Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(An-Nahl/16: 125)
Jika berbicara mengenai dakwah kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari
kata kerja da'a- yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan. Jadi, secara
sederhana dakwah dapat diartikan dengan kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak
dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada ajaran agama, dalam hal ini
agama Islam. Tugas berdakwah diemban oleh setiap kaum Muslim sebagaimana
dinukilkan dalam salah satu hadis “sampaikanlah olehmu walau satu ayat”. Mungkin
ada yang bertanya mengapa kita mesti berdakwah? Bukankah yang paling penting
adalah menyelamatkan diri masing-masing? Pertanyaan ini cukup masuk akal, karena
tantangan dakwah saban hari semakin kompleks.
Dakwah sejatinya adalah merupakan konsep Islam yang paling demokratis. Kata
dakwah (bahasa arab) berasal dari da’a-yad’u-dakwatan artinya menyeru,
memanggil, dan menjamu. Allah memberi pesan agar dalam berdakwah disampaikan
dengan bi-hikmah wa al-mauidhat al-hasan wa jadil-hum bi-lati hiya hasan. (QS.
An-Nahl:125). Hikmah adalah hal yang utama dari segala sesuatu baik lisan maupun
perbuatan, yang lahir dari pepaduan ilmu dan arif. Al-maudhat al-hasan yakni uraian
yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikaaan. Wa jadilhum bi-lati haya
ahsan yakni dialog dengan argumen yang paling baik (shihab, 2009:775-776) dengan
demikian dakwah merupakan jalan untuk menyebarluaskan ajaran Islam yakni ajaran
dari Allah SWT kepada manusia secara cerdas dan memperhatikan sasaran
masyarakat atau umat yang didakwahi, bukan sebagai jalan yang sepihak atau
minolitik apalagi dengan jalan kekerasan.
Namun spirit dasar Islam menghendaki keselamatan seluruh alam (QS. Al-Anbiya’
[21]:107), karena Islam bukanlah agama untuk satu orang sebagaimana halnya
Budha. Islam juga bukan agama suku bagi bangsa tertentu seperti Yahudi, melainkan
agama paripurna yang berlaku untuk konteks kini, di sini dan nanti. Islam yang sama-
sama kita ketahui sebagai satu-satunya agama yang masih original dan merupakan
gerbang keselamatan dunia dan akhirat, namun tidak membenarkan adanya
pemaksaan kepada seseorang untuk memeluk agama (Islam) karena sudah jelas
perbedaan antara jalan yang benar dan jalan yang salah (al-Baqarah [2] : 256).
Dengan demikian agak aneh ketika ada orang atau sekelompok orang yang
menggunakan “tangan besi” dalam menyebarkan paham keagamaannya.
Sebagaimana disinggung di atas, bahwa tugas dakwah diemban oleh setiap kaum
Muslim. Dalam mengaktualisasikannya para pendakwah (da’i) mesti menabur pesan-
pesan Ilahi itu ke segenap aspek kehidupan, termasuk aspek kalangan mahasiswa.
Selaku agent of change, mahasiswadituntut untuk berperan aktif dalam meredam
penyakit moral seperti pergaulan bebas, mewabahnya korupsi, dan persoalan-
persoalan keummatan lainnya. Salah satu organisasi mahasiswa yang masih eksis
mengedepankan visi amar ma’ruf nahi munkar adalah Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM). Dalam tulisan ini penulis akan mengulas secara gamblang
berkenaan dengan gerakan dakwah yang dibangun oleh salah satu organisasi ortonom
(ortonom) Muhammadiyah tersebut.
Kitab suci al-Qur’an menyatakan secara eksplisit adanya jaminan keunggulan dan
superioritas, termasuk kemenangan dan kesuksesan yang dikaruniakan Tuhan kepada
mereka yang beriman dan berilmu (Qs al-Mujȃdalah [58] : 11).Beriman, berarti
mempunyai tujuan yang benar yakni ridla Tuhan, sedangkan berilmu berarti mengerti
ajaran secara benar.Ilmu dan iman bak dua sisi mata uang yang sama. Keberadaan
yang satu mesti didukung oleh yang lain. Albert Eisten mengatakan “iman tanpa ilmu
seperti orang buta dan ilmu tanpa iman laksana orang lumpuh”.
Ada banyak metode dakwah yang ditampilkan sebut saja, M.Quraish Shihab dengan
metode tafsir al-Misbhanya, M.Nur Maulana dengan slogan Islam itu indah, AA Gym
yang mengusung Manajemen Qolbu, dan masih banyak lagi pendakwah lainnya yang
tidak mungkin kita sebutkan di sini satu persatu.IMM menggarap celah lain yang
sempat tertinggal dari sorotan pendakwah tersebut dengan merambah tiga ranah
sebagaimana keagamaan (dalam artian khusus),keilmuan, dan pengabdian pada
masyarakat. IMMperlu menjalin kerja sama, agar tidak terjadi adanya “rebutan
jamaah” antara satu organisasi dengan organisasi yang lain. Dengan demikian
diharapkan pesan dakwah Islam dapat membumi hingga terwujudnya baldatun
toyyibatun worabbun ghofur.