Anda di halaman 1dari 9

DASAR KEIMANAN TRANSFORMATIF

Pointer Ceramah Pelatihan Kader Lanjutan PKC-PMII Sumatera Utara

Parluhutan Siregar

KONDISI OBYEKTIF LINGKUNGAN PMII


Warga PMII adalah para mahasiswa yang memiliki semangat muda yang sedang mencari JATI DIRI. Tidak jarang mahasiswa TERGODA oleh kehidupan sekular, sehingga tercerabut dari nilai iman Islami. Proyek modernisasi (pembangunanisme) selama 40 tahun terakhir telah banyak menghasilkan abrasi luar biasa keimanan.

Kondisi Obyektif..........
Organisasi kepemudaan pada dasarnya bersifat sekular. Warga PMII dapat saja lupa pada akar keorganisasiannya, yang berdasar pada agama Islam (ASWAJA). Satu windu terakhir PMII mencanangkan Gerakan SosialKeagamaan berperspektif Paradigma Kritis Transformatif (PKT). Pada dasarnya PKT itu berwatak sekularateistik. Ini membahayakan jika tidak

MAKNA IMAN
Sabda Rasulullah: Al-iman huwa tashdiq bi al-qalb wa taqrir bi al-lisan wa al-amal bi al-arkan. Hadis ini bermakna; Iman itu tidak hanya persoalan hati (qalb), tetapi juga statement dan tindakan. Iman dlm hati harus membangkitkan tindakan saleh. Ini bermakna juga; Iman tidak hanya potensial, tetapi juga aktual. Aktual bagi kehidupan nyata.

Iman sebagai keyakinan dan tindakan;


Nabi menegaskan:

.
Iman itu 73 cabang, yg paling utama Lailaha illa Allah, dan yang terendah membuang duri dari jalan. Para pensyarah memahaminya:

Pemahaman Hadis; :

Iman hendaknya sudah menjadi instink, sudah menjadi akhlak. Iman harus mampu membangkitkan ketaatan dan menjaga diri dari maksiat.

Pemahaman hadis...
Ada iman dalam hati, sep; pembenaran wujud dan keesaan Allah, ikhlas, sabar, tawakkal, tawadhu, malu. Ada dalam ucapan, sep; jujur berkata, ramah, menyenangkan. Ada dalam perbuatan, sep; melaksanakan perintah Allah, menolong orang, meminpin pd kebaikan, berbuat kebaikan.

Pemahaman Hadis.....
Sekali lagi, IMAN BUKAN HANYA UNTUK DIPIKIRKAN (seperti dalam kajian Ilmu Kalam), tetapi harus diaktualkan ke dalam ucapan dan tindakan nyata. Intinya; Iman harus mendorong pada kesejahteraan, membebaskan dari segala kemiskinan, kebodohan, kejaliman. Tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga kpd orang lain.

KESIMPULAN
Iman itu dimulai dari penghayatan kemudian diaktualkan ke dalam akhlak dalam berbicara dan bertindak. Iman harus membuka jalan menuju kesejahteraan dunia dan akhirat. Iman itu bersifat transformatif (membebaskan dari penindasan). Iman menjadi dasar dan sekaligus inheren dengan segala bentuk sikap, perkataan dan perbuatan.

Anda mungkin juga menyukai