Anda di halaman 1dari 3

Pemimpin dalam Islam

Apa itu Qiyadah wal Jundiyah?? Qiyadah secara bahasa berarti menuntun,
sedangkan secara istilah berarti seorang pemimpin yang bertugas menuntun siapa
saja yang dipimpinnya. Jundi secara bahasa berarti tentara atau serdadu. Qiyamul
wal Jundiyah adalah dua hal yang saling melekat dan tidak bisa dipisahkan.
Seorang pemimpin pastilah mempunyai orang yang dipimpinnya. Pun begitu juga
pemimpin yang hebat pastilah selalu ada dukungan atau sokongan dari para
pasukan yang hebat pula. Umar bin Khattab pernah berkata “ Tidak ada Islam
melainkan dengan jamaah. Tidak ada jamaah kecuali dengan kepemimpinan. Dan
tidak ada kepemimpinan kecuali dengan ketaatan ”. Tidak hanya harus
mendukung pemimpinnya, nama Jundi juga harus memperhatikan adab terhadap
pemimpin. Diantara adab Jundi terhadap pemimpin atau Qiyadah yaitu :
- Taat : seorang Jundi harus taat dalam menjalankan perintah dan arahan
Qiyadah selama perintah itu tidak menyimpang dari syariat Islam.
- Tsiqoh : Jundi harus menerima dan memiliki perasaan serta hati yang
lapang dalam menerima perintah, amanah, ataupun segala yang datang dari
Qiyadah kepadanya tanpa ada keragu-raguan di dalamnya.
- Iltizzam : Jundi harus senantiasa menjaga komitmennya untuk selalu taat
dan tsiqoh kepada Qiyadah dan Jama’ah.
- Ihtirom : Jundi harus memiliki sikap hormat yang tinggi kepada Qiyadah

Siapakah pemimpin Islam saat ini?? Seperti yang kita ketahui, masa
kepemimpinan dalam Islam dapat terbagi menjadi empat. Masa pertama yaitu
masa yang di mana mereka masih dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. masa
kedua yaitu masa yang dipimpin oleh para pengganti Rasulullah yaitu Khulafaur
Rasyidin. Masa ini pun terbagi menjadi 4 pemimpin mulai dari Abu Bakar
Ash-Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan yang terakhir Ali bin Abi
Thalib. Masa yang ketiga adalah masa yang dipimpin oleh dinasti Islam seperti
Ummayah, Abbasiyah, hingga yang terakhir Turki Utsmani. Masa sekarang Islam
mempunyai pemimpin yang berbeda di setiap negaranya. Jika kita memilih
seorang pemimpin, hendaklah memperhatikan kriteria seperti Ia harus beragama
Islam, Ia adalah seorang Alim, dan Ia yang menginginkan menjadi seorang
pemimpin.

Dalam sebuah organisasi bukan suatu hal yang aneh jika menghadapi konflik.
Namun konflik bukanlah sesuatu yang tidak bisa diselesaikan. Justru konflik itu
harus diselesaikan agar tidak mengganggu keberjalanan organisasi. Beberapa jalan
yang dapat dilakukan untuk menghadapi konflik yaitu, (1) akomodasi atau dengan
melibatkan pihak ketiga untuk menjadi penengah, (2) menghindari, maksudnya
kita mengidentifikasi masalah di awal sebelum masalh tersebut terjadi sehingga
dapat melakukan upaya preventif, (3) kolaborasi yaitu dengan bekerja sama
dengan orang lain, (4) kompromi, (5) kompetisi, (6) konglomerasi.

Jika dilihat kita ini adalah bagian dari organisasi dakwah kampus. Salah satu
dakwah yang mempunyai keistimewaan tersendiri. Baik penggerak maupun
sasaran dari dakwah kampus ini adalah kaum intelek yang diharapkan dapat
membuat gerakan yang memajukan bangsa. Strategi dalam kampus sendiri adalah
:
1. Melayani dan melindungi kebutuhan umat (Mahasiswa dan Masyarakat)
2. Menyebarkan fikroh dan informasi
3. Membangun opini yang terkait dengan kepentingan dakwah
4. Mengembangkan kemampuan SDM dakwah

Refleksi :
Kala berbicara tentang kepemimpinan, saya rasa saya belum bisa jika ditunjuk
sebagai seorang pemimpin. Bukan tanpa alasan, saya merasa demikian karena
menurut saya seorang sebelum menjadi pemimpin bagi orang lain, dia terlebih
dahulu harus bisa memimpin dirinya sendiri. Sedangkan saya merasa masih sulit
untuk memimpin diri sendiri. Mengapa saya merasa demikian?? Saya ambil
contoh paling sederhana yaitu mengerjakan tugas. Dalam mengerjakan tugas,
banyak sekali hal-hal yang membuat saya menunda dalam mengerjakan tugas
tersebut. Entah itu karena malas, entah itu karena lebih banyak berkutat dengan
hp, dan masih banyak alasan lain. Saya belum bisa mengarahkan diri sendiri untuk
melawan hal-hal yang sekiranya dapat menghambat kerja saya. Lebih sering saya
lebih mementingkan ego yang sebenarnya dapat menghancurkan. Selain belum
bisa memimpin diri sendiri, hal yang membuat saya merasa belum bisa jika
menjadi pemimpin adalah problem solving. Saya merasa masih kurang ahli
dengan penyelesaian masalah terutama masalah dalam hidup saya. Sedangkan
bagi saya, idealnya seorang pemimpin harus mempunyai skill problem solving
yang baik untuk mengatasi permasalahan dalam kelompok yang dipimpin. Namun
terkait alasan di atas, untuk kedepannya tidak menutup kemungkinan untuk saya
mencoba menjadi seorang pemimpin karena saya juga ingin keluar dari zona
nyaman. Atau paling tidak saya bisa menjadi pemimpin bagi diri saya sendiri
untuk kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai