Diseminarkan pada Tanggal 22 September 2010 di Ruang Sidang Biro Rektor IAIN SU Kerjasama IAIN SU dengan Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI
Pendahuluan
Kajian tentang Kesultanan Deli dalam sejarah Melayu dinilai cukup penting, karena beberapa alasan, al: (1) keberadaannya sebagai salah (1 satu kerajaan Islam Nusantara yang dikenal sampai ke mancanegara; (2) wilayahnya mancanegara; wilayahnya strategis dan memiliki daya tarik yang luar biasa, karena kesuburan tanah dan letak geografisnya yang berada pada lalu lintas kapal dagang dan menjadi pusat persinggahan pedagang antarnegara sejak abad 7 M; (3) Meninggalkan warisan Islam (3 yang bernilai tinggi
Pendahuluan
Fokus Penelitian: penelusuran sejarah sosial etnis Melayu di bawah kekuasaan Kesultanan Deli sejak kolonial masuk ke Tanah Deli. Pertanyaan pokok: Bagaimana hubungan Kesultanan Deli dengan pembentukan dan pelestarian sistem kemelayuan dalam aspek sosial, budaya, keagamaan dan ekonomi di Tanah Deli?
Pendahuluan
Asumsi Dasar: kemajuan dan kemerosotan suatu masyarakat tidak lepas dari faktor penguasa (dalam hal ini para Sultan Deli) sebagai pemimpin politik, sosial, budaya (adat), ekonomi dan agama. Jadi; penelitian ini lebih spesifik membahas hubungan antara pola pengelolaan pemerintahan dan pembentukan sistem sosial, budaya, ekonomi dan agama di lingkungan etnis Melayu di Tanah Deli dalam kurun waktu 1862 sampai awal kemerdekaan. kemerdekaan.
Pendahuluan
Metode
Pendekatan: Sejarah total (total endekatan: (total history). history). Sejarah total atau new history adalah studi sejarah dari perspektif ilmu-ilmu ilmusosial. Di sini dipertanyakan hakikat gejala sosial dan mengapa terjadi demikian. Dalam hal inilah ditelusuri peranan kesultanan dalam membentuk, membina dan melestarikan kemelayuan di Tanah Deli.
Pendahuluan
Sumber Data: dokumen, sumber tertulis, Data: inskripsi dokumen, monumen dan pengalaman/ pengetahuan tokoh. tokoh. Pengumpulan data melalui: studi dokumen, wawancara, dan observasi. Langkah-langkah penelitian menggunakan Langkahmetode sejarah kritis melalui empat tahapan, yaitu: (1) heuristik; (2) kritik; (3) (1 heuristik; (2 kritik; (3 interpretatif, dan; (4) historiografi. (4
Nama Deli telah tercantum dalam arsip VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) di Compagnie) Malaka, pada April 1641, saat di mana Belanda 1641, berhasil merebut Malaka dari Portugis. Arsip Belanda lainnya yang menyebut nama Deli adalah catatan 9 September 1641 yang berisi surat Sultan Safi al-Din Taj al-Alam alalkepada Gubernur Jenderal Antonio van Diemen (1636-1645) di Batavia. 1636-1645)
Selama puluhan tahun, Kesultanan Deli dikuasai secara bergantian oleh Kesultanan Aceh dan Kesultanan Siak. Awal abad 18 terjadi konflik internal dalam kesultanan yang menyebabkan berdirinya kesultanan Serdang pada tahun 1720.
Belanda menaklukkan Kesultanan Deli melalui perjanjian politik kontrak pada masa Sultan Mahmud Perkasa Alam (memerintah 1861-1873) 1861-1873). Sejak Sultan menandatangani perjanjian dengan Belanda pada tanggal 21 Agustus 1862 Kesultanan Deli di bawah pengaruh Hindia Belanda.
Kesultanan Deli mengalami masa-masa masakemakmuran pada masa Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alam Shah, terutama diperoleh dari sektor perkebunan tembakau. Pada tahun 1872, sudah beroperasi 13 1872, perkebunan asing di Deli yang tentu saja menguntungkan Kesultanan Deli dari segi pemasukan finansial.
Pada 5 Maret 1946 terjadi Revolusi Sosial. Sosial. Setelah tragedi Revolusi Sosial berakhir, keluarga dan ahli waris Kesultanan Deli menempati Istana Maimoon sebagai tempat tinggal karena hampir semua istana yang ada di sana sudah hancur dibakar massa.
Revolusi Sosial dan pembubaran Negara Sumatera Timur (NAT) merupakan episode akhir hegemoni kekuasaan Melayu di Sumatera Timur.
Sultan dalam masyarakat Melayu di Sumatera Timur adalah titik pusat dalam pemerintahan, adat dan agama dari seluruh wilayah kesultanan. Sebagai penguasa pemerintahan tertinggi, Sultan menempati struktur puncak pemerintahan.
Sebagai pemimpin adat, sultan mempunyai kekuasaan yang besar terhadap pembentukan dan pelaksanaan adat istiadat di lingkungan keluarga istana. Pengaturan adat dalam masyarakat dipimpin oleh datuk dan pemangku adat. Secara adat sultan juga pemilik tanah. Tanah yang diusahakan orang Melayu untuk bertani, berternak dan berburu diwarisi secara turun temurun dan dianggap tanah adat orang Melayu.
Sultan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam agama berkedudukan sebagai uli al-amri atau julukan yang sering aldigunakan ialah Khalifatullah. Khalifatullah. Dalam pelaksanaannya, fungsi uli al-amri alseharisehari-hari di Kesultanan Deli dilaksanakan oleh orang yang disebut Imam Paduka Tuan. Mereka juga ditunjuk sebagai ketua Mahkamah Syariah.
Istana Maimoon. Istana Maimoon, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Pembangunan istana selesai pada 25 Agustus 1888 M, di masa kekuasaan Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa alAlamsyah.
Masjid al-Osmani Labuhan Deli. Masjid alalalOsmani merupakan salah satu masjid megah peninggalan Kerajaan Deli. Masjid ini terletak di Labuhan Deli, yang ketika itu jadi pusat pemerintahan Sultan Deli. Masjid al-Osmani merupakan monumen alKerajaan Deli yang dibangun oleh Sultan Osmani (memerintah 1854-1858 M). Masjid 1854ini kemudian disebut Masjid al-Osmani, alsesuai dengan nama pendirinya.
Orang-orang Melayu Deli yang mendiami Tanah OrangDeli adalah keturunan campuran antara orang Melayu yang ada di Tanah Deli dengan suku bangsa Melayu yang datang dari Johor, Malaka, Riau, Aceh, Karo, Mandailing, Jawa, Bugis, Minang, dan lain sebagainya. Satu ciri penting yang menghubungkan komunitas Melayu Deli dengan komunitas Melayu di kawasan lainnya adalah identitas agama (Islam). (Islam).
Lima identitas orang Melayu Deli, yaitu: (1) (1 Melayu itu Islam yang sifatnya universal; (2) (2 Melayu itu berbudaya yang sifatnya nasional; (3) Melayu itu beradat yang sifatnya regional; (4) Melayu itu berturai, yaitu tersusun dalam masyarakat yang rukun tertib, dan; (5) (5 Melayu itu berilmu, artinya pribadi yang diarahkan kepada ilmu pengetahuan dan ilmu kebatinan (agama dan mistik) agar bermarwah dan disenangi orang untuk kebaikan umum.
Filosofi hidup orang Melayu terangkum dalam ungkapan Adat bersendi syara, syara bersendi kitabullah. Dengan demikian filosofi hidup orang Melayu banyak dibentuk oleh ajaran dan dibentuk budaya Islam. Filosofi tersebut banyak diekspresikan orang Melayu melalui tutur kata sehari-hari, seharipantun-pantun, pantun-pantun, seni ukir, dan tari-tarian. tari-tarian.
Adat pada Melayu Deli tercakup dalam empat ragam, yaitu: adat yang sebenar adat, adat yang adat, diadatkan, diadatkan, adat yang teradatkan, dan adat teradatkan, istiadat. istiadat. Adat yang sebenar adat adalah prinsip-prinsip prinsipyang tak dapat diubah karena bersendikan syara. Dasar ini tercermin dalam ungkapan Adat berwaris kepada Nabi, adat berkhalifah kepada Adam, adat berinduk ke Ulama, adat tersirat dalam sunnah, adat didukung kitabullah, itulah adat yang tahan banding, itulah adat yang tahan asak. asak.
Adat yang diadatkan ; sesuatu yang dibuat penguasa untuk kurun waktu tertentu. Seperti tercemin dalam pepatah Sekali air bah, sekian tepian berih. Adat yang teradatkan; adalah kebiasaanteradatkan; kebiasaankebiasaan yang secara berangsur-angsur berangsuratau cepat menjadi adat sesuai dengan pepatah: "sekali air bah, sekali tepian "sekali berp berpindah, sekali zaman beredar, sekali adat berkisar". berkisar".
AdatAdat-istiadat ; kumpulan dari berbagai kebiasaan, yang lebih banyak tertuju kepada upacara khusus seperti adat perkawinan, penobatan raja, dan pemakaman raja. Adat istiadat sebagai upacara berkaitan dengan siklus hidup orang Melayu, di Melayu, mana upacara dilaksanakan mulai dari janin, lahir, remaja, kawin, sampai wafat. wafat.
Komunitas Melayu pra-Islam telah memiliki prakepercayaan yang mengatur hubungan dengan alam dan kekuatan supranatural. Religi itu melahirkan berbagai bentuk ritual dan pemujaan kepada roh-roh suci dan makhluk rohhalus dengan tata cara yang sudah teratur sedemikian rupa serta dipelihara dari generasi ke generasi.
Bentuk-bentuk ritual adat Melayu di Tanah Deli Bentukbanyak memiliki kesamaan dengan ritual SukuSukusuku Laut yangsampai sekarangterdapat di yang sekarang Kepulauan Riau. Kesamaan dimaksud, antara lain ditemukan pada ritual jamuan laut, konsep pawang, bomoh, laut, mambang, mambang, dan banyak lagi lainnya. Masyarakat Melayu di daerah Deli belum sepenuhnya meninggalkan unsur religi bercorak animistik.
Sistem kepercayaan komunitas Melayu mencakup tiga komponen yang penting, yaitu kepercayaan tradisional masyarakat Melayu, Magis Melayu serta Islam. Tiga komponen ini membentuk satu kontinum antara dua kutub yang mewakili ciri agama resmi yang ideal dan kepercayaan warisan.
Secara umum, masyarakat Melayu telah melalui beberapa fase perubahan dalam sistem kepercayaannya, yaitu kepercayaan animisme, Buddha, Hindu dan Islam. Setelah Islam semakin kuat mempengaruhi kehidupan masyarakat, ditambah dengan pengaruh modernisasi, terjadi pergeseran pandangan dunia orang Melayu dari mempercayai dewa-dewa dan makhluk halus ke dewakepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah.
Dunia Melayu, pada awal masuknya Islam sampai awal abad 20, merupakan salah satu kawasan 20, tumbuh suburnya ahlussunnah wal jamaah yang lebih menekankan aspek tasawuf dan lembaga tarekat. Umumnya umat Islam di dunia Melayu memiliki paham keagamaan tradisional, perpaduan antara fiqh mazhab Syafii, teologi Ahlu Sunnah (Abu Hasan Asyary) dan tarekat.
Pada sebelum dan masa penjajahan, orang sebelum Melayu mendapat pendidikan agama melalui kegiatankegiatan-kegiatan belajar-mengajar secara belajarinformal. informal. Tiga model pendidikan agama yang ditemukan hingga akhir abad ke-19 adalah: (1) pengajaran ke- adalah: (1 membaca Alquran mulai dari tingkat tajhizi di Surau; (2) pengajaran agama (khususnya aqidah (2 dan ibadah) pada tingkat lanjutan yang diadakan di diadakan rumah Tuan Guru; (3) pengajaran tasawuf yang (3 pengajaran diberikan secara khusus oleh Syekh Tarekat di serambi rumahnya. rumahnya.
Semasa penjajahan, kolonial Belanda sudah mendirikan sekolah-sekolah umum di daerah sekolahperkotaan. Sekolah-sekolah itu hanya Sekolahdiperuntukkan bagi anak-anak pejabat dan kaum anakbangsawan dengan jumlah terbatas. Kesadaran komunitas Melayu Deli untuk memiliki lembaga pendidikan formal bagi bumiputra baru muncul awal abad 20. 20.
Pada masa kesultanan Deli, berdiri Maktab Islam Tapanuli (MIT). MIT memiliki tiga jenjang pendidikan, yaitu: ibtidai, tsanawi, dan tajhizi (persiapan). Tingkat ibtidai dan tsanawi belajar pada pagi hari, sementara tajhizi belajar pada sore hari. Pembentukan organisasi Muhammadiyah di Medan pada tahun 1927 memiliki arti penting bagi pengembangan pendidikan keagamaan. Muhammadiyah telah mendirikan sejumlah sekolah agama dalam bentuk kelasikal serta mengajarkan ilmu agam dan umum sekaligus.
Al-Ittihadiyah, salah satu organisasi yang Al-Ittihadiyah, didirikan etnis Melayu yang didukung oleh Kesultanan Deli, juga memiliki peranan Deli, dalam pengembangan pendidikan. Di bidang pendidikan, di samping berusaha pendidikan, dan berhasil membangun perguruan sendiri, sendiri, terdapat juga beberapa perguruan di luar yang bergabung dengan Al Ittihadiyah.
Struktur sosial masyarakat Melayu tradisional terdiri dari 2 golongan yaitu golongan atas atau asal bangsawan (aristokrasi) yang memerintah dan golongan "rakyat jelata yang diperintah jelata (rakyat). rakyat) Golongan aristokrasi yang memerintah ialah raja dan anak-anak raja (Tengku). anak-
Hubungan antara kelompok aristokrat dengan orang kebanyakan di Tanah Deli adalah hubungan kuasa (relations (relations of power). power). Hubungan itu bersifat dinamis karena diliputi oleh persaingan, kompetisi atau kontestasi serta kerjasama dan negosiasi.
Pembukaan perkebunan dan geliat perkebunan perdagangan yang meningkat cepat menjadi faktor interaksi penduduk pribumi dengan interaksi pendatang di Tanah Deli. Deli. Ketika Belanda mendatangkan koeli dari Cina dan kemudian Pulau Jawa, lalu diikuti pendatang lokal dari Karo, Toba, Mandailing dan daerah lain di Nusantara, Tanah Deli menjadi sangat ramai dengan pendatang.
Satu sikap sosial yang menarik perhatian dari komunitas Melayu Deli adalah sikap terbuka bagi masyarakat luar tanpa pembedaan. Terhadap orang Karo dan Batak Toba yang masuk Islam dan beradatapasi menjadi Melayu diterima melalui suatu proses. Komunitas Melayu Deli memberikan respon khusus terhadap orang Jawa yang mendirikan kampungkampungkampung sekitar perkebunan, karena mendapat perkebunan, sewa tanah.
Organisasi tradisional Melayu Deli terbentuk melalui sistem kekerabatan. Sistem kekerabatan itu lebih dominan menganut sistem patrilineal, tetapi tidak terlalu ketat karena ada gejala matrinilineal (seperti tempat tinggal pasangan baru di rumah pihak perempuan). Bangunan kekerabatan dalam tradisi Melayu Deli didasarkan pada hubungan darah (genealogi) dan hubungan perkawinan, sehingga menciptakan kekerabatan sistem parental atau bilateral.
Jaringan kekerabatan Melayu Deli tercermin dari konsep sapaan yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari. sehari Sapaan-sapaan dalam komunitas SapaanMelayu Deli mengindikasikan; (1) (1 struktur sosial, (2) adanya kedekatan (2 hubungan dan (3) bagaimana (3 seseorang berinteraksi antara satu sama lain.
Organisasi sosial dan keagamaan pada masa kesultanan Melayu Deli dapat dibedakan antara: yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat, dan yang berada di lingkungan kesultanan sendiri. Organisasi keagamaan di lingkungan kesultanan Malayu, yaitu: Ulil Amri dan Majelis Syari. Ulil Amri Syari. memainkan peranannya sebagai pengawas agama dengan mengangkat qadhi yang bertugas menjalankan syariat Islam.
Pada tingkat kepenghuluan, qadhi mengurus masalah pernikahan, talak, dan rujuk. Sementara itu, pada tingkat kerajaan qadhi bertugas menyelesaikan masalah agama. Sultan sebagai pengawas agama (Ulil Amri), juga mengangkat (Ulil Amri), imam sebagai pemimpin sholat, dan nazir sebagai pengawas Masjid. Qadhi (mufti) di Deli diberi gelar (mufti) Imam Paduka Tuan, dan Syekh Hasan Maksum tercatat sebagai salah seorang ulama Melayu yang menyandang gelar ini.
Pada masa-masa menjelang kemerdekaan RI, masakhususnya masa kependudukan Jepang, terdapat beberapa organisasi keulamaan, baik yang dibentuk oleh kesultanan maupun ualama independen. Di pihak kesultanan, didirikan Persatuan Ulama Kerajaan Sumatera Timur yang diketuai oleh T. Jafizham dari kerajaan Serdang, sedangkan organisasi ulama independen dibentuk oleh Hamka dengan nama Persatuan Ulama Sumatera Timur.
Di luar lingkungan istna Deli terdapat sejumlah organisasi sosial-keagamaan, seperti alsosial-keagamaan, al JamiyyatulJamiyyatul-Washliyah dan Al-Ittihadiyyah. Al Al-Washliyyah didirikan oleh ulama-ulama AlulamaMandailing dan Melayu, dan mendapat dukungan dari Sultan. Al-Ittihadiyah pada awalnya merupakan organisasi Aletnis yang didirikan oleh Ulama-ulama Melayu, Ulamawalau belakangan sulit untuk menyebut bahwa AlAlIttihadiyah sebagai organisasi etnisistas.
Sejarah Melayu Deli modern menunjukkan bahwa organisasi sosial etnis Melayu mulai tumbuh dan berkembang bagaikan jamur yang tumbuh di musim hujan. Beberapa organisasi sosial yang dapat disebutkan di sini adalah: Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI), Angkatan Muda Melayu Indonesia (AMMI); Gerakan Angkatan Muda Melayu Indonesia (AMMI), Laskar Melayu Hang Tuah, Cendikiawan Melayu, Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Melayu Deli, dan Ikatan Sarjana Melayu Indonesia Sumatera Timur.
Etos kerja orang Melayu sesungguhnya didasarkan pada nilai-nilai yang kuat nilaidari keyakinan bahwa alam harus dimanfaatkan secara baik dan berkesinambungan. Nilai kerja tidak hanya untuk dinikmati sendiri saja bahkan generasi setelahnya berhak untuk menikmatinya.
Etos kerja Melayu Deli bergeser setelah tanah mereka disulap jadi perkebunan, akhir abad ke 19. disulap perkebunan, 19. Orang Melayu Deli tidak mau menjadi buruh perkebunanan, tetapi beralih menjadi petani holtikultura (sebelumnya petani tanaman keras) dan nelayan. Atas dasar itu, Belanda mengklaim orang Melayu malas, walau sejatinya tidak demikian, karena orang Melayu dimiskinkan secara struktural.
Perkebunan Tembakau di Tanah Deli tumbuh dan berkembang sangat cepat, tetapi orang Melayu tidak mau menjadi buruhnya. Satu informasi menyatakan, bahwa orang Melayu dan Karo hanya terlibat dalam membuka hutan (menebang kayu) untuk dijadikan kebun, dan selanjutnya sudah tidak lagi ada keterlibatan.
Manfaat yang diperoleh orang Melayu dari perkebunan tidak bersifat langsung. Manfaat itu diperoleh melalui kegiatan dagang kecilakecila-kecilan kepada buruh kebun; memperoleh sewa tanah dari buruh kebun yang mengelola tanahnya; menjadi buruh angkut di pelabuhan, bekerja sebagai pembantu pedagang-pedagang pedagangCina; dan membuat atap nipah untuk dijual kepada toketoke-toke Cina dan selanjutnya dijual ke pengelola perkebunan.
Terjadi beberapa perubahan penting berkaitan mata pencahariaan orang Melayu sepanjang sejarah Kesultanan Deli. Pada masa sebelum penjajahan Belanda, orang Melayu mempunyai dua mata pencaharian utama, yaitu pertanian dan perdagangan.
Kesultanan mempunyai penghasilan utama dari perdagangan dan hasil hutan, selain berasal dari pajak, seperti pertama, pajak barang larangan, seperti cula badak, kayu gaharu dan gading gajah. Kedua, tapak lawang yaitu pajak tanah yang dikenakan atas orang bukan pribumi yang hendak membuka hutan untuk ladang. Ketiga, pancung alas yaitu pajak yang dikenakan pada orang asing yang masuk ke kawasan kerajaan untuk mengumpulkan hasil hutan.
Sumber penghasilan lain kesultanan adalah cukai barang-barang impor dan ekspor. Cukai barangini dikenakan atas jenis barang yang keluar masuk dari dan ke pelabuhan atau muara sungai kerajaan. Penarikan cukai diberlakukan terhadap semua jenis kapal yang memasuki pelabuhan kesultanan. Dari hasil cukai ini Sultan Deli dapat mengumpulkan antara 4.500 dolar setiap tahunnya.
Perubahan mata pencaharian rakyat Melayu terjadi setelah pemodal asing masuk dan Belanda menguasai Sumatera Timur. Jika dahulu orang Melayu menjadi petani tanaman keras, maka pada era kolonial orang Melayu menjadi petani holtikultura dan nelayan. Dalam hal pertanian ini, orang kebanyakan Melayu menjadi rakyat penunggu tanah jaluran. jaluran.
Penutup
Keberadaan Kesultanan Deli sampai masa kemerdekaan Indonesia dinilai cukup penting. Fungsi para Sultan Deli meliputi bidang politik, penguasaan tanah, pelestarian budaya, dan pengembangan agama. Sultan adalah pimpinan puncak pemerintahan lokal, dan di bawahnya terdapat sejumlah pejabat penting, seperti Tengku Besar/Tengku Mahkota, Raja Muda, Tengku Temenggung, dan Tengku Bendahara, dan Para Datuk.
Penutup
Para orang besar dan pejabat inilah yang mengatur pemerintahan, seperti mengurus tanah, memungut pajak, melakukan pengamanan, mengatur kegiatan adat, melaksanakan peradilan, dan mengatur kegiatan keagamaan. Pengaruh Sultan-sultan Deli di lingkungan Sultanmasyarakat Melayu dinilai cukup penting, terutama dalam bidang ekonomi dan kemudian berdampak pada bidang sosial.
Penutp
Berbeda dari pengaruh sultan terhadap ekonomi dan sosial komunitas Melayu Deli, dalam bidang adat-budaya dan agama, adattampaknya lebih banyak tumbuh dan berkembang secara alamiah.
TERIMAKASIH