Anda di halaman 1dari 9

Syarat Mutlak Kepemimpinan yang Baik

Memimpin sebuah organisasi apalagi Negara merupakan hal yang sangat sulit. Hal ini dikarenakan, tidak
semua manusia yang lahir ke bumi ini memiliki sifat – sifat seorang pemimpin. Statement di atas sejalan
dengan Great Man Theory yang mengatakan bahwa pemimpin besar tidak dibuat melainkan dilahirkan.
Mereka adalah orang – orang istimewa yang memiliki bakat alami untuk menjadi seorang pemimpin sejak
mereka lahir.
Namun pada kenyataannya, Great Man Theory di atas tidak berlaku lagi. Saat ini banyak sekali pemimpin
yang tidak memiliki kualitas sebagai seorang pemimpin. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang
hanya mengejar jabatan dan materi semata, tidak heran jika mereka akan melakukan berbagai macam
cara untuk mendapatkannya, misalnya politik uang, pemaksaan, dan lain–lain.
Semestinya, untuk menjadi seorang pemimpin bukanlah dengan cara mengajukan diri sendiri untuk dipilih
melainkan dipilih langsung oleh para anggota. Hal ini menyebabkan orang – orang yang memiliki
kekuasaan dan uanglah yang menjadi pemimpin, sedangkan orang-orang yang memiliki bakat menjadi
seorang pemimpin akan tenggelam, sehingga akan berdampak buruk pada organisasi tersebut karena
kepemimpinannya yang tidak efektif. Ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh seseorang untuk
menjadi seorang pemimpin agar dapat tercipta kondisi leadership yang efektif, diantaranya adalah
kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan.
Syarat untuk menjadi seorang pemimpin yang pertama adalah kekuasaan. Apa itu kekuasaan? Kekuasaan
adalah otoritas atau kewenangan yang dimiliki oleh pemimpin untuk menggerakkan para anggotanya
dalam melakukan sesuatu. Menggerakkan semua anggota tidaklah mudah karena membutuhkan
kharisma seorang pemimpin yang kuat agar mereka mau mengerjakan tugas tersebut dengan baik.
Sebenarnya, tanpa kharisma juga seseorang bisa menggerakkan anggotanya, mereka akan menggunakan
kekuatan memaksa atau pun kekuatan uang. Namun, member atau anggota akan mengerjakannya
dengan setengah hati, sehingga hasilnya tidak akan maksimal. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
kekuasaan penuh, seorang pemimpin harus memiliki kharisma yang kuat, sehingga para anggotanya mau
mengikuti mereka.
Syarat yang kedua adalah kewibawaan. Seseorang yang memiliki wibawa sebagai seorang pemimpin akan
menciptakan sebuah kepemimpinan yang efektif. Wibawa adalah sifat seseorang yang bisa
mempengaruhi orang lain untuk hormat dan mengikutinya. Dengan wibawa yang tinggi, bawahan akan
hormat dan akan menaati semua keputusan atau pun perintah yang dikeluarkan oleh pemimpin.
Sedangkan, pemimpin yang tanpa wibawa tidak akan mendapat dukungan dari para anggotanya dan
bahkan banyak anggota yang akan memberontak. Akibatnya, kepemimpinan mereka tidak berjalan
dengan baik dan mereka sendiri yang akan mengurus organisasi tersebut tanpa bantuan anggotanya. Oleh
sebab itu, wibawa yang tinggi harus dimiliki oleh seorang pemimpin, karena jika tidak berwibawa mereka
tidak akan dipatuhi oleh anggotanya.
Syarat yang ketiga adalah kemampuan. Kemampuan memimpin mutlak harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Mereka harus tahu bagaimana cara memimpin yang baik. Kemampuan tersebut seperti daya
tahan, kesanggupan, manajerial, dan kecakapan secara teknis maupun sosial yang baik dan lebih dari
anggotanya.
Jika seorang pemimpin memiliki kemampuan – kemampuan tersebut, maka dipastikan mereka akan
menjadi seorang pemipin yang berkualitas dan menjalankan organisasinya dengan baik dan benar,
sehingga terciptalah kepemimpinan yang efektif.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menciptakan kepemimpinan yang
efektif harus memiliki tiga macam syarat, yaitu mampu menggerakkan seluruh anggotanya, mendapat
dukungan dari para anggotanya, dan mengetahui bagaimana cara memimpin yang baik.

ESSAY KEPEMIMPINAN
Pemimpin, merupakan kata yang mengandung makna yang luas. Masing-masing orang tentu
berbeda pendapat mengenai pemahaman dari ati kata pemimpin. Jika kita buka catatan sejarah,
orang terdahulu dan bahkan suku pedalaman pun mengetahui arti dari sebuah pemimpin.
Pemimpin menurut mereka adalah orang yang mereka angkat dan dipercaya bisa memandu mereka
ke jalan yang lebih baik. Pemimpin bisa dikatakan pula sebagai orang yang paling berpengaruh
diantara yang lainnya. Namun, apakah itu sosok pemimpin sebenarnya?
Sejarah mencatat banyak orang yang sangat terkenal akan kepemimpinannya. Siapa yang tak
kenal dengan sosok Raja Firaun? Tentu kita mengenal dengan sosok Firaun, setidaknya
mengetahui bagaimana Firaun mampu menghantarkan peradaban Mesir kuno sebagai peradaban
paling maju pada saat zamannya. Bahan hingga saat ini kita masih terkagum dengan karya dan
peninggalan dari sang Raja tersebut. Piramid, Spinx, hingga mumi. Namun apakah dengan
kejayaan Mesir kuno dibawah pimpinan Raja Firaun dapat disimpulkan bahwa pemimpin mereka
adalah pemimpin yang terbaik?
Adolf Hittler, sosok yang diangkat sebagai pemimpin pasukan Nazi dimana pidato dan strategi
berperangnya sangat matang. Dia salah satu sosok yang paling berpengaruh di Eropa bahkan
Dunia. Dia pun sosok yang sangat disegani lawan maupun kawan. Sosok yang dapat menghimpun
sekian juta pasukan untuk membela Negara dan Ideologinya. Namun apakah kepemimpinannya
merupakan kepemimpinan yang bisa kita sebut baik dan benar?
Lalu apa makna pemimpin dan kepemimpinan yang sebenarnya? Pemimpin merupakan orang
yang memiliki tanggung jawab lebih diantara yang lain. Pemimpin bukan sekedar orang yang
paling berpengaruh diantara yang lain dan mampu memajukan seluruh bawahannya. Pemimpin
harus memiliki karakter dan sifat-sifat tertentu. Kepemimpinan bisa dianggap sebagai seni dan
kreatifitas dari pelakunya. Dalam hal memimpin, seharusnya pemimpin yang baik punya karakter
dan sifat tertentu.
Sifat ketuhanan, yang merupakan unsur paling penting dalam melakukan segala perbuatan.
Terutama pemimpin dalam melakukan seluruh kegiatannya. Orientasi pemimpin tentu harus
berlandaskan unsur-unsur ketuhanan yang tentunya agama sebagai pedoman hidup dan sebagai
penghantar kita kepada tujuan yang jelas nilai kebaikannya dimata Tuhan Yang Maha Esa. Bukan
baik dihadapan manusia yang bisa saja berbeda pemahaman dan pandangan akan kepemimpinan
yang baik.
Kuat dan sehat merupakan sifat yang selanjutnya. Kuat berarti kuat dalam segala hal.
Pemikiran, badan, serta mental menjadi hal yang bisa menjadi faktor kesuksesan seorang
pemimpin. Selanjutnya niat yang lurus dan kepemimpinan yan adil sifat selanjutnya. Namun ada
satu hal lain yang tak kalah penting yang harus dimiliki oleh pemimpin. Hal tersebut yaitu
bagaimana pemimpin itu mampu melahirkan pemimpin pemimpin baru yang melanjutkan estafet
perjuangan.
Dalam kepemimpinan, tidak hanya dibutuhkan pemimpin yang bagus saat memimpin dan
memajukan seluruh bawahan yang dipimpinnya. Tetapi jika pemimpin tidak bisa melahirkan
generasi penerusnya maka putuslah sudah perjuangan dan kehancuran golongan tersebut berada di
depan mata.
Kepemimpinanpun bukan hanya perihal menjadi kepala dari suatu badan tapi kepemimpinan
merupakan salah satu jalan untuk menjadi orang yang lebih bermanfaat. Pemimpinpun tidak bisa
hanya berjalan sendirian, karena sejatinya amanah untuk seorang pemimpin sangat besar bahkan
dunia dan seisinyapun tak bisa dan tidak berani untuk memikul amanah yang diberikan kepada
manusia.
Sulit memang untuk menjadi pemimpin yang sempurna. Walaupun dinilai gagal dalam
memimpin, namun tak ada hal yang indah selain mencoba berjuang bersama dalam perjuangan
untuk sebuah kebermanfaatan. Meskipun gugur di tengah jalan, maka sejatinya pemimimpin
tersebut telah gugur bersama perjuangan.
Mahasiswa sebagai agent of change adalah insan muda calon pemimpin (The Future Leader)
bangsa. Sebagai seorang the future leader, mahasiswa di tuntut untuk mengembangkan diri dan
memupuk benih-benih teladan kepemimpinan (The Leadership) di dalam dirinya.
Ketika isu The Leadership Challenge pertama kali di terbitkan, lebih dari dua decade yang lalu,
pesannya mencuat kemana-mana bagaikan mercusuar di pantai karang. Banyak bacaan yang
menawarkan kepada masyarakat suatu strategi untuk sukses, tapi melupakan unsure yang paling
penting dari kepemimpinan.
John C. Maxwell berpendapat, bahwa unsure utama dalam teladan kepemimpinan yang sesungguhnya
adalah hati seorang pelayan. Sementara itu, James Konzes dan Barry Z. Posnet menuliskan ada 5
teladan kepemimpinan, yaitu:
1. Menjadi contoh,
2. Menginspirasi suatu visi bersama,
3. Menantang proses,
4. Memampukan orang lain untuk bertindak
5. Membangkitkan semangat.
( James Konzes dan Barry Z. Posnet, 2006:3)
Sementara itu, Dino Patti Djalal (Staf khusus kepresidenan) dalam bukunya yang berjudul “Harus
Bisa, Seni Memimpin Ala SBY”, memilah kepemimpinan menjadi 6 dimensi, yaitu:
1. Memimpin dalam krisis,
2. Memimpin dalam perubahan,
3. Memimpin rakyat dalam menghadapi tantangan,
4. Memimpin dalam membuat keputusan,
5. Memimpin di pentas dunia,
6. Memimpin diri sendiri.
(Dino Patti Djalal, 2008)
Dalam dinamika kehidupan kemahasiswaan era ini, wacana kepemimpinan menjadi sebuah topik yang
tidak lepas dari perbincangan dan diskusi-diskusi dalam berbagai seminar. Sebagai kaum akademisi,
mahasiswa hendaknya lebih kritis dalam mengahadapi isu The Future Challenge. Namun yang
menjadi persoalan dalam kenyataan sehari-hari, mencari seorang mahasiswa yang memiliki teladan
kepemimpinan menjadi suatu hal yang sangat sulit. Inilah yang kita sebut sebagai “crisis of
leadership”. Semestinya mahasiswa yang notabene adalah calon pemimpin masa depan harus
memampu mengembangkan diri dan memupuk teladan kepemimpinan di dalam dirinya.
Adalah sebuah keprihatinan besar, jika kepemimpinan menjadi hal yang langka dan tidak menarik di
kalangan mahasiswa. Sementara unsure teladan kepemimpinan itu sendiri merupakan modal utama
dalam pengembangan diri seorang calon pemimpin yang baik dan dicintai oleh rakyatnya. Menurut Sun
Tzu (Penulis The Art of War), pemimpin adalah perantara nasib suatu Negara, yaitu seseorang yang
akan menentukan apakah suatu Negara akan memperoleh kedamaian atau kehancuran. (James Clavell,
2003:8)
Ada beberapa alas an utama yang menyebabkan terjadinya crisis leadership di kalangan mahasiswa,
diantaranya:
1 Kurangnya pendidikan dan pelatihan kepemimpinan bagi mahasiswa, sementara pelatihan
kepemimpinan yang ada belum mampu untuk mendidik calon-calon pemimpin yang baik.
2. Peran lembaga kemahasiswaan (BEM, DPM, UKM dll) yang orientasinya telah menyimpang dari
tujuan awal lembaga kemahasiswaan.
3. Kurang efektifnya Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (LKMM) dalam menyiapkan
fungsionaris mahasiswa yang memiliki teladan kepemimpinan.
4. Peningkatan akademik yang tidak diikuti dengan peningkatan pendidikan kepemimpinan bagi
mahasiswa.
Bagaimana cara untuk memunculkan dan menumbuhkan teladan kepemimpinan di dalam diri para
mahasiswa? Ada beberapa hal penting yang tidak beleh terlepas dari diri kita sekaligus menjadi indicator
teladan kempemimpinan di dalam diri kita sendiri. Kunci utama dalam menumbuhkan jiwa
kepemimpinan itu adalah dimulai dari dalam diri kita sendiri, cobalah untuk berdamai dengan diri kita.
Sebagaimana dimensi kepemimpinan yang ditulisakan oleh Dino Patti Djalal unsure yang ke enam yaitu
memimpin diri sendiri. Dalam hal ini berhentilah menyalahkan diri sendiri dan keadaan, karena itu akan
menghambat potensi dirimu. (Budi Adipatra dan Eva Yunita, 2006:92)
Dengan memimpin diri kita sendiri, maka unsure kepemimpinan lainnya akan muncul dengan
sendirinya. Seperti pepatah Cina kuno, pemimpin yang hebat, bukanlah orang yang mampu memimpin
ribuan pasukan di medan parang, tetapi pemimpin yang hebat adalah orang yang mampu memimpin
dirinya sendiri. Disamping itu semua, sebagai sebuah stimulus dan pendidikan kepemimpinan, perlu
adanya sebuah mata kuliah khusus untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan untuk diajarkan di
kampus-kampus, di samping mata kuliah khusus lainnya. Peningkatan peran dan fungsi lembagai
kemahasiswaan sebagai lembaga pengukir generasi muda yang memiliki teladan kepemimpinan harus
lebih ditingkatkan orientasinya. Dengan ini semua, niscaya beberapa tahun ke depan negeri ini akan
dipenuhi oleh generasi muda yang memiliki teladan kepemimpinan.
Identitas mahasiswa sebagai agent of change masih kental terasa. Dengan peran mahasiswa
sebagai penerus, pembangun, dan calon pemimpin masa depan yang akan menjadi ujung tombak
mengelola bangsa ini. Artinya, mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan merupakan bagian
dari perubahan segi akademis dan juga pembangun bangsa untuk lebih maju kedepannya.
Saat ini karakter mahasiswa yang dibutuhkan adalah bukan sekedar mahasiswa yang pintar
dalam akademisnya saja, tetapi juga yang pandai berbicara, profesional dalam kehidupan,
kemudian senantiasa kontrbutif terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk menggapai karakter yang
di atas tidaklah mudah. Mahasiswa memerlukan konsep dan tindakan nyata untuk membangun
sikap demi mencapai itu semua. Beberapa diantaranya yaitu (1) membangun jiwa kepemimpinan;
(2) menjadi orang yang berintegritas; dan (3) membangun integritas kepemimpinan. Dengan
menggunakan ketiga konsep tersebut, mahasiswa diharapkan mampu menjalankan perannya
sebagai penerus, pembangun, dan calon pemimpin masa depan yang baik.
1. Membangun Jiwa Kepemimpinan
Didefinisikan oleh Stoner, Freeman dan Gilbert (1995), Kepemimpinan adalah proses
dalam mengarahkan dan memengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus
dilakukan. Pemimpin dapat didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki kemampuan untuk
memengarui perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang
dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka.
Kepemimpinan merupakan suatu perilaku yang utuh, konsisten, komitmen dari seorang
pemimpin dalam perkataan sama dengan tindakannya, memiliki kemampuan dan sistem nilai yang
dianutnya, yang ditampakkan dalam sikap hidupnya sehari-hari dimanapun ia berada dan dengan
siapapun, terutama dalam tugas dan fungsinya sebagai pimpinan.
Kepemimpinan itu dikembangkan, bukan ditemukan. Orang yang terlahir sebagai
pimpinan sejati akan selalu menonjol, tetapi untuk tetap konsisten, karakteristik kepemimpinan
alamiah haruslah dikembangkan. Menurut John Maxwell dalam bukunya Mengembangkan
Kepemimpinan bahwa : “Kepemimpinan optimal adalah hasil pelatihan, bukan dilahirkan. Harus
diraih , bukan diberikan.”
Dijelaskan oleh Ngalim Purwanto bahwa : “Kepemimpinan sebagai sekumpulan dari
serangkaian kemampuan dan sifat kepribadian yang dijadikan sebagai sarana untuk meyakinkan
orang lain agar mau melaksanakan tugas secara sukarela”. Berdasarkan pendapat dari para ahli di
atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dipandang sebagai suatu kemampuan dan sifat-sifat
kepribadian yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan
yang sudah ditentukan.
Bakat kepemimpinan itu sebenarnya tidaklah dilahirkan. Bakat tersebut muncul melalui
keterampilan yang terus-menerus diasah dan dikembangkan. Semua didapat melalui latihan-
latihan yang memakan waktu cukup lama.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan dan melatih jiwa kepemimpinan
kita. Misalnya, mengikuti organisasi kampus atau UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Dengan
mengikuti organisasi, kita bisa mengasah kemampuan berkomunikasi, berdiskusi, dan
berinteraksi. Selain itu kita juga dapat membentuk pola pikir yang lebih baik. Namun rasa malas
juga mempengaruhi banyak mahasiswa untuk tidak berorganisasi, beberapa diantara mereka
mengatakan berorganisasi hanya banyak menguras tenaga, bahkan ada yang berpendapat bahwa
berorganisasi hanya membuang-buang waktu saja.
Semua tergantung pada pribadi masing-masing. Mau dilihat dari segi positifnya kah atau
negatifnya. Padahal jika rasakan, organisasi banyak memberikan nilai-nilai yang positif
dibandingkan negatifnya. Contohnya, berorganisasi sangat membantu mahasiswa dalam
membangun soft skill seperti jiwa kepemimpinan untuk persiapan dunia pasca sarjana.
2. Menjadi Orang yang Berintegritas
Salah satu kualitas dan karakteristik yang diperlukan dalam kepemimpinan adalah
Integritas. Intergritas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diartikan sebagai mutu, sifat
atau keadaan yang menunjukkan kesatuan potensi yang utuh sehingga memiliki potensi dan
kemampuan yang memancarkan kewibawaan. Definisi integritas sendiri, menurut para ahli adalah
konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan
keyakinan. Menurut Sthepen R. Covey, ”Integritas berarti kita melakukan apa yang kita lakukan
karena hal tersebut benar dan bukan karena sedang digandrungi orang atau sesuai dengan tata
krama. Gaya hidup, yang tidak tunduk kepada godaan yang memikat dari sikap moral yang mudah,
akan selalu menang."
Integritas juga bisa memiliki arti lebih umum dalam percakapan sehari-hari. Kita
menggunakannya untuk menggambarkan kualitas yang berhubungan dengan kebenaran dan
moralitas. Integritas mengandung arti bahwa kita adalah orang yang ‘lurus’, jujur dan tulus. Kita
bisa dipercayai karena adanya konsistensi kata, sifat dan tindakan. Inilah wujud luar dari integritas
yang tertanam dalam batin.
Mahasiswa yang berintegritas berarti berkarakter, berprinsip serta konsisten di dalam
menjalankan kehidupan. Akan tetapi, masih banyak ditemukan sikap inkonsistensi yang
ditunjukkan oleh mahasiswa itu sendiri. Seperti contoh berikut; bentuk inkonsistensi yang paling
sering ditemukan adalah menunda-nunda atau malas untuk membuat tugas kuliah.
Bagi sebagian mahasiswa, melakukan rutinitas perkuliahan kadangkala terasa
membosankan. Selama mahasiswa menganggap kuliah sebagai beban. Maka kuliah akan terasa
berat dijalani. Sehingga pada akhirnya mahasiswa akan bermalas-malasan dalam menjalankan
aktivitasnya. Untuk itu perlu adanya niat dan konsistensi pada seorang mahasiswa agar supaya
dapat menjadi mahasiswa yang berprinsip dan terhindar dari sikap inkonsistensi.
3. Membangun integritas kepemimpinan
Membangun integritas kepemimpinan merupakan bentuk konsisten menumbuhkan dan
menunjukkan keteladanan dalam mempengaruhi orang lain berarti memberikan daya dorong untuk
memotivasi dirinya dalam membangun integritas, yang secara tak langsung mendorong orang lain
untuk memahami secara mendalam prinsip dalam menumbuh kembangkan integritas yang kita
sebut dengan sikap berprinsip.
Pemimpin dengan integritas adalah seorang yang mempunyai kepribadian utuh dalam kata
dan perbuatan. Sebagaimana perilakunya di depan umum, begitulah kenyataan kehidupannya.
Sebagai seorang pemimpin, ia selalu melakukan apa yang dikatakannya dan mengatakan apa yang
dilakukannya.
Integritas adalah modal utama seorang pemimpin, namun sekaligus modal yang paling
jarang dimiliki oleh pemimpin. Integritas ialah keadaan dimana sesuatu sama dan lengkap dalam
suatu kesatuan. Artinya : “Kata-kata saya sesuai dengan perbuatan saya, kapanpun dan dimanapun
saya berada”. Orang yang berintegritas ialah orang yang punya prinsip, orang yang memiliki
kepribadian yang teguh dan mempertahankannya dengan konsisten.
Integritas berhubungan dengan dedikasi atau pengerahan segala daya dan upaya untuk
mencapai satu tujuan. Integritas ini yang menjaga seseorang supaya tidak keluar dari jalurnya
dalam mencapai sesuatu. Seorang pemimpin yang berintegritas, tidak akan mudah korupsi atau
memperkaya diri dengan menyalahgunakan wewenang. Seorang pengusaha yang berintegritas
tidak akan menghalalkan segala cara supaya usahanya lancar dan mendapatkan keuntungan tinggi.
Singkatnya, orang yang memiliki integritas tetap terjaga dari hal-hal yang merugikan serta
menyimpang dari tujuan mulia.
Menurut Dwight Eisenhower : “Untuk menjadi pemimpin, seseorang harus memiliki
pengikut. Dan untuk memiliki pengikut, seseorang harus memiliki rasa percaya. Tetapi syarat
terutama bagi seorang pemimpin adalah integritas”.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang integritas, maka dapat disimpulkan bahwa:
Integritas dalam kepemimpinan adalah Suatu perilaku yang utuh, konsisten, komitmen dari
seorang pemimpin dalam perkataan sama dengan tindakannya, memiliki kemampuan dan sistem
nilai yang dianutnya, yang ditampakkan dalam sikap hidupnya sehari-hari dimanapun ia berada
dan dengan siapapun terutama dalam tugas dan fungsinya sebagai pimpinan.
Untuk dapat mengembangkan integritas kepemimpinan berikut adalah strategi atau
langkah-langkah untuk mencapainya:
1). Hargai kolega atau orang-orang disekeliling. Bangun kepercayaan antar individu dan ciptakan
keharmonisan.
2). Perkuat nilai-nilai bersama. Ciptakan komunikasi yang memiliki kebanggaan tertentu dan
temukan dasar-dasar pijakan bersama.
3). Kembangkan kemampuan atau keterampilan seorang pemimpin. Berdayakan orang lain sampai
kepuncak karir dan kembangkan kepemimpinan setiap orang.
4). Kembangkan pelayanan. Jadikan diri anda contoh nyata. Mudah dicari dan mudah diajak
bicara. Kembangkan sistem dan prosedur kerja.
5). Pertahankan dan bahkan tingkatkan faktor kepercayaan yang anda miliki, bersikap optimistis,
antusias dan tunjukkan semangat dan kecintaan pada bawahan, tunjukkan bahwa anda layak
dipercaya.
Strategi ini dapat dicapai, apabila seorang pimpinan mau bekerja keras dan berkorban
untuk menggapainya. Tidak ada kesuksesan yang tidak membutuhkan pengorbanan.
Kesimpulan
Peran mahasiswa tidak bisa lepas dari pembangunan dan peranannya yang penting. Dalam
peranannya untuk pembangunan masa depan atau penentu masa depan bangsa, diharapkan
mahasiswa mampu dan sanggung untuk memberikan perubahan dan pembangunan bangsa.
Untuk itu, kita sebagai generasi muda, hendaknya menjadi orang-orang yang jujur,
berkararter, dan menjunjung tinggi konsistensi. Agar nantinya kita dapat menjadi pemimpin yang
amanah dan berintegritas tinggi untuk bangsa.

DAFTAR PUSTAKA
1. Jonathan Lamb, Integritas - Jakarta : Perkantas – Divisi Literatur, 2008
2. John C. Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda. Jakarta : Binarupa
Aksara,1995
3. Em Zul Fajri & Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia - Difa Publisher
4. Jhon C Maxwell, Mengembangkan Kepemimpinan di sekitar anda , PT Mitra Media, 2001.
5. Dr. Danny Lasut, MBA, Lima Pola Kepemimpinan Rohani , Total Mega Inovatif, 1998

Anda mungkin juga menyukai