dan ferit.
Terciptanya mertensit disini mengakibatkan peningkatan nilai kekerasan menjadi 84,25.
Proses hardening selanjutnya dilakukan pada suhu 850 oC. Ada kesamaan yang
terdapat pada hardening 750 oC dengan 850 oC, yaitu sama-sama dilakukan diatas suhu A1
(723 oC) namun dibawah A3. Pada hardening suhu 850 oC, struktur baja juga menjadi ferit dan
austenite (α + γ) ). Jika struktur tersebut didinginkan dengan cepat, maka γ akan
bertransformasi menjadi martensit, sedangkan α tetap. Meskipun sama-sama terjadi
perubahan struktur, tetapi jumlah martensit yang terjadi pada suhu 850 oC lebih banyak
daripada suhu 750 oC. Sehingga nilai kekerasan baja pada suhu 850 oC lebih keras
dibandingkan pada suhu 750 oC.
Proses hardening yang terakhir adalah pada suhu 900 oC. suhu 900 oC merupakan
suhu diatas suhu A3. Pada suhu ini jumlah austenit lebih banyak dibandingkan dengan ferit.
Apabila didinginkan dengan cepat, maka austenit akan bertranformasi menjadi martensit,
sedangkan ferit tetap. Perbedaan jumlah yang sangat jauh antara ferit dan martensit, maka
tingkat tingkat kekerasan akan semakin tinggi. Sehingga baja yang di hardening pada suhu
900 oC memiliki tingkat kekerasan paling tinggi dibanding dengan prosese hardening
sebelumnya yaitu dengan nilai kekerasab 92,925.
PARAF DOSEN,
.............................................
PEMBAHASAN Oleh : William Lumban Gaol
Baja ST-45 adalah Baja dengan kadar karbon yang rendah sekitar 0,3 %. Baja
ST-45 memiliki tegangan tarik (Tensile Strength) sebesar 45 Mpa atau 45 kg/mm2. Karena
baja ini memang memiliki kemampuan tahanan tarik yang luar biasa, sedangkan kuat
tekannya (tegangan tekan) sangat lemah. Oleh karena sifat ini, maka baja digunakan sebagai
salah satu unsur penyusun beton. (baja dinamakan sebagai "tulangan" pada beton).
Perlakuan Heat treatment pada Baja ST-45 dilakukan untuk riset apakah tingkat
pemanasan (temperatur) mempengaruhi tingkat kekerasan pada Baja ST-45. Proses pertama
adalah perataan permukaan baja dan kemudian dilakukan Normalising. Fungsi normalising
adalah untuk menormalkan Baja ST-45 kekeadaan normalnya. Hal ini dilakukan agar Baja
ST-45 yang di treatment nanti memiliki hasil yang valid.
Hasil Baja ST-45 yang di treatment pada Suhu 750o C adalah tingkat kekerasan
Baja ST-45 yang ditreatment meningkat dari 65,25 menjadi 84,25 diukur dengan Rockwell
Motor-driven Hardness Tester. Perlakuan Hardening pada suhu 750 oC merupakan suhu diatas
suhu A1 (723 oC). Pada suhu ini struktur Baja ST-45 menjadi ferit dan austenite (α + γ) ). Jika
struktur tersebut didinginkan dengan cepat, maka γ akan bertransformasi menjadi martensit,
sedangkan α tetap, sehingga struktur akhirnya menjadi martensit dan ferit. Terciptanya
mertensit disini mengakibatkan peningkatan nilai kekerasan menjadi 84,25.
Hasil Baja ST-45 yang di treatment pada Suhu 850o C adalah tingkat kekerasan
Baja ST-45 yang ditreatment meningkat, tetapi peningkatan tidak terlalu signifikan. Pada
suhu 850o C. Struktur Baja ST-45 menjadi ferit dan austenite (α + γ) ). Pada suhu ini kadar γ
lebih banyak dibandingkan dengan suhu 750o C. Jika struktur tersebut didinginkan dengan
cepat, maka γ akan bertransformasi menjadi martensit. Sehingga Baja pada suhu 850o C lebih
besar tingkat kekerasannya dari pada Baja pada suhu 750o C. Nilai kekerasannya adalah
84,875.
Hasil Baja ST-45 yang di treatment pada Suhu 900o C adalah tingkat kekerasan
Baja ST-45 yang ditreatment meningkat karena pada suhu 900o C merupakan Suhu diatas A3.
Pada suhu ini struktur Baja menjadi austenite ( γ), dan ada sedikit sekali ferit bahkan tidak
ada. Apabila didinginkan dengan cepat austenite akan berubah menjadi Martensit. Dimana
kadar martensit mempengaruhi tingkat kekarasan Baja ST-45. Nilai kekerasan Baja pada suhu
900o C adalah 92,925.
Dari pengujian Hardening dengan temperatur yang berbeda dapat ditarik
kesimpulan bahwa temperatur pemanasan semakin tinggi akan membuat tingkat atau nilai
kekerasan Baja ST-45 menjadi tinggi dan apabila baja ST 45 semakin dipanaskan maka akan
terjadi pertumbuhan butir. Ukuran butir akan menjadi semakin lebih besar. Berubahan ukuran
ini mengakibatkan tingkat kekerasan menjadi lebih keras.
PARAF DOSEN,
.............................................
DAFTAR PUSTAKA
Thelning, K. E., 1984, “Steel And Its Heat treatment”, Second Edition, Butterworth.
Dieter, G., terjemahan oleh Sriati Djaprie, 1987, Metalurgi Mekanik, Jilid 1, edisi ketiga,
Erlangga, Jakarta.
ASTM. 2000. Standard Test Method for Vickers Hardness of Metallic Materials. West
Rajan, T.V., Sharma, C.P., dan Sharma, A., 1997, Heat Treatment–Principles and Techniques,