Anda di halaman 1dari 20

WORK SHEET

MATAKULIAH PELAPISAN DAN PERLAKUAN PANAS

(2 SKS / 4JS)

DOSEN PENDAMPING : Drs. WAHONO, S.S.T

HARI/JAM/RUANG : Minggu 1-2 / 7-12 / 205

OFFERING : 7O

KELOMPOK :2

ANGGOTA KELOMPOK : 1. MOH. FATHU RAHMAN AFANDI

: 2. WILLIAM LUMBAN GAOL

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESIN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Semester: gasal tahun 2012/2013


TOPIK:

Pengaruh Tingkat Temperatur Pemanasan Terhadap Struktur Logam


DASAR TEORI:

Diagram fasa Besi Karbon (Fe-C) merupakan diagram yang menjadi parameter untuk
mengetahui segala jenis fasa logam paduan Fe-C dalam proses transformasi selama
pendinginan dan pemanasan yang terjadi didalam baja,

eutectoid

0,8% wight of C
2,11% wight of C

Gambar 1. Diagram Fe – Fe3C (Sumber: http://www.info.lu.farmingdale.edu/)

Berdasarkan diagram fasa Besi Karbon, terlihat bahwa suhu sekitar 7230C merupakan
suhu transformasi austenit menjadi fasa perlit (yang merupakan gabungan fasa ferit dan
sementit). Transformasi fasa ini dikenal sebagai reaksi eutectonik dan merupakan dasar proses
perlakuan panas dari baja. Sedangkan daerah fasa yang prosentase larutan karbon hingga 2%
yang terjadi di temperatur 1.1470C merupakan daerah besi gamma (γ) atau disebut austenit.
Pada kondisi ini biasanya austenit bersifat stabil, lunak, ulet, mudah dibentuk, tidak ferro
magnetis dan memiliki struktur kristal Face Centered Cubic (FCC).( Yogantoro, 2010)

Besi murni pada suhu dibawah 9100C mempunyai struktur kristal Body Centered
Cubic (BCC). Besi Body Centered Cubic (BCC) dapat melarutkan karbon dalam jumlah
sangat rendah, yaitu sekitar 0,02% maksimum pada suhu 7230C. Larutan pada intensitas dari
karbon didalam besi ini disebut juga besi alpha (α) atau fasa ferit. Pada suhu diantara 9100C
sampai 1.3900C, atom-atom besi menyusun diri menjadi bentuk kristal Face Centered Cubic
(FCC) yang juga disebut besi gamma (γ) atau fasa austenit. Besi gamma ini dapat melarutkan
karbon dalam jumlah besar yaitu sekitar 2,06 % maksimum pada suhu sekitar 1.1470C.
penambahan karbon ke dalam besi Face Center Cubic (FCC) ditransformasikan kedalam
struktur Body Centered Cubic (BCC) dari 9100C menjadi 7230C pada kadar karbon sekitar
0,8%. Diantara temperatur 1.3900C dan suhu cair 1.5340C, besi gamma berubah menjadi
susunan Body Centered Cubic (BCC) yang disebut besi delta (δ).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan didalam diagram Fe – Fe3C yaitu,
merupakan fasa ferit atau besi alpha (α), austenit atau besi gamma (γ), sementit atau karbida
besi, perlit dan sementit akan diuraikan dibawah ini:

1. Ferrite atau besi alpha (α)


Merupakan modifikasi struktur besi murni pada suhu ruang, dimana
ferit menjadi lunak dan ulet karena ferit memiliki Body Centered Cubic (BCC),
maka ruang antara atom-atomnya adalah kecil dan padat sehingga atom karbon
yang dapat tertampung hanya sedikit sekali.

Gambar 2. Struktur Ferrite


2. Austenit atau besi gamma (γ)
Merupakan modifikasi dari besi murni dengan struktur Face Centered
Cubic (FCC) yang memiliki jarak atom lebih besar dibandingkan dengan ferit.
Meski demikian rongga-rongga pada struktur Face Centered Cubic (FCC)
hampir tidak dapat menampung atom karbon dan penyelisipan atom karbon
akan mengakibatkan tegangan dalam struktur sehingga tidak semua rongga
dapat terisi, dengan kata lain daya larutnya jadi terbatas.
Gambar 3. Struktur Austenit
3. Karbida Besi atau Sementit
Adalah paduan Besi karbon, dimana pada kondisi ini karbon melebihi
batas larutan sehingga membentuk fasa kedua atau karbida besi yang memiliki
komposisi Fe3C. Hal ini tidak berarti bila karbida besi membentuk molekul
Fe3C, akan tetapi kisi kristal yang membentuk atom besi dan karbon
mempunyai perbandingan 3 : 1. Karbida pada ferit akan meningkatkan
kekerasan pada baja sifat dasar sementit adalah sangat keras.

Gambar 4. Struktur Karbida Besi


4. Perlit
Merupakan campuran khusus yang terjadi atas dua fasa yang terbentuk
autenisasi, dengan komposisi eutektoid bertransformasi menjadi ferit dan
karbida. Ini dikarenkan ferit dan karbida terbentuk secara bersamaan dan
keluarnya bercampur. Apabila laju pendinginan dilakukan secara perlahan-
lahan maka atom karbon dapat berdifusi lebih lama dan dapat menempuh jarak
lebih jauh, shingga di peroleh bentuk perlit besar. Dan apabila laju
pendinginan lebih dipercepat lagi maka Difusi akan terbatas pada jarak yang
dekat sehingga akhirnyamenghasilkan lapisan tipis lebih banyak.
Gambar 5. Struktur Perlit
5. Martesit
Adalah suatu fasa yang terjadi karena pendinginan yang sangat cepat
sekali, dan terjadi pada suhu dibawah eutektoid tetapi masih diatas suhu
kamar. Karena struktur austenit Face Centered Cubic (FCC) tidak stabil maka
akan berubah menjadi struktur Body Center Tetragonal (BCT) secara serentak.
Pada reaksi ini tidak terjadi difusi tetapi terjadi pengersan (dislokasi). Semua
atom bergerak serentak dan peruhan ini langsung dengan sangat cepat dimana
semua atom yang tinggal tetap berada pada larutan padat karena teroperangkap
dalam kisi sehingga sukar menjadi slip, maka martesit akan menjadi kuat dan
keras tetapi sifat getas dan rapuh menjadi tinggi. Martesit dapat terjadi bila
austenit didinginkan dengan cepat sekali (dicelup) hingga temperatur dibawah
pembentukan bainit,
Martesit terbentuk karena transformasi tanpa difusi sehingga atom-
atom karbon seluruhnya terperangkap dalam larutan super jenuh. Keadaan ini
yang menimbulkan distorsi pada struktur kristal martesit dan membentuk Body
Center Tetragonal (BCT). Tingkat distorsi yang terjadi sangat tergantung pada
karbon. Karena itu martesit merupakan fasa yang sangat keras namun getas.
Gambar 6. Struktur Martesit
Pengaruh Temperatur Pemanasan terhadap Tingkat Kekerasan Baja ST-45
yang dicelup dengan Air
Akibat yang terjadi dari pemanasan dan pencelupan air Baja ST-45
adalah:
1. Hardening
Pengertian Hardening ialah perlakuan panas terhadap baja dengan
sasaran meningkatkan kekerasan alami baja. Perlakuan panas menuntut
pemanasan benda kerja menuju suhu pengerasan dan pendinginan secara cepat
dengan kecepatan pendinginan kritis .

Faktor penting yang dapat mempengaruhi permukaan benda kerja saat


dikeraskan. Proses hardening terhadap kekerasan baja yaitu oksidasi oksigen
udara. Selain berpengaruh terhadap besi, oksigen udara berpengaruh terhadap
karbon yang terikat sebagai sementit atau yang larut dalam austenit. Oleh
karena itu pada benda kerja dapat berbentuk lapisan oksidasi selama proses
hardening. Pencegahan kontak dengan udara selama pemanasan atau hardening
dapat dilakukan dengan jalan menambah temperatur yang tinggi karena bahan
yang terdapat dalam baja akan bertambah kuat terhadap oksigen. Jadi, semakin
tinggi temperatur, semakin mudah untuk melindungi besi terhadap oksidasi.

Bila bentuk benda tidak teratur, benda harus dipanaskan perlahan-


lahan agar tidak mengalami distorsi atau retak. Makin besar potongan benda,
makin lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh hasil pemanasan yang
merata. Pada perlakuan panas ini, panas merambat dari luar kedalam dengan
kecepatan tertentu. Bila pemanasan terlalu cepat, bagian luar akan jauh lebih
panas dari bagian dalam sehingga dapat diperoleh struktur yang merata. Benda
dengan ukuran yang lebih besar pada umumnya menghasilkan permukaan yang
kurang keras meskipun kondisi perlakuan panas tetap sama. Hal ini disebabkan
oleh terbatasnya panas yang merambat di permukaan. Oleh karena itu
kekerasan dibagian dalam akan lebih rendah daripada bagian luar. Melalui
perlakuan panas yang tepat, tegangan dalam dapat dihilangkan, besar butir
diperbesar atau diperkecil, ketangguhan ditingkatkan atau permukaan yang
keras disekeliling inti yang ulet. (http://www.scribd.com/Heat-Treatment)

Diagram WST atau TTT menggambarkan hubungan waktu (time),


suhu (temperatur), dan perubahan struktur (transformation). Diagram ini
memiliki skala tegak lurus dan skala waktu mendatar. Lintasan mendatar dari
sumbu tegak hingga garis S pertama (kiri) menunjukan waktu yang
berlangsung hingga tercapainya awal perbentukan austenit, sedang garis S ke
dalam (kanan) menyatakan saat berakhirnya perubahan bentuk. Jarak mendatar
antara kedua garis liku menyatakan jangka waktu proses perubahan bentuk.
Contoh pembacaan diagram TTT, jika baja yang digambarkan diagram ini
didinginkan secara cepat dari suhu pengerasan sekitar 780ºC menuju 600ºC
misalnya dalam air garam, maka setelah satu detik terjadi perubahan bentuk
menjadi perlit di titik A pada garis lengkung kiri yang berakhir setelah kira-
kira 10 detik di titik B. Jika dilakukan pengejutan menuju 320ºC, maka setelah
sekitar satu menit mulai pembentukan suatu struktur tahap antara titik C yang
berakhir pada titik D, setelah sekitar sembilan menit. Jika dilakukan pengejutan
menuju yang lebih rendah pada kecepatan yang sama, maka pada sekitar 180ºC
mulai berlangsung perubahan bentuk menjadi martensit. Jika perubahan bentuk
berlangsung perlahan-lahan baja akan mencapai suhu pengejutan pada garis
pendinginan 2 yang kecuramannya berkurang, dapat memotong garis S
pertama di dua titik. Dalam hal ini berlangsung perubahan bentuk perlit.

2. Quenching (Celup Cepat)

Perlakukan panas metoda Direct Quenching, atau Quenching dimulai


dengan memanaskan Logam baja sampai temperature austenite, di atas
temperature kritis ( 800 -950 celcius), tergantung pada komposisi karbon.
Kemudian ditahan untuk beberapa waktu, agar fasa logam menjadi homogen.
Pada temperature ini, Seluruh ferit dan sementit berubah menjadi austenite.
Dekomposisi fasa yang terjadi selama pemanasan adalah sebagai berikut:

Ferit + Sementit —–> Austenit

Selanjutnya logam baja pada fasa austenite tersebut didinginkan


dengan cepat ke dalam suatu media pendingin, biasanya air, larutan garam,
minyak atau oli sampai ke temperature ruang. Laju pendinginan akan
tergantung pada media yang digunakan.

Fasa yang diperoleh dari operasi ini adalah mertensit. Martensit terjadi
di bawah temperatur eutektoit, namun masih di atas temperatur kamar.
Transformasi fasa austenite ke fasa martensit diperoleh dengan pendinginan
tanpa memotong hidung kurva transformasi. Transformasi terjadi sangat cepat
sehingga austenite tidak sempat berubah membentuk ferit dan sementit. Atom-
atom karbon yang telah larut dalam austenite tidak mempunyai kesempatan
untuk berdifusi dan membentuk sementit. Sehingga transformasi terjadi karena
pergeseran atom dan bukan karena difusi. Dekomposisi fasa yang terjadi
selama pendinginan adalah sebagai berikut:
Austenit —–> Martensit

Gambar. Metoda Perlakuan Panas Quenching Tempering


(Sumber : http://andra.biz)

Susunan unit sel martensit adalah body centered tetragonal (BCT).


Semua atom karbon yang tertinggal akan tetap dalam larutan padat, dan ini
menyebabkan larutan padat kelewat jenuh. Karbon ini terperangkap dalam kisi
sehingga akan menyulitkan untuk terjadinya slip. Martensit akan menjadi
keras, kuat dan sangat rapuh atau getas.

Proses quenching diikuti oleh proses temper yang dimaksudkan untuk


menghilangkan tegangan dalam, tegangan sisa akibat pendinginan yang sangat
cepat. Selain itu temper akan memperbaiki atau meningkatkan keuletan dan
ketangguhan dengan perubahan kekerasan akibat proses temper diusahakan
seminimal mungkin.

Martensit temper dapat memiliki kekuatan dan ketangguhan yang


memadai bila mengalami laku panas yang tepat. Hal ini dimungkinkan karena
martensit yang rapuh dirubah menjadi disperse partikel karbida yang halus
dalam matrik ferit yang ulet dan tangguh.
Operasi temper dilakukan dengan memanaskan baja sampai
temperature tertentu di bawah temperature kritis. Sifat akhir dari baja yang
ditemper akan dipengaruhi oleh temperature dan lamanya waktu penemperan.

Martensit merupakan fasa metastabil yang mengandung karbon


sebagai larutan pada kelewat jenuh. Bila berada pada temperature di bawah
temperature eutectoid dalam waktu yang cukup lama, larutan karbon yang
lewat jenuh ini akan berubah menjadi bentuk ferit dan karbida yang lebih
stabil. Dekomposisi fasa yang terjadi selama penemperan adalah sebagai
berikut:

Martensit —-> Ferit + Karbida (Fe3C)

Struktur martensit temper (ferit + karbida) yang terjadi tidak


berbentuk lamel seperti perlit. Struktur ini mengandung banyak sekali partikel
karbida yang terdistribusi. Hal ini disebabkan dalam baja martensit terdapat
banyak sekali letak/tempat nukleasi. Martensit temper ini lebih tangguh
daripada martensit yang metastabil (martensit sebelum ditemper), sehingga
merupakan bahan yang banyak digunakan meskipun agak lunak. Matrik ferit
yang ulet dengan sebaran partikel karbida yang keras menghasilkan suatu
bahan/baja yang kuat. Partikel keras menghambat deformasi plastis, sedangkan
matriknya sendiri ulet dan tangguh. Sehingga secara keseluruhan bahan/baja
menjadi tangguh dan kuat. (Steel And Its Heat treatment, Second Edition)

PARAF DOSEN,

.............................................
PROSEDUR PERLAKUAN PANAS

Langkah
Kegiatan Alat Dan Bahan
Ke
1 Persiapan Bahan: Baja ST 45
Memotong Baja ST 45 dengan Alat: Mesin gergaji, Mistar
2
panjang 1,9 mm Bahan: Baja ST 45
Menghaluskan permukaan Baja Alat: Kertas gosok, Kikir
3
Bahan: Baja ST 45
Stemping permukaan baja Alat: Stamping angka, Palu,
4
Bahan: Baja ST 45
Normalizing Alat: Dapur pemanas listrik, Penjepit,
5
Bahan: Arang, Serbuk grafit, Baja ST 45
Menghaluskan permukaan Alat: Kertas gosok
6
Bahan: Baja ST 45
Uji kekerasan pada bahan uji tanpa Alat: Rockwell motor-driven hardness
7 perlakuan tester
Bahan: Baja ST 45
Mencatat hasil pengujian kekerasan Alat: Alat Tulis
8
Bahan : Baja ST 45
Pengikatan Alat: Tang penjepit
9
Bahan: Kawat beton, Baja ST 45
10 Mengisi kotak pengepakan
Hardening pada suhu 7500C, Alat: Dapur pemanas listrik, Penjepit,
11
8500C, 9000C Bahan: Arang, Serbuk grafit, Baja ST 45
Holding selama 25 menit Alat: Dapur pemanas listrik, Penjepit,
12
Bahan: Arang, Serbuk grafit, Baja ST 45
Pendinginan dengan air Alat: Ember, Penjepit
13
Bahan: Baja ST 45, Air
Menghaluskan permukaan Baja Alat: Kertas gosok
14
Bahan: Baja ST 45
Uji kekerasan untuk bahan uji yang Alat: Rockwell motor-driven hardness
15 diperlakuan panas tester
Bahan: Baja ST 45
Mencatat hasil pengujian kekerasan Alat: Alat Tulis
16
Bahan : Baja ST 45
Pembuatan laporan praktikum Alat: Alat tulis
17
Bahan: Baja ST 45

PARAF DOSEN,

.............................................
DATA PENGUJIAN

VARIABEL BEBAS : Suhu pemanasan ( 7500C, 8500C, 9000C)


VARIABEL TERIKAT : Tingkat kekerasan Baja ST 45
VARIABEL KONTROL : Jenis baja, Lama holding
TITIK YANG HASIL UJI RERATA STADART
UBAHAN VARIABEL
DIUJI KE (HRB) HASIL UJI DEVIASI
1 63,25
2 63,25
3 65
4 65
Tanpa Perlakuan 65,25 0,644
5 65,5
6 66,5
7 66,5
8 67

1 82,7
2 83,4
3 83,5
4 83,5
Pemanasan pada 7500C 84,25 0,44
5 85
6 85
7 85,4
8 85,5

1 83,9
2 83,5
3 83,5
4 84
Pemanasan pada 8500C 84,875 0,71
5 85
6 85,6
7 86,5
8 87

1 91
2 91,5
3 92
4 92,5
Pemanasan pada 9000C 92,925 0,99
5 93,4
6 93,5
7 94
8 95,5
 Tanpa perlakuan

Titik uji Hasil (xi) F f . xi xi - x (xi-x)2


1 63,25 2 126,5 -2 4
2 65 2 130 -0,25 0,0625
3 65,5 1 65,5 0,25 0,0625
4 66,5 1 66,5 1,25 1,5625
5 66,5 1 66,5 1,25 1,5625
6 67 1 67 1,75 3,0625
Jumlah 8 522 10,3125

Σ𝑥𝑖 .𝑓
x= Σ(𝑥𝑖−𝑥)2
𝑛 SD =√
522 𝑛
=
8 Σ(10,3125)2
= 65,25 =√
8
= 0,644

 Hasil pengujian kekerasan setelah di panaskan 7500C

Titik uji Hasil (xi) F f . xi xi - x (xi-x)2


1 82,7 1 82,7 -1,55 2,4025
2 83,4 1 83,4 -0,85 0,7225
3 83,5 2 167 -0,75 0,5625
4 85 2 170 0,75 0,5625
5 85,4 1 85,4 1,15 1,3225
6 85,5 1 85,5 1,25 1,5625
Jumlah 8 674 7,135

Σ𝑥𝑖 .𝑓
x= Σ(𝑥𝑖−𝑥)2
𝑛 SD =√
647 𝑛
=
8 Σ(7,135)2
= 84,25 =√
8
= 0,44
 Hasil pengujian kekerasan setelah di panaskan 8500C

Titik uji Hasil (xi) f f . xi xi - x (xi-x)2


1 83,9 1 83,9 -0,975 0,95062
2 83,5 2 167 -1,375 1,89063
3 84 1 84 -0,875 0,76563
4 85 1 85 0,125 0,01563
5 85,6 1 85,6 0,725 0,52562
6 86,5 1 86,5 1,625 2,64063
7 87 1 87 2,125 4,51563
Jumlah 8 679 11,3044

Σ𝑥𝑖 .𝑓
x= Σ(𝑥𝑖−𝑥)2
𝑛 SD =√
679 𝑛
=
8 Σ(11,3044)2
= 84,875 =√
8
= 0,99

 Hasil pengujian kekerasan setelah di panaskan 9000C

Titik uji Hasil (xi) F f . xi xi - x (xi-x)2


1 91 1 91 -1,925 3,70562
2 91,5 1 91,5 -1,425 2,03062
3 92 1 92 -0,925 0,85562
4 92,5 1 92,5 -0,925 0,85562
5 93,4 1 93,4 0,475 0,22563
6 93,5 1 93,5 0,575 0,33063
7 94 1 94 1,075 1,15563
8 95,5 1 95,5 2,575 6,63063
Jumlah 8 743,4 15,79

Σ𝑥𝑖 .𝑓
x= Σ(𝑥𝑖−𝑥)2
𝑛 SD =√
743,4 𝑛
=
8 Σ(11,3044)2
= 92,925 =√
8
= 0,71

PARAF DOSEN,

.............................................
SAJIAN GRAFIK HASIL PENGUJIAN

100
92.925
90 84.25 84.875

80
Sebelum dipanaskan
70 65.25
Dipanaskan pada suhu 750 C
Kekerasan rata-rata

60
Dipanaskan pada suhu 850 C
50
Dipanaskan pada suhu 900 C
40

30

20

10

0
Suhu

DESKRIPSI HASIL

Berdaskan hasil uji kekerasan yang di tampilkan dalam bentuk grafik diatas,
kami berkesimpulan bahwa:

1. Perubahan tingkat kekerasan berbanding lurus dengan kenaikan suhu saat hardening.
Rata-rata tngkat kekerasan baja ST 45 pada saat sebelum hardening adalah 65,25. Hal
ini terjadi karena saat normalizing, baja tersebut hanya dipanaskan di atas suhu A1
(723 oC) dan didinginkan di udara luar.
2. Pada pemasan dengan suhu 750 oC dan suhu 850 oC, tingkat kekerasan baja ST 45
meningkat. Peningkatan tingkat kekerasan baja ST 45 menjadi 84,25 dan 84,875.
Peningkan tingkat kekerasan ini terjadi karena pada suhu 750 oC dan suhu 850 oC
merupakan suhu diatas suhu A1 (723 oC) dan dibawah suhu A3 (900 oC). Meskipun
sama-sama dipanaskan di bawah suhu A3 (900 oC), tingkat kekerasan dengan suhu
850 oC lebih keras dibandingkan dengan suhu 750 oC.
3. Pada pemanasan dengan suhu 900 oC, tingkat kekerasan baja ST 45 meningkat drastis.
Bila di bandingkat dengan tingkat kekerasan sebelum di hardening (65,25) atau
pemanasan dengan suhu 750 oC dan suhu 850 oC (84,25 dan 84,875), maka pemanasan
dengan suhu 900 oC memiliki tingkat kekerasan tertinggi yaitu 92,925. Hal ini
disebabkan suhu 900 oC merupakan suhu diatas suhu A3.
PARAF DOSEN,

.............................................
PEMBAHASAN Oleh: Moh. Fathu Rahman A

Baja ST 45 merupakan baja karbon rendah dengan kandungan karbon kurang dari
0,3 %. ST 45 ini menunjukkan bahwa baja ini dengan kekuatan tarik ≤ 45 kg / mm2. Baja ST
45 ini secara teori mempunyai nilai kekerasan yang lebih rendah dibandingkan dengan besi
cor, dengan adanya perlit dan ferit karena perlit yang ada lebih bnayak dari pada ferit.

Pada awal sebelum dilakukan hardening, baja ST 45 ini dilakukan proses


normalizing. Hal-hal yang mendasari dilakukannya proses normalizing ini karena perubahan
sifat-sifat baja karena panas dari proses pempotongan yang dilakukan dengan mesin gergaji
tanpa pendingin. Proses normalizing ini bertujuan untuk menghilangkan pengaruh peegerjaan
bahan sebelumnya, menghilangkan tegangan dalam, dan memperoleh sifat-sifat yang
diinginkan.Proses normalizing baja karbon ST 45 berlangsung pada suhu di atas A1 (723 oC)
dan didinginkan di udara luar.

Setelah dilakukan normalizing, kemudian baja ST 45 dilakukan proses hardening.


Proses hardening yaitu memanaskan baja karbon pada suhu austenit, kemudian dilakukan
pendinginan secara cepat dengan cara dicelupkan kedalam cairan pendingin, yang berupa air.
Pencelupan ini bertujuan menambah kekerasan baja, yang biasanya dilakukan untuk untuk
memperoleh sifat aus yang tinggi atau kekkuatan yang lebih baik. Dengan pendinginan cepat
ini maka terbentuk martensit yang keras.

Proses hardening disini dilakukan bada 3 suhu yang berbeda, suhu yang dimaksud
antara lain pada suhu 750 oC, 850 oC dan 900 oC.

Pada proses hardening dengan suhu 750 oC, tingkat kekerasan baja meningkat dari
65,25 menjadi 84,25. Hal ini dapat terjadi karena hardening pada suhu 750 oC merupakan
suhu diatas suhu A1 (723 oC). Pada suhu ini struktur baja menjadi ferit dan austenite (α + γ) ).
Jika struktur tersebut didinginkan dengan cepat, maka γ akan bertransformasi menjadi
martensit, sedangkan α tetap, sehingga struktur akhirnya menjadi martensit dan ferit.
Terciptanya mertensit disini mengakibatkan peningkatan nilai kekerasan menjadi 84,25.

Proses hardening selanjutnya dilakukan pada suhu 850 oC. Ada kesamaan yang
terdapat pada hardening 750 oC dengan 850 oC, yaitu sama-sama dilakukan diatas suhu A1
(723 oC) namun dibawah A3. Pada hardening suhu 850 oC, struktur baja juga menjadi ferit dan
austenite (α + γ) ). Jika struktur tersebut didinginkan dengan cepat, maka γ akan
bertransformasi menjadi martensit, sedangkan α tetap. Meskipun sama-sama terjadi
perubahan struktur, tetapi jumlah martensit yang terjadi pada suhu 850 oC lebih banyak
daripada suhu 750 oC. Sehingga nilai kekerasan baja pada suhu 850 oC lebih keras
dibandingkan pada suhu 750 oC.

Proses hardening yang terakhir adalah pada suhu 900 oC. suhu 900 oC merupakan
suhu diatas suhu A3. Pada suhu ini jumlah austenit lebih banyak dibandingkan dengan ferit.
Apabila didinginkan dengan cepat, maka austenit akan bertranformasi menjadi martensit,
sedangkan ferit tetap. Perbedaan jumlah yang sangat jauh antara ferit dan martensit, maka
tingkat tingkat kekerasan akan semakin tinggi. Sehingga baja yang di hardening pada suhu
900 oC memiliki tingkat kekerasan paling tinggi dibanding dengan prosese hardening
sebelumnya yaitu dengan nilai kekerasab 92,925.

Apabila baja ST 45 semakin dipanaskan maka akan terjadi pertumbuhan butir.


Ukuran butir akan menjadi semakin lebih besar. Berubahan ukuran ini mengakibatkan tingkat
kekerasan menjadi lebih keras

PARAF DOSEN,

.............................................
PEMBAHASAN Oleh : William Lumban Gaol

Baja ST-45 adalah Baja dengan kadar karbon yang rendah sekitar 0,3 %. Baja
ST-45 memiliki tegangan tarik (Tensile Strength) sebesar 45 Mpa atau 45 kg/mm2. Karena
baja ini memang memiliki kemampuan tahanan tarik yang luar biasa, sedangkan kuat
tekannya (tegangan tekan) sangat lemah. Oleh karena sifat ini, maka baja digunakan sebagai
salah satu unsur penyusun beton. (baja dinamakan sebagai "tulangan" pada beton).

Perlakuan Heat treatment pada Baja ST-45 dilakukan untuk riset apakah tingkat
pemanasan (temperatur) mempengaruhi tingkat kekerasan pada Baja ST-45. Proses pertama
adalah perataan permukaan baja dan kemudian dilakukan Normalising. Fungsi normalising
adalah untuk menormalkan Baja ST-45 kekeadaan normalnya. Hal ini dilakukan agar Baja
ST-45 yang di treatment nanti memiliki hasil yang valid.

Setelah melewati tahap normalising, kemudian dilakukan tahap hardening. Pada


tahap ini Baja akan ditempatkan pada temperatur yang berbeda. Temperatur yang diatur
adalah 750o C, 850o C dan 900o C. Setelah di panaskan pada temperatur yang telah ditetapkan
kemudian dilakukan proses holding selama 25 menit untuk memaksimalkan kualitas
hardening. Setelah dilakukan holding kemudian dilakukan pencelupan Baja ke air.
Pencelupan ini bertujuan menambah tingkat kekerasan Baja ST-45 yang telah di Treatment.

Hasil Baja ST-45 yang di treatment pada Suhu 750o C adalah tingkat kekerasan
Baja ST-45 yang ditreatment meningkat dari 65,25 menjadi 84,25 diukur dengan Rockwell
Motor-driven Hardness Tester. Perlakuan Hardening pada suhu 750 oC merupakan suhu diatas
suhu A1 (723 oC). Pada suhu ini struktur Baja ST-45 menjadi ferit dan austenite (α + γ) ). Jika
struktur tersebut didinginkan dengan cepat, maka γ akan bertransformasi menjadi martensit,
sedangkan α tetap, sehingga struktur akhirnya menjadi martensit dan ferit. Terciptanya
mertensit disini mengakibatkan peningkatan nilai kekerasan menjadi 84,25.

Hasil Baja ST-45 yang di treatment pada Suhu 850o C adalah tingkat kekerasan
Baja ST-45 yang ditreatment meningkat, tetapi peningkatan tidak terlalu signifikan. Pada
suhu 850o C. Struktur Baja ST-45 menjadi ferit dan austenite (α + γ) ). Pada suhu ini kadar γ
lebih banyak dibandingkan dengan suhu 750o C. Jika struktur tersebut didinginkan dengan
cepat, maka γ akan bertransformasi menjadi martensit. Sehingga Baja pada suhu 850o C lebih
besar tingkat kekerasannya dari pada Baja pada suhu 750o C. Nilai kekerasannya adalah
84,875.

Hasil Baja ST-45 yang di treatment pada Suhu 900o C adalah tingkat kekerasan
Baja ST-45 yang ditreatment meningkat karena pada suhu 900o C merupakan Suhu diatas A3.
Pada suhu ini struktur Baja menjadi austenite ( γ), dan ada sedikit sekali ferit bahkan tidak
ada. Apabila didinginkan dengan cepat austenite akan berubah menjadi Martensit. Dimana
kadar martensit mempengaruhi tingkat kekarasan Baja ST-45. Nilai kekerasan Baja pada suhu
900o C adalah 92,925.
Dari pengujian Hardening dengan temperatur yang berbeda dapat ditarik
kesimpulan bahwa temperatur pemanasan semakin tinggi akan membuat tingkat atau nilai
kekerasan Baja ST-45 menjadi tinggi dan apabila baja ST 45 semakin dipanaskan maka akan
terjadi pertumbuhan butir. Ukuran butir akan menjadi semakin lebih besar. Berubahan ukuran
ini mengakibatkan tingkat kekerasan menjadi lebih keras.

PARAF DOSEN,

.............................................
DAFTAR PUSTAKA

Thelning, K. E., 1984, “Steel And Its Heat treatment”, Second Edition, Butterworth.

Dieter, G., terjemahan oleh Sriati Djaprie, 1987, Metalurgi Mekanik, Jilid 1, edisi ketiga,

Erlangga, Jakarta.

Kalpakjian., S., 1985, Manufacturing Processes for Engineering Materials, Adison-Wesley

Publishing Company, USA.

ASTM. 2000. Standard Test Method for Vickers Hardness of Metallic Materials. West

Conshohocken, United States : PA 19428-2959

Syamsuir, 2003, Pengaruh Karburasi Terhadap kekerasan baja DINI5CrNi6 (MS.7210),

Thesis, UGM, Yogyakarta.

Rajan, T.V., Sharma, C.P., dan Sharma, A., 1997, Heat Treatment–Principles and Techniques,

revised edition, Prentice Hall of India, New Delhi, India.

http://www.info.lu.farmingdale.edu/, diakses pada 25 September 2012

Anda mungkin juga menyukai

  • Hard Hat
    Hard Hat
    Dokumen7 halaman
    Hard Hat
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • LLL
    LLL
    Dokumen1 halaman
    LLL
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • K 3
    K 3
    Dokumen4 halaman
    K 3
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Keling PW
    Keling PW
    Dokumen21 halaman
    Keling PW
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Hard Hat
    Hard Hat
    Dokumen21 halaman
    Hard Hat
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Daya Idikator
    Daya Idikator
    Dokumen22 halaman
    Daya Idikator
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Soal Teknik Pemsinan Paket B
    Soal Teknik Pemsinan Paket B
    Dokumen11 halaman
    Soal Teknik Pemsinan Paket B
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Iiisuhu
    Bab Iiisuhu
    Dokumen10 halaman
    Bab Iiisuhu
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Pemba Has An
    Pemba Has An
    Dokumen2 halaman
    Pemba Has An
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen10 halaman
    Bab Iii
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen10 halaman
    Bab Iii
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • RPP Bubut Kelas XI
    RPP Bubut Kelas XI
    Dokumen3 halaman
    RPP Bubut Kelas XI
    Fadhil Muhammad Idris
    100% (1)
  • Surat Resign
    Surat Resign
    Dokumen2 halaman
    Surat Resign
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Mengajar Di SMK 1 Muhhammadiyah
    Jadwal Mengajar Di SMK 1 Muhhammadiyah
    Dokumen1 halaman
    Jadwal Mengajar Di SMK 1 Muhhammadiyah
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen30 halaman
    Bab Ii
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • RPP DL de 13 Pertemuan Ke 1-2
    RPP DL de 13 Pertemuan Ke 1-2
    Dokumen12 halaman
    RPP DL de 13 Pertemuan Ke 1-2
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • RPP Kelas 2 1. Baturai
    RPP Kelas 2 1. Baturai
    Dokumen45 halaman
    RPP Kelas 2 1. Baturai
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen8 halaman
    Bab V
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • RPP Rantai, Roda Gigi Dan Kopling
    RPP Rantai, Roda Gigi Dan Kopling
    Dokumen16 halaman
    RPP Rantai, Roda Gigi Dan Kopling
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • BAB I Rev 2 Judul Baru
    BAB I Rev 2 Judul Baru
    Dokumen5 halaman
    BAB I Rev 2 Judul Baru
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab III-metode Penelitian
    Bab III-metode Penelitian
    Dokumen11 halaman
    Bab III-metode Penelitian
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen20 halaman
    Bab Iv
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • RPP Kopling 20-22
    RPP Kopling 20-22
    Dokumen9 halaman
    RPP Kopling 20-22
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • 3 RPP Memproses Buku Besar
    3 RPP Memproses Buku Besar
    Dokumen7 halaman
    3 RPP Memproses Buku Besar
    indra_hk
    Belum ada peringkat
  • Skrip Si
    Skrip Si
    Dokumen2 halaman
    Skrip Si
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • Skrip Si
    Skrip Si
    Dokumen2 halaman
    Skrip Si
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat
  • 91 50 1 PB
    91 50 1 PB
    Dokumen6 halaman
    91 50 1 PB
    ميرزا تشودري
    Belum ada peringkat
  • Bab I 1
    Bab I 1
    Dokumen1 halaman
    Bab I 1
    Ruli Adi Nugroho
    Belum ada peringkat