Anda di halaman 1dari 18

KONSEP ISLAMIC SCIENCES PERSPEKTIF SAINS HOLISTIK:

Paradigma, Pengembangan dan Penerapan

Dirumuskan kembali le! Parlu!u"an Siregar# Ke"ua Pani"ia $ rks! p Pen%usunan &lueprin" 'IN Suma"era '"ara

KELO(POK KER)A &IDAN* AKADE(IK IAIN S'(ATERA 'TARA (EDAN +,-.

Ringkasan &lueprin" Akademik 'IN Suma"era '"ara KONSEP ISLAMIC SCIENCES PERSPEKTIF SAINS HOLISTIK: Paradigma, Pengembangan dan Penerapan A/ Dasar Dasar perumusan konsep Islamic Sciences yang dikembangkan di UIN Sumatera Utara adalah kebijakan substantif yang ditetapkan pimpinan IAIN Sumatera Utara. Kebijakan substantif dimaksud adalah: 1. UIN Sumatera Utara megembangkan Islamic Sciences sebagai ujud integrasi dari al-ulum asy-syariyyah dengan al-ulum ghair asy-syariyyah. Kebijakan ini menekankan upaya pengembangan sains yang dia ali dari studi!studi Islam dengan pendekatan multidisiplin dan diteruskan dengan pendekatan interdisiplin serta transdisiplin dan pada akhirnya ter"ipta integrasi!interkoneksi antara kedua kategori pengetahuan. #. UIN Sumatera Utara memfokuskan Competitive Advandtage $keunggulan% pada pengembangan teori& metodologi dan teknologi yang berorientasi pengentasan kemiskinan& produksi teknologi tepat guna& dan pembinaan al-akhlak al-karimah. Kebijakan ini dimaksudkan agar UIN Sumatera Utara memiliki "iri spesifik yang membedakannya dari '(AI lainnya& termasuk dari UIN yang telah ada sebelumnya. (iga keunggulan ini menekankan pemberdayaan masyarakat yang ter"ermin dalam tiga aspek kegiatan& yaitu: $a% pendidikan)pengajaran yang fokus pada pembekalan mahasis a agar memiliki pengetahuan teoritik yang mumpuni& memiliki kepribadian paripurna& menguasai skill metodologik dan mampu menemukan teknologi yang berorientasi pada peme"ahan masalah!masalah sosial dan lingkungan ekonologi& $b% penelitian yang lebih fokus pada pengembangan teori& metodologi dan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk pemberdayaan masyarakat dan pembinaan kepribadian berkualitas& serta $"% pengabdian kepada masyarakat melalui penyebarluasan teori& metodologi dan teknologi serta penerapannya ke tengah masyarakat. Dua kebijakan substantif di atas tentu masih perlu dijabarkan ke dalam kebijakan implementatif yang bertumpu pada satu gagasan besar& yaitu transformasi dan kon*ersi IAIN Sumatera Utara menjadi Uni*ersitas Islam Negeri $UIN%. +asional transformasi ini adalah wider mandate menjadi new mandate yang diemban '(AI saat ini, ditambah dengan kebijakan substantif di atas di mana kon*ersi IAIN Sumatera Utara menjadi Uni*ersitas akan memberi ruang yang lebih terbuka untuk melakukan integrasi sains dan mengarahkannya untuk pemberdayaan masyarakat. &/ Paradigma Keilmuan Islamic Sciences yang dikembangkan di UIN Sumatera Utara berlandaskan pada ajaran tauhid. Ajaran tauhid yang dimaksud dalam paradigma ini adalah pengakuan bah a Allah memiliki pengetahuan yang ,aha -enar dan ,aha Sempurna. Ilmu!Nya meliputi segala sesuatu yang ada& yang tidak ada& dan yang akan ada. serta meliputi segala yang gaib dan yang nyata. Doktrin tauhid seperti ini menis"ayakan pengakuan atas kesatuan dan kemenyeluruhan ilmu pengetahuan& atau yang disebut dengan holistic sciences $al-Ul m asy-Sy!milah" Sains #olistik%. 'aradigma sains holistik& dapat disimbolkan dengan setangkai bunga ma ar pelangi. Setiap tangkai bunga terdiri dari beberapa bagian $unsur% lalu membentuk satu kesatuan yang utuh dan indah. Setiap bagian dari bunga merupakan simbol!simbol dari
2

setiap unsur dari struktur sains dengan maknanya sendiri!sendiri. /ambar bunga ma ar pelangi dan makna simbol dari setiap unsurnya dapat dijabarkan sebagai berikut: Struktur -unga ,a ar 'elangi:

Sketsa -unga dan ,akna Simbol:

,akna simbol: 1. (angkai -unga. (angkai bunga merupakan simbol tauhid $kesatuan ilmu%. Dasar bunga adalah satu. Ini menjadi simbol bah a sains Islam bersumber dari Allah 0ang ,aha 1sa& dan 0ang ,aha Sempurna Ilmu!Nya. #. -akal -iji. -akal biji terdiri dari dua unsur yaitu sel telur dan bakal buah. Kedua bagian bunga ini langsung melekat pada tangkai)dasar bunga. Ini perlambang bah a: $a% Al2uran dan Sunnah langsung berasal dari Allah& dan $b% Al2uran dan Sunnah merupakan sumber utama sains Islam. 3. Kelopak. Kelopak bunga yang tumbuh pada tangkai $bukan dari bakal biji% dan berfungsi sebagai penopang daun mahkota adalah simbol dari metodologi pendukung pengembangan Sains Islam yang sumbernya tidak dari Al2uran atau Sunnah. ,etodologi itu tidak hanya satu& tapi banyak. 4. Kepala 'utik. Kepala 'utik merupakan bagian bunga yang akan menjadi buah. 5adi atau tidaknya kepala putik tersebut menjadi buah tergantung pada proses penyerbukan yang dibantu oleh hembusan angin atau serangga. Kepala putik ini dijadikan sebagai lambang dari buah ilmu yang berupa manfaat ilmu. 6. Kepala Sari. Kepala sari tumbuh dari bakal bunga. Dalam ilmu botani& kepala sari berfungsi sebagai alat penyerbukan. bila sari bunga jatuh ke dalam kepala putik& maka akan terjadilah pembuahan. Kepala sari adalah lambang dari ilmu!ilmu ushul dalam sains Islam& seperti Ushul at!(afsir& Ushul al!7adis& dan Ushul al!8i2h. Ilmu! ilmu ushul inilah yang digunakan untuk mengembangkan ilmu!ilmu syari9ah. :. Daun ,ahkota. Daun mahkota bunga ma ar pelangi memiliki "iri khas yang melambangkan disiplin ilmu dalam sains Islam. +in"ian dari daun mahkota ini dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Semua daun mahkota melekat pada dasar bunga. Ini merupakan simbol bah a setiap jenis dan disiplin sains Islam langsung berhubungan dan digali dari sumber utama $Al2uran dan Sunnah%. b. Daun mahkota terdiri dari lima lapis& dan setiap lapis terdiri beberapa helai daun. Ini merupakan simbol dari disiplin!disiplin ilmu yang terhimpun ke dalam Sains Islam. Daun mahkota terdalam menggambarkan kedekatan dengan sumber utama $Al2uran dan Sunnah%& sedangkan daun mahkota terluar menggambarkan kedekatan dengan sumber lainnya& seperti empiris& rasio& atau intuisi. Kelima lapisan daun mahkota dan helai!helai daun pada setiap lapisan merupakan simbol dari: $a% lapisan daun mahkota terdalam adalah simbol dari ilmu!ilmu syari9ah karena masih sangat dekat dengan sumber utama $Al2uran dan Sunnah%. $b% lapisan kedua merupakan simbol dari ilmu!ilmu humaniora. $"% lapisan ketiga merupakan simbol dari ilmu!ilmu sosial. $d% lapisan keempat merupakan simbol dari ilmu!ilmu alam dan eksakta& dan $e% lapisan kelima marupakan simbol dari ilmu!ilmu terapan $applied sciences%.

". Sifat hubungan antardaun mahkota saling bertindihan& namun setiap lapis dan helai daun tetap memiliki eksistensi sendiri!sendiri. Ini merupakan perlambang bagi sains Islam yang tidak terpisah antara satu disiplin dengan disiplin lainnya& bahkan di sana!sini selalu saja ditemukan overlap. Sejalan dengan filosofi sains Islam yang diutarakan di atas& se"ara epistemologis Islamic Sciences adalah akumulasi dari ilmu pengetahuan yang digali dari sumber esensial& yaitu Allah. 'engetahuan Allah tersebut telah termanifestasi dalam dua sumber yaitu $al!m All!h dan $hal% All!h. $al!m All!h adalah pengetahuan Allah yang diturunkan!Nya melalui pe ahyuan $Al2uran%& sedangkan $hal% All!h adalah ujud pengetahuan Allah yang dimanifestasikan!Nya dalam bentuk nyata berupa alam semesta. Al2uran berfungsi sebagai informasi berupa ayat!ayat %awliyah $yang dituliskan% dapat dipelajari dan diterjemahkan menjadi pengetahuan& sedangkan alam semesta berfungsi sebagai ujud nyata berupa ayat!ayat kawniyah yang dapat diteliti untuk memperluas pengetahuan. $al!m All!h dan $hal% All!h sebagai sumber pengetahuan sama pentingnya dan posisinya dalam mengembangkan Sains 7olistik. Karena itu pengetahuan yang benar dalam Sains 7olistik adalah pengetahuan yang koheren dengan $al!m All!h dan koresponden dengan $hal% All!h. 7al bermakna bah a untuk memperoleh pengetahuan yang benar mengenai ilmu Allah mesti dimulai dari mempelajari ahyu!Nya $agar dapat dipastikan koherensinya% kemudian dilanjutkan dengan meneliti alam "iptaan!Nya $untuk memastikan korespondensinya%. Selain $alam Allah dan $hal% Allah& Dia juga telah men"ipta manusia dan memberinya potensi akal& intuisi& dan indera. Ketiga fakultas ini berfungsi sebagai
4

instrumen yang dapat digunakan untuk memahami $alam Allah dan menggali ilmu pengetahuan dari $hal% Allah $alam "iptaan!Nya%. Dari perspektif tauhid& pengetahuan yang diperoleh manusia dari Al2uran dan yang digali dari alam semesta adalah sejalan dan membentuk satu kesatuan& tidak ada pertentangan antara keduanya. 5adi dalam sejak a al sudah diakui bah a pada esensinya ilmu itu bersifat holistik!integratif. ,enurut paradigma tauhid diyakini bah a "akupan sains tidak terbatas pada aspek material $fisik% yang bertebaran di jagat raya ini& tetapi juga pada aspek metafisik dan suprafisik. Karena itu& se"ara ontologis& Islam memberikan ruang lingkup yang "ukup luas terhadap sains yang meliputi tiga aspek: 1. 'ertama& aspek metafisik yang diperoleh dari ahyu. Aspek ini menja ab pertanyaan!pertanyaan abadi yang selalu mun"ul dalam ji a manusia& yaitu dari mana& ke mana& dan bagaimana. Dengan memahami ja aban pertanyaan!pertanyaan ini menjadikan manusia tahu akan dirinya& tahu perjalanan dan misinya& dan tahu pula akan (uhannya. Ilmu ini menempati tempat tertinggi dalam bangunan sains Islam. #. Kedua& aspek humaniora yang membahas kehidupan manusia& psikologi& sosiologi& ekonomi& politik& dan disiplin ilmu lain yang berkaitan dengan kebutuhan manusia. 3. Ketiga& aspek material yang men"akup segala ilmu yang dibangun dengan penalaran logis& obser*asi dan eksperimen& seperti Ilmu ,atematika dan Ilmu Alam& Ilmu 8alak& Kedokteran& (eknik& dan lain!lain. -erdasarkan penegasan tersebut& objek pengetahuan dalam Islam meliputi segala yang ada baik realitas hakiki atau realitas tertinggi $yaitu Allah% maupun realitas uni*ersum $yaitu alam seluruhnya%& baik alam subtil& alam faktual& dan alam malakut. ;bjek ini men"akup seluruh fenomena dan noumena atau objek!objek fisik dan non fisik. Dalam Islam& objek ilmu pengetahuan merupakan rangkaian ujud realitas atau eksistensi& baik yang gai& maupun yang nyata. 'emahaman dan kesadaran terhadap keberadaan dan esensi seluruh objek itu hanya mungkin di"apai manusia bila mereka mengaktualkan potensi indra& intuisi& akal& dan hatinya. <ebih lanjut& dari segi aksiologis& menurut paradigma Sains 7olistik& ilmu adalah kesadaran tentang realitas& dan hakikat realitas itu adalah Allah S t. Karenanya& esensi dari paradigma sains holistik adalah menuju pada satu kebenaran& yaitu +ealitas ,utlak& Allah S t. 7al ini bermakna bah a pengetahuan Islam diarahkan untuk lebih mengenali Allah& lebih memperkuat keyakinan atas Kemahakuasaan dan Kesempurnaan!Nya serta menambah ketundukan kepada!Nya. 'engetahuan yang menjauhkan diri dari Allah atau pengetahuan yang mendorong keraguan dan atau penolakan atas keberadaan dan Kekuasaan!Nya tidak termasuk kategori sains Islam. ,asih dalam hal aksiologi Sains Islam& berdasarkan tujuan pen"iptaan manusia& tidak boleh tidak= manfaat pengembangan ilmu pengetahuan adalah untuk mengenali dan meneguhkan kembali syahadah manusia terhadap Allah. Di sini ditekankan bah a& nilai suatu ilmu pengetahuan terletak pada kebermanfaatannya dalam mengantarkan manusia merealisasikan tujuan& fungsi& dan tugas pen"iptaannya oleh Allah S t sebagai khalifah Allah dan a&d Allah di bumi. <ebih jauh& dalam paradigma (auhid& sains Islam bekerja melalui perantaraan ilm untuk memajukan keadilan sosial $adl% dan kepentingan umum $istishlah%. ;leh karena itu& sains Islam bertanggung ja ab untuk mengembangkan kesadaran ketuhanan. mengharmoniskan tujuan dan "ara dalam men"ari ilmu pengetahuan. memperhatikan rele*ansi sosial dalam pen"arian maupun penerapan ilmu pengetahuan. 0/ K nsep Pengembangan Ilmu
5

-ertolak dari "ita ideal UIN Sumatera Utara untuk membangun Sains 7olistik& ada dua pendekatan penelitian yang =juga ideal= dikembangkan di lembaga ini. Kedua hal dimaksud adalah pendekatan saintifikasi $teks!teks su"i% dan pendekatan transdisiplin. 'enjelasan singkat mengenai kedua pendekatan ini dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. 'endekatan Saintifikasi: 'endekatan saintifikasi dalam pengembangan sains Islam bertolak dari keyakinan bah a Al2uran memiliki bangunan ide transendental yang dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk bekerja lebih jauh mendalami dunia faktual. Ini bermakna bah a Al2uran dapat menjadi grand theory bagi sistem ilmu pengetahuan bila ia dialihkan menjadi konstruk!konstruk teoritis. Usaha!usaha pengalihan Al2uran inilah yang pada akhirnya merupakan kegiatan 'uranic (heory )uilding& yaitu perumusan teori Al2uran. 'emaknaan ayat!ayat Al2uran ke le*el obyektif& tentu saja& tidak lagi menggunakan bahasa agama $bersifat normatif& doktrinal%& tetapi menggunakan bahasa sains. -ahasa agama harus ditransfer ke dalam kerangka bahasa sains& melalui piranti epistemologi sains modern& yaitu logika keagamaan yang dikonstruk melalui kekuatan nalar logis& rasionalis& filosofis& dan empiris. Dengan demikian di dalam sains terdapat dimensi agama $sistem nilai%& sebaliknya di dalam agama terdapat sains $sistem kognisi%. Dalam mengembangkan Sains 7olistik melalui kegiatan penelitian perlu dilakukan berbagai upaya sainstifikasi teks!teks ahyu. >ara ini menekankan agar ahyu dipahami dan diba"a dalam kerangka sains& melalui logika sains. Saintifikasi ini ditujukan pada beberapa bagian ahyu yang memuat penjelasan teoretik. 'ada satu sisi ia memiliki kekuatan doktriner& sakral& namun di sisi lain ia memberikan inspirasi sains berupa penjelasan teoretik. Dengan mun"ulnya penjelasan teoretik baru dari ahyu tersebut& se"ara otomatis konsep!konsep ahyu akan bisa disandingkan& didialogkan bahkan diintegrasikan dengan sains modern melalui penelitian lanjutan. -eberapa strategi dasar yang dapat dilakukan untuk mendekatkan ahyu dengan sains modern& di antaranya adalah: a. ,endekatkan konsep ahyu dengan menggunakan bahasa sains. Dengan "ara ini ahyu yang terkesan sakral menjadi inheren dengan logika sains melalui konstruksi penalaran rasional manusia. Saintifikasi dari segi bahasa ini tidak bermaksud merubah teks ahyu menjadi bahasa teks sains yang baru& melainkan berusaha menafsirkan teks ahyu sesuai dengan perkembangan sains. Dengan begitu keberadaan ahyu bagi kehidupan manusia memiliki multifungsi& yaitu fungsi doktrin $petunjuk& pembeda hak dan batil& obat& penjelas& nasihat& pedoman% dan fungsi sains. b. 7umanisasi teks!teks Al2uran yang abstrak dan uni*ersal sehingga lebih dekat dengan kehidupan nyata manusia. 'ada konteks ini ahyu yang berkenaan dengan isu!isu penting yang dihadapi oleh kemanusiaan perlu dielaborasi sehingga mampu memberikan peme"ahan atas masalah!masalah kemanusiaan. 'enegasan ini merupakan peralihan dari tradisi Ilmu Kalam yang theocentric menjadi pengetahuan yang bersifat theo-anthropocentric. ;leh sebab itu& humanisasi bermaksud menemukan aspek!aspek kongkrit dari teks!teks ahyu menyangkut hajat hidup manusia. ,elalui "ara ini& fungsi ahyu sebagai pedoman hidup bagi manusia semakin dapat dirasakan. ". Aktualisasi ahyu untuk menunjukkan keterkaitan teks!teks ahyu dengan realitas kehidupan masyarakat. Aktualisasi ini akan menjadikan teks ahyu
6

tetap hidup& sebab ia selalu berdialektika dengan masanya dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat terkini. 'ada tataran ini diperlukan upaya untuk menangkap makna ahyu dengan pendekatan empiris dan praksis agar teks ahyu semakin dirasakan manfaatnya bagi umat manusia. (entu saja penjelasan teks ahyu dengan pendekatan tersebut akan bisa mendudukkan teks!teks kitab su"i pada posisi yang akrab dengan sains. d. Integrasi atau penyatuan doktrin Al2uran dengan temuan pikiran dan penelitian di dunia nyata. Kun"i utama perumusan ilmu integratif adalah dediferensiasi. sebagai pembalikan dari proses diferensiasi era modern. Dengan dediferensiasi& agama disatukan dengan sektor!sektor kehidupan lain& termasuk dengan ilmu& sehingga ter"ipta sains holistik. Sedangkan metode untuk menyatukan sains tersebut adalah strukturalisme transendetal. Inti dari metode strukturalisme transendental adalah upaya mengangkat teks Al2uran dari konteks $historis%! nya kepada pesan uni*ersal dan makna transendentalnya. e. ;bjektifikasi teks ahyu ke dalam kategori!kategori objektif. 1sensi obyekti! fikasi di sini tidak lain adalah penerjemahan nilai!nilai subyektif agama ke dalam kategori!kategori obyektif yang bisa dipahami semua orang tanpa perlu memahami nilai!nilai asal $agama% dan dapat disetujui siapa pun tanpa harus menyetujui nilai asal. 5adi& obyektifikasi merupakan metode untuk menghadirkan agama se"ara lebih substantif ilmiah bukan normatif ideologis. Suatu pengetahuan =yang ditransfer dari ahyu= disebut objektif bila pengetahuan itu dirasakan oleh orang non!,uslim sebagai sesuatu yang natural $se ajarnya%& tidak sebagai doktrin keagamaan. Karena itu& objektifikasi merupakan upaya rasionalitas nilai yang di ujudkan dalam pernyataan rasional dan obyektif& sehingga fungsi Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam benar! benar terealisasikan. #. 'endekatan (ransdisiplin: UN1S>; membuat definisi transdisiplin sebagai konsep yang terintegrasi dan praktik pengetahuan untuk menangani isu!isu penting berdasarkan prosedur se"ara integratif. Sedangkan transdisipliner didefinisikan sebagai kolaborasi antara sarjana!sarjana yang me akili dua atau lebih disiplin yang bekerjasama untuk memproduksi suatu pengetahuan konseptual dan atau metodologis yang men"erminkan integrasi dua atau lebih disiplin ilmu. 'engertian ini mengisyaratkan bah a transdisiplin merupakan pendekatan kolektif yang memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan analisis manusia dalam memahami sistem yang kompleks. ,akna penting yang menandai transdisiplin adalah proses integrasi dari multidisiplin atau prinsip kesatuan pengetahuan yang digunakan untuk membahas isu atau menghadapi permasalahan. (ransdisiplin mempunyai manfaat tidak hanya digunakan untuk menghadapai masalah!masalah kompleks semata& tapi juga untuk melihat adanya problem baru yang mun"ul akibat dari analisis yang mendalam dari proses interdisiplin. (ransdisiplin bukanlah disiplin baru atau subdisiplin yang berdiri sendiri dan bukan pula untuk melahirkan disiplin baru& melainkan sebuah pendekatan& sebuah proses untuk memperluas pengetahuan dengan mengintegrasikan dan mentransformasikan dan men"ari koherensi dalam keanekaragaman pengetahuan dan pengalaman manusia. Ia juga bukan ilmu atau seni untuk menemukan keterkaitan atau saling ketergantungan antara berbagai bidang pengetahuan& tetapi ini menyangkut kehidupan sosial dan lingkungan manusia untuk menangani masalah!masalah yang
7

terjadi di sekitar mereka. 5adi ide inti transdisiplin adalah pembauran ragam disiplin akademik yang bekerja bersama!sama untuk meme"ahkan masalah dunia nyata. 'ada dasarnya transdisiplin adalah sebuah pendekatan& metode& atau strategi penelitian yang diterapkan untuk memahami se"ara konprehensif suatu masalah kompleks yang terjadi di masyarakat dan kemudian me"ari solusinya se"ara bersama. 'enalaran transdisiplin lebih merupakan suatu meta!metodologi untuk melampaui keterbatasan suatu bidang pengetahuan. Dalam pendekatan transdisiplin itu tersirat interaksi penuh antara berbagai disiplin ilmu. 'ada sisi ini& makna transdisiplin identik dengan transektoral. Interaksi lintas ilmu ini dipandang unik karena melibatkan banyak disiplin ilmu dan banyak pihak dalam kegiatan penelitian dengan "ara yang berbeda untuk memahami dunia ini dalam upaya menghasilkan pengetahuan yang baru dan membantu pemangku kepentingan dalam memahami dan menggabungkan hasil atau pelajaran dari sebuah penelitian. (ransdisiplin sebagai bentuk penelitian merupakan usaha intelektual tingkat lanjut pada tingkat teoritis fundamental& karena dalam transdisiplin dilakukan bentuk penelitian yang berusaha untuk merefleksikan isu!isu dari kehidupan dunia dan kemudian men"ari solusinya. (ujuannya adalah untuk: $a% meningkatkan pemahaman dan atau $b% meme"ahkan masalah atau mengambil keputusan& serta menemukan alternatif pilihan yang lebih baik dan atau: $"% membangun pengetahuan baru. Sedangkan maksud penelitian pendekatan transdisiplin adalah untuk: $a% memahami kompleksitas masalah yang rele*an $b% memperhitungkan keanekaragaman kehidupan dunia dan persepsi ilmiah tentang suatu masalah& $"% menghubungkan pengetahuan abstrak dan kasus!spesifik& dan $d% mengembangkan pengetahuan dan praktik dengan mena arkan apa yang dianggap kebaikan bersama. Ada empat konsern utama dalam pendekatan transdisiplin: pertama memfokuskan kajian pada masalah!masalah kehidupan dunia. kedua& mentransen! densikan dan mengintegrasikan paradigma disiplin keilmuan. ketiga& mengutamakan penelitian partisipatif. dan keempat men"ari kesatuan pengetahuan di luar disiplin ilmu. -erdasarkan konsern ini serta keterangan sebelumnya& "iri transdisiplin ditandai dengan: $1% menghilangnya fanatisme teoritis. $#% memiliki sikap rendah hati $atau mungkin rasa skeptis terhadap ilmunya sendiri% dengan men"ari bantuan disiplin lain yang dianggap dapat menyempurnakan $kajian% ilmiahnya dalam meme"ahkan persoalan. $3% mengedepankan kerjasama kognitif dan sosial melintasi batas!batas disiplin. $4% mengaplikasikan se"ara langsung pengetahuan ilmiah dalam membuat kebijakan dan peme"ahan masalah sosial. dan $6% melibatkan pemangku kepentingan dalam proses penelitian. 'ola kerja transdisiplin yang membolehkan pelanggaran batas!batas disiplin merupakan faktor penting yang perlu mendapat perhatian khusus dalam mengelola pendidikan. -eberapa implikasi pola kerja serupa terhadap sistem pendidikan di 'erguruan (inggi& antara lain adalah: $a% perubahan pola penalaran dari berpikir linier ke berpikir sistemik& dari berpikir parsial ke berpikir holistik& dari berpikir objek ke berpikir konekti*itas $keterkaitan%& dari berpikir hierarkis ke berpikir jaringan $networking%& serta dari berpikir struktur ke berpikir proses. $b% perbedaan budaya akademik& karena tidak lagi terikat pada disiplin keilmuan tertentu& melainkan membaurkannya. $"% kegiatan penelitian yang mengarah pada action research di mana peneliti terlibat langsung dan saling belajar dengan orang!orang di dunia nyata!kehidupan masyarakat. $d% personalia yang terlibat di dalammnya berpikiran terbuka $open minded%& berpikiran sistemik $systemic thinking%& dan terbiasa bekerja se"ara kolaboratif dan $e% disiplin tunggal semakin ditinggalkan&
8

lalu diartikulasikan kembali interdependensi dan saling berhubungan antara satu sama lain. ;leh karena itu& ketika transdisiplin diterapkan perlu dikembangkan kemampuan seni transdisiplin dalam sistem akademik& organisasi& kurikulum& pengajaran& pembelajaran& dan penelitian. 5adi& transdisiplin mena arkan transformasi pendidikan tinggi. Dalam proses penelitian transdisiplin terdapat tiga model akses terhadap masalah yang diteliti& yaitu: 1. ,odel akses yang berfokus pada kehidupan sehari!hari. ,odel ini menekankan pada masalah sosial yang mun"ul di tengah masyarakat dan membutuhkan sebuah solusi yang praktis. Setiap jenis masalah yang ada akan melibatkan pengetahuan dan kepentingan dari aktor sosialnya. #. ,odel akses yang berfokus pada ilmu pengetahuan $mode akses ilmiah%. ,odel ini berangkat dari titik masalah internal yang kompleks dari ilmu pengetahuan yang melibatkan teori& konsep dan berbagai konsepsi umum yang mun"ul dari perbatasan ilmu pengetahuan) disiplin untuk men"oba memahami permasalahan yang ada. 'enelitian ini bermaksud untuk meningkatkan pemahaman ilmiah& baik untuk pengembangan metode& model& konsep& teori& maupun konsepsi umum yang baru. -erdasar model ini& transdisiplin dapat juga digunakan sebagai upaya mengembangkan sebuah teori atau aksioma baru dengan membangun kaitan dan keterhubungan antar berbagai disiplin. 3. ,odel akses integrasi. 'ada model ini proses a al pada obyek penelitian yang dibentuk oleh tim penelitian akan menentukan keberhasilannya. 8ase ini biasanya ditandai dengan tekanan tingkat tinggi yang disebabkan oleh "ampuran kepentingan& tujuan indi*idu dan kelembagaan& klaim dan norma yang berbeda tentang apa ilmu pengetahuan yang baik dan latar belakang sebuah disiplin ilmu. Ketiga model penelitian transdisiplin di atas dapat digambarkan dalam sebuah skema berikut:

Model konseptual yang ideal (seperti dalam Figur di atas) menggambarkan proses penelitian transdisiplin yang dikonseptualisasikan sebagai urutan tiga tahap, yang meliputi: kolaboratif membingkai masalah dan membangun sebuah tim riset kolaboratif (Tahap A); co-memproduksi berorientasi solusi dan dapat dipindahtangankan pengetahuan melalui penelitian kolaboratif (Tahap ), dan (re-) mengintegrasikan dan menerapkan pengetahuan yang dihasilkan baik dalam praktek ilmiah dan sosial (Tahap !)" #engan demikian, tu$uan utama Tahap A adalah untuk mengintegrasikan%% $alur pemecahan masalah%% dan%% $alur ino&asi ilmiah%% untuk memungkinkan penelitian kolaboratif dalam Tahap (%% integratif penelitian $alur%%), sehingga pengetahuan dipindahtangankan yang dapat men$adi (re-) diintegrasikan ke dalam praktik sosial dan ilmiah dalam Tahap !" Meskipun model mungkin menun$ukkan proses yang agak linear, fase indi&idu dan urutan keseluruhan sering harus dilakukan dalam siklus berulang atau rekursif, $uga menyoroti kebutuhan untuk reflektifitas di transdisipliner (lihat, misalnya, 'pangenberg ()**)" +ada artikel ini, kita sedikit mengadaptasi model asli oleh: (a) mengubah terminologi untuk mencocokkan ,acana internasional dalam ilmu keberlan$utan dan bidang terkait dan (b) menggarisba,ahi kebutuhan untuk desain yang disenga$a dari kolaborasi antara aktor-aktor dari kalangan akademisi atau penelitian lainnya institusi dan aktor dari praktek"

10

?alaupun ada ide tentang tiga model penelitian transdisiplin& namun se"ara umum& kegiatan!kegiatan penelitian transdisiplin menggabungkan konsern ideografik tentang solusi masalah dengan harapan nomotetis pengetahuan umum. ,ungkin saja ada yang ditempatkan lebih berat ke satu sisi atau ke sisi yang lain& tetapi kedua orientasi hadir. -iasanya& per akilan non!ilmiah menekankan pada penemuan solusi dari suatu masalah& dan para ilmu an atau ahli profesional mengharapkan kontribusi terhadap pengetahuan nomotetis. -erikut ini dikemukakan tiga "ontoh model pendekatan penelitian transdisiplin yang dapat dipilih sesuai minat dan kepentingannya: ,odel 1: 'endekatan (eori Sistem. ,odel ini menghadirkan beberapa disiplin ilmu yang bekerjasama se"ara kolaboratif untuk mengidentifikasi dan menganalisis suatu masalah. Dalam pendekatan ini diupayakan kesatuan teoritis semua pengetahuan yang diperlukan untuk menanggapi dan men"ari peme"ahan masalah kehidupan nyata. 5adi pada esesinya pendekatan ini menggunakan teori sistem untuk memahami kompleksitas masalah dalam kehidupan dunia. Dengan pedekatan teori sistem ini dikordinasikan semua disiplin ilmu dalam proses penelitian atas dasar sebuah aksiomatis umum dan epistemologis yang mun"ul.

11

,odel #: (ransfer ,etodologis. -elakangan ini ada ke"enderungan baru mengenai pendekatan dalam transdisiplin dengan melakukan transfer metode dari satu ilmu kepada ilmu yang lain. 'endekatan ini memungkinkan adanya penelitian lintas batas ilmu tetapi masih ada dalam sebuah kerangka penelitian satu ilmu tertentu. Sebagai "ontoh& penggunaan teori fungsional untuk memahami dua atau lebih aspek dalam satu obyek. Di sini paradigma digunakan satu point o* view dalam mendekati masalah dilihat dari ragam aspek atau dimensinya. Dengan menggunakan metode fungsional& maka dimensi!dimensi yang terdapat dalam satu obyek $masalah% didekati dari sisi fungsinya. -erdasar pendekatan ini& integrasi dalam sebuah domain analitik dapat memiliki arti adanya @rantai kausal yang berkaitan satu sama lain&@ atau @ komponen fungsional yang berbeda terkait satu sama lain&@ atau @kausal komponen berhubungan dengan fungsional komponen@. Di sini jelas fungsionalisme mena arkan berbagai pilihan untuk menemukan hubungan materi yang berbeda& dan ini merupakan kerangka teoritis yang menjanjikan untuk memperjelas gagasan penting dari @integrasi@ dalam penelitian masa depan tentang transdisiplin. ,odel 3: 'endekatan (ransformasi. ,enurut pendekatan ini& penelitian transdisiplin berkaitan dengan tiga jenis pengetahuan: pengetahuan sistem& pengetahuan sasaran $target%& dan pengetahuan transformasi. A'engetahuan sistem9 adalah pengetahuan tentang kondisi saat ini& Bpengetahuan sasaranB adalah pengetahuan tentang kondisi yang akan di"apai& serta Bpengetahuan transformasiB adalah pengetahuan tentang bagaimana membuat transisi dari kondisi saat ini ke kondisi yang akan di"apai. -erdasarkan ini jenis pertanyaan yang harus ditangani oleh penelitian transdisiplin meliputi: - 'ertanyaan mengenai genesis. yaitu idetinfikasi dan interpretasi masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata. - 'ertanyaan mengenai kondisi ideal. yaitu suatu keadaan yang diinginkan sebagai perbaikan dari kondisi sekarang. - 'ertanyaan tentang aspek perubahan. yaitu suatu teknis& sosial& hukum& budaya dan lain "ara kerja yang bertujuan untuk mengubah kondisi sekarang menuju kondisi ideal.

12

D/ Pengembangan Fakul"as dan Pr gram S"udi 'enerapan paradigma sains holistik ke dalam sistem pendidikan di UIN Sumatera Utara berimplikasi pada pengembangan institusi& khususnya yang berkenaan dengan pengelompokan fakultas dan program studi. Se"ara garis besar& UIN Sumatera Utara perlu memiliki program studi yang ber*ariasi& meliputi ilmu!ilmu syari9ah& ilmu!ilmu humaniora& ilmu!ilmu sosial& ilmu!ilmu alam dan eksakta& dan ilmu!ilmu terapan. 'embukaan program!program studi dari berbagai kategori ilmu ini menis"ayakan perlunya dibentuk fakultas!fakultas baru& yang dapat dikelompokkan ke dalam fakultas! fakultas yang fokus pada ilmu!ilmu keagamaan& fakultas!fakultas yang mengembangkan ilmu!ilmu humaniora& fakultas!fakultas yang mengembangkan ilmu!ilmu sosial& fakultas!fakultas yang mengembangkan ilmu!ilmu alam dan eksakta& dan fakultas yang mengembangkan ilmu terapan $teknologi%. Dasar pertimbangan paling utama pembukaan fakultas dan program studi di UIN SU& sesuai dengan program unggulan yang menekankan pada pengentasan kemiskinan& adalah kebutuhan masyarakat Sumatera Utara& pada khususnya& dan Indonesia pada umumnya. <ebih spesifik lagi& fakultas dan program studi yang dikembangkan itu harus langsung berkaitan dengan kehidupan rakyat di daerah agraris& maritim dan perdagangan. Karena di daerah!daerah inilah kemiskinan banyak ditemukan. 5adi pembukaan fakultas dan program studi& selain untuk pengembangan pengkajian& pengajaran& dan pengaplikasian berbagai rumpun ilmu pengetahuan& ditekankan juga untuk menyahuti persoalan kemiskinan& yang dientaskan melalui transfer teori& teknologi tepat guna& dan pembinaan akhlak. -erdasarkan pertimbangan ini& di antara fakultas dan program studi yang perlu dibuka adalah yang berkaitan langsung persoalan sosial)budaya& ekonomi& kesejahteraan sosial& psikologi& akhlak& kesehatan& perikanan) kelautan& pertanian& kimia!industri& dan lain!lain. E/ Implikasi Paradigma Sains H lis"ik Ke Dalam Pendidikan 'enerapan sains holistik!integratif di UIN Sumatera Utara berimplikasi pada segenap tindakan pendidikan. Implikasi paling dasar dari sains holistik itu adalah kenis"ayaan untuk menerapkan pendekatan transdisiplin. Alasan penerapan pendekatan transdisilin dalam Sains 7olistik adalah: $1% 'endekatan transdisiplin memiliki pandangan bah a kepentingan umat manusia adalah kepentingan utama dan bukan kepentingan disiplin ilmu& karena disiplin ilmu tidak boleh menjadi pembatas kotak "ara berfikir& bersikap& dan bertindak seseorang. $#% 'endekatan transdisiplin menekankan bah a disiplin ilmu yang diajarkan bersifat terbuka dan kebenaran yang diajarkan selalu bersifat CdevelopingD. dan $3% 'endekatan transdisiplin menerapkan prinsip integrated learning yang membuka peluang adanya +space &etween the disciplines, dan +possi&ility o* new perspective &eyond those disciplines,. 'endekatan transdisiplin adalah sebuah proses simultan untuk meningkatkan perkembangan se"ara keseluruhan dari setiap indi*idu dengan menguasai pengetahuan& keterampilan dasar& dan internalisasi nilai!nilai luhur. Karena itu tujuan pendekatan transdisiplin dalam kerangka sains holistik adalah membentuk manusia paripurna $alins!n al-k!mil% yang ditandai dengan perkembangan fisik& emosi& sosial& kreati*itas& spiritual dan intelektual se"ara optimal dan seimbang. 'andangan seperti ini bertolak dari teori filsafat yang memandang manusia sebagai makhluk indi*idual!sosial& jasmaniah!rohaniah& makhluk otonom sekaligus makhluk (uhan. Dalam konteks ini disebutkan. C(he highest *unction o* education is to &ring a&out an integrated individual who is capa&le o* dealing with li*e as a wholeD. $8ungsi terpenting
13

pendidikan adalah menghasilkan manusia yang terintegrasi& yang mampu menyatu dengan kehidupan sebagai satu kesatuan%. 'endekatan ini pada dasarnya berkaitan dengan sumber!sumber dasar& dan berusaha atas semua untuk menyambung kembali setiap orang ke dalam konteks di mana ia berada: seperti dunia fisik& biosfer& keluarga& masyarakat& budaya& agama& bahasa& dan kosmos itu sendiri. Dengan demikian sasaran pengembangan dalam pendekatan transdisiplin dimaksud meliputi banyak aspek yang dapat disederhanakan ke dalam tabel berikut: No Aspek 1 5asmani dan +uhani # (ubuh& 5i a& Akal& ;tak& dan 7ati)Kalbu 3 Kognitif& 'sikomotorik& dan Afektif 4 IE& 1E& SE& dan SE $Ke"erdasan Intelektual& 1mosional& Sosial& dan Spiritual% 6 ,ultiple Intelligen"e $Ke"erdasan Kinestetik& -ahasa& ,usik& <ogika& Intrapersonal& Interpersonal& Naturalis& dan Fisual% Se"ara umum& yang membedakan pendekatan transdisiplin dari model pendekatan lainnya adalah perhatiannya yang besar terhadap pengalaman belajar& dan pentingnya menempatkan hubungan dan nilai!nilai kemanusiaan utama dalam lingkungan belajar. 7al ini terkait dengan dasar kontekstual yang mendorong impelementasi pembelajaran transdisiplin yaitu mu"ulnya gerakan neo!humanistik& kesadaran akan pentingnya pendidikan yang integral sehingga peserta didik dapat tumbuh dan berkembang se"ara seimbang dalam ke tiga aspek yaitu pikiran& tubuh dan ji a $mind, &ody and soul%. 5adi& konsep holistik di sini berhubungan dengan sistem totalitas& yaitu suatu kesatuan yang saling terkait& bukan sekadar kumpulan dari bagian!bagian. 'endidikan sema"am ini sangat rele*an dengan sekolah!sekolah agama& termasuk '(AI& karena rujukan dasar pendidikan nilai menga"u pada ajaran agama. 'embelajaran transdisiplin berfokus pada hasil belajar& yang berasal dari partisipasi mahasis a dalam pembelajaran dan penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Se"ara implisit pembelajaran transdisiplin memposisikan dosen dan mahasis a sebagai para peneliti yang bekerja bersama!sama menggunakan kerangka konseptual bersama yang menarik bersama!sama konsep& teori& dan pendekatan dari disiplin induk. 'engujian terhadap kurikulum menemukan bah a sis a menghabiskan lebih banyak aktu mengamati& meneliti dan menganalisa data kritis sebelum memberikan argumen mereka. ,ereka juga "enderung untuk mena arkan berbagai pilihan daripada kesimpulan mutlak. 7al ini menekankan pengalaman belajar mahasis a dalam berbagi keterampilan dan pengalaman $cross-training% dan menghasilkan pengetahuan baru. Anggota tim harus "ukup kompeten dalam disiplin mereka sendiri dan memahami bahasa semua disiplin ilmu yang rele*an yang memungkinkan mereka untuk berkontribusi pada anggota Bpenelitian kualitas atau belajar dan menggabungkan berbagai perspektif untuk membangun sebuah kerangka kerja baru. 1. 'engembangan Kurikulum 'enerapan pendekatan transdisiplin ke dalam kurikulum memerlukan hal!hal berikut: $a% pengetahuan ilmiah disiplin tunggal untuk diperdalam oleh indi*idu& pada saat yang sama pengetahuan perlu didekonstruksi dan direkonstruksi dalam hubungan dengan disiplin lain agar pengetahuan tentang kompleksitas dikonteks! tualisasikan untuk merefleksikan realitas praktis organik hidup manusia dan fenomenanya& dan $b% konsep tanpa batas yang akan dihasilkan se"ara kolektif di
14

antara disiplin ilmu yang dihubungkan tersebut. Untuk tujuan ini kurikulum dengan orientasi transdisiplin menuntut kebijakan akademik dalam konteks a"ana antar! fakultas dari berbagai disiplin ilmu. Kurikulum dalam pendekatan transdisiplin menerapkan penggabungan sains ke dalam satu paket kurikulum $integrated curriculum%. Se"ara umum integrated curriculum pendekatan transdisiplin itu ditandai dengan: $a% penggabungan pengetahuan& keterampilan& sikap dan nilai!nilai dari dalam atau di seluruh bidang studi ke dalam satu paket kurikulum. dan $b% pembauran berbagai disiplin ilmu ke dalam satu paket kurikulum. Karena itu& kurikulum yang terintegrasi itu bersifat interwoven, connected, thematic, correlated, linked, and holistic $terjalin& terhubung& tematik& berkorelasi& salingterkait dan men"akup keseluruhan%. Dalam praktik& sebenarnya ada beberapa bentuk atau model integrated curriculum. Untuk membedakannya dengan model pendidikan lainnya& berikut disertakan skema sebagai berikut:
MODELMODEL INTEGRASI Within Subject Areas Intra ici!"inar y Between Subject Areas Mu"ti ici!"ina ry Inter ici!"inar y Beyon Subject Areas Trans ici!"ina ry

+in"ian sederhana dari model!model integrasi dalam skema dapat di"atatkan di sini sebagai berikut: a. ,odel integrasi kurikulum pada within su&-ect-areas adalah pendekatan intradiciplinary. ,odel integrasi dalam pendekatan intradiciplinary adalah penggabungan beragam tingkatan pengetahuan& mulai dari pengetahuan normatif& filosofis& teoritis& praktis& sampai pada pengetahuan metodologis dan teknologis. b. ,odel integrasi kurikulum pada &etween su&-ect-areas terdiri dari dua jenis pendekatan& yaitu multidiciplinary dan interdiciplinary. ,odel integrasi kurikulum pada pendekatan multidiciplinary adalah pengaitan $connected% antara satu konsep)teori)skill dengan konsep)teori)skill lainnya dari dua atau lebih disiplin yang berbeda& sedangkan integrasi kurikulum pada pendekatan interdiciplinary adalah pen"ampuran yang saling memperkuat $correlated% antara satu konsep)teori dengan konsep)teori lainnya dari dua atau lebih disiplin yang berbeda. ". ,odel integrasi kurikulum pada &eyond su&-ect-areas adalah pendekatan transdiciplinary. ,odel integrasi pada pendekatan transdiciplinary adalah pelarutan $integrated% antara konsep)teori)skill dari dua atau lebih disiplin yang berbeda di suatu area di luar disiplin& yaitu pada kehidupan nyata dan dunia sekitar mahasis a. ,odel ini se"ara implisit telah men"akup semua model integrasi yang disebut pada poin a& b& an " di atas. 5ika diturunkan ke struktur mata kuliah dan materi inti pembelajaran yang dikembangkan di UIN Sumatera Utara akan "ukup ber*ariasi. Se"ara umum& kurikulum itu memiliki "iri:
15

a. Kurikulum setiap program studi men"antumkan keempat tingkatan pengetahuan& yaitu pengetahuan normatif& filosofis& teoritis& aplikatif. ,uatan kurikulum 'rogram Studi 8ilsafat& misalnya& tidak hanya mena arkan pengetahuan filosofis& tetapi harus ada juga pengetahuan normatif& teoritis dan pengetahuan aplikatif. Demikian& juga dalam kurikulum 'rogram Studi 'endidikan Agama& tidak "ukup hanya memuat pengetahuan aplikatif dan teoritis& tetapi disertakan pula pengetahuan normatif dan pengetahuan filosofis. b. Kurikulum ilmu!ilmu syariah mengakomodasi sains modern& baik dari sisi struktur keilmuannya yang lebih menekankan pada kompetensi know-how dan know-why& ketimbang know-what& maupun dari sisi materi ajarnya& seperti memasukkan toeri!teori kosmologi dalam kurikulum 'rogram Studi A2idah atau pada mata kuliah Ilmu (auhid: ". Kurikulum ilmu!ilmu nonsyariah mengakomodasi turats Islam dan nilai dan norma yang dirumuskan berdasarkan ahyu. Sebagai "ontoh& program studi Kimia Industri& kurikulumnya memuat mata kuliah atau topik inti teori!toeri kimia yang dikembangkan sarjana!sarjana muslim& sejarah perkembangan ilmu kimia dalam Islam& dan sejenisnya yang bersumber dari turats Islam. d. Kurikulum setiap program studi mengapresiasi persoalan!persoalan aktual masyarakat.

#. 'engembangan 'embelajaran 'enekanan pendekatan transdisiplin dalam kerangka sains holistik adalah pengembangan pemikiran tingkat tinggi $higher order thinking% yang ditujukan untuk pengembangan tiga aspek keji aan peserta didik: kognitif& affektif& dan psikomotorik. Dalam konteks integrasi sains& perlu memperkenalkan kepada mahasis a filsafat pengetahuan& agar mahasis a lebih paham mengapa terjadi perbedaan!perbedaan teori sains dan pada gilirannya mampu membuat keputusan! keputusan teori yang layak diterima sebagai yang paling benar. A"uan utama yang banyak digunakan dalam pembelajaran transdisiplin adalah empat pilar pendidikan yang ditetapkan UN1S>;& yaitu: learning to know, to do, to &e with, and to &e $belajar untuk tahu& yang harus dilakukan& untuk bersama& dan menjadi%. Keempat pilar ini mengamanatkan pentingnya pengetahuan konseptual)teoritik& keterampilan untuk merealisasikan pengetahuan itu& sikap sosial yang positif& dan pembentukan kepribadian yang khas sesuai dengan pengetahuan& skill& dan sikap sosial tersebut. Dalam praktik& implementasi strategi pembelajaran yang diterapkan "ukup ber*ariasi& namun demikian semuanya memiliki semangat
16

yang sama yaitu menggunakan strategi pembelajaran berpusat mahasis a atau student-centered learning.

'aling tidak ada tiga tujuan pembelajaran yang dapat di"apai melalui kurikulum ini: 1. ,ahasis a belajar untuk membentuk tim transdis"iplinary dan berfungsi se"ara efektif sebagai bagian dari anggota tim. #. ,ahasis a mendefinisikan masalah se"ara mandiri daripada mengharapkan untuk menja ab maslah yang diberikan. 3. ,ahasis a men"iptakan solusi daripada kesimpulan tunggal. Salah satu "ontoh ran"angan pembelajaran adalah task-strategy pairs& seperti dapat dilihat pada tabel berikut:

'endekatan transdisiplin ini pada hakikatnya adalah pembelajaran berbasis masalah. 'enegasan ini bertolak dari esensi trandisiplin sebagai pendekatan penelitian $seperti sudah diutarakan sebelumnya di atas%. Ini berarti bah a dalam
17

pembelajaran harus mengintegrasikan ke dalam materi pembelajaran persoalan! persoalan sosial& budaya& ekonomi& keagamaan& hukum dan sebagainya. >ara umum yang biasa digunakan untuk memenuhi maksud ini adalah strategi problem based learning dengan terlebih dahulu menetapkan materi pembelajaran yang bertolak dari tema!tema khusus sebagai titik pusatnya $center core.center o* interest%. 'ada konteks ini& pendekatan transdisiplin bermaksud membekali peserta didik untuk memahami persoalan!persoalan yang terjadi di sekitarnya& sekaligus mendorong mereka untuk menemukan teori atau keterampilan peme"ahan masalah tersebut. minimal peserta didik memiliki aware terhadap persoalan!persoalan tersebut. Di dalam pro&lem-&ased learning para mahasis a mengembangkan berbagai keterampilan penting yang dilaksanakan dalam suatu pembelajaran kolaboratif. ,asalah disajikan dalam bentuk skenario yang berisikan muatan terpadu. ,odel problem!based learning dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

,odel integrasi lainnya adalah perpaduan materi pembelajaran antara teori! teori yang sudah ada sebelumnya dengan hasil penelitian dosen)peneliti di lingkungan UIN Sumatera Utara. ,odel ini perlu dijadikan dasar agar materi pengetahuan yang diajarkan tetap aktual. Dengan demikian& hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan hasil!hasil penelitian terkini tetap kuat& sehingga ilmu yang diajarkan tidak stagnan dan akhirnya menuju kematiannya $eGpired%. 8. 'enutup (ampaknya masih diperlukan pengkajian dan diskusi lebih dalam untuk perumusan konsep Islamic Sciences yang rele*an dikembangkan di UIN Sumatera Utara. +umusan yang disajikan ini masih jauh dari sempurna dan hanya berfungsi sebagai bahan diskusi yang barangkali dapat memberi inspirasi bagi mereka yang peduli.

18

Anda mungkin juga menyukai