KEGIATAN :
PENGEMBANGAN PASAR DAN DISTRIBUSI BARANG / PRODUK
PEKERJAAN :
PERENCANAAN PENATAAN PASAR CITEUREUP
2012
DAFTAR ISI
SYARAT - SYARAT TEKNIS
Halaman
Pasal 8 : Pasal 9 : Pasal 10 : Pasal 11 : Pasal 12 : Pasal 13 : Pasal 14 : Pasal 15 : Pasal 16 : Pasal 17 : Pasal 18 : Pasal 19 : Pasal 20 : Pasal 21 : BAB II Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 BAB III : : : : : :
LINGKUP PEKERJAAN ................................................................. . Bab I- 1 MEMULAI KERJA .......................................................................... . Bab I- 1 MOBILISASI ................................................................................... . Bab I- 2 PAPAN NAMA PROYEK ............................................................... . Bab I- 2 KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN .................................... . Bab I- 2 RENCANA KERJA ......................................................................... . Bab I- 3 DIREKSI KEET, LOS KERJA DAN GUDANG BAHAN, PAGAR PROYEK ............................................................................ . Bab I- 3 KEBERSIHAN DAN KESELAMATAN KERJA ........................... . Bab I- 4 TENAGA DAN SARANA KERJA ................................................. . Bab I- 5 PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN. Bab I- 6 LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN ................ . Bab I- 7 PENJELASAN RKS DAN GAMBAR ............................................ . Bab I- 8 TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR / PEMBORONG ............ . Bab I-11 KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN-BAHAN ......................... Bab I-12 PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN ............................................... . Bab I-14 SUPPLIER & SUB KONTRAKTOR .............................................. . Bab I-14 PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA ................................................. Bab I-15 DRAINASE / SALURAN ................................................................ . Bab I-15 PENGUKURAN KONDISI TAPAK & PENENTUAN PEIL + 0.0... Bab I-16 PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN BANGUNAN ( BOUWPLANK ) ............................................................................ . Bab I-18 PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN ......................................... . Bab I-19 SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PEMBONGKARAN DAN PEKERJAAN TANAH U M U M .......................................................................................... . PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN ................................... PERLINDUNGAN INSTALASI EXISTING .................................. . PEKERJAAN TANAH .................................................................... . GALIAN STRUKTUR ..................................................................... . URUGAN DAN PEMADATAN ..................................................... . SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR Bab II- 1 Bab II- 1 Bab II- 2 Bab II- 2 Bab II- 4 Bab II- 9
Pasal 1 : PEKERJAAN STRUKTUR BETON ............................................ . Bab III- 1 Pasal 2 : PENYEKAT-PENYEKAT AIR .................................................... . Bab III-13
RKS Teknis Daftar Isi-1
Pasal 3 : PEKERJAAN SPARING ............................................................... . Bab III-14 Pasal 4 : PEKERJAAN WATERPROOFING ............................................. . Bab III-14 Pasal 5 : PEKERJAAN STRUKTUR BAJA ................................................ . Bab III-18 BAB IV Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 : : : : : : : : SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURAN ............................. . PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI .................................... . PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA & BATAKO PRESS .. PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL ............................ . PEKERJAAN PLESTERAN ......................................................... . PEKERJAAN KAYU .................................................................... . PEKERJAAN KUSEN DAN PINTU BESI .................................. . PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA ( ALAT PENGGANTUNG & PENGUNCI ) .............................. . PEKERJAAN LOGAM ARSITEKTUR ....................................... . PEKERJAAN PERLINDUNGAN .................................................. PEKERJAAN PENGECATAN ..................................................... . PEKERJAAN DINDING PARTISI ............................................... . PEKERJAAN ATAP METAL ...................................................... . PEKERJAAN TALANG VERTIKAL .......................................... . PEKERJAAN DINDING GRC ....................................................... PEKERJAAN PEMBERSIHAN, PEMBONGKARAN DAN PENGAMANAN SETELAH PEMBANGUNAN ........................ . Bab IV- 1 Bab IV- 2 Bab IV- 3 Bab IV- 5 Bab IV- 9 Bab IV-12 Bab IV-15 Bab IV-15 Bab IV-20 Bab IV-25 Bab IV-29 Bab IV-34 Bab IV-35 Bab IV-37 Bab IV-39 Bab IV-40
BAB V
Pasal 1 : PEKERJAAN PERKERASAN JALAN DAN PARKIR ............... . Bab V- 1 Pasal 2 : PEKERJAAN PERLENGKAPAN LUAR DAN PERTAMANAN. Bab V- 2 Pasal 3 : PEKERJAAN SALURAN DRAINASE ........................................ . Bab V- 3 BAB VI SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL / ELEKTRIKAL
Pasal 1 : U M U M ........................................................................................ . Bab VI- 1 Pasal 2 : PERSYARATAN PELAKSANAAN ............................................ . Bab VI- 1 Pasal 3 : LINGKUP PEKERJAAN .............................................................. . Bab VI-10 BAB VII SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 : : : : U M U M ....................................................................................... . PRINSIP PENYEDIAAN DAYA LISTRIK .................................. LINGKUP PEKERJAAN .............................................................. . GAMBAR-GAMBAR ................................................................... . Bab VII- 1 Bab VII- 1 Bab VII- 1 Bab VII- 2
Daftar Isi-2
RKS Teknis
Pasal 5 : KETENTUAN-KETENTUAN INSTALASI ................................ . Bab VII- 3 Pasal 6 : PENGUJIAN / PENYETELAN PERALATAN DAN SISTIM . Bab VII-20 BAB VIII SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PLUMBING / SANITASI Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 : : : : : : U M U M ...................................................................................... . LINGKUP PEKERJAAN ............................................................. . TEKNIS UMUM PELAKSANAAN ............................................ . INSTALASI AIR BERSIH ........................................................... . INSTALASI AIR KOTOR / AIR BUANGAN ............................ . PERSYARATAN KONSTRUKSI UMUM MOTOR POMPA . Bab VIII- 1 Bab VIII- 1 Bab VIII- 2 Bab VIII- 3 Bab VIII- 6 Bab VIII- 8
RKS Teknis
Daftar Isi-3
BAB I
SYARAT - SYARAT UMUM DAN TEKNIS
Pasal 1 LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor / Pemborong meliputi bagian-bagian pekerjaan yang dinyatakan dalam Gambar Kerja serta Buku Rencana Kerja dan Syaratsyarat Teknis ini. 1.1. PEKERJAAN PEMBANGUNAN BANGUNAN BARU Pembangunan Meliputi : Bangunan Kios. 8X10 Pembongkaran Bangunan Kios Existing. Sesuai dengan Gambar Kerja dan RKS. 1.2. PEKERJAAN SITE DEVELOPMENT. Termasuk dalam pekerjaan ini perataan / pembersihan dan melaksanakan pekerjaan site development sesuai Gambar Kerja dan RKS. 1.3. PEKERJAAN PERSIAPAN. Meliputi : mobilisasi peralatan, pengadaan sarana komunikasi, pengadaan air dan listrik untuk bekerja dan pembongkaran bangunan existing. 1.4. PEKERJAAN SIPIL, ARSITEKTUR, PLUMBING / SANITASI. Sesuai dalam Gambar Kerja. MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN
Pasal 2 MEMULAI KERJA Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal penunjukan dan perintah kerja pelaksanaan pekerjaan (SPK), pihak Kontraktor / Pemborong harus sudah memulai melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan. Apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor / Pemborong yang ditetapkan belum melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan ketentuan yang telah dibuat oleh Panitia / Owner.
RKS-Teknis
Bab I-1
Pasal 3 : MOBILISASI Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut : 3.1. Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi yang diajukan bersama penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini. 3.2. Pembuatan kantor Kontraktor / Pemborong, gudang dan lain-lain di lokasi proyek untuk keperluan pekerjaan ini. 3.3. Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong dapat membuat berbagai perubahan, pengurangan dan atau penambahan terhadap alat-alat konstruksi dan instalasinya. 3.4. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan memulai kerja, Kontraktor / Pemborong harus menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.
Pasal 4 PAPAN NAMA PROYEK Kontraktor / Pemborong harus memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas biaya Kontraktor / Pemborong.
Pasal 5 KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN 5.1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor / Pemborong wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau biasa disebut Site Manajer yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor / Pemborong, berpendidikan minimal Sarjana Muda Teknik Sipil / Arsitektur atau sederajat dengan pengalaman minimum 6 (enam) tahun. 5.2. Dengan adanya Pelaksana tidak berarti bahwa Kontraktor / Pemborong lepas tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya. 5.3. Kontraktor / Pemborong wajib memberitahu secara tertulis kepada Pemimpin / Ketua Proyek dan Konsultan Pengawas, nama dan jabatan Pelaksana untuk mendapat persetujuan. 5.4. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pemimpin / Ketua Proyek dan Konsultan Pengawas bahwa Pelaksana dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Kontraktor / Pemborong secara tertulis untuk mengganti Pelaksana.
RKS-Teknis Bab I-2
5.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor / Pemborong harus sudah menunjuk Pelaksana yang baru atau Kontraktor / Pemborong sendiri (Penanggung Jawab / Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.
Pasal 6 RENCANA KERJA 6.1 Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor / Pemborong wajib membuat Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa bar chart dan S-curve bahan dan tenaga.
6.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima oleh Kontraktor / Pemborong. Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pemberi Tugas / Pemimpin / Ketua Proyek. 6.3. Kontraktor / Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 2 (dua) kepada Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan Perencana. 1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding bangsal Kontraktor / Pemborong di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan / prestasi kerja. 6.4. Kontraktor / Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan penbangunan pekerjaan sesuai dengan Rencana Kerja tersebut. 6.5. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor / Pemborong berdasarkan Rencana Kerja tersebut.
Pasal 7 DIREKSI KEET, LOS KERJA DAN GUDANG BAHAN, PAGAR PROYEK 7.1. Direksi Keet ( Los Pengawas ). Kontraktor / Pemborong harus menyediakan Direksi Keet (Los Pengawas) untuk keperluan Pengawas Lapangan dan Personalia Proyek dengan bahan semi permanen 2 seluas 24 m ( Ruang Konsultan Pengawas dan Ruang Rapat ), lantai diplester, dinding tripleks / papan / asbes, diperlengkapi dengan kursi, meja, serta alat-alat kantor yang diperlukan. Dalam hal ini Kontraktor / Pemborong dapat memanfaatkan sementara ruangan/lokasi pada area bangunan yang belum/tidak dibongkar yang akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas. 7.2. Kantor Pemborong, Los Kerja Dan Gudang Bahan. Kontraktor / Pemborong atas biaya sendiri berkewajiban membuat kantor Pemborong di lapangan, los kerja untuk para pekerja dan gudang bahan yang dapat dikunci untuk menyimpan barang-barang, yang mana tempatnya / lokasinya akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas / Personalia Proyek.
RKS-Teknis Bab I-3
7.3. Kontraktor / Pemborong berkewajiban menjaga keamanan dan kebersihan los Pemborong, los Pengawas beserta inventarisnya. 7.4. Pagar Pengaman Proyek. Untuk keamanan lapangan kerja, bila dianggap perlu Direksi / Pemilik dapat memerintahkan kepada Kontraktor / Pemborong untuk memagari sekelilingnya sehingga aman. Biaya untuk keperluan ini akan dimasukan didalam penawaran Pemborong . Tinggi Pagar Proyek minimum 1,80 m dari permukaan tanah dengan bahan dari seng gelombang BJLS 32 dicat, kolom setempat / tiang pagar dari kayu Dolken / kayu Borneo ukuran 5/7, memenuhi persyaratan kekuatan dan atau sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah setempat. 7.5. Kantor Pemborong, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat dan dibiayai oleh Kontraktor / Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan / pekerjaan tersebut, harus segera dibongkar/dibersihkan oleh Kontraktor / Pemborong, dan bahan-bahan bekasnya menjadi milik Kontraktor / Pemborong. 7.6. Direksi Keet dan Pagar pengaman proyek (butir 7.1. dan 7.4.) yang dibuat oleh Kontraktor / Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan / pekerjaan tersebut akan ditentukan pemanfaatannya oleh Proyek, namun apabila dianggap perlu Direksi dapat memerintahkan kepada Kontraktor / Pemborong untuk segera membongkarnya dan membersihkannya, dan bahan-bahan bekasnya diserahkan kepada Proyek.
Pasal 8 KEBERSIHAN DAN KESELAMATAN KERJA 8.1. Selama masa pekerjaan, Kontraktor / Pemborong harus senantiasa memelihara kebersihan lokasi pekerjaan, setiap saat sampah-sampah pekerjaan selalu diangkut dan dikumpulkan di suati tempat yang telah ditentukan. 8.2. Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja dan personil yang terlibat dalam proyek. 8.3. Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK di tempat pekerjaan. 8.4. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas. Dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya.
RKS-Teknis
Bab I-4
8.5. Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor / Pemborong selekas mungkin memberitahukan kepada Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan itu. 8.6. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor / Pemborong wajib menyediakan tabung alat pemadam kebakaran (Fire Extinguisher) lengkap dan siap pakai, dengan jumlah sekurang-kurangnya 4 (empat) buah tabung. Masing-masing tabung berkapasitas 12 kg. 8.7. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja Nomor 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum, Pihak Kontraktor / Pemborong yang sedang melaksanakan pembangunan / pekerjaan agar ikut serta dalam program ASTEK dan memberitahukan secara tertulis kepada Pemimpin Proyek.
Pasal 9 TENAGA DAN SARANA KERJA Kontraktor / Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan diserah-terimakannya pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas. 9.1. TENAGA KERJA / TENAGA AHLI Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan. 9.2. PERALATAN BEKERJA Menyediakan alat-alat bantu seperti mesin las, alat bor, alat-alat pengangkat dan pengangkut serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. 9.3. BAHAN-BAHAN BANGUNAN Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya. 9.4. PENYEDIAAN AIR DAN LISTRIK UNTUK BEKERJA 9.4.1. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor / Pemborong dengan membuat sumur pompa sementara di lokasi proyek atau di-supply dari luar.
RKS-Teknis Bab I-5
9.4.2. Air harus bersih, bebas dari : bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari Konsultan Pengawas / Direksi. 9.4.3. Kontraktor / Pemborong harus membuat bak penampung air untuk bekerja 3 yang senantiasa terisi penuh dengan kapasitas minimum 3,5 m . 9.4.4. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor / Pemborong dan diperoleh dari sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan. Penggunaan Genset untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara apabila sambungan sementara PLN tidak memungkinkan dan harus atas petunjuk Konsultan Pengawas.
Pasal 10 : PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN 10.1. PERSYARATAN PELAKSANAAN. Untuk menghindari klaim dari User / Proyek dikemudian hari, maka Kontraktor / Pemborong harus betul-betul memperhatikan pelaksanaan pekerjaan struktur dengan memperhitungkan ukuran jadi (finished) sesuai persyaratan ukuran pada gambar kerja dan penjelasan RKS. Kontraktor / Pemborong wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas. Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan, pemborong harus menyediakan : 1. Penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya selama pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut kontrak. 2. Buku komunikasi untuk kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek. 3. Buku Tamu untuk kunjungan tamu-tamu yang tidak ada hubungannya dengan proyek. 4. Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari pekerjaan. 5. Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah : 1 (satu) kamera. 1 (satu) alat ukur schuifmat. 2 (dua) alat ukur optik ( theodolit & waterpass). 1 (satu) mesin tik standar 18 atau 1 (satu) unit komputer dan printer. 1 (satu) alat ukur panjang 5 m & 50 m. 1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cm.
RKS-Teknis Bab I-6
10.2. STANDAR YANG DIPERGUNAKAN. Semua pekerjaan yang akan silaksanakan harus mengikuti Standar Normalisasi Indonesia, Standar Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan, antara lain : PUBI-1982 NI-8 NI-10 PPI-1979 PUIL-1977 PPBI-1984 SII : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia. : Peraturan Semen Portland Indonesia. : Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan. : Pedoman Plumbing Indonesia. : Peraturan Umum Instalasi Listrik. : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia. : Standar Industri Indonesia. NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.
SK SNI T-15-1991-03 ( PBI-1991 ) : Peraturan Beton Bertulang Indonesia. AVWI Serta : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981. Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Tentang Keselamatan Tenaga Kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum penanggulangan bahaya kebakaran. Nomor 02/KPTS/1985 tentang : Peraturan Umum Instalasi Air.
Jika tidak terdapat di dalam Peraturan / Standar / Normalisasi tersebut di atas, maka berlaku Peraturan / Standar / Normalisasi Internasional ataupun dari negara asal produsen bahan / material / komponen yang bersangkutan. Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini : Dokumen Lelang yang sudah disahkan oleh Pemberi Tugas (Gambar Kerja, RKS, BQ, BA, Aanwijzing dan Surat Perjanjian / Kontrak ). Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor / Pemborong dan sudah disetujui / disahkan oleh Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas.
Pasal 11 : LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN 11.1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik bersifat teknis maupun administratif. 11.2. Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor / Pemborong harus memberikan data-data yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.
RKS-Teknis Bab I-7
11.3. Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh Pengawas Lapangan dari Konsultan Pengawas. 11.4. Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya, harus diserahkan kepada Pemimpin Proyek untuk bahan monitoring.
Pasal 12 : PENJELASAN RKS DAN GAMBAR 12.1. Bila gambar yang menyangkut spesifikasi teknis tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat / berlaku adalah RKS. 12.2. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignemen, lokasi seksi (bagian) dan detail gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor / Pemborong harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam gambar atau dari ketidak-sesuaian antara gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam gambar dan spesifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan darurat konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis. 12.3. Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya. Permukaan-permukaan pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis, lapisan bagian dan ukuran yang tercantum dalam gambar, kecuali bila ada ketentuan lain dari Konsultan Pengawas. 12.4. UKURAN. 12.4.1. Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar Pelengkap meliputi : As - as Luar - luar Dalam - dalam Luar - dalam. 12.4.2. Ukuran - ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam Centi meter ( cm ) untuk pekerjaan Arsitektur dan Sipil, dan ukuran Milimeter ( mm ) untuk pekerjaan Baja dan Mekanikal / Elektrikal. 12.4.3. Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur, pada dasarnya adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan jadi / selesai ( finished). 12.4.4. Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor / Pemborong wajib melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan.
RKS-Teknis Bab I-8
12.4.5. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran skala tidak boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis. Kontraktor / Pemborong tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuranukuran yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan Konsultan Pengawas / Direksi, dan segala akibat yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor / Pemborong baik dari segi biaya maupun waktu. 12.5. PERBEDAAN GAMBAR. 12.5.1. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat (berlaku). 12.5.2. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil / Struktur, maka Kontraktor / Pemborong wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas yang akan memutuskannya setelah berkonsultasi dengan Konsultan Perencana. 12.5.3. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak-telitian di dalam pelaksanaan satu bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka didalam hal terdapat ketidak-jelasan, kesimpang-siuran, perbedaanperbedaan dan ataupun ketidak-sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor / Pemborong diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas secara tertulis dan selanjutnya diadakan pertemuan dengan Konsultan Pengawas / Direksi dan Konsultan Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan. 12.5.4. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor / Pemborong untuk memperpanjang / meng-klaim biaya maupun waktu pelaksanaan. 12.6. ISTILAH. Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin adalah sebagai berikut : SD : Site Development, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan dinding beton, batu kali penahan tanah, pengerasan di luar bangunan, penanaman rumput, pohon peneduh, perdu dan lain-lainnya. SR : Struktur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan konstruksi, bahan konstruksi utama dan spesifikasinya, dimensioning kolom, balok dan tebal lantai.
AR : Arsitektur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan bangunan secara menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja yang ada baik teknis maupun estetika.
RKS-Teknis Bab I-9
: Mekanikal, yang ada hubungannya dengan sistim air bersih-air kotordrainase, sistim pemadam kebakaran, sistim instalasi diesel-generator set dan sistim pengkondisian udara (AC). : Elektrikal, yang ada hubungannya dengan sistim penyediaan daya listrik dan penerangan.
EL
12.7. SHOP DRAWING. 12.7.1. Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat oleh Kontraktor / Pemborong berdasarkan gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan lapangan. 12.7.2. Kontraktor / Pemborong wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan Pengawas. 12.7.3. Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak maupun di dalam Buku ini. 12.7.4. Kontraktor / Pemborong wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas / Direksi. 12.7.5. Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor / Pemborong dan diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuain dengan format standar dari proyek dan harus digambar pada kertas kalkir yang dapat direproduksi.
12.8. PERUBAHAN,
PENAMBAHAN,
PENGURANGAN
PEKERJAAN
DAN
PEMBUATAN AS BUILT DRAWING. 12.8.1. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak. 12.8.2. Setelah pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor / Pemborong berkewajiban membuat gambar-gambar yang memuat seluruh perubahan, dan sesuai dengan kenyataan yang telah dikerjakan / dibangun oleh Kontraktor / Pemborong ( As Built Drawing ). Biaya untuk penggambaran As Built Drawing, sepenuhnya menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong.
RKS-Teknis
Bab I-10
Pasal 13 : TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR / PEMBORONG 13.1. Kontraktor / Pemborong harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja. 13.2. Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi, menegur atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas. 13.3. Kontraktor / Pemborong bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor / Pemborong berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut dengan biaya Kontraktor / Pemborong sendiri. 13.4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka Kontraktor / Pemborong berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi Tugas melalui Konsultan Pengawas. Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas segala kerusakan yang timbul. 13.5. Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan. 13.6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor / Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor / Pemborong. 13.7. Selama pembangunan belangsung, Kontraktor / Pemborong harus menjaga keamanan bahan / material, barang milik proyek, milik Konsultan Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah dipasang maupun yang belum, adalah tanggung jawab Kontraktor / Pemborong dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya Pekerjaan Tambah. 13.8. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas akibatnya, baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa. 13.9. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor / Pemborong harus segera mengangkut bahan bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan. Segala pembiayaannya menjadi tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.
RKS-Teknis
Bab I-11
Pasal 14 : KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN - BAHAN 14.1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini maupun dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. 1941 dan Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI Tahun 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia. Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan. 14.2. MERK PEMBUATAN BAHAN / MATERIAL & KOMPONEN JADI. 14.2.1. Kecuali bila ditentukan lain dalam Dokumen Kontrak, semua merk pembuatan atau merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas / setara dan tidak diartikan sebagai sesuatu yang mengikat. Setiap keterangan mengenai peralatan, material barang atau proses, dalam bentuk nama dagang, buatan atau nomor katalog harus dianggap sebagai penentu standar atau kualitas dan tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya membatasi persaingan, dan Kontraktor / Pemborong harus dengan sendirinya menggunakan peralatan, material, barang atau proses, yang atas penilaian Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana, sesuai dengan keterangan itu. Seluruh material paten itu harus dipergunakan sesuai dengan instruksi pabrik yang membuatnya. 14.2.2. Bahan / material dan komponen jadi yang dipasang / dipakai, harus sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja dan RKS, memenuhi standar spesifikasi bahan tersebut, mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku. 14.2.3. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli yang diajukan / ditunjuk oleh pabrik dan atau supplier yang bersangkutan tersebut sebagai Pelaksana. Dalam hal ini, Kontraktor / Pemborong tidak berhak mengajukan klaim sebagai pekerjaan tambah. 14.2.4. Disyaratkan dalam satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini. 14.2.5. Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang dipersyaratkan harus disertai test dari Laboratorium lokal / dalam negeri baik kualitas, ketahan serta kekuatannya dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui oleh Konsultan Perencana. Apabila diperlukan biaya untuk test laboratorium, maka biaya tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor / Pemborong tanpa dapat mengajukan sebagai biaya pekerjaan tambah.
RKS-Teknis Bab I-12
14.3. Kontraktor / Pemborong terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas / Direksi dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut didatangkan / dipakai. Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas / Direksi dan Konsultan Perencana adalah sebanyak 4 (empat) buah dari satu bahan yang ditentukan untuk menetapkan standard of appearance dan disimpan di ruang Direksi. Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua) minggu sebelum jadwal pelaksanaan. 14.4. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan kepada Kontraktor / Pemborong selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh bahan tersebut. 14.5. PENYIMPANAN MATERIAL Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang bersangkutan dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut. 14.5.1. Penempatan bahan-bahan material diatur dengan pertimbangan yang matang agar tidak mengganggu kelancaran pekerjaan serta sirkulasi / akses pekerja. Bahan material disusun dengan metoda yang baik dengan cara FIFO (first in first out), sehingga tidak ada bahan material yang tersimpan terlalu lama dalam gudang / stock material. 14.5.2. Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaian untuk pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan bila diminta harus ditutupi. Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan pemeriksaan. Benda-benda milik pribadi tidak boleh dipergunakan untuk penyimpanan tanpa ijin tertulis dari pemiliknya. 14.5.3. Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling) menurut petunjuk Konsultan Pengawas. 14.5.4. Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring kesamping sesuai dengan ketentuan, sehingga memberikan drainase / pemasukan dari kandungan air / cairan yang berlebihan. Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan pemisahan bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga gradasi serta mengatur kadar air. Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan diangkat / dibongkar lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak lebih dari 1 (satu) meter. Tinggi tempat penyimpanan tidak lebih dari 5 (lima) meter.
RKS-Teknis
Bab I-13
Pasal 15 : PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN 15.1. Bahan-bahan yang didatangkan / dipakai harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam Pasal 14 di atas. 15.2. bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir / ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi bangunan / proyek selambat-lambatnya dalam tempo 3 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan. 15.3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada Kontraktor / Pemborong, yang mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong sepenuhnya. Disamping itu pihak Kontraktor / Pemborong tetap dikenakan denda sebesar 1 o/oo (satu per mil) dari harga borongan. 15.4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan tersebut, maka Kontraktor / Pemborong harus menguji dan memeriksakannya ke laboratorium Balai Penelitian Bahan pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut disampaikan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas / Direksi / Konsultan Perencana. Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor / Pemborong. 15.5. Sebelum ada kepastian dari laboratorium di atas tentang baik atau tidaknya kualitas dari bahan-bahan tersebut, Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaanpekerjaan yang menggunakan bahan-bahan tersebut di atas. 15.6. Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus memberikan penjelasan lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Pasal 16 : SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR 16.1. Jika Kontraktor / Pemborong menunjuk Supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub Kontraktor) didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor/ Pemborong wajib memberi-tahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas / Direksi untuk mendapatkan persetujuan. 16.2. Kontraktor / Pemborong wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan dengan Sub Kontraktor dan Supplier bahan atas petunjuk Konsultan Pengawas. 16.3. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk pekerjaan khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.
RKS-Teknis Bab I-14
Pasal 17 : PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA 17.1. Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah permukaan, dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing didalam daerah kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya atau yang harus dipindahkan sesuai dengan ketentuan Pasal-pasal yang lain dari spesifikasi ini. Pekerjaan ini mencakup pula perlindungan/penjagaan tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan harus tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat. 17.2. Konsultan Pengawas akan menetapkan batas-batas pekerjaan, dan menentukan semua pohon, semak, tumbuhan dan benda-benda lain yang harus tetap berada di tempatnya. Kontraktor / Pemborong harus menjaga semua jenis benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya. 17.3. Segala obyek yang ada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu lapuk, tunggul, akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-rintangan lainnya yang muncul, yang tidak diperuntukan berada disana; harus dibersihkan dan atau dibongkar serta dibuang bila perlu. Pada daerah galian, segala tunggul dan akar harus dibuang dari daerah galian sampai kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm. di bawah elevasi lubang galian sesuai Gambar Kerja. Lubang-lubang akibat pembongkaran harus di-urug dengan material yang memadai dan dipadatkan sampai 90 % dari kepadatan kering maksimum sesuai AASHTO T 99.
Pasal 18 : DRAINASE / SALURAN 18.1. Pembuatan drainase / saluran tapak sementara. Dengan mempertimbangkan keadaan topografi / kontur tanah yang ada di tapak, Kontraktor / Pemborong wajib membuat saluran air sementara yang berfungsi untuk pembuangan air yang ada untuk menjaga agar lahan konstruksi tetap kering. Arah aliran ditujukan ke daerah permukaan yang terendah yang ada di tapak atau ke saluran yang sudah ada di lingkungan daerah pembangunan. Ketentuan tersebut harus dilaksanakan tanpa ada pembayaran tambahan. 18.2. Pemeliharaan drainase yang sudah ada. Kontraktor / Pemborong harus memelihara drainase yang memasuki, melintasi atau mempengaruhi tempat kerja. Kewajiban ini mencakup, bila diminta oleh Konsultan Pengawas pembersihan saluran-saluran, parit dan pipa-pipa menuju hulu dan hilir sampai sejauh 100 meter di luar batas daerah konstruksi dan daerah milik jalan (right of way). Ketentuan tersebut harus dilaksanakan tanpa ada pembayaran tambahan.
RKS-Teknis Bab I-15
18.3. Lokasi dan perlindungan utilitas. 18.3.1. Sebelum memulai pekerjaan konstruksi, Kontraktor / Pemborong harus melakukan survey untuk mengetahui detail lokasi segala utilitas yang akan terkena pengaruh pekerjaan. Hasil survey harus dicatat dalam format rencana sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas. Dan patok permukaan /surface pegs pada tempat kerja yang menunjukkan lokasi seluruh utilitas yang berada di bawah tanah, harus sudah ditancapkan. Patok-patok itu harus tetap terpancang selama berlakunya kontrak 18.3.2. Bila Kontraktor / Pemborong akan melaksanakan pekerjaan sementara atau permanen pada daerah sekitar utilitas itu, Kontraktor / Pemborong harus mempergunakan metoda konstruksi yang memadai, menyediakan peralatan perlindungan yang semestinya, dalam rangka mencegah kerusakan pada utilitas itu; tanpa ada pembayaran tembahan. Segala kerusakan pada utilitas yang disebabkan oleh pekerjaan Kontraktor / Pemborong baik langsung maupun tidak langsung, dianggap sebagai tanggung jawab dari Kontraktor / Pemborong.
Pasal 19 : PENGUKURAN KONDISI TAPAK & PENENTUAN PEIL + 0.00 19.1. PEKERJAAN PENGUKURAN KONDISI TAPAK. 19.1.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan pengukuran kondisi existing tapak terhadap posisi rencana bangunan. Hasil pengukuran harus diserahkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana. 19.1.2. Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan keadaan yang sebenarnya di lapangan, harus segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana. 19.1.3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya dilakukan dengan alat-alat waterpass & theodolit. 19.1.4. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana. 19.1.5. Sebagai keharusan dari Kontrak ini dan tanpa biaya tambahan, Kontraktor / Pemborong harus menyediakan khusus untuk digunakan oleh Konsultan Pengawas segala peralatan, instrumen, personil dan tenaga survey, dan lainlain material yang mungkin dibutuhkan dalam memeriksa pemasangan / pematokan (setting out) atau untuk pekerjaan-pekerjaan lain yang terkait. Personil dan peralatan survey harus meliputi dan tidak hanya terbatas pada : a. Personil : 1 orang surveyor ahli 1 orang pekerja surveyor
RKS-Teknis Bab I-16
b. Peralatan pengukuran (survey) : 1 Wild ROS Theodolite (360 derajat) 1 Wild T0 Theodolite (360 derajat) 1 Wild NAK levels 1 pita meteran baja dengan panjang 50 m 1 steel measuring rod (4 m) 5 target poles dengan tripod Patok-patok survey dan macam-macam alat yang diperlukan dalam survey.
Semua peralatan pengukuran harus disediakan lengkap termasuk tripod dan lain-lain. Atas tanggungan biaya sendiri, Kontraktor / Pemborong harus mengadakan survey dan pengukuran tambahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab atas ketepatan pengukuran dan survey yang dikerjakan oleh karyawannya. Setiap tanda yang dibuat oleh Konsultan Pengawas ataupun oleh Kontraktor harus dijaga baik-baik. Bila terganggu atau rusak, harus segera diperbaiki oleh Kontraktor atas tanggungan biaya sendiri. Setiap jenis pekerjaan dari bagian apapun, tidak boleh dikerjakan sebelum persiapannya (setting out) disetujui oleh Konsultan Pengawas. 19.1.6. Kontraktor / Pemborong harus mengajukan 3 (tiga) salinan / copy penampang melintang (cross section) kepada Konsultan Pengawas yang akan mengesahkan salah satu salinan atau merevisinya, kemudian mengembalikannya kepada Kontraktor / Pemborong. Bila Konsultan Pengawas perlu mengadakan perubahan / revisi, Kontraktor / Pemborong harus mengajukan lagi salinan cross section untuk persetujuan tersebut di atas. Cross section dari Kontraktor / Pemborong harus digambar di atas kertas kalkir agar memungkinkan direproduksi. Bila cross section ini akhirnya disetujui, maka Kontraktor / Pemborong harus menyerahkan gambar kalkir asli dan 3 (tiga) lembar hasil reproduksinya kepada Pemimpin Proyek. Gambar cross section harus memakai judul dan ukuran sesuai dengan yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
19.2. PEKERJAAN PENENTUAN PEIL + 0,00 Pekerjaan penentuan peil + 0,00 (finishng Arsitektur) adalah permukaan lantai finishing ruangan Lantai Satu seperti tertera dalam gambar kerja yaitu sama dengan elevasi Lantai Dasar bangunan Kios 10 x 20 yang sudah dibangun. Selanjutnya peil + 0,00 ini ditandai dengan patok ukur yang ditentukan di lapangan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
RKS-Teknis
Bab I-17
Pasal 20 : PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN BANGUNAN ( BOUWPLANK ) 20.1. PATOK UKUR. 20.1.1. Kontraktor / Pemborong harus membuat patok-patok untuk membentuk garis-garis sesuai dengan gambar, dan harus memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai pekerjaan. Bila dianggap perlu, Konsultan Pengawas dapat merevisi garis-garis / kemiringan dan meminta Kontraktor / Pemborong untuk membetulkan patok-patok itu. Kontraktor / Pemborong harus mengajukan pemberitahuan mengenai rencana pematokan atau penentuan permukaan (level) dari bagian pekerjaan tertentu, tidak kurang dari 48 (empat puluh delapan) jam, agar susunan patok itu dapat diperiksa. Kontraktor / Pemborong harus membuat pengukuran atas pekerjaan pematokan dan Konsultan Pengawas akan memeriksa pengukuran itu. 20.1.2. Patok ukur dibuat dari kayu secukupnya, berpenampang 5 x 7 cm. tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm. dengan bagian yang muncul diatas muka tanah cukup untuk memberikan indikasi peil + 0,00 sesuai Gambar Kerja, dan diatasnya ditambahkan pipa besi untuk mencantumkan patokan ketinggian diatas peil + 0,00. 20.1.3. Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dicantumkan pada patok ukur sesuai petunjuk Konsultan Pengawas. 20.1.4. Pada dasarnya, patok ukur ini dibutuhkan sesuai patokan ketinggian atau peil permukaan yang ada dantercantum dalam Gambar Kerja. 20.1.5. Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua) buah, dan lokasi penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan berlangsung. 20.1.6. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi dari Konsultan Pengawas untuk dibongkar.
20.2. PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK). 20.2.1. Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu Borneo dengan ukuran tebal 3 cm. dan lebar 15 cm., lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya. 20.2.2. Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 dengan jarak satu sama lain adalah 1,50 m. tertancap di tanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau diubah.
RKS-Teknis
Bab I-18
20.2.3. Papan bangunan dipasang sejarak 2,00 m. dari as pondasi terluar atau sesuai dengan keadaan setempat. 20.2.4. Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan antara satu dengan lainnya atau rata waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas. 20.2.5. Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor / Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. 20.2.6. Kontraktor / Pemborong harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak papan bangunan ini sampai tidak diperlukan lagi.
Pasal 21 : PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN 21.1. IJIN MEMASUKI TEMPAT KERJA. 21.1.1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor / Pemborong, tetapi karena bahan / material ataupun komponen jadi maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak oleh Konsultan Pengawas / Direksi, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor / Pemborong dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas / Direksi. 21.2.2. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutupi atau menjadi tidak terlihat sebelum mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, dan Kontraktor / Pemborong harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada Petugas / Ahli dari Konsultan Pengawas untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak terlihat. 21.2.3. Kontraktor / Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas kapan setiap pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa dan Konsultan Pengawas tidak boleh menunda waktu pemeriksaan, kecuali apabila Konsultan Pengawas memberikan petunjuk tertulis kepada Kontraktor / Pemborong apa yang harus dilakukan. 21.2.4. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari waktu diterimanya Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak terhitung hari libur / hari raya) tidak dipenuhi / ditanggapi oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor / Pemborong dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan Pengawas / Direksi. 21.2.5. Bila Kontraktor / Pemborong melalaikan perintah, Konsultan Pengawas / Direksi berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki.
RKS-Teknis Bab I-19
21.2.6. Biaya pembongkaran dan pemasangan / perbaikan kembali menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong, tidak dapat di-klaim sebagai biaya pekerjaan tambah maupun alasan untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.
21.3. KEMAJUAN PEKERJAAN 21.3.1. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh Kontraktor / Pemborong demikian pula metode / cara pelaksanaan pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh Konsultan Pengawas. 21.3.2. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang, maka Konsultan Pengawas harus memberikan petunjuk secara tertulis langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
21.4. PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN. Bila Kontraktor / Pemborong atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja dimana Konsultan Pengawas bermaksud untu memberikan petunjuk atau perintah, maka petunjuk atau perintah itu harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua petugas pelaksana atau petugas yang ditunjuk oleh Kontraktor / Pemborong untuk menangani pekerjaan itu.
21.5. TOLERANSI. Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam Kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan toleransi yang diberikan dalam spesifikasi dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada bagian lainnya.
RKS-Teknis
Bab I-20
BAB II
SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN PEMBONGKARAN DAN PEKERJAAN TANAH
Pasal 1 UMUM 1.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu dan tidak terbatas pada : Pekerjaan pembongkaran bangunan existing dan pembersihan sebelum pelaksanaan. Pekerjaan perlindungan instalasi existing. Pekerjaan galian, pengurugan, pemadatan dan perataan tanah. Pekerjaan perbaikan / urugan kembali 1.2. PERSIAPAN PELAKSANAAN. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor / Pemborong harus mempelajari dengan seksama Gambar Kerja. Kontraktor / Pemborong harus sudah memperhitungkan segala kondisi di lapangan yang meliputi dan tidak terbatas pada bangunan existing, trench, saluran drainase, pipa-pipa, instalasi existing lainnya, tiang listrik dan penangkal petir. Kontraktor / Pemborong harus mengamankan / melindungi hasil paket pekerjaan sebelumnya maupun yang sedang berjalan, bahan / komponen / instalasi existing yang dipertahankan agar tidak rusak atau cacat. Rencana pengamanan, baik berupa penyangga, penopang atau konstruksi khusus sebagai penahan atau pelindung bagian yang tidak dibongkar, harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan.
Pasal 2 PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN 2.1. Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan mencakup pembongkaran / pembersihan / pemindahan konstruksi keluar dari dalam tapak / site terhadap semua hal yang dinyatakan oleh Konsultan Pengawas / Perencana dan Direksi tidak akan digunakan lagi, maupun yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan diantaranya : Pembongkaran dan pembersihan bangunan existing. Pembersihan material yang ada di lokasi.
Bab II- 1
RKS-Teknis
2.2.
Setiap pembongkaran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga siap untuk dapat dilaksanakan pemasangan baru sesuai dengan Gambar Kerja. Barang hasil bongkaran dan pembersihan harus dikeluarkan dari tapak / site konstruksi dan dikumpulkan di tempat / lokasi tertentu yang ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas. Pada dasarnya, barang-barang bongkaran tersebut tidak dapat dipakai lagi dalam pekerjaan, kecuali apabila dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas.
2.3.
Pasal 3 PERLINDUNGAN INSTALASI EXISTING 3.1. Pekerjaan ini adalah perlindungan untuk semua instalasi existing yang berada di dalam tapak / site konstruksi dan dinyatakan oleh Konsultan Perencana / Konsultan Pengawas masih berfungsi dan akan digunakan lagi. Untuk instalasi existing tersebut di atas, Kontraktor / Pemborong harus menjaga dan memeliharanya dari gangguan / cacat. kabel dan pipa existing yang masih berfungsi harus dilindungi memakai buis beton 30 cm. Khusus pada bagian yang diperkirakan akan mendapat beban, maka pada dasar atau pipa yang bersangkutan harus diberi alas dasar terbuat dari pasangan batu bata minimal 1 (satu) lapis, lebar 30 cm. sepanjang pembebanan tersebut. Apabila karena satu dan lain sebab sehingga jalur instalasi existing yang masih berfungsi harus dipindah, maka Kontraktor / Pemborong harus melakukan pekerjaan ini sesuai dengan petunjuk dari Konsultan Pengawas.
3.2.
3.3.
Pasal 4 PEKERJAAN TANAH Pekerjaan tanah adalah pekerjaan pembuatan lubang / galian di tanah dan termasuk pengurugan / pemadatan tanah kembali yang diperlukan untuk : Pondasi Bored Pile, Poer dan Sloof Perataan (cut / fill ) Galian lain seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan atau Konsultan Pengawas.
4.1.
MACAM GALIAN. Penggalian dibagi dalam macam-macam jenis, yaitu : 4.1.1. Galian tanah biasa. Galian tanah biasa mencakup semua galian yang bukan galian batu, galian konstruksi atau galian material dan bahan baku lainnya.
RKS-Teknis
Bab II- 2
4.1.2. Galian batu. Galian batu terdiri dari pekerjaan menggali / membongkar batu-batuan pada daerah galian yang menurut pendapat Konsultan Pengawas harus dilakukan pembongkaran. 4.1.3. Galian konstruksi / obstacle. Galian konstruksi / obstacle adalah semua galian selain dari galian tanah dan galian batu dalam batas pekerjaan yang disebut dalam spesifikasi ini atau tercantum dalam Gambar Rencana. Semua galian yang disebut sebagai galian konstruksi terdiri dari galian lantai bangunan, galian pondasi bangunan existing, galian perkerasan jalan / halaman, galian pipa / kabel listrik / pipa gas, saluran-saluran serta konstruksi-konstruksi lainnya, selain yang disebutkan pada spesifikasi ini. Semua pekerjaan galian harus dikerjakan sesuai dengan spesifikasi untuk ketiga macam galian tersebut di atas. Syarat-syarat kerja yang menyangkut bidang lain, mengikuti ketentuan-ketentuan letak, peil dan dimensi seperti yang dicantumkan dalam Gambar Rencana atau petunjuk Konsultan Pengawas. 4.2. Pekerjaan galian ini baru boleh dilaksanakan setelah papan Patok Ukur terpasang lengkap dengan penandaan sumbu, ketinggian dan bentuk telah diperiksa seta disetujui Konsultan Pengawas. Galian untuk konstruksi harus sesuai dengan Gambar Kerja dan bersih dari tanah urug bekas serta sisa bahan bangunan. Urutan penggalian harus diatur sedemikian rupa dengan mengikuti petunjukpetunjuk Konsultan Pengawas sehingga tidak menimbulkan gangguan pada lingkungan tapak / site atau menyebabkan timbulnya genangan air untuk waktu lebih dari 24 jam. Jika pada galian terdapat akar kayu, kotoran dan bagian tanah yang tidak padat atau longgar, maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang tejadi harus ditutup urugan pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm. lapis demi lapis sampai penuh sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan. Biaya pekerjaan ini menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah. 4.6. Bila pada galian terdapat instalasi existing, Kontraktor / Pemborong harus mengikuti prosedur seperti terurai dalam butir 3.1. s/d. 3.3. Bila Kontraktor / Pemborong melakukan penggalian yang melebihi kedalaman yang ditentukan dalam Gambar Kerja, maka Kontraktor / Pemborong wajib untuk menutupi kelebihan galian tersebut dengan urugan pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm. lapis demi lapis sampai penuh sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan. Biaya pekerjaan ini menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
RKS-Teknis Bab II- 3
4.3.
4.4.
4.5.
4.7.
4.8.
Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti, datar / rata sesuai dengan Gambar Kerja dan harus dibersihkan dari segala macam kotoran. Galian pondasi harus dilakukan sesuaidengan lebar lantai kerja pondasi atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja, dengan penampang lereng galian kiri dan kanan dimiringkan 10o kearah luar pondasi dari As, ketinggian serta bentuk selesai sesuai Gambar Kerja, diperiksa serta disetujui Konsultan Pengawas.
4.9.
4.10. Kelebihan tanah galian harus dibuang keluar dari dalam tapak / site konstruksi. Area antara papan Patok Ukur dengan galian harus bebas dari timbunan tanah. 4.11. Untuk menjaga lereng-lereng lubang galian agar tidak longsor / runtuh, maka apabila dianggap perlu oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus memasang konstruksi penahan (casing) sementara dari bahan seng gelombang BJLS 50 atau setara, atau dari papan-papan tebal 3 cm. diperkuat dengan kayu-kayu dolken minimal diameter 8 cm. sehingga konstruksi tersebut dapat menjamin kestabilan lereng galian. 4.12. Apabila dan atau karena permukaan air tanah tinggi, Kontraktor / Pemborong harus menyediakan pompa air secukupnya untuk menyedot air yang menggenangi galian. Disyaratkan bahwa seluruh permukaan galian terutama lantai galian, harus kering untuk pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan : Pondasi beton setempat dan Sloof beton Pondasi Batu Kali. Pengurugan dan pemadatan. 4.13. Biaya untuk lingkup yang terurai pada butir 4.11. dan 4.12. di atas ditanggung oleh Kontraktor / Pemborong, serta tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
Pasal 5 GALIAN STRUKTUR 5.1. LINGKUP PEKERJAAN. 5.1.1. Galian struktur merupakan penggalian tanah untuk bangunan struktur, sesuai dengan batasan pekerjaan sebagaimana dijelaskan disini atau sebagaimana tampak pada gambar. Pekerjaan galian yang dijelaskan dengan pasal-pasal lain dalam spesifikasi ini tidaklah digolongkan sebagai galian struktur. Galian struktur disini tidak dibatasi hanya pada galian / pengeboran struktur pondasi, tapi termasuk pekerjaan galian untuk poer, sloof dan batu kali. Pekerjaan galian ini mencakup pengurugan kembali dengan material yang disetujui oleh Konsultan Pengawas, berikut pembuangan bahan-bahan sisa, dan semua bahan serta peralatan lainnnya untuk menghindarkan galian dari genangan air tanah dan air permukaan.
Bab II- 4
5.1.2.
5.1.3.
RKS-Teknis
5.1.4.
Penyediaan tenaga kerja, bahan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhankebutuhan lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah yang sesuai dengan gambar-gambar dan spesifikasi.
5.2.
PERSYARATAN PEKERJAAN. 5.2.1. Tata letak. Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas tata letak yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Sebelum penataan, Kontraktor / Pemborong harus menyerahkan rencana tata letak untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Bench mark yang bersifat tetap maupun sementara harus dijaga dari kemungkinan gangguan atau pemindahan. Pengawasan. Selama pelaksanaan pekerjaan tanah ini, Kontraktor / Pemborong harus diwakili oleh seorang pengawas ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang pekerjaan penggalian / pengurugan, yang mengetahui semua aspek pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai kontrak. Pekerjaan pembersihan dan pembongkaran. Semua benda di permukaan seperti pohon, akar dan tonjolan, serta rintangan-rintangan dan lain-lain yang berada di dalam batas daerah pembangunan yang tercantum dalam gambar, harus dibersihkan dan atau dibongkar, kecuali untuk hal-hal di bawah ini : a. Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-benda yang tidak mudah rusak, yang letaknya minimal 1 (satu) meter di bawah dasar poer. b. Pembongkaran tiang-tiang, saluran-saluran dan selokan-selokan hanya sedalam yang diperlukan dalam penggalian di tempat tersebut. c. Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali, lubang-lubang bekas pepohonan dan lubang-lubang lain, harus diurug kembali dengan bahanbahan yang baik dan dipadatkan. d. Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab untuk membuang sendiri tanaman-tanaman dan puing-puing ke tempat yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas. e. Kontraktor / Pemborong harus melestarikan semua benda-benda yang ditentukan tetap berada pada tempatnya. f. Galian konstruksi / obstacle. Kriteria obstacle adalah berupa konstruksi beton, pasangan batu kali, pasangan dinding tembok, besi-besi tua dan lain-lain bekas konstruksi bangunan lama, dimana cara melakukan pembongkarannya memerlukan metoda khusus dengan menggunakan peralatan yang lebih khusus pula ( misalnya pemecah beton / concrete breaker, compressor, mesin potong ) dibandingkan peralatan yang digunakan pada pekerjaan galian tanah. Semua brangkal dan kotoran dari bekas pembongkaran konstruksi existing harus segera dikeluarkan dari site dan dibuang ke tempat yang ditentukan oleh Direksi / Konsultan Pengawas.
5.2.2.
5.2.3.
RKS-Teknis
Bab II- 5
Semua peralatan yang diperlukan pada paket pekerjaan ini, harus tersedia di lapangan dalam keadaan siap pakai. Batasan pembongkaran obstacle adalah sebagai berikut : Pada daerah titik galian pondasi sampai mencapai kedalaman yang masih memungkinkan, obstacle tersebut bisa dibongkar / digali sesuai dengan kondisi dan sifat tanah pada daerah tersebut. Pada jalur yang akan dibuat poer dan sloof, mulai dari permukaan tanah existing sampai dengan di bawah permukaan dasar urugan pasir dari konstruksi beton poer dan sloof.
g. Pembuangan humus. Sebelum mulai pekerjaan penggalian, lapisan humus dan rumput harus dibersihkan, harus bebas dari sisa-sisa tanah bawah (sub soil), bekasbekas pohon, akar-akar, batu-batuan, semak-semak atau bahan lainnya. Humus yang didapat dari pengupasan tersebut harus dibuang ke tempat yang sudah ditentukan oleh Direksi / Konsultan Pengawas. 5.3. PENGGALIAN. 5.3.1. Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor / Pemborong harus : Dengan inisiatif sendiri mengambil tindakan untuk mengatur drainase alamiah dari air yang mengalir pada permukaan tanah, untuk mencegah galian tergenang air. Memeriksa segala pembongkaran dan pembersihan di tempat itu sudah dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi ini. Memberitahu Konsultan Pengawas sebelum memulai suatu galian apapun, agar elevasi penampang melintang dan pengukuran dapat diketahui dan dilakukan pada tanah yang belum terganggu. Tanah yang berdekatan dengan struktur tidak boleh diganggu tanpa ijin Konsultan Pengawas.
5.3.2.
Parit-parit atau galian pondasi untuk struktur atau alas struktur, harus mempunyai ukuran yang cukup sehingga memungkinkan perletakan atau alas pondasi sesuai dengan ukurannya. Bagian-bagian dinding / sisi parit harus selalu ditopang. Elevasi dasar alas sebagaimana tampak pada gambar merupakan perkiraan, sehingga secara tertulis Konsultan Pengawas dapat memerintahkan perubahan ukuran dan elevasi jika diperlukan untuk menjamin pondasi yang kokoh.
5.3.3.
Penggunaan mesin untuk penggalian diperbolehkan, kecuali untuk tempattempat dimana penggunaan mesin-mesin itu dapat merusak benda-benda yang berada didekatnya, bangunan-bangunan ataupun pekerjaan yang telah rampung. Dalam hal ini metoda pekerjaan secara manual / dengan menggunakan tenaga buruh yang harus dilakukan.
RKS-Teknis
Bab II- 6
5.3.4.
Bila diperlukan, Kontraktor / Pemborong harus membuat turap sementara yang cukup kuat untuk menahan lereng-lereng tanah galian supaya tidak ambruk, dan agar tidak mengganggu pekerjaan. Turap sementara tersebut harus dapat menjaga bangunan-bangunan yang berada didekat lereng galian tetap stabil.
5.3.5.
Apabila terjadi kerusakan bangunan (roboh) yang diakibatkan oleh pekerjaan galian, maka Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab terhadap kerusakan bangunan tersebut dan harus menggantinya / memperbaikinya atas biaya Kontraktor / Pemborong. Kontraktor / Pemborong harus melakukan perlindungan dan perawatan yang cukup untuk bagian-bagian pekerjaan di atas maupun di bawah tanah, drainase, saluran-saluran pembuang dan rintangan-rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan. Semua biaya yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab Kontraktor. Kemiringan galian harus dibuat maksimal dengan perbandingan 1 (satu) horizontal dan 1 (satu) vertikal, kecuali diperlihatkan lain dalam gambar. Batu-batu, kayu-kayu dan bahan-bahan lain dalam lubang galian yang tak berguna harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pengurugan. Setiap kali galian selesai dikerjakan, Kontraktor / Pemborong harus memberitahu Konsultan Pengawas mengenai hal itu dan pembuatan Lapisan Sirtu, Lantai Kerja atau penempatan material apapun tidak boleh dilakukan sebelum Konsultan Pengawas menyetujui kedalaman pondasi dan karakter tanah dasar pondasi.
5.3.6.
5.3.7.
5.3.8.
5.3.9.
5.3.10. Bila tanah dasar pondasi lembek, berlumpur atau tidak memenuhi syarat, maka bila diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus menggantinya dengan material berbutir atau kerikil sebagaimana disyaratkan pada RKS ini. Material penggganti tersebut harus diurugkan dan dipadatkan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis 15 cm, sampai mencapai elevasi dasar pondasi dengan kepadatan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas. 5.3.11. Kepadatan tanah dasar harus mencapai CBR 3%. Bila menurut Konsultan Pengawas tanah dasar pondasi tidak memenuhi syarat semata-mata karena kesalahan Kontraktor / Pemborong dalam mengerjakan kewajibannya, maka Kontraktor / Pemborong harus membuang dan mengganti tanah dasar pondasi atas tanggungan biaya sendiri, atau menangguhkan pekerjaan galian itu sampai kondisi tanah dasar pondasi tersebut memenuhi syarat. 5.3.12. Semua material hasil galian bila memenuhi syarat, harus dimanfaatkan sebagai material urugan atau timbunan, dan bila ternyata berlebihan maka harus dibuang.
RKS-Teknis
Bab II- 7
5.4.
AIR TANAH. 5.4.1. Bila air tanah muncul ketika sedang dilakukan galian struktur, maka Kontraktor / Pemborong harus segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah air menggenangi galian dan alas struktur. Bila galian terjadi pada tanah yang mengandung air permukaan, maka air ini tidak dianggap sebagai air tanah dan merupakan kewajiban Kontraktor / Pemborong untuk menanggulanginya sesuai spesifikasi ini, sehingga tidak akan ada tambahan pembayaran. Penilaian apakah air itu merupakan air permukaan atau air tanah adalah mutlak wewenang Konsultan Pengawas. Jika air dapat dihalangi memasuki galian dengan menggunakan cofferdam terbuka, maka air ini tidak dinilai sebagai air tanah. Bila tinggi muka air di atas elevasi dasar galian, maka harus digunakan cofferdam yang kedap air. Bila diminta, Kontraktor / Pemborong harus menunjukkan gambar mengenai metoda pembuatan cofferdam yang dipakainya kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui. Cofferdam atau palung untuk pembuatan pondasi, secara umum harus dibuat di bawah dasar alas pondasi dan dibuat sedapat mungkin kedap air. Umumnya dimensi cofferdam itu harus sedemikian rupa sehingga memberikan cukup kebebasan / keleluasaan untuk pembuatan acuan (form) dan pemeriksaannya serta memudahkan proses pemompaan air keluar. Bila menurut Konsultan Pengawas keadaannya tidak memungkinkan untuk mengeringkan galian sebelum membuat alas pondasi, maka Konsultan Pengawas dapat memerintahkan pembuatan lapisan beton penutup dengan ukuran tertentu, dan lapisan tersebut harus diletakkan sebagaimana tampak pada gambar atau mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas. Lalu galian harus dikeringkan dan alas pondasi diletakkan. Bila digunakan palung berbeban, dan beban tersebut dipakai untuk menanggulangi tekanan hidrostatik yang bekerja terhadap dasar lapisan pondasi penutup, maka harus digunakan penyemat (jangkar) khusus untuk mentransfer seluruh berat palung terhadap lapisan pondasi. Bila lapisan pondasi penutup dibuat di bawah air, maka cofferdam harus dibuat pada muka air yang rendah. Cofferdam dibuat untuk melindungi beton dari kerusakan karena naiknya muka air dan erosi. Di dalam cofferdam tidak boleh ditinggalkan kayu-kayuan dan lain-lain tanpa ijin Konsultan Pengawas. Bila pekerjaan memompa air diijinkan dilakukan dari bagian galian pondasi, maka harus dicegah agar jangan ada bahan beton yang ikut terbawa keluar. Setiap pekerjaan memompa yang dibutuhkan selama perletakan beton, atau selama waktu sekurang-kurangnya 24 jam sesudahnya harus menggunakan pompa yang sesuai dan air diletakkan di luar acuan beton. Pemompaan air untuk mengeringkan ini tidak boleh dikerjakan sebelum lapisan cukup keras dan kuat untuk melawan tekanan hidrostatik. Kecuali bila ditentukan lain, cofferdam atau palung dengan segala kelengkapannya, harus dibongkar oleh Kontraktor / Pemborong segera setelah selesai pekerjaan sub-struktur. Pemindahannya harus sedemikian rupa sehingga tidak merusak pekerjaan yang telah diselesaikan.
Bab II- 8
5.4.2.
5.4.3.
RKS-Teknis
5.4.4.
Pemeliharaan saluran. Bila tak diijinkan, penggalian tak boleh dikerjakan di luar caisson, palung, cofferdam atau sheet piling, dan saluran air yang berdekatan dengan pondasi tidak boleh terganggu tanpa ijin Konsultan Pengawas. Jika ada pekerjaan galian atau pengerukan yang dilakukan sebelum caisson, palung dan cofferdam terpasang pada tempatnya, maka setelah selesai pembuatan dasar pondasi, Kontraktor / Pemborong harus mengurug kembali galian-galian itu sesuai dengan muka tanah semula, dengan memakai bahan yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Bahan-bahan yang tertinggal pada daerah aliran air akibat dari pembuatan pondasi atau galian lainnya harus dibuang agar saluran itu bersih dari segala macam halangan.
Pasal 6 URUGAN DAN PEMADATAN 6.1. PEKERJAAN URUGAN. Pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah ini untuk : Semua galian sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan CBR 2% atau sesuai Gambar Kerja. Semua tanah lantai bangunan sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan CBR 3% atau sesuai Gambar Kerja. Terkecuali untuk tempat tertentu / khusus, kepadatan tanahnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja atau petunjuk Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana.
6.2.
BAHAN URUGAN. Bahan urugan yang dipakai adalah tanah merah atau pasir urug darat yang memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan. Tanah bekas galian pada umumnya tidak boleh dipakai lagi untuk bahan urugan, kecuali apabila tanah tersebut memenuhi persyaratan sebagai bahan urugan dan mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Sumber bahan urugan ini harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menjamin penyediaan bahan urugan yang bisa mencukupi kebutuhan seluruh proyek. Semua bahan urugan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas, baik mengenai kualitas bahan maupun sumber bahan itu sendiri sebelum dibawa atau digunakan di dalam lokasi pekerjaan. Bahan urugan yang mengandung tanah organis, akar-akaran, sampah dan lain-lain, tidak boleh dipergunakan untuk urugan. Bahan-bahan seperti ini harus dipindahkan dan ditempatkan pada daerah pembuangan yang disetujui atau ditunjuk oleh Konsultan Pengawas. Daerah yang akan diurug harus dibersihkan dari humus dengan cara stripping setebal + 30 cm.
RKS-Teknis
Bab II- 9
Bahan-bahan urugan yang sudah ditempatkan di lokasi pengurugan tetapi tidak memenuhi standar, harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor / Pemborong atas biaya sendiri.
6.3.
PENGURUGAN. 6.3.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan harus sudah bersih dari humus, akar tanaman, benda-benda organis, sisa-sisa bongkaran dan bahan lain yang dapat mengurangi kualitas pekerjaan ini. 6.3.2. Urugan harus bebas dari segala macam bahan yang dapat membusuk, sisa bongkaran, dan atau yang dapat mempengaruhi kepadatan urugan. Tanah urugan dapat diambil dari bekas galian atau tanah yang didatangkan dari luar yang tidak mengandung bahan-bahan seperti tersebut di atas dan atau telah disetujui Konsultan Pengawas. 6.3.3. Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis dan langsung dipadatkan sampai mencapai permukaan / peil yang diinginkan. Ketebalan perlapis setelah dipadatkan tidak boleh melebihi 20 cm. Setiap kali penghamparan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas yang menyatakan bahwa lapisan di bawahnya telah memenuhi kepadatan yang disyaratkan, dan seluruh prosedur pemadatan ini harus ditulis dalam Berita Acara yang disetujui Konsultan Pengawas. a. Lapisan tanah lunak (lumpur) yang ada harus dihilangkan dengan dikeruk, sebelum pekerjaan pengurugan dimulai. Pada saat pengerukan dan pengurugan, daerah ini harus dikeringkan. b. Pemampatan dan pemadatan harus dilakukan sesuai dengan artikel yang bersangkutan di bawah ini dalam bab ini. c. Tidak boleh dilakukan pengurugan atau pemadatan selama hujan deras. Jika permukaan lapisan yang sudah dipadatkan tergenang oleh air, Kontraktor / Pemborong harus membuat alur-alur pada bagian teratas untuk mengeringkannya sampai mencapai kadar air yang benar dan dipadatkan kembali. d. Ketinggian pengurugan setelah dipadatkan harus mencapai elevasisesuai yang tercantum dalam Gambar Kerja. 6.3.4. Pengurugan untuk halaman yang tidak dibangun, jalan dan perkerasan, tidak perlu dipadatkan dengan mesin pemadat, cukup ditimbris dengan tangan.
6.4.
PEMADATAN. 6.4.1. Sebelum pelaksanaan pemadatan, seluruh area pembangunan harus dikeringkan terlebih dahulu. 6.4.2. Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab atas ketepatan penempatan dan pemadatan bahan-bahan urugan dan juga memperbaiki kekurangan-kekurangan akibat pemadatan yang tidak cukup.
RKS-Teknis
Bab II- 10
6.4.3. Kontraktor / Pemborong harus menetukan jenis ukuran dan berat dari alat yang paling sesuai untuk pemadatan bahan urugan yang ada. Alat-alat pemadatan ini harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. 6.4.4. Pemadatan tanah harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tiap lapisan maksimum 30 cm. dan dipadatkan sampai mencapai paling sedikit 90% (modified proctor) dari kepadatan kering maksimum seperti yang ditentukan dlam AASHTO T 99. 6.4.5. Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila hari hujan, pemadatan harus dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar air harus dijaga agar tidak lebih besar dari 2 % kadar air optimum. 6.4.6. Kontraktor / Pemborong diwajibkan melakukan tes kepadatan tanah apabila diminta oleh Direksi / Konsultan Pengawas, sebanyak titik yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas, yang harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas dan dibuatkan laporan tertulis untuk tiap titik meliputi area 150 m2.
6.5.
PEKERJAAN PERATAAN TANAH. Bila terdapat bagian-bagian yang lebih tinggi dari permukaan tanah yang direncanakan, perataan pada bagian ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kelebihan tanah tersebut dapat diangkut ke tempat lain yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
RKS-Teknis
Bab II- 11
BAB III
SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR
1.1. PERSYARATAN MUTU. 1.1.1. Mutu Beton. Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus mempunyai mutu karakteristik minimal, sebagai berikut : a. Pondasi Pelat Beton setempat b. Sloof Beton c. Kolom dan Balok Baja WF d. Pelat Lantai &Atap Dak : : : : K-225 K-225 K-225 K-225 K-175
f. Adukan Beton. Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus Beton Readymix, kecuali ada pertimbangan lain pada bagianbagian tertentu dapat menggunakan beton konvensional yang sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas / Konsultan Pengawas. g. Lantai Kerja Seluruh beton untuk lantai kerja adalah beton rabat dengan campuran 1pc : 3ps : 5kr. 1.1.2. Mutu Baja Tulangan. Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini adalah sebagai berikut : a. Mutu baja tulangan s/d. 12 mm. adalah BJTP 240 ( U-24 ) dengan kekuatan tarik 2080 Kg/Cm2. b. Mutu baja tulangan 13 mm. (diameter luar) adalah BJTD 320 (U32 / besi ulir ) dengan kekuatan tarik 2780 Kg/Cm2. c. Atau bila dalam gambar disyaratkan menggunakan wiremesh, maka digunakan wiremesh U-50, dengan ukuran / tipe sesuai dengan Gambar Kerja.
RKS-Teknis Bab III- 1
1.2. PERSYARATAN BAHAN BETON. 1.2.1. Semen. a. Semua semen harus Semen Portland yang disesuaikan dengan persyaratan dalam Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1 atau standar Inggris BS 12. b. Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah GRESIK, TIGA RODA dan HOLCIM serta memenuhi persyaratan NI-8. Pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan. c. Pemeriksaan Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk memberi bantuan yang dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk pengambilan contoh-contoh tersebut. Semen yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas, harus tidak dipergunakan atau diafkir. Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan tersebut telah dipergunakan untuk beton, maka Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untuk membongkar beton tersebut dan diganti dengan memakai semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan semua semen-semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya Kontraktor. d. Tempat Penyimpanan Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen, dan setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara. Tempat penyimpanan tersebut juga harus sedemikian rupa agar memudahkan waktu pengambilan. Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dibuat dengan jarak minimal 30 cm. dari tanah, harus cukup besar untuk dapat memuat semen dalam jumlah cukup besar sehingga kelambatan atau kemacetan dalam pekerjaan dapat dicegah dan harus mempunyai ruang lantai yang cukup untuk menyimpan tiap muatan truk semen secara terpisahpisah dan menyediakan jalan yang mudah untuk mengambil contoh, menghitung zak-zak dan memindahkannya. Semen dalam zak tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter. Untuk mencegah semen didalam zak disimpan terlalu lama sesudah penerimaan, Kontraktor hendaknya mempergunakan semen menurut urutan kronologis yang diterima di tempat pekerjaan. Tiap kiriman semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga mudah dibedakan dari kiriman lainnya. Semua zak kosong harus disimpan dengan rapih dan diberi tanda yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Timbangan-timbangan yang baik dan teliti harus diadakan oleh Kontraktor untuk menimbang semen didalam gudang dan di lokasi serta harus dilengkapi segala timbangan untuk untuk keperluan penyelidikan.
Bab III- 2
RKS-Teknis
Kontraktor harus menyediakan penjaga yang cakap, untuk mengawasi gudang-gudang semen dan mengadakan catatan-catatan yang cocok dari penerimaan dan pemakaian semen seluruhnya. Tembusan dari catatan-catatan harus disediakan untuk Konsultan Pengawas bila dikehendakinya, jumlah dari semen yang digunakan selama hari itu ditiap bagian pekerjaan.
1.2.2. Pasir dan kerikil a. Kontraktor harus mengangkut, membongkar, mengerjakan dan menimbun semua pasir dan kerikil. Segala cara yang dilaksanakan oleh Kontraktor untuk pembongkaran, pemuatan, pengerjaan dan penimbunan pasir dan kerikil harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas. b. Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus membersihkan bahkan memperbaiki saluran buangan disemua tempat penimbunan dan harus mengatur semua pekerjaan penimbunan pasir dan kerikil sedemikian rupa sehingga timbulnya pemisahan dan pencampuran antara pasir dan kerikil akan dapat dihindari dan bahan yang ditimbun tidak akan tercampur tanah atau bahan lain pada waktu ada banjir atau air rembesan. Kontraktor diminta untuk menanggung sendiri segala biaya untuk pengolahan kembali pasir dan kerikil yang kotor karena timbunan yang tidak sempurna dan lalai dalam pencegahan yang cukup. Pasir dan kerikil tidak boleh dipindah-pindah dari timbunan, kecuali bila diperlukan untuk meratakan pengiriman berikutnya. c. Pasir Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan ini adalah pasir alam yaitu pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan persetujuan Konsultan Pengawas. Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai persetujuan dasar ( pokok ) untuk semua bahan yang diambil dari sumber tersebut. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kualitas tiap jenis dari semua bahan yang dipakai dalam pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan pada Konsultan Pengawas sebagai bahan pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan, contoh yang cukup, seberat 15 kg. dari pasir alam yang diusulkan untuk dipakai, sedikitnya 14 hari sebelum diperlukan. Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari semua tumbuh-tumbuhan dan dari bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki. Segala macam tanah pasir dan kerikil yang tidak dapat dipakai, harus disingkirkan. Timbunan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kegunaan dari timbunan. Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dari substansi yang merusak, jumlah prosentase dari segala macam subsansi yang merugikan, beratnya tidak boleh lebih dari 5% berat pasir.
Bab III- 3
RKS-Teknis
Pasir harus mempunyai modulus kehalusan butir antara 2 sampai 32, atau jika diselidiki dengan saringan standar harus sesuai dengan standar Indonesia untuk beton atau dengan ketentuan sebagai berikut : Saringan No. 4 8 16 30 50 100 PAN Persentase satuan timbangan tertinggal di saringan 0 6 10 10 15 12 3 15 15 25 30 35 20 7
Jika persentase satuan tertinggal dalam saringan no. 16 adalah 15% atau kurang, maka batas maksimum untuk persentase satuan dalam saringan no. 8 dapat naik sampai 20%. d. Agregat Kasar ( Kerikil ) Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui. Ini dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Kebersihan dan mutu Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah, tipis atau yang berukuran panjang, bersih dari alkali, bahan-bahan organis atau dari substansi yang merusak dalam jumlah yang merugikan. Besarnya persentase dari semua substansi yang merusak tidak boleh mencapai 3 (tiga) persen dari beratnya. Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, padat, kekal dan tidak berpori. Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci. Gradasi Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm. sampai dengan 25 mm. dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : - Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6 % berat. - Sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat. - Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat serta harus menyesuaikan dengan semua ketentuan-ketentuan yang terdapat di NI-2 PBI-1971. Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh Konsultan Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka Kontraktor harus menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya atas bebannya sendiri, untuk menghasilkan agregat yang dapat disetujui Konsultan Pengawas.
RKS-Teknis Bab III- 4
1.2.3. A i r Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi / mortar dan spesi injeksi harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji di Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk menetap-kan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam PBI-1971 untuk bahan campuran beton. 1.2.4. Baja Tulangan a. Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan standar Indonesia untuk beton NI-2, PBI-1971, atau ASTM Designation A-15, dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak meminta kepada Kontraktor, surat keterangan tentang pengujian oleh pabrik dari semua baja tulangan beton yang disediakan, untuk persetujuan Konsultan Pengawas sesuai dengan persyaratan mutu untuk setiap bagian konstruksi seperti tercantum di dalam gambar rencana. b. Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat, minyak, gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi daya lekat antara baja tulangan dengan beton. c. Khusus untuk plat lantai apabila pada gambar menggunakan wiremesh, maka wiremesh yang digunakan adalah tipe deform (ulir) produk UNION METAL atau BRC LYSAGHT. 1.2.5. Cetakan ( bekisting ) a. Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multiplex dengan tebal minimum 12 mm. Bekisting dari multiplex tersebut harus diperkuat dengan rangka kayu Borneo Super ukuran 5/7, 6/10, 6/12 dan sebagainya, untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana. b. Steiger / penyangga bekisting harus terdiri dari pipa-pipa besi standar pabrik (schafolding) atau kayu dan tidak diperkenankan memakai bambu. 1.2.6. Water stop Water stop harus dipasang di setiap penghentian pengecoran untuk bagianbagian yang harus kedap air, yaitu antara lain pelat atap, lantai toilet dan tempat-tempat basah lainnya sesuai dengan Gambar Kerja. Water stop yang digunakan adalah SUPERCAST SW 10 merk FOSROC, tipe disesuaikan dengan posisi joint dengan minimum lebar 20 cm. 1.2.7. Bonding Agent Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang harus disambungkan / dicor secara terputus, untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan design dan perhitungannya. Bonding agent yang dipergunakan adalah NITOBOND PVA merk FOSROC berupa material liquid berwarna putih terbuat dari bahan polymer acrylic
RKS-Teknis Bab III- 5
digunakan pada sambungan pengecoran beton lama dan baru khusus untuk daerah kering. Cara pemakaiannya harus sesuai petunjuk pabrik. 1.2.8. Admixture a. Admixture / hardener dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat pengerasan beton. Bahan Admixture yang dipakai adalah SIKAMENT 520 merk SIKA dengan takaran 0,8% dari berat semen. Takaran yang lain dapat digunakan untuk mendapatkan kekuatan maksimal dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas / Perencana. b. Retarder digunakan untuk memperlambat waktu setting beton (initial set), dimana bila waktu pengiriman beton dari Batching Plant ke proyek dan sampai dengan waktu penuangan beton memerlukan waktu lebih dari 1 (satu) jam. Bahan retarder yang dipergunakan adalah CONPLAST RP264M2 dengan takaran 0,20 0,60 liter per 100 kg. semen. Pencampuran dilakukan di Batching Plant. c. Superplasticizer digunakan untuk membuat beton lebih plastis dan mencapai kekuatan awal yang lebih tinggi (high early strength). Bahan plasticizer adalah CONPLAST SP 430D dengan takaran 0,60 2,00 liter per 100 kg. semen. Pencampuran dilakukan di dalam mixer sebelum beton dituang ke dalam cetakan.
1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON 1.3.1. Kelas dan Mutu Pekerjaan Beton a. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standar Beton Indonesia NI-2 PBI-1971. Bilamana tidak ditentukan lain, kuat tekan dari beton adalah selalu kekuatan tekan hancur dari contoh kubus yang bersisi 15 cm. (0,003375 m3) diuji pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari. b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian benda-benda uji harus memberikan hasil bk ( kekuatan tekan beton karakteristik ) yang lebih besar dari yang ditentukan di dalam tabel 4.2.1. PBI-1971. c. Umur benda uji pada saat pengujian harus dilaksanakan pada umur 7, 14, atau 28 hari sesuai dengan kesepakatan dengan Konsultan Pengawas yang tertuang dalam risalah rapat. 1.3.2. Komposisi campuran Beton a. Beton harus dibentuk dari campuran bahan-bahan semen portland, pasir, kerikil dan air seperti yang ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang tertentu / serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang baik / tepat.
RKS-Teknis
Bab III- 6
b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam spesifikasi ini, harus dipakai campuran yang direncanakan (design mix). Campuran yang direncanakan ini dihasilkan dari percobaan-percobaan campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang disyaratkan dan dilakukan oleh laboratorium dari instansi pemerintah atau Badan yang sudah terbukti akreditasinya. c. Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian dari pekerjaan tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton, ukuran mana ditetapkan sepraktis mungkin sehingga tercapai pengecoran yang tepat dan memuaskan. d. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai mutu, harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan. e. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan yang mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, keawetan dan kekuatan yang dikehendaki. f. Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi beton harus disesuaikan dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara pengangkutan adukan beton dan cara pemadatannya. Kekentalan adukan beton antara lain ditentukan oleh faktor air semen. g. Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan, maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut : Faktor air semen untuk pondasi, sloof, maksimum 0,60. Faktor air semen untuk kolom, balok, plat lantai, tangga, dinding beton dan listplank / parapet, maksimum 0,60. Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap dan tempat-tempat basah lainnnya, maksimum 0,55.
h. Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor. Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan penghematan yang dikehendaki, workability, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak berhak atas klaim yang disebabkan perubahan yang demikian. 1.3.3. Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Beton a. Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan untuk menjamin beton dengan konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan variasi kandungan lembab atau gradasi ( perbutiran ) dari agregat waktu masuk dalam mesin pengaduk ( mixer ). Penambahan air untuk mencairkan kembali beton padat hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi kering sebelum dipasang adalah sama sekali tidak diperkenankan. Keseragaman konsistensi beton untuk setiap kali pengadukan sangat perlu.
RKS-Teknis Bab III- 7
Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump), tidak boleh kurang dari 8 cm. dan tidak melampaui 12 cm. untuk segala beton yang dipergunakan. Semua pengujian harus sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Konsultan Pengawas berhak untuk menuntut nilai slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan menghasilkan beton berkualitas lebih tinggi atau alasan penghematan. b. Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Pengawas melalui pengujian biasa dengan kubus 15 x 15 x 15 cm. dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Pengujian slump akan diadakan oleh Konsultan Pengawas sesuai dengan NI-2 PBI-1971, Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan contoh-contoh pemeriksaan yang representatif. 1.3.4. Pekerjaan Baja Tulangan a. Baja tulangan beton harus dibengkokkan / dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar-gambar konstruksi. Baja tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan cara yang dapat merusak bahannya. Batang dengan bengkokan yang tidak ditunjukan dalam gambar tidak boleh dipakai. Semua batang harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, pemanasan dari besi beton hanya dapat diperkenankan bila seluruh cara pengerjaannya disetujui oleh Konsultan Pengawas atau Perencana. b. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana. Untuk menempatkan tulangan-tulangan tetap tepat ditempatnya, maka tulangan harus diikat kuat dengan kawat beton ( bendraat ) dan memakai bantalan blok-blok beton cetak ( beton decking ) dan atau kursi-kursi besi / cakar ayam perenggang. Dalam segala hal untuk besi beton yang horizontal harus digunakan penunjang yang tepat, sehingga tidak akan ada batang yang turun. c. Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak ditentukan dalam gambar rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan harus memberikan kesempatan masuknya alat penggetar beton. d. Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar dan perhitungan. Apabila dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar, maka yang menentukan adalah luas tulangan. Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas. 1.3.5. Pekerjaan Selimut Beton Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar cetakan sesuai butir 1.3.4.b. tersebut di atas, serta harus mempunyai jarak tetap dan tertentu untuk setiap bagian-bagian konstruksi sesuai dengan gambar rencana. Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut :
RKS-Teknis Bab III- 8
a. b. c. d. e.
Pondasi Pelat, untuk sisi bawah 8 cm, untuk sisi lainnya 4 cm. Balok sloof = 4,0 cm. Kolom = 4,0 cm. Balok = 3,0 cm. Pelat beton = 2,0 cm.
1.3.6. Pekerjaan Sambungan Baja Tulangan Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang ditunjukkan pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Overlap pada sambungan-sambungan tulangan harus minimal 40 kali diameter batang, kecuali jika telah ditetapkan secara pasti di dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. 1.3.7. Pekerjaan Mengaduk a. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas. b. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton ( batch mixer/beton mollen ). Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata / seragam dalam komposisi atau konsistensi. Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan. c. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki. Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidak memuaskan harus diperbaiki dan atau diganti. Mesin pengaduk yang disentralisir ( batching mixing plant ) harus diatur sedemikian rupa, sehingga pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah dari stasiun operator. Mesin pengaduk tidak boleh dipakai melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan. Setiap mesin pengaduk harus diperlengkapi dengan alat mekanis untuk mengatur waktu dan menghitung jumlah adukan. 1.3.9. S u h u Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32oC dan tidak kurang dari 4,5oC. Bila suhu dari beton yang dituang berada antara 27oC - 32oC, beton harus diaduk di tempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila beton dicor pada waktu iklim sedemikian rupa sehingga suhu dari beton melebihi 32oC sebagai yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor harus mengambil langlah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat, mencampur dengan es dan mengecor pada waktu malam hari bila perlu, untuk mempertahankan suhu beton waktu dicor pada suhu dibawah 32o C.
RKS-Teknis Bab III- 9
1.3.10. Pekerjaan Rencana Cetakan Cetakan (bekisting) harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan dalam gambar rencana. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi persetujuan yang demikian tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-kerusakan yang mungkin dapat timbul pada waktu pemakaian. Sewaktu-waktu Konsultan Pengawas dapat mengafkir sesuatu bagian dari bentuk yang tidak dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera menanggulangi bentuk yang diafkir tesebut dan menggantinya atas bebannya sendiri. 1.3.11. Pekerjaan Konstruksi Cetakan a. Semua cetakan harus betul-betul teliti, kuat dan aman pada kedudukannya sehingga dapat dicegah pengembangan atau lain gerakan selama dan sesudah pengecoran beton. b. Semua cetakan beton harus kokoh. Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan (bekisting) harus dilaburi / diminyaki dengan minyak bekisting yang biasa diperdagangkan untuk maksud itu yang dapat mencegah secara efektif melekatnya beton pada cetakan, dan akan memudahkan melepas bekisting / cetakan beton. Minyak bekisting tersebut dapat dipakai hanya setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Penggunaan minyak bekisting ini harus hati-hati untuk mencegah kontak dengan besi beton dan mengakibatkan kurangnya daya lekat. c. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai, harus tersedia. d. Penyangga cetakan ( steiger ) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan. 1.3.12. Pekerjaan Pengangkutan Beton Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian rupa sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan, tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan nilai slump. 1.3.13. Pekerjaan Pengecoran a. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja tulangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing instalasi, penyokong, pengikatan dan lainlainnya telah selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai, permukaan-permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
RKS-Teknis
Bab III- 10
b. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran beton ( cetakan / bekisting ) harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan lepas. Permukaan bekisting dengan bahan-bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor, harus dibasahi dengan merata sehingga kelembaban / air dari beton yang baru dicor - tidak akan diserap. c. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu dimana akan dicor beton baru, harus bersih dan lembab / basah ketika dicor dengan beton baru. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-beton yang mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan asing yang menutupinya. Semua genangan air harus dibuang dari permukaan beton lama tersebut sebelum beton baru dicor. Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai bahan perekat beton yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. d. Perlu diperhatikan letak / jarak / sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang masih akan berlanjut, terhadap sistem struktur / penulangan yang ada. e. Beton boleh dicor hanya ketika Konsultan Pengawas atau wakilnya yang ditunjuk serta Staf Kontraktor yang setaraf ada ditempat / lokasi pekerjaan, dan persiapannya betul-betul telah memadai. f. Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar pengangkutan ke tempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga pada waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan spesinya. Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar dalam beton yang disebabkan jatuh bebas dari tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar, atau bertumpuk dengan baja-baja tulangan, tidak diijinkan. Kalau diperkirakan pemisahan yang demikian itu mungkin akan terjadi, Kontraktor harus mempersiapkan tremie atau alat lain yang cocok untuk mengontrol jatuhnya beton. g. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter, semua penuangan beton harus selalu lapis - perlapis horizontal dan tebalnya tidak lebih dari 50 cm. Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisan 50 cm. tidak dapat memenuhi spesifikasi ini. h. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama terjadi hujan deras atau turun hujan yang lama, sedemikian rupa sehingga spesi / mortar terpisah dari agregat kasar. Selama hujan, air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joint, dan air semen atau spesi yang hanyut terhampar harus dibuang sebelum pekerjaan dilanjutkan. i. Ember-ember / gerobak dorong beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat dalam slump yang rendah dan memenuhi syaratsyarat campuran. Mekanisme penuangan harus dibuat dengan kapasitas minimal 50 liter. Juga harus tersedia peralatan lainnya untuk mendukung lancarnya pengecoran dimana diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang sulit / terbatas.
RKS-Teknis Bab III- 11
j. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari cetakan dan material yang diletakan. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan airnya. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type IMMERSON, beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 3.000 putaran per menit ketika dibenamkan ke dalam beton. 1.3.14. Waktu dan Cara-Cara Pembukaan Cetakan a. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda / lunak tidak diijinkan untuk dibebani. Segera sesudah cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan permukaan-permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan Pengawas b. Umumnya diperlukan waktu minimum sebelum cetakan beton boleh dibuka, yaitu minimum 3 hari untuk cetakan - cetakan samping pada pondasi dan sloof. 7 hari untuk dinding-dinding pemikul dan kolom. 21 hari untuk balok-balok, plat lantai, plat atap dan tangga. 1.3.15. Perawatan ( Curing ) a. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan di bawah ini atau disemprot dengan Curing Agent CONCURE P yang berupa bahan cair / liquid material dimana setelah mengering berbentuk membrane clear dan berfungsi sebagai pelindung (curing compound) untuk menahan / mencegah penguapan air dari dalam beton, dengan takaran pemakaian untuk 1 liter adalah 5 6 m2. Konsultan Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus digunakan pada bagian-bagian pekerjaan. b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan semacam itu dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan deklit atau karung bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah pengecoran dilaksanakan. c. Perawatan beton setelah 3 hari, adalah dengan melakukan penggenangan dengan air pada permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus. Perawatan semacam ini bisa dilakukan dengan penyiraman secara mekanis atau dengan pipa yang berlubang-lubang atau dengan cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas sehingga selama masa tersebut permukaan beton selalu dalam keadaan basah. Air yang digunakan dalam perawatan ( curing ) harus memenuhi persyaratan spesifikasi air untuk campuran beton.
RKS-Teknis Bab III- 12
1.3.16.
Pekerjaan Perlindungan (Protection). Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.
1.3.17. Pekerjaan Perbaikan Permukaan Beton a. Jika sesudah pembukaan cetakan, ada permukaan beton yang tidak sesuai dengan yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis permukaan, atau ternyata ada permukaan yang cacat/rusak, semua hal itu dianggap sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini dan harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila Konsultan Pengawas memberikan ijinnya untuk memperbaiki/menambal tempat yang rusak, dalam hal mana perbaikan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut. b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan-cetakan, lubang-lubang karena keropos, ketidak-rataan dan bengkak harus dibuang dengan pemahatan atau dengan batu gerinda. Sarang kerikil dan beton lainnya harus dipahat, lubang-lubang pahatan harus diberi pinggiran yang tajam dan dicor sedemikian sehingga pengisian akan terikat ( terkunci ) di tempatnya. Semua lubang harus terus menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor, dan seterusnya disempurnakan. c. Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas hal-hal tidak sempurna pada bagian bangunan yang akan terlihat jika dengan penambalan saja akan menghasilkan sebidang dinding yang tidak memuaskan kelihatannya, Kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding ( dengan spesi plesteran 1pc : 3ps ) dengan ketebalan yang tidak melebihi 1 cm, demikian juga pada dinding yang berbatasan (yang bersambungan) sesuai dengan instruksi dari Konsultan Pengawas. Perlu diperhatikan untuk permukaan yang datar, batas toleransi kelurusan ( pencekungan atau Pencembungan ) bidang tidak boleh melebihi dari L / 1000 untuk semua komponen.
Pasal 2 PENYEKAT-PENYEKAT AIR 2.1. Penyekat-penyekat air (waterstop) dari PVC harus ditempatkan pada sambungansambungan bangunan seperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar. Kontraktor harus menyiapkan semua penyekat-penyekat air termasuk lem PVC, semen, pasak, mur-mur dan bahan penyambung lainnya. 2.2. Kontraktor harus membuat semua sambungan-sambungan (splices), penyatuan dan lengkungan-lengkungan (joints and bends), pasak-pasak untuk penyekat air, pertemuan perpotongan-perpotongan yang dibuat secara khusus sesuai dengan gambar-gambar atau seperti ditunjukkan oleh Konsultan Perencana.
RKS-Teknis Bab III- 13
2.3. Semua penyatuan-penyatuan harus diletakan persis dengan petunjuk-petunjuk pabrik pembuat dan penggunaan material yang disyahkan oleh pabrik dan harus dibentuk sedemikian rupa agar menghasilkan sambungan yang kuat dan kedap air. Bahan waterstop yang dipakai adalah SUPERCAST SW 20, tipe disesuaikan dengan posisi joint dengan lebar minimum 20 cm.
Pasal 3 PEKERJAAN SPARING 3.1. Bahan-bahan material sparing, letak-letak dan posisi sparing harus sesuai dengan gambar kerja dan tidak boleh mengurangi kekuatan struktur. 3.2. Tempat-tempat dimana sparing dilaksanakan, bila tidak ada dalam gambar, maka Kontraktor harus mengusulkan dan minta persetujuan dari Konsultan Pengawas. 3.3. Bilamana sparing-sparing (pipa dan lain-lain) berpotongan dengan baja tulangan, maka baja tulangan tersebut tidak boleh ditekuk atau dipindahkan tanpa persetujuan dari Konsultan Pengawas. 3.4. Semua sparing-sparing (pipa) harus dipasang sebelum pengecoran dan harus diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton. 3.5. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu pengecoran.
Pasal 4 PEKERJAAN WATERPROOFING 4.1. LINGKUP PEKERJAAN. Yang termasuk kedalam pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan peralatan dan alat-alat bantu lainnya termasuk pengangkutannya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar, memenuhi uraian syarat-syarat di bawah ini serta memenuhi spesifikasi dari pabrik yang bersangkutan. Bagian-bagian yang harus di-waterproofing ini mencakup seluruh bagian plat atap dan daerah-daerah basah lainnya, kecuali daerah basah pada plat lantai. 4.2. PERSYARATAN BAHAN. 4.2.1. Persyaratan Standar Mutu Bahan. Standar dari bahan dan prosedur yang ditentukan oleh pabrik dan standarstandar lainnya seperti : NI-3, ASTM 828, ASTME, TAPP I 803 dan 407. Kontraktor tidak dibenarkan merubah standar dengan cara apapun tanpa ijin dari Konsultan Pengawas.
RKS-Teknis Bab III- 14
4.2.2. Bahan. a. Untuk Kamar Mandi / WC Menggunakan BRUSHBOND merk Fosroc, merupakan bahan pelapis kedap air pada beton dengan bahan dasar semen dan acrylic (2komponen). Pemakaiannya dengan cara pelaburan ( coating ). Takarannya adalah 2 kg/cm2 ( 2 kali pelaburan ) tebal 1,2 mm. b. Untuk waterproofing atap Dak. Menggunakan BRUSHBOND merk Fosroc, merupakan bahan pelapis kedap air pada beton dengan bahan dasar semen dan acrylic (2komponen). Pemakaiannya dengan cara pelaburan ( coating ). Takarannya adalah 2 kg/cm2 ( 2 kali pelaburan ) tebal 1,2 mm.
4.3. PENGUJIAN. 4.3.1. Bila diperlukan, wajib mengadakan tes bahan tersebut pada laboratorium yang independen, baik mengenai komposisi, konsentrasi dan hasil yang ditimbulkannya. Untuk ini Kontraktor / Supplier harus menunjuk syarat rekomendasi dari lembaga resmi yang ditunjuk tersebut sebelum memulai pekerjaan. 4.3.2. Pada waktu penyerahan, Kontraktor memberikan jaminan atas produk yang digunakan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya selama minimal 10 (sepuluh) tahun termasuk kesanggupan mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi. Jaminan yang diminta adalah jaminan dari pihak pabrik untuk kualitas material, serta jaminan dari pihak pemasang (applicator) untuk kualitas pemasangan. 4.3.3. Kontraktor diwajibkan melakukan percobaan-percobaan dengan cara memberi air di atas permukaan yang diberi lapisan kedap air, pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
4.4. PENGIRIMAN DAN PENYIMPANAN BAHAN. 4.4.1. Bahan harus didatangkan ke tempat pekerjaan dalam keadaan baik dan tidak bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih tersegel dan berlabel pabriknya. 4.4.2. Bahan harus disimpan di tempat yang terlindung, tertutup, tidak lembab, kering dan bersih, sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. 4.4.3. Tempat penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan jenisnya. 4.4.4. Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpan, baik sebelum atau selama pelaksanaan, kalau terdapat kerusakan yang bukan karena tindakan Pemilik.
RKS-Teknis
Bab III- 15
4.5. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN. 4.5.1. Persyaratan umum. a. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan ketentuan / persyaratan pabrik yang bersangkutan. Bahan yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan. b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran / penggantian, maka bahanbahan pengganti harus yang disetujui oleh Konsultan Pengawas berdasarkan contoh yang diajukan oleh Kontraktor. c. Sebelum pekerjaan ini dimulai, permukaan dari bagian yang akan diberi lapisan ini harus dibersihkan sampai keadaan yang dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas dengan cara-cara yang telah disetujui Konsultan Pengawas. Peil dan ukuran harus sesuai dengan gambar. d. Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari pabrik yang bersangkutan, dan atas petunjuk Konsultan Pengawas. e. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya, maka Kontraktor harus segera melaporkan kepada Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan dimulai. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat dalam hal ada kelainan / perbedaan di tempat itu, sebelum perbedaan tersebut diselesaikan. 4.5.2. Cara pelaksanaan. a. Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman (ahli dari pihak pemberi jaminan pemasangan) dan terlebih dahulu harus mengajukan metode pelaksanaan sesuai dengan spesifikasi pabrik untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. b. Khusus untuk bahan waterproofing yang dipasang pada tempat-tempat yang terkena langsung oleh sinar matahari tetapi tidak mempunyai lapis pelindung terhadap ultra violet atau apabila disyaratkan dalam gambar pelaksanaan atau spesifikasi Arsitektur, maka di bagian atas dari lembaran waterproofing ini harus diberi lapisan pelindung sesuai dengan gambar pelaksanaan, dimana lapisan ini dapat berupa screed ataupun material finishing. c. Waterproofing untuk atap, tebal 3 mm. lengkap dengan primer, screed lapisan pertama dan screed lapisan kedua, kawat ayam dan pengaturan kemiringan harus sesuai dengan yang dibutuhkan. 4.5.3. Gambar detail pelaksanaan. a. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan pada gambar dokumen kontrak dan telah disesuaikan dengan keadaan lapangan. b. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail-detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam gambar kerja / dokumen kontrak.
RKS-Teknis Bab III- 16
c. Dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau persyaratan khusus yang belum tercakup secara lengkap didalam gambar kerja / dokumen kontrak sesuai dengan spesifikasi pabrik. Shop drawing harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas, sebelum mulai dilaksanakan. 4.4. TANGGUNG JAWAB 4.4.1. Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan pekerjaannya sampai dengan saat-saat berakhirnya masa garansi. 4.4.2. Kontraktor harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat pada uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat maupun yang tercantum dalam gambargambar atau peraturan-peraturan yang berlaku. 4.4.3. Kontraktor harus menempatkan tenaga ahli di lapangan yang setiap saat diperlukan bisa berdiskusi dan dapat memutuskan setiap persoalan di lapangan, baik teknis mapun administratif. 4.7. CONTOH. 4.7.1. Kontraktor wajib mengajukan contoh dari semua bahan, brosur lengkap dan jaminan dari pabrik, kecuali bahan yan disediakan oleh proyek. 4.7.2. Contoh bahan yang digunakan harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas minimal sebanyak 2 (dua) produk yang setara dari berbagai merk pembuatan, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas. 4.7.3. Keputusan jenis bahan, warna, tekstur dan merk yang memenuhi spesifikasi akan diambil oleh Konsultan Pengawas dan akan diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh-contoh bahan tersebut. 4.8 PENGUJIAN MUTU. 4.8.1. Kontraktor diwajibkan untuk melakukan percobaan / pengetesan terhadap hasil pekerjaan atas biaya sendiri, seperti dengan cara memberi siraman di atas permukaan yang telah diberi lapisan kedap air. 4.8.2. Pekerjaan percobaan dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. 4.8.3. Pada waktu penyerahan maka Kontraktor harus memberikan jaminan atas semua pekerjaan perlindungan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya, akibat kegagalan dari bahan maupun hasil pekerjaan. Jaminan pekerjaan ini berlaku selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki segala jenis kerusakan yang terjadi.
RKS-Teknis
Bab III- 17
4.9. PENGAMANAN PEKERJAAN. 4.9.1. Kontraktor wajib mengadakan perlindungan terhadap pemasangan yang telah dilakukan terhadap kemungkinan pergeseran, lecet permukaan atau kerusakan lainnya. 4.9.2. Apabila terdapat kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik atau Pemakai pada waktu pekerjaan ini dilakukan/dilaksanakan, maka Kontraktor harus memperbaiki/mengganti sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas. Biaya yang timbul untuk pekerjaan perbaikan ini adalah tanggung jawab Kontraktor.
Pasal 5 PEKERJAAN STRUKTUR BAJA 5.1. LINGKUP PEKERJAAN. Yang termasuk pekerjaan struktur baja adalah seluruh pekerjaan atap baja sesuai dengan gambar-gambar pelaksanaan, termasuk didalamnya tapi tidak terbatas pada : 5.1.1. Pekerjaan pengadaan dari semua peralatan, perlengkapan, tenaga serta bahanbahan seperti pelat, profil, baut, angker dan lain-lain menurut kebutuhan sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan-persyaratan teknis pelaksanaan. 5.1.2. Pekerjaan pembuatan bagian-bagian konstruksi kolom, ring balok ,atap baja, dan gording, sambungan-sambungan, pengelasan baik las sudut maupun las penuh, sambungan dengan baut dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan teknis pelaksanaan. 5.1.3. Pekerjaan pemasangan dan penyelesaian konstruksi baja seperti pemasangan rangka atap (kuda-kuda), rangka ikatan angin, ikatan pengaku, gording, trekstang, penutup atap baja finish galvalume / warna tebal 0,50 mm. pengecatan dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan teknis pelaksanaan. 5.2. PERSYARATAN UMUM. Semua pelaksanaan pekerjaan baja ini harus memenuhi persyaratan-persyaratan normalisasi yang berlaku di Indonesia, seperti : 5.2.1. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983, NI-3 PBUBB (1970) dan lain-lain kecuali ada hal-hal yang khusus. 5.2.2. AISC Specification for Fabrication and erection 12 Pebruari 1981. 5.2.3. Semua pekerjaan baut pada bangunan ini juga harus memenuhi syarat dari AISC Specification for Structural Joints Bolts. 5.2.4. Semua pekerjaan las harus mengikuti American Welding Society for Arc Welding in Builiding Construction Section.
RKS-Teknis Bab III- 18
5.3. PERSYARATAN BAHAN. 5.3.1. Mutu baja yang digunakan untuk seluruh konstruksi baja adalah baja BJ-37 dengan tegangan dasar 1600 Kg/Cm2. Seluruh profil baja yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana serta dilampiri sertifikat dari pabrik pembuat profil baja tersebut. 5.3.2. Elektroda las yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas / Perencana, harus disimpan pada tempat terlindung yang menjamin komposisi dan sifat-sifat lain dari bahan elektroda tersebut tidak berubah. Bahan las yang digunakan dari kelas E 6012 AWS dan harus dijaga agar selalu dalam keadaan baik dan kering. 5.3.3. Semua bahan konstruksi baja yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBB 1982) dan harus memenuhi standar ASTM A-36. 5.3.4. Bahan-bahan yang dipakai untuk pekerjaan baja harus diperoleh dari Supplier / Distributor yang dikenal dan disetujui Konsultan Perencana / Konsultan Pengawas. 5.3.5. Semua bahan-bahan harus lurus, tidak cacat dan tidak ada karatnya. Penampang-penampang (profil) yang tepat, bentuk, tebal, ukuran, berat dan detail-detail konstruksi yang ditunjukkan pada gambar harus disediakan. 5.4. PERSYARATAN TEKNIS. 5.4.1. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang tercantum pada gambar kerja. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk melengkapi gambar detail / sambungan dari bagian-bagian konstruksi baja yang tidak / belum tercantum dalam gambar kerja, untuk mendapat persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai pekerjaan tersebut. Perubahan bahan atau detail karena alasan-alasan tertentu, harus diajukan dan diusulkan pada Konsultan Pengawas / Perencana untuk mendapat persetujuan. Semua perubahan-perubahan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa ada biaya tambahan yang mempengaruhi kontrak. Kontraktor bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-kesalahan detailing, fabrikasi dan ketepatan penyetelan / pemasangan semua bagianbagian dari konstruksi baja. Seluruh pekerjaan struktur baja harus di-fabrikasi di workshop, kecuali untuk bagian-bagian pekerjaan yang tidak memungkinkan untuk dikerjakan di workshop sehingga harus dikerjakan di lapangan.
Bab III- 19
5.4.2.
5.4.3.
5.4.4.
5.4.5.
5.4.6.
RKS-Teknis
5.4.7.
Semua rivet dan baut baik yang dikerjakan di workshop maupun di lapangan harus selalu memberikan kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada lubang rivet atau baut tersebut. Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan di lapangan pada waktu pemasangan yang diakibatkan oleh kekurang-telitian atau kelalaian Kontraktor, harus diganti dan dilaksanakan atas biaya Kontraktor. Kekurang-tepatan pemasangan karena kesalahan fabrikasi harus dibetulkan, diperbaiki atau diganti dengan yang baru dan semua biaya untuk ini harus ditanggung oleh Kontraktor.
5.4.8.
5.4.9.
5.4.10. Kontraktor dapat diminta untuk memberikan surat keterangan tentang pengujian oleh pabrik (laboratorium) untuk bahan konstruksi baja yang digunakan. 5.4.11. Setelah pengujian bahan dilakukan, maka hasil testing tersebut harus diberikan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan terhadap bahan tersebut. 5.4.12. Pekerjaan baja harus dilaksanakan sesuai dengan keterangan-keterangan yang tertera dalam gambar, lengkap dengan penyangga-penyangga, alat untuk memasang dan menyambungnya, pelat-pelat siku peralatan penunjang untuk presisi dari komponen maupun pekerjaannya sendiri. 5.4.13. Pekerjaan harus berkualitas kelas I, semua pekerjaan ini harus diselesaikan bebas dari puntiran, tekanan dan harus dikerjakan dengan teliti untuk menghasilkan tampak yang rapi sekali. 5.4.14. Semua perlengkapan atau barang-barang / pekerjaan lain yang diperlukan demi kesempurnaan pemasangan, walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar atau dipersyaratkan disini, harus diadakan / disediakan, kecuali jika dipersyaratkan lain. 5.4.15. Konstruksi baja yang telah dikerjakan tetapi belum dilakukan pengecatan, harus segera dilindungi terhadap pengaruh-pengaruh udara, hujan dan lainlain dengan cara yang memenuhi syarat. 5.4.16. Sebelum bagian-bagian dari konstruksi dipasangkan dimana semua bagian yang perlu sudah diberi lubang dan sudah dibersihkan dari karat, maka bagian-bagian itu harus diperiksa dalam keadaan tidak cacat.
5.5. PERSYARATAN PELAKSANAAN. 5.5.1. Pengelasan. a. Pengelasan harus dikerjakan oleh tenaga ahli yang berpengalaman. Kontraktor wajib menyerahkan sertifikat keakhlian dari masing-masing tukang lasnya. Sertifikat kelas A untuk tenaga ahli yang mengerjakan bagian-bagian sekunder konstruksi.
RKS-Teknis Bab III- 20
b. Kekuatan bahan las yang dipakai minimal harus sama dengan kekuatan baja yang dipakai. Bahan las yang dipergunakan dari tipe E 6010 untuk posisi pengelasan plat horizontal dan overhead, serta tipe E 6012 dan E 6013 untuk posisi pengelasan plat, dan harus dijaga agar supaya selalu dalam keadaan baik dan kering. Ukuran las harus sesuai dengan gambar kerja dan atau : Tebal las minimum : 3,5 mm. Panjang las minimum : 13 x tebal las. Panjang las maksimum : 43 x tebal las. c. Pekerjaan las harus dilakukan di bengkel (pabrik) atau bebas angin dan dalam keadaan kering. Baja yang sedang dikerjakan harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga pekerjaan las dapat dilakukan dengan baik dan teliti. d. Pemberhentian las, harus pada tempat yang ditentukan dan harus dijamin tidak akan berputar atau membengkok. e. Setelah pengelasan, maka sisa-sisa / kerak-kerak las harus dibuang dan dibersihkan dengan baik. f. Semua pengerjaan pengelasan harus dikerjakan dengan rapi dan tanpa menimbulkan kerusakan-kerusakan pada bahan bajanya. g. Pengelasan harus menjamin pengaliran yang rata dari cairan elektroda tersebut. h. Teknik cara pengelasan yang dipergunakan harus memperlihatkan mutu dan kualitas dari las yang dikerjakan. i. Permukaan dari bagian yang akan di-las harus bebas dari kotoran, cat, minyak, karat dan kotoran dalam ukuran kecilpun harus dibersihkan, bahan yang akan di-las juga harus bersih dari aspal. j. Peralatan yang dipergunakan untuk mengelas harus memakai tipe yang sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga penyambungan dengan las dapat memuaskan. Mesin las tersebut harus mencapai kapasitas 24 40 Volt dan 200 400 Ampere. k. Perbaikan las. Bila pekerjaan las ternyata memerlukan perbaikan, maka hal ini harus dilakukan sebagaiamana diperintahkan oleh Konsultan Pengawas. Biaya perbaikan las ini menjadi tanggung jawab Kontraktor. 5.5.2. Sambungan dengan baud. a. Sambungan-sambungan yang dibuat harus dapat memikul gaya-gaya yang bekerja, selain berguna untuk tempat pengikatan dan untuk menahan lenturan batang.
RKS-Teknis Bab III- 21
b. Lubang baud harus lebih besar 0,5 mm daripada diameter luar baud. Jika baud dikerjakan di workshop, maka cara melubangi boleh langsung dengan alat pengerat. Semua pelubangan / pengeboran untuk baud harus dapat dikerjakan sesudah bagian-bagian / profil-profil yang akan berhubungan tersebut dikerjakan. c. Daerah-daerah yang berbatasan antara profil dengan lubang baud dan baud itu sendiri harus dapat memikul gaya-gaya dan dapat dengan cepat meneruskan gaya tersebut. d. Pengujian pekerjaan sambungan baud dan las. Untuk sambungan baud dan las dilakukan pemeriksaan visual kecuali pengelasan dengan Full Penetration harus dilakukan dengan X-ray test, sebanyak 2 (dua) titik pengetesan. Pemeriksaan dilakukan dengan random testing. Untuk pekerjaan las dan pengujian yang tidak memenuhi syarat harus diulangi kembali hingga memenuhi persyaratan. Biaya X-ray test ditanggung oleh Kontraktor. 5.5.3. Meluruskan, Mendatarkan dan Melengkungkan. a. Melengkungkan dalam keadaan dingin hanya boleh dilakukan pada bagian non struktural. Untuk melengkungkan harus digunakan gilingan lengkung. Melengkungkan plat dalam keadaan dingin menurut suatu jari-jari tidak boleh lebih kecil dari 3 (tiga) kali tebal plat. Hal ini berlaku pula untuk batang-batang di bidang plat badannya. b. Melengkungkan batang menurut jari-jari yang kecil harus dilakukan dalam keadaan panas segera setelah bahan yang dipanaskan tersebut menjadi merah tua. Tidak diperkenankan melengkungkan dan memukul dengan martil bilamana bahan tersebut tidak dalam kondisi menyala merah tua lagi. 5.6. PEMASANGAN. 5.6.1. Pemasangan rangka-rangka baja tidak boleh bergeser lebih dari 2 mm. dari Asnya. Kemudian juga elemen-elemen vertikal harus tegak lurus dengan bidang permukaan lantai. Kontraktor diwajibkan untuk menjaga supaya bagian-bagian konstruksi yang tertumpuk di lapangan tetap dalam keadaan baik seperti pada saat pelaksanaan pembuatan konstruksi tersebut. Kontraktor harus menjaga konstruksi yang tertumpuk di lapangan, agar jangan rusak karena perubahan cuaca. Memotong dan menyelesaikan pinggiran-pinggiran bekas irisan dan lain-lain. a. Pemotongan-pemotongan baja untuk bahan konstruksi, harus dengan mechanical cutting kecuali ditunjukkan lain dalam gambar rencana. b. Bagian-bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih, sekali-kali tidak diperbolehkan ada bekas jalur dan lain-lain.
RKS-Teknis Bab III- 22
5.6.2.
5.6.3. 5.6.4.
c. Bila bekas pemotongan dengan mesin diperoleh pinggiran-pinggiran bekas irisan, maka bagian tersebut harus dibuang sekurang-kurangnya setebal 2,5 mm, kecuali kalau keadaannya sebelum dibuang setebal 2,5 mm sudah tidak tampak lagi jalur-jalur. d. Bagian konstruksi yang berfungsi sebagai pengisi juga perlu dibuang bekas-bekas potongan atau kotoran-kotoran lainnya. 5.6.5. Menembus, mengebor dan melebarkan lubang. a. Semua lubang-lubang pada bahan baja harus dibor. b. Pada keadaan akhir diameter lubang untuk baud yang dibubut dengan tepat dan sebuah baud hitam yang tepat boleh berbeda masing-masing sebanyak 0,1 mm dan 0,4 mm daripada diameter batang baud-baud. c. Semua lubang-lubang dalam bagian konstruksi yang disambung dan yang harus dijadikan satu dengan alat penyambung, harus dibor sekaligus sampai diameter sepenuhnya. Apabila ternyata tidak sesuai, maka perubahan - perubahan lubang tersebut dibor atau diluaskan dan penyimpangannya tidak boleh melebihi 0,5 mm. d. Semua lubang-lubang harus benar-benar bulat atau sesuai dengan permintaan gambar rencana terdiri dari siku-siku pada bidang-bidang dan bagian-bagian konstruksi yang akan disambung. e. Semua lubang-lubang sebelum pemasangan harus dibersihkan dulu. Mempersiapkan lubang tidak boleh dilakukan dengan menggunakan besi / sikat kawat atau besi-besi penggaruk. 5.7. PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN. 5.7.1. Seluruh profil baja harus dibersihkan dari permukaan korosi (karat) dan kotoran-kotoran ataupun minyak-minyak, dengan menggunakan sikat baja atau sandblasting, sampai permukaannya memperoleh warna metalic yang merata. Segera setelah dibersihkan, sebelum profil-profil baja dipasang di workshop, seluruh permukaannya harus cepat-cepat di cat dengan meni (red oxide) yang tebalnya 30 35 micron. Cat dasar ini harus betul-betul merata untuk seluruh permukaan profil. Cat dasar yang tidak baik harus dibuang / dibersihkan sama sekali, disikat kawat, digosok, dan setelah bersih segera dicat dasar lagi seperti yang telah diuraikan. Cat dasar dilaksanakan 2 (dua) kali pengecatan dan dipakai produksi DANAPAINT. Cat finish dilaksanakan 2 (dua) kali, produk DANAPAINT. Pengecatan harus dilakukan sesuai dengan instruksi yang dikeluarkan oleh pabrik dan mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.
5.7.2.
5.7.3.
5.7.4. 5.7.5.
RKS-Teknis
Bab III- 23
BAB IV
SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pasal 1 PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURAN 1.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi : a. Pekerjaan adukan pasangan batu kali b. Pekerjaan adukan pasangan batu bata dan batako press c. Pekerjaan adukan lain seperti tercantum dalam gambar kerja. 1.2. PERSYARATAN BAHAN. 1.2.1. Semen. Sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Buku Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis Struktur. 1.2.2. Pasir. Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam, bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan-bahan organis. 1.2.3. Air. Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, garam, bahan organik dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. 1.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN. 1.3.1. Campuran adukan yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Cara pembuatannya menggunakan mixer selama 3 (tiga) menit. 1.3.2. Jenis adukan. a. Adukan biasa adalah campuran 1pc: 4ps dan 1pc: 5ps. Adukan ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup semua permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja. b. Adukan kedap air adalah campuran 1pc : 3ps. Aduk plesteran ini untuk : Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi luar bangunan. Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang disyaratkan harus kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja hingga ketinggian 150 cm. dari permukaan lantai.
RKS-Teknis
Bab IV- 1
Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai 20 cm. dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja. 1.3.3. Semua jenis adukan tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan. 1.3.4. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu pencampuran adukan dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama untuk adukan kedap air.
Pasal 2 PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI 2.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi : a. Pekerjaan pondasi pasangan batu kali. b. Pekerjaan pasangan batu kali lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja. 2.2. PERSYARATAN BAHAN. 2.2.1. Batu kali. Batu kali yang digunakan harus batu pecah dari jenis yang keras, bersudut runcing dan tidak porous. 2.2.2. Semen. Sesuai Pasal 1 butir 1.2.1. 2.2.3. Pasir. Sesuai Pasal 1 butir 1.2.2. 2.2.4. Air. Sesuai Pasal 1 butir 1.2.3. 2.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN. 2.3.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi, harus dibuat profil / bentuk pondasi dari bambuatau kayu pada setiap ujung yang bentuk dan ukurannya sesuai dengan Gambar Kerja dan telah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. 2.3.2. Galian pondasi harus telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas, kemudian dasar galian harus diurug dengan pasir urug tebal 10 cm. disiram sampai jenuh, diratakan dan dipadatkan sampai benar-benar padat. Di atas lapisan pasir tersebut diberi pasangan batu kali kosong yang dipasang sesuai dengan Gambar Kerja.
RKS-Teknis Bab IV- 2
2.3.3. Pasangan batu kali untuk pondasi menggunakan adukan dengan campuran 1pc : 4ps, terkecuali disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja. Untuk kepala pondasi digunakan adukan kedap air 1pc : 3ps. 2.3.4. Adukan harus membungkus batu kali sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian dari pondasi yang berongga atau tidak padat khususnya pada bagian tengah. 2.3.5. Setiap jarak 50 cm. As-as harus ditanam stek 10 mm. untuk sloof dan dinding pasangan yang tercantum dalam Gambar Kerja. Pada perletakan kolom beton atau kolom praktis beton harus ditanamkan stekstek tulangan kolom dengan diameter dan jumlah besi yang sama dengan tulangan pokok pada kolom beton atau kolom praktis tersebut. Stek-stek harus tertanam dengan baik dalam pondasi sedalam minimum 40-d atau sesuai dengan ukuran dalam Gambar Kerja. Jarak antara stek-stek ini adalah tiap 100 cm. dan atau seperti yang tercantum dalam Gambar Kerja.
Pasal 3 PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA DAN BATAKO PRESS 3.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi : a. Pembuatan dinding batako press. b. Pekerjaan pasangan batu bata lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja. 3.2. PERSYARATAN BAHAN. 3.2.1. Batako press. Batako press yang dipakai adalah dari mutu yang terbaik, setaraf bata F, ukuran 8 x 20 x 30 cm. dengan pengepresan sempurna dan merata. Batako press yang dipakai harus bebas dari cacat, retak, cat atau adukan, mempunyai sudut siku dan ukuran yang seragam dan langsung didatangkan dari pabrik atau penjual. Sebelum pengadaan bahan ini, Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh disertai data teknis dari batu bata yang akan dipakai kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Semen. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1. Pasir. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2. Air. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.
RKS-Teknis
Bab IV- 3
3.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN. 3.3.1. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail bentuk profil, sambungan dan hubungan dengan material lain dan melaksanakannya sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja. Sebelum pemasangan, batu bata harus direndam dalam air bersih dulu sehingga jenuh. Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas permukaan batu bata tersebut. Aduk perekat / spesi. a. Aduk perekat / spesi untuk pasangan batako press kedap air adalah campuran 1pc : 3ps untuk : Dinding pasangan batako daerah basah. Dinding pasangan batako yang langsung berhubungan dengan luar. Saluran. b. Untuk semua pasangan batako press terhitung dari P +0,20 ke atas, dipakai aduk perekat / spesi campuran 1pc : 5ps terkecuali yang disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja. c. Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan Pasal 1 dalam Bab ini. 3.3.4. Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan aduk perekat / spesi harus sama setebal 1 cm. Semua pertemuan horizontal dan vertikal harus terisi dengan baik dan penuh. Pemasangan dinding pasangan batako dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 5 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom dan balok praktis. Persyaratan pelaksanaan kolom dan balok praktis, mengacu pada persyaratan pelaksanaan pekerjaan beton di Bab lain dalam buku ini. Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapi, sama tebal, lurus, tegak dan pola ikatan harus terjaga baik di seluruh pekerjaan. Pertemuan sudut antara dua dinding harus rapi dan siku seperti tercantum dalam Gambar Kerja. Pekerjaan pemasangan batako press harus benar-benar vertikal dan horizontal. Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur dengan tepat. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm. vertikal dan horizontal. Jika melebihi, Kontraktor harus membongkar / memperbaiki dan biaya untuk perkaan ini ditanggung oleh Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah. Semua pasangan bata yang tertanam dalam tanah harus dilapis aduk kasar sampai setinggi permukaan tanah.
3.3.2.
3.3.3.
3.3.5.
3.3.6.
3.3.7.
3.3.8.
RKS-Teknis
Bab IV- 4
3.3.9.
Setelah batako terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok dengan kedalaman 1 cm. dengan rapi dan dibersihkan dengan sapu lidi, kemudian disiram air dan siap menerima plesteran.
3.3.10. Sebelum diplester, permukaan pasangan bata harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok dan dibersihkan. 3.3.11. Pembuatan lubang pada dinding pasangan bata untuk perancah sama sekali tidak diperkenankan. 3.3.12. Tidak diperkenankan memasang batako merah yang patah dua melebihi dari 5%. Batu bata yang patah lebih dari 2 (dua) bagian tidak boleh digunakan. 3.3.13. Ketebalan jadi (setelah di-finish dengan plester aci) harus : Dinding bata batu, harus setebal 15 cm. Dinding bata 1 batu, harus setebal 25 cm. 3.3.14. Pemeliharaan : Selama pasangan dinding bata belum di-finish, Kontraktor wajib untuk memelihara dan menjaga atas kerusakan atau pengotoran oleh bahan lain. Apabila pada saat di-finish terdapat kerusakan, berlubang dan lain sebagainya, Kontraktor harus memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas. Biaya ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah.
Pasal 4 PEKERJAAN BETON NON STRUKTURAL 4.1. LINGKUP PEKERJAAN. 4.1.1. Pekerjaan Beton Bertulang. Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pembuatan kolom praktis 13 x 13 cm. Pembuatan balok praktis / balok lintel, ring balok ukuran 13 x 13 cm.dan 13 x 20 cm. Pekerjaan kolom praktis, balok praktis / lintel dan ring balok lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja. 4.1.2. Pekerjaan Beton Tumbuk. Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pembuatan lantai kerja beton tumbuk pada lantai dasar sesuai Gambar Kerja.
4.2. PERSYARATAN BAHAN. 4.2.1. Besi Beton. a. Besi beton yang dipakai adalah dari mutu U-24 untuk diameter lebih kecil dari 16 mm.
RKS-Teknis
Bab IV- 5
b. Besi harus bersih dari lapisan minyak, lemak dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih. c. Penampang besi harus bulat serta memenuhi persyaratan NI-2. d. Diameter besi beton yang dipasang harus sesuai dengan Gambar Kerja. e. Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Konsultan Pengawas. f. Kawat pengikat besi beton adalah dari baja lunak dan tidak disepuh / dilapis seng. Diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi beton harus memenuhi syarat-syarat dalam NI-2 (PBI-1971) 4.2.2. Semen. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1. Pasir. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2. Pasir yang dipakai harus Pasir Beton. Koral beton / Spleet. a. Koral beton / spleet harus bersih, bersudut tajam, tidak berpori serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat NI-2. b. Penyimpanan / penimbunan koral beton dengan pasir harus dipisahkan satu sama lain, hingga kedua bahan tersebut dijamin mendapatkan perbandingan adukan beton yang disyaratkan. A i r. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3. Acuan / bekisting dan perancah. a. Papan acuan / bekisting dibuat dari multiplex tebal 9 mm. b. Balok-balok pengaku dan pengikat papan acuan dari kaso 5/7. c. Perancah disyaratkan memakai perancah besi, tidak diperkenankan mempergunakan balok kaso 5/7 atau bambu.
4.2.3.
4.2.4.
4.2.5.
4.2.6.
4.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN. 4.3.1. Beton Bertulang. a. Campuran dan mutu beton Campuran adalah 1pc : 2ps : 3Kr. Mutu beton yang disyaratkan dalam pekerjaan beton bertulang non struktural ini adalah K-175. b. Pembesian.
RKS-Teknis
Bab IV- 6
Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang dibengkokkan, sambungan, kait-kait dan persyaratannya harus sesuai NI-2 (PBI-1971).
Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus sesuai dengan Gambar Kerja. Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi tulangan tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran, dan harus bebas dari papan acuan / bekisting atau lantai kerja dengan memasang selimut beton dan bantalan beton (beton decking) sesuai dengan NI-2 (PBI-1971). c. Acuan / bekisting. Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan dalam Gambar Kerja. Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran berlangsung. Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari kotoran tahi gergaji, potongan kayu, tanah, lumpur dan sebagainya. d. Cara pengadukan. Cara pengadukan harus menggunakan beton molen. Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu oleh Konsultan Pengawas. Beton harus dilindungi dari sinar matahari langsung, hingga tidak terjadi penguapan terlalu cepat. Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan. e. Pengecoran Beton. Sebelum pelaksanaan pengecoran, Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak. Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Konsultan Pengawas. Pengecoran harus dilakukan dengan menggunakan alat penggetar beton untuk menjamin beton cukup padat, dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral / spleet yang dapat memperlemah konstruksi. Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya, maka tempat perhentian tersebut harus disetujui Konsultan Pengawas.
RKS-Teknis
Bab IV- 7
Penyambungan beton lama dengan beton baru harus memakai Bonding Agent NITOBOND PVA merk FOSROC. Permukaan beton lama yang akan diteruskan pengecorannya harus dikasarkan, dilapis dengan Bonding Agent NITOBOND PVA yang pelaksanaannya sesuai persyaratan pabrik pembuat, selanjutnya langsung dilakukan pengecoran beton baru. f. Pekerjaan pembongkaran acuan / bekisting. Pekerjaan pembongkaran acuan / bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari Konsultan Pengawas. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan mengadakan perubahan apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan Konsultan Pengawas. g. Pekerjaan pembuatan kolom praktis. Pemasangan kolom praktis untuk : Setiap pertemuan dinding pasangan batu bata. Dinding pasangan batu bata batu pada bagian dalam bangunan setiap seluas 9 m2. Dinding pasangan batu bata batu pada bagian luar / tepi luar bangunan setiap seluas 9 m2. Ukuran kolom praktis adalah 13 x 13 cm. Dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja. h. Pekerjaan pembuatan balok praktis / lintel dan ring balok. Pemasangan balok praktis / lintel dan ring balok : Di tepi atas / akhir dari dinding pasangan batu bata yang bebas sebagai ring balok setiap luas 9 m2 pasangan dinding bata yang tinggi. Ukuran balok pratis adalah 13 x 13 cm, 13 x 20 cm, atau sesuai Gambar Kerja. Dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja. i. Penulangan beton kolom dan balok praktis sesuai Gambar Kerja dan atau seperti terurai dalam pekerjaan beton di Bab lain dalam Buku ini. j. Pemasangan kolom praktis dan balok praktis / lintel seperti tercantum dalam Butir 5.3.1.g. dan 5.3.1.h. di atas, terlepas apakah pekerjaan tersebut tergambar atau tidak dalam Gambar Kerja. k. Pada setiap pertemuan dinding pasangan batu bata dengan kolom praktis, ring balok beton maupun beton lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja harus diperkuat angker 8 mm. setiap jarak 50 cm. yang terlebih
RKS-Teknis Bab IV- 8
dahulu telah ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan kolom dan balok praktis ini. Bagian yang tertanam dalam pasangan bata minimal sedalam 30 cm. kecuali ditentukan lain. 4.3.2. Pekerjaan Beton Tumbuk. Campuran beton tumbuk adalah 1pc : 3ps : 5kr dengan tulangan praktis 1 lapis 2 arah diameter 6 mm.- 15 cm. atau wiremesh BRC M-6, terkecuali pada daerah basah (KM / WC dan Pantry) tidak dipasang tulangan. Lapisan beton tumbuk harus padat, tidak berongga, tidak retak dan rata permukaan / waterpass dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja. Tebal lapisan beton tumbuk adalah 6 cm, dan atau sesuai Gambar Kerja.
Pasal 5 PEKERJAAN PLESTERAN 5.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Plesteran aci halus untuk dinding pasangan batako press dan permukaan beton. Plesteran kedap air. Plesteran biasa. Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam Gambar Kerja. 5.2. PERSYARATAN BAHAN. 5.2.1. 5.2.2. 5.2.3. Semen. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.1. Pasir. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.2. A i r. Sesuai dengan Pasal 1 butir 1.2.3.
5.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN. 5.3.1. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan dinding pasangan bata atau bidang beton telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas. Jenis plesteran. a. Plesteran kasar adalah plesteran dengan permukaan tidak dhaluskan. Campuan plesteran kasar adalah campuran aduk kedap air,yaitu 1pc : 3ps. Dipakai untuk :
5.3.2.
RKS-Teknis
Bab IV- 9
Menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam di dalam tanah hingga ke permukaan tanah dan atau lantai. Menutup permukaan dinding pagar yang menghadap tetangga. b. Plesteran biasa adalah campuran 1pc : 5ps. Aduk plesteran ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup semua permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja. c. Plesteran kedap air adalah campuran 1pc : 3ps. Aduk plesteran ini untuk : Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi luar bangunan. Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang disyaratkan harus kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja hingga ketinggian 150 cm. dari permukaan lantai. Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai 20 cm. dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja. d. Plesteran halus / aci halus adalah campuran PC dengan air yang dibuat sedemikian rupa sehingga diperoleh campuran yang homogen. Plesteran halus ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding pasangan. Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan sesudah aduk plesteran sebagai lapisan dasar telah berumur 8 (delapan) hari, atau sudah kering benar. 5.3.3. Pelaksanaan. a. Adukan semua jenis plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan. b. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu pencampuran aduk plesteran dengan waktu pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama untuk plesteran kedap air. c. Kontraktor harus menyediakan Pekerja / Tukang yang ahli untuk pelaksanaan pekerjaan plesteran ini, khususnya untuk plesteran aci halus. d. Terkecuali untuk plesteran kasar, permukaan semua aduk plesteran harus diratakan. Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus / aci harus rata, tidak bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga dan berlubang, tidak mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat. e. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi terlebih dahulu dan siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.
RKS-Teknis Bab IV- 10
Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester, permukaannya harus dibersihkan dari sisa-sisa bekisting, kemudian dikasarkan (scratched). Semua lubang - lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup aduk plesteran. d. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapis dengan cat / wallpaper dipakai plesteran aci halus di atas permukaan plesterannya. Untuk bidang dinding pasangan yang menggunakan bahan / material akhir lain, permukaan plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberikan ikatan yang lebih baik terhadap bahan / material yang akan digunakan tersebut. e. Untuk setiap pertemuan bahan / material yang berbeda jenisnya pada satu bidang datar, harus diberi naat / celah dengan ukuran lebar 7 mm. dan dalam 5 mm. f. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m. g. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom seperti yang dinyatakan dan dicantumkan dalam Gambar Kerja. Tebal plesteran adalah minimal 1,5 cm. dan maksimal 2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 2,5 cm, maka diharuskan menggunakan kawat ayam yang diikatkan / dipakukan ke permukaan dinding pasangan yang bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran. h. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi pipa listrik, pipa plumbing, untuk seluruh bangunan. 5.3.4. Pemeliharaan. a. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan wajar. Hal ini dilakukan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari sinar matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan secara cepat. Pembasahan tersebut adalah selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai, Kontraktor harus selalu menyiram dengan air sekurangkurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh. b. Selama permukaan plesteran belum dilapis dengan bahan / material akhir, Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakankerusakan dan pengotoran dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah. c. Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan bahan / material akhir di atas permukaan plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu, cukup kering, bersih dari retak, noda dan cacat lain seperti yang disyaratkan tersebut di atas.
RKS-Teknis
Bab IV- 11
d. Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai disetujui oleh Konsultan Pengawas. Biaya untuk perbaikan tersebut ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat dijadikan sebagai pekerjaan tambah.
Pasal 6 PEKERJAAN KAYU 6.1. LINGKUP PEKERJAAN. 6.1.1. Pekerjaan kayu kasar. Pekerjaan kayu kasar lain seperti tercantum dalam Gambar Kerja. 6.1.2. Pekerjaan kayu halus. Rangka Multi 9 mm lapis plat untuk penutup atas GRC ditunjukkan pada Gambar Kerja. 6.2. PERSYARATAN BAHAN. 6.2.1. Mutu dan kualitas kayu yang dipakai sesuai persyaratan seperti diuraikan pada butir berikut ini. Semua kayu yang dipakai harus tua, benar-benar kering, lurus. Tanpa cacat mata kayu, putih kayu dan retak Ukuran kayu adalah ukuran jadi seperti tercantum dalam Gambar Kerja. Pekerjaan kayu kasar. Kayu Borneo Super atau sekualitas. Referensi bahan sesuai dengan SII No. 0458/81, mutu kelas A, kelas keawetan II dan kekuatan II. Pekerjaan kayu halus. a. Balok untuk kusen, kayu Kamper Samarinda. Referensi bahan sesuai dengan SII No. 0458/81, mutu kelas A, kelas keawetan II dan kekuatan II. b. Papan untuk plint kayu Kamper Banjar. Referensi bahan sesuai dengan SII No. 0458/81, mutu kelas A, kelas keawetan II dan kekuatan II. c. Multiplex: Panel : Plywood, Megateak. Tebal : (sesuai yang ditunjukkan pada Gambar Kerja). Produk : Ex lokal mutu terbaik. 6.2.4. kelembaban. Untuk ketebalan kayu lebih dari 3 cm. disyaratkan kelembaban kayu tidak lebih dari 14 % terpasang. Untuk ketebalan kayu lebih dari 7 cm. diijinkan kelembaban kayu 25 % maksimum.
6.2.2.
6.2.3.
RKS-Teknis
Bab IV- 12
Untuk ketebalan kayu lebih kecil dari 7 - 3 cm. diijinkan kelembaban kayu 18% maksimum. Kelembaban kayu atau kadar air kayu (moisture content) tersebut di atas diperiksa dengan alat pemeriksa kelembaban kayu. 6.2.5. Pengawetan kayu. Semua kayu (terkecuali kayu lembaran) yang dipergunakan harus sudah melalui proses pengeringan (dry kiln) dan harus sudah diberi bahan anti rayap sebelum pelaksanaan finishing. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan anti rayap sesuai dengan yang tercantum pada pekerjaan perlindungan. Penimbunan kayu di tempat pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan ini harus diletakkan di satu tempat, di dalam ruangan yang kering dengan sirkulasi udara yang baik, tidak terkena cuaca langsung dan harus dilindungi dari kerusakan. Timbunan kayu tersebut harus diberi alas sehingga tidak langsung terhampar di lantai. Bahan dan alat bantu. Bahan dempul yang dipakai adalah tipe B dengan referensi SII 0282/80. Bahan perekat adalah lem putih untuk kayu, produk HENKEL atau yang setaraf. Semua pengikat berupa paku, sekrup, baut, dynabolt, kawat dan lain-lain harus digalvanisasi.
6.2.6.
6.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN. 6.3.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan kayu ini, Kontraktor diwajibkan untuk : Mempelajari bentuk, pola penempatan, cara pemasangan dan detail sesuai Gambar Kerja. Pengukuran keadaan lapangan untuk mendapatkan ketepatan pemasangan di lapangan. Khususnya untuk pekerjaan kayu halus, Kontraktor harus membuat shop drawing untuk detail pemasangan dan sistim perkuatan. Agar diusahakan pelaksanaan pemasangan instalasi sebelum pelaksanaan pekerjaan kayu sehingga tidak terjadi pembongkaran. Pelaksanaan sambungan seperti pemasangan klos, baut, plat penggantung, angker, dynabolt, sekrup, paku dan lem perekat harus rapi sempurna serta tidak diperkenankan mengotori bidang-bidang tampak. Khusus untuk bahan sambungan / pengikat dari baja seperti angker, sengkang, plat dan sebagainya sebelum terpasang harus sudah diberi lapisan anti karat yang memenuhi persyaratan dalam Pasal Pengecatan di Buku ini. Khusus pada permukaan bidang tampak / exposed, tidak diperkenankan pemasangan paku tetapi harus disekrup atau cara lain yang disetujui Konsultan Pengawas.
RKS-Teknis
Bab IV- 13
Bilamana pada sistim perkuatan yang tertera dalam gambar dianggap kurang kuat oleh Kontraktor, maka menjadi kewajiban dan tanggungan Kontraktor untuk menambahkannya setelah disetujui Konsultan Pengawas. Dalam hal ini Kontraktor tidak dapat meng-klaim sebagai pekerjaan tambah. Semua pekerjaan pendempulan harus rapi, rata dan halus. Setelah dempul kering kemudian digosok dengan ampelas halus. Sebelum pemasangan untuk semua logam yang melekat pada kayu, semua logam tersebut harus sudah diberi lapisan perlindungan atau lapisan cat seperti yang disyaratkan. 6.3.2. Pelaksanaan Pekerjaan Kayu Kasar. Semua konstruksi yang tidak ditampakkan (unexposed) harus dilapis dengan menie kayu. Pekerjaan ini dilaksanakan setelah penyerutan dan sebelum dipasang. Pelaksanaan Pekerjaan Kayu Halus. Semua pekerjaan kayu halus khususnya permukaan kayu yang akan diperlihatkan (exposed) dan permukaan kayu yang akan dilapis / ditempel dengan bahan / material finishing harus diserut halus dan rata. Proses pengerjaan semua kayu untuk pekerjaan kayu halus harus menggunakan mesin tanpa kecuali dan tidak diperkenankan mengerjakan di tempat pemasangan, persyaratan ini mencakup pula untuk penyerutan. Setelah penyerutan mesin, baru kemudian diperkenankan dengan penyerutan tangan. Sambungan-sambungan harus dikerjakan dengan ketelitian yang tepat dan rapi terutama untuk bagian yang diperlihatkan (exposed). Sambungan Plint kayu pada sudut harus berupa sambungan adu manis dan siku. Sambungan antara papan ke arah memanjang harus berupa sambungan ekor burung. 6.3.4. Perlindungan terhadap pekerjaan kayu yang telah selesai. Semua kayu yang telah terpasang harus dilindungi dari segala kerusakan baik berupa benturan, pecah, retak, noda dan cacat-cacat lain. Apabila hal tersebut di atas ditemui, maka Kontraktor harus membongkar dan mengganti tanpa mengurangi mutu. Biaya untuk pekerjaan ini adalah tanggung jawab Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah. Pekerjaan penyelesaian (finishing) kayu. Pekerjaan finishing kayu lihat Pasal Pekerjaan Pengecatan dalam Buku ini.
6.3.3.
6.3.5.
RKS-Teknis
Bab IV- 14
9.1.
LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan pintu besi dan Rolling Door pada Gerbang seperti tercantum pada Gambar Kerja.
9.2.
PERSYARATAN BAHAN. Pintu Besi Bahan : Daun pintu memakai Hollow square tube. Rangka daun pintu memakai hollow scuare tube. Kusen memakai besi kanal. : Sesuai Gambar Kerja. : Sistim kupu-kupu dengan batang poros engsel dapat dikunci. : Sistem selot dengan gembok.
9.3.
PERSYARATAN PELAKSANAAN. Pembuatan pintu besi harus mengikuti Bab Pekerjaan Logam Arsitektur. Pembuatan kusen dan daun pintu besi lengkap harus dilaksanakan di workshop, tiba di lapangan siap untuk pemasangan / penyetelan. Kusen pintu besi harus sudah terpasang pada dinding lubang pintu saat pelaksanaan pekerjaan dinding termaksud. Jumlah engsel adalah 3 (tiga) buah tiap daun pintu.
Pasal 8 PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA ( ALAT PENGGANTUNG & PENGUNCI )
RKS-Teknis
Bab IV- 15
10.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan ini meliputi : Pekerjaan perlengkapan pintu Besi dan Rolling Door seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
10.2. PERSYARATAN BAHAN. Semua alat penggantung dan pengunci (hardware) yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Buku Spesifikasi ini. Apabila terjadi perubahan atau penggantian, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu secara tertulis dari Pemberi Tugas. Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan dari Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas. Dalam pengajuan tersebut harus dengan komponen (anak kunci) lengkap. Pemilihan hardware pintu dan jendela disesuaikan dengan jenis bahan pintu. 10.2.1. Perlengkapan Pintu Ayun. a. Engsel. 1. Mekanisme Spesifikasi Pemakaian Ukuran Jumlah Produk Warna 2. Mekanisme Spesifikasi : Ayun satu arah (single swing). : Tipe kupu-kupu dengan ring nylon, memenuhi standar SII-0407-80 : Pintu tunggal dan pintu ganda, rangka aluminium. : 4 x 3 inchi, tebal 3,2 mm. (standar produk). : 3 (tiga) set per daun pintu. : SES, CISA atau setara : Silver. : Ayun dua arah (double swing). : Khusus untuk pintu kaca tanpa rangka (frameless) dipasang pada sisi bawah / tertanam di lantai dan sisi atas daun pintu, sekaligus berfungsi sebagai door closer dengan pengaturan kecepatan menutup dari 115o ke 12o dan 12o ke 0o. Dilengkapi engsel penjepit bagian bawah (bottom pivot patch) dan atas (top pivot patch). : Pintu masuk utama lantai dasar. : 2 (dua) set lengkap per daun pintu. : SES, CISA atau setara. : Ditentukan kemudian.
RKS-Teknis
Bab IV- 16
: Semua pintu tunggal dan pintu ganda dengan rangka aluminium. : Lockcase yang mempunyai lidah silang (latch bolt) dan lidah malam (rolling dead bolt). : SES, CISA atau setara : Silver. : 1 kali kunci (single lock) : Pintu kaca ganda tanpa rangka (frameless door glass) : Lockcase pada bagian bawah dan atas pintu frameless. : KEND. : Silver.
c. Kunci (Cylinder). 1. Pemakaian : Semua pintu Rolling Door Spesifikasi : Mempunyai lubang kunci di kedua ujungnya (Double Cylinder). Produk : SES, CISA atau setara Warna : Ditentukan kemudian. 2. Pemakaian Spesifikasi Produk Warna 3. Pemakaian Spesifikasi : Pintu tunggal khusus ruang panel dan utilitas. : Pada sisi luar mempunyai lubang kunci dan tombol pada sisi dalam (Knob Cylinder). : SES, CISA atau setara. : Ditentukan kemudian. : Khusus Kios : Pada sisi luar dapat dibuka dengan menggunakan koin dan tombol pada sisi dalam Produk : SES, CISA atau setara. : Ditentukan kemudian.
Warna
d. Pegangan (Handle). 1. Pemakaian : Untuk semua pintu kecuali pintu frameless. Spesifikasi : Handle untuk membuka lidah penahan (Latch Bolt) secara mekanis. Pemasangan menyatu dengan silinder kunci. Dilengkapi dengan penutup lubang kunci. Produk : SES, CISA atau setara. Warna : Silver. 2. Pemakaian Spesifikasi Produk
RKS-Teknis
: Pintu kaca ganda tanpa kaca (frameless) pada pintu masuk utama lantai dasar. : Pegangan (Handle) khusus untuk pintu kaca tanpa rangka (frameless). : SES, CISA atau setara.
Bab IV- 17
Warna
: Ditentukan kemudian.
e. Penahan Pintu (Door Stopper). Pemakaian : Seluruh pintu. Spesifikasi : Bahan karet. Produk : KEND. 10.2.2. Perlengkapan Pintu Besi. Engsel dan kunci dipasang dan dibuat sekaligus dengan kusen dan daun pintu di Bangunan Kios. a. Engsel. Mekanisme Spesifikasi : Ayun satu arah (single swing). : Tipe ball bearing dengan batang poros dapat dikunci, dengan kemampuan dapat menahan beban daun pintu termaksud ( @ 200 kg ). : Bangunan Kios. : 3 (tiga) set per daun pintu. : Sesuai dengan kusen dan daun pintu.
: Sistim selot. : Batang selot pada daun pintu dilengkapi pegangan yang dapat dipasang kunci gembok. Pada kusen dipasang ring untuk tempat mengunci pegangan batang selot dan kunci gembok. : Bangunan Kios. : 1 (satu) set per daun pintu. : Sesuai dengan kusen dan daun pintu.
10.2.3. Kehandalan kerja. Seluruh perangkat perlengkapan pintu dan jendela ini harus bekerja dengan baik sebelum dan sesudah pemasangan. Untuk itu, harus dilakukan pengujian secara kasar dan halus.
10.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN. 10.3.1. Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail pelaksanaan) berdasarkan gambar dokumen kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Didalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang belum tercakup secara lengkap didalam gambar dokumen kontrak sesuai dengan standarisasi fabrikasi, dan pemasangannya untuk setiap tipe pintu dan jendela.
RKS-Teknis
Bab IV- 18
Shop drawing harus disetujui dahulu oleh Konsultan Pengawas sebelum dilaksanakan. 10.3.2. Pemasangan semua perangkat perlengkapan pintu, jendela dan bovenlicht khususnya lockcase, handle dan backplate harus rapi dan sesuai dengan letak posisi yang telah ditentukan dalam Gambar Kerja dan atau petunjuk Konsultan Pengawas. Apabila hal tersebut tidak tercapai, maka Kontraktor wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya. 10.3.3. Engsel, dipasang + 28 cm. (as) dari permukaan atas dan permukaan bawah pintu pada pintu-pintu umum biasa. Engsel pintu toilet / peturasan dan janitor adalah + 32 cm.(as) dari permukaan bawah pintu. Khusus pintu frameless mengikuti persyaratan pabrik. 10.3.4. Door stopper untuk pintu toilet / peturasan, dipasang pada dinding dengan minimum ketinggian 155 cm.dan 6 cm. dari tepi daun pintu. Untuk pintu lain, dipasang pada lantai. Letaknya diatur agar daun pintu dan kunci tidak membentur dinding pada saat pintu terbuka. Pemasangan door pull 100 cm. (as) dari permukaan lantai. Pelaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi pabrik pembuat.
RKS-Teknis
Bab IV- 19
Pasal 9 PEKERJAAN LOGAM ARSITEKTUR 13.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan dinding partisi GRC 6 mm. Pekerjaan penggantung rangka langit-langit angkur, klem dan semua bentuk pengikat / pengaku hubungan konstruksi yang terbuat dari logam. Pekerjaan logam lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
13.2. PERSYARATAN BAHAN. 13.2.1. Semua bahan / material logam yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik, lurus, rata permukaan, bebas karat, bebas cacat akibat benturan ataupun cacat dari pabrik dan bebas dari noda-noda lainnya yang dapat mengganggu kualitas maupun penampilan / appearance, serta keluaran dari pabrik yang disetujui Konsultan Pengawas. Mutu dan kualitas sesuai dengan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang berlaku. 13.2.2. Baja profil, jenis, ukuran, warna, sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja. Sengkang pengikat talang vertikal, dipakai baja galvannized strip 2x30 mm. Plat stainless steel, bentuk dan ukuran sesuai dgn Gambar Kerja, tebal 3 mm. Plat baja polos, bentuk dan ukuran sesuai dengan Gambar Kerja, tebal 2 mm. 13.2.3. Kontraktor harus sudah siap dengan semua pengikat / penyambung / pengaku seperti angker, klem, baut, ramset, dynabolt, baja strip dan sebagainya. Semua bentuk dan ukuran sesuai dengan Gambar Kerja dan atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas. Bahan produk jadi seperti baut, ramset, dynabolt adalah produk HILTI. Bahan-bahan pelengkap seperti baut, sekrup, dynabolt, ramset, pengait dan logam fitting lainnya yang berhubungan dengan udara luar harus dibuat dari besi yang digalvanisasi.
RKS-Teknis Bab IV- 20
Khusus untuk bahan / material stainless steel, semua baut atau sekrup yang dipakai dan kepalanya keluar dari permukaan bahan / material tersebut harus ditutup dengan penutup yang di-verchroom. 13.2.4. Elektroda las yang digunakan harus memenuhi persyaratan Normalisasi Indonesia, dan sebelum digunakan harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Bahan disimpan di tempat terlindung yang menjamin komposisi dan sifat karakteristik lainnya dari elektroda las tersebut tidak berubah. Bahan las yang digunakan dari kelas E 6012 AWS dan harus dijaga agar selalu dalam keadaan baik dan kering. 13.3. PERSYARATAN TEKNIS. 13.3.1. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab atas semua ukuran yang tercantum dalam Gambar Kerja. Pada prinsipnya, ukuran pada Gambar Kerja adalah ukuran jadi / finish. Harus diperhatikan pula sambungan / hubungan dengan material lain harus sesuai dengan Gambar Kerja. 13.3.2. Sebelum pelaksanaan dan pemasangan, Kontraktor harus melakukan pengukuran yang cermat di tempat kerja guna mendapatkan ukuran yang tepat. 13.3.3. Bahan / material berbentuk unit yang akan dipasang harus diberi tanda agar tidak terjadi kesalahan pemasangan. 13.3.4. Pekerjaan harus bertaraf kelas satu, terutama untukpermukaan logam yang diperlihatkan (exposed) harus benar-benar rapi dan halus. 13.3.5. Pemotongan logam harus dengan mesin pemotong mekanik (Mechanical Cutting Machine) kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar Kerja. Pemotongan dengan pembakaran memakai mesin pembakar standar. 13.3.6. Semua bagian yang dilubangi sesuai dengan Gambar Kerja dan sudah dibersihkan dari karat, harus diperiksa dan berada dalam keadaan tidak cacat sebelum pemasangan. 13.3.7. Semua pengelasan menerus dengan las busur listrik. 13.3.8. Tambatan, angker, stek, dynabolt dan ramset untuk beton dan pasangan batu bata dimana diperlukan harus digunakan walaupun tidak ditunjukkan dalam gambar, sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas. 13.4. PERSYARATAN PELAKSANAAN. Semua pekerjaan baut / bolt harus memenuhi syarat AISC Specification for Structural Joint Bolt. Semua pekerjaan las harus mengikuti American Welding Society for Arc Welding in Building Construction Section.
RKS-Teknis Bab IV- 21
Kontraktor bertanggung jawab terhadap keamanan, kerusakan barang sampai ke tempat tujuan. Segala kerusakan dan atau kehilangan adalah tanggung jawab Kontraktor. 13.4.1. Plat Baja dan Stainless Steel. Penempatan plat harus rapi dan semua lubang baut harus terletak tepat pada jarak masing-masing baut. Pemasangan plat baja tidak boleh bergeser lebih dari 2 mm. dari asnya. Angker, stek ataupun elemen vertikal lainnya harus tegak lurus terhadap permukaan bidang tempatnya tertanam. Semua bagian pekerjaan yang berbentuk unit harus dirakit (assembling) sebelum pemasangan. Kontraktor harus mengajukan contoh model (mock-up) yang akan dipasang kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Sebaiknya semua pekerjaan ini difabrikasi di workshop. Kontraktor bertanggung jawab atas semua kesalahan detail, fabrikasi maupun ketidak-tepatan penyetelan / pemasangan. Kekurang-tepatan pemasangan karena kesalahan fabrikasi harus dibetulkan, diperbaiki dan atau diganti dengan yang baru, dan semua ini atas biaya Kontraktor serta tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah. Semua permukaan logam, terutama yang melekat dengan bahan / material lain sebelum pemasangan harus sudah diberi lapisan pelindung atau cat dasar. Pekerjaan ini tidak berlaku untuk baja stainless steel dan atau seperti ditunjukkan Konsultan Pengawas. 13.4.2. Pengelasan. Pengelasan harus dilakukan dengan hati-hati atau cermat. Logam yang akan dilas harus bebas dari retak dan cacat lain yang dapat mengurangi kekuatan sambungan, dan permukaannya harus halus. Juga permukaan yang dilas harus sama, rata dan kelihatan teratur. Pekerjaan las sedapat mungkin dilakukan di workshop dan atau dalam ruangan yang beratap, bebas dari angin dan dalam keadaan kering. Benda pekerjaan ditempatkan sedemikian rupa sehingga pekerjaan las dapat dilakukan dengan baik dan teliti. 13.4.3. Las Perapat / Pengendap. Dalam setiap posisi dimana dua bagian (dari satu benda) saling berdekatan, harus dilaksanakan las perapat / pengendap guna mencegah masuknya lengas. Terlepas apakah detailnya diberikan atau tidak dalam Gambar Kerja, apakah benda / bahan tersebut terkena cuaca luar atau tidak, dan Kontraktor tidak dapat meng-klaim pekerjaan ini sebagai pekerjaan tambah. 13.4.4. Macam dan Ukuran Las. Macam las yan dipakai adalah las lumer (las dengan busur listrik).
RKS-Teknis Bab IV- 22
Ukuran las harus sesuai dengan Gambar Kerja dan atau tebal las untuk konstruksi minimum V t 2, dimana t adalah tebal bahan terkecil. Panjang las minimum : 8 kali tebal bahan atau 40 mm. Panjang las maksimum : 40 kali tebal bahan. Kekuatan dari bahan las yang dipakai minimum sama dengan kekuatan baja yang dipakai. 13.4.5. Pengelasan permukaan yang ditampakan (exposed). Sebelum pengelasan, permukaan dari daerah yang akan dilas harus bersih dan bebas dari kotoran, noda, cat, minyak dan karat. Pengelasan harus rapi tanpa menimbulkan kerusakan dan cacat pada bahan yang dilas. Pengakhiran dari cairan elektroda harus rata. Setelah pengelasan, sisa-sisa / kerak las harus dibersihkan dengan baik. Pemberhentian pengelasan harus pada tempat yang ditentukan dalam Gambar Kerja dan atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas dan harus dijamin tidak akan berputar atau membengkok. 13.4.6. Perbaikan Las. Bila pekerjaan las ternyata memerlukan perbaikan, maka hal ini harus dilakukan Kontraktor sebagaimana diperintahkan Konsultan Pengawas. Las yang cacat harus dipotong dan dilas kembali. Biaya pekerjaan ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah. Pekerjaan las harus dilakukan oleh orang yang ahli (mempunyai sertifikat) dan harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam spesifikasi dan Gambar Kerja. 13.4.7. Mur dan Baut. Baut yang dipergunakan harus mempunyai ukuran yang sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja. Pemasangan mur dan baut harus benar-benar kokoh serta mempunyai kekokohan yang merata antara satu dengan lainnya. 13.4.8. Memotong dan menyelesaikan pinggiran bekas irisan. Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih. Sama sekali tidak diperkenankan ada bekas jalur dan lain sebagainya. Bila bekas pemotongan / pembakaran dengan mesin menghasilkan pinggiran bekas irisan, maka bagian tersebut harus dibuang sekurang-kurangnya selebar 2,5 mm. Kecuali kalau keadaannya sebelum dibuang setebal 2,5 mm sudah tidak tampak lagi jalur-jalur tersebut di atas. 13.4.9. Meluruskan, mendatarkan dan melengkungkan. Melengkungkan dalam keadaan dingin hanya boleh dilakukan pada bagian non struktural. Untuk melengkungkan harus digunakan gilingan lengkung.
RKS-Teknis
Bab IV- 23
Melengkungkan plat dalam keadaan dingin menurut suatu jari-jari tidak boleh lebih kecil dari 3 (tiga) kali tebal plat. Hal ini berlaku pula untuk batang-batang di bidang plat badannya. Melengkungkan batang menurut jari-jari yang kecil harus dilakukan dalam keadaan panas segera setelah bahan yang dipanaskan tersebut menjadi merah tua. Tidak diperkenankan melengkungkan dan memukul dengan martil bilamana bahan tersebut tidak dalam kondisi menyala merah tua lagi. 13.4.10. Menembus, mengebor dan meluaskan lubang. Semua lubang harus dibor. Pada keadaan akhir, diameter lubang untuk baut dan sebuah baut yang tepat boleh berbeda masing-masing 1 mm. dari diameter batang baut tersebut. Untuk lubang pada bagian konstruksi yang disambung dan yang harus dijadikan satu dengan alat / komponen penyambung, harus dibor sekaligus sampai diameter sepenuhnya. Apabila ternyata tidak sesuai, maka lubang tersebut harus diubah dengan dibor atau diluaskan, dan penyimpangannya tidak melebihi 0,5 mm. Semua lubang harus bulat sempurna, berdiri siku pada bidang dan bagian konstruksi yang akan disambung. Semua lubang harus dibersihkan sebelum pemasangan. Pembersihan tersebut tidak diperkenankan memakai besi penggaruk. Pada beton bertulang, beton tumbuk dan adukan pasangan bata, semua celah yang terjadi antara lubang dan bagian logam yang tertanam di dalamnya harus diisi dengan adukan isi kering (grouting) hingga padat tanpa ada rongga dan rata permukaan. Setiap bagian dari pekerjaan ini yang buruk, tidak memenuhi persyaratan seperti yang tertulis dalam Buku ini maupun tidak sesuai dengan Gambar Kerja, Ketidak-cocokan, kesalahan maupun kekurangan lain akibat Kontraktor lalai, tidak teliti dalam Gambar Pelengkap dan atau perbaikan finish yang tidak memuaskan akan ditolak dan harus diganti hingga disetujui Konsultan Pengawas. Perbaikan, perubahan dan penggantian harus dilaksanakan atas biaya Kontraktor dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah. Perubahan bahan / detail karena alasan tertentu harus diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis. Semua pekerjaan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa ada biaya tambahan yang mempengaurhi kontrak, kecuali untuk perubahan yang mengakibatkan pekerjaan kurang akan diperhitungkan sebagai pekerjaan kurang. Semua pekerjaan yang telah dikerjakan atau telah terpasang harus segera dilindungi terhadap pengaruh cuaca dengan cara yang memenuhi syarat.
RKS-Teknis
Bab IV- 24
Pasal 10 PEKERJAAN PERLINDUNGAN 15.1. LINGKUP PEKERJAAN. Pekerjaan yang dimaksud meliputi : Pekerjaan sealant. Pekerjaan grouting. Pekerjaan floor hardener. Pekerjaan waterproofing. 15.1.1. Pekerjaan Sealant. Semua celah pada sambungan unit saniter dan accessoriesnya terhadap dinding, lantai maupun antara pipa. Semua celah pada kaca dengan rangka dan dinding. Semua celah pada kusen aluminium. 15.1.2. Pekerjaan grouting. Semua pekerjaan penutup celah yang terjadi pada bahan / material metal yang tertanam dalam beton maupun pasangan bata. 15.1.3. Pekerjaan Floor Hardener. Pelapisan dengan bahan / material floor hardener untuk permukaan lantai beton pada : R. Pompa, R. Gardu, R. ME, dan atau sesuai Gambar Kerja. 15.1.4. Pekerjaan Waterproofing. Pelapisan dengan bahan / material waterproofing untuk : Bahan / material waterproofing lembaran untuk permukaan atas pelat atap beton. 15.2. PERSYARATAN BAHAN. 15.2.1. Pekerjaan Sealant. Bahan sealant harus sesuai dengan kegunaan, fungsi dan bahan / material, tahan cuaca, kedap air, tahan terhadap garam dan alkali, bersifat elastis
RKS-Teknis Bab IV- 25
untuk menghadapi perubahan temperatur, tahan benturan dan berdaya lekat tinggi dan bahann dasar dari Poly Urethan. Produk Nama bahan : FOSROC : NITOSEAL 118
15.2.2. Pekerjaan grouting. Bahan grouting dari jenis non-shrink dan non-metallic dengan pemakaian dicampur semen. Produk Nama bahan : FOSROC : CONBEXTRA GP
Bahan grouting untuk penutup / pengisi keretakan beton dari jenis epoxy dengan pemakaian diinjeksikan kedalam retakan. Pekerjaan harus dilaksanakan oleh aplicator dengan garansi. Produk Nama bahan : FOSROC : CONBEXTRA EP
15.2.3. Pekerjaan Floor Hardener. Bahan floor hardener dari jenis non-metallic siap pakai, tahan gesek, tahan aus, tahan benturan, tahan minyak dan oli, anti slip dan memiliki ketahanan terhadap beban 5 10 kg/m2. Produk Nama bahan Dosis Warna : : : : FOSROC NITOFLOOR HARDTOP 5 kg/m2 Ditentukan kemudian.
15.2.4. Pekerjaan Waterproofing. Untuk Waterproofing Atap. Menggunakan PROOFEX TORHCHEAL 3P merk FOSROC, merupakan waterproofing berbentuk lembaran (membran) dengan bahan dasar bitumen dan polyester. Pemasangan dengan teknik pemanasan (torching) dan ketebalan 3 mm. 15.2.5. Penyerahan bahan / material di tempat pekerjaan harus dalam keadaan masih utuh, tertutup baik dan tersegel dalam kemasannya serta berlabel seperti waktu diterima dari Distributor / Pabrik. Jika dalam keadaan cacat atau rusak, maka bahan / material tersebut tidak diperkenankan untuk dipakai.
15.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN. 15.3.1. Sebelum pelaksanaan, permukaan dari semua bahan / material yang termasuk dalam pekerjaan harus bersih dan bebas dari debu, minyak, air dan
RKS-Teknis Bab IV- 26
noda maupun kotoran lainnya. Peil atau elevasi permukaan tersebut sudah disetujui Konsultan Pengawas. Apabila dari bahan / material yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar yang beracun atau membahayakan kesehatan & keselamatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung misalnya : masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan. Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus diawasi oleh Tenaga Ahli / Supervisi dari pabrik pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah. Prosedur pelaksanaan harus sesuai dengan spesifikasi pabrik. 15.3.2. Pekerjaan Sealant. Sepanjang permukaan yang akan diberi sealant harus benar-benar kering, bersih dan bebas dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan, partikel bahan / material yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya. Permukaan material harus sudah di-finish. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini di dalam ruangan tertutup karena sealant memerlukan kelembaban atmosfir untuk mengeras. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan cara pemasangan dan jenis sealant yang dibedakan berdasarkan macam / jenis material yaitu : Material keramik / kaca. Material metal. Material kayu. Material beton. Permukaan aduk plesteran dan lain-lain. Kontraktor harus mengikuti semua persyaratan / spesifikasi pabrik. 15.3.3. Pekerjaan Grouting. a. Persiapan Permukaan. Metal yang tertanam telah diberi cat dasar atau cat anti karat. Terkecuali untuk baja stainless steel, persyaratan ini tidak berlaku. Permukaan lubang pada beton maupun pasangan batu bata harus bersih dan bebas dari debu, minyak, lemak, pecahan atau bubuk adukan/semen, partikel bahan / material yang terlepas maupun noda dan kotoran lainnya. Sebelum pemberian grouting, permukaan lubang harus dibasahkan terlebih dahulu tetapi tidak diperkenankan ada butiran air di atas permukaan tersebut pada waktu pelaksanaan grouting. b. Pelaksanaan. Aduk grouting diisikan dari satu arah menerus hingga seluruh celah / lubang tertutup padat, tidak ada rongga, rata permukaan agar tidak terbentuk rongga udara.
RKS-Teknis Bab IV- 27
Apabila celah / lubang berukuran kecil, pengisian aduk grouting dapat mempergunakan corong atau alat lain. c. Perawatan (curing) dan perbaikan. Permukaan aduk grouting harus dilindungi dari pengeringan dan pengerasan yang terlalu cepat yaitu dengan ditutup oleh kain basah. 15.3.4. Pekerjaan Floor Hardener. a. Persiapan Permukaan. Bidang permukaan lantai harus rata, tidak terdapat retak-retak, tidak ada lubang dan celah-celah. Jika ada retak, lubang atau celah, harus ditutup dengan adukan kedap air (trasraam) sampai rata terhadap permukaan sekelilingnya. b. Pelaksanaan. Pekerjaan lapisan floor hardener dilaksanakan setelah ada persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan lapisan floor hardener dengan mengikuti persyaratan dari pabrik pembuat. c. Pemeliharaan. Lapisan floor hardener yang telah selesai terpasang harus dihhindarkan dari terjadinya kerusakan dan cacat akibat adanya pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan lain. Kerusakan-kerusakan yang terjadi pada permukaan lapisan floor hardener harus diperbaiki oleh Kontraktor hingga mencapai mutu pekerjaan seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi ini tanpa adanya biaya tambahan.
15.3.5. Pekerjaan Waterproofing. a. Persiapan Permukaan. Bekisting pada bagian / sisi bawah pelat lantai dan pelat atap beton harus sudah dilepas agar tidak menghambat butir-butir air dalam beton untuk keluar. Perawatan beton minimum telah melewati 7 hari dari yang dipersyaratkan Pekerjaan beton struktural. Permukaan harus betul-betul kering sebelum pelaksanaan lapisan waterproofing. Seluruh permukaan harus sudah bebas dari minyak, retak atau lubang, serbuk aduk beton, debu gumpalan aduk beton, bagian-bagian yang menonjol tajam, permukaan halus dan rata. Retak, lubang yang tidak berguna dan sebagainya harus ditutup dengan aduk kedap air 1 Pc : 3 Ps hingga padat dan diratakan permukaannya. b. Pekerjaan Waterproofing cair. Perbandingan campuran powder dan cairan disesuaikan dengan dosis yang ditentukan oleh pabrik.
RKS-Teknis
Bab IV- 28
Pelaksanaan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan menggunakan kuas, disemprot atau trowel. c. Aplikasi / Pemasangan pada Pelat Beton. Plat atap beton harus sudah berumur 28 hari, atau bila memakai bahan pemadat (densifier) plat beton telah benar-benar mengeras, sesuai dengan hasil tes laboratorium. Kemiringan ideal menuju arah roof drain (sesuai yang dicantumkan dalam Gambar Kerja). Semua dudukan instalasi / pipa dan lain-lain harus sudah terpasang. Ujung pemberhentian sepanjang bidang tegak / parapet / dinding dibuat groove + 2 cm. Pada bidang pertemuan antara plat lantai dan dinding atau parapet serta semua dudukan beton atau instalasi akan diisi adukan 5 x 5 cm. d. Lapisan Pelindung. Apabila diperlukan lapisan pelindung, dibuat dari lapisan (screed) kedap air 1 pc : 3 ps dengan tulangan kawat kasa ayam. Tebal lapisan minimal 3 cm. dan maksimal 8 cm. e. Pengujian. Kontraktor harus melaksanakan pengujian kebocoran setelah selesai pekerjaan lapisan waterproofing. Cara pengujian dengan menuangkan air ke permukaan yang telah tertutup lapisan waterproofing hingga ketinggian + 50 mm. dan dibiarkan selama 3 x 24 jam. f. Perbaikan Lapisan Waterproofing. Apabila terjadi ketidak-sempurnaan dalam pelaksanaannya (terjadi kebocoran), maka Kontraktor diwajibkan memperbaiki kembali pekerjaan tersebut hingga sempurna dan disetujui Konsultan Pengawas dan biaya perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor. Metoda pelaksanaan perbaikan waterproofing harus mengikuti petunjuk / saran dari pakarnya dan telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. g. Jaminan / Garansi Kontraktor wajib menyerahkan jaminan / garansi tertulis bahwa pekerjaan, perbaikan dan perawatan dari bagian-bagian pekerjaan perlindungan ini telah dilaksanakan dengan standar sesuai spesifikasi teknis dari pabrik pembuat. Jaminan / garansi untuk pekerjaan perlindungan tersebut tidak kurang dari 5 tahun setelah masa pemeliharaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi ; Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata dan beton , Pekerjaan pengecatan permukaan logam seperti tercantum dalam Gambar Kerja. Termasuk pengecatan dasar (plamuur, menie dan lain-lain). 16.1.1. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Batu Bata dan Beton Semua permukaan dinding pasangan batu bata dan permukaan beton yang tampak (exposed) seperti tercantum dalam Gambar Kerja. 16.1.2. Pekerjaan Pengecatan Logam Semua pekerjaan logam yang terpasang seperti tercantum dalam Gambar Kerja dengan ketentuan sebagai berikut : a. Semua bagian / permukaan yang tampak (exposed) dicat sampai dengan cat finish. b. Semua bagian / permukaan yang tidak ditampakkan (un-exposed) dicat hanya sampai dengan cat dasar. 16.2. PERSYARATAN BAHAN. 16.2.1. Cat Tembok Exterior. Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas baik, tahan terhadap udara dan garam. Tipe exterior matt emulsion. Produk SUNLEX, ICI atau setara. 16.2.2. Cat Tembok Interior. Bahan dari jenis acrylic emulsion kualitas baik, tipe interior matt emulsion. Produk SUNLEX, ICI atau setara. 16.2.3. Cat Logam & Kayu. Bahan dari jenis synthetic enamel super gloss kualitas utama, tipe interior & exterior gloss paint. Produk , SEIV atau setara. 16.2.4. Lapisan Primer. Bahan dari kualitas utama, produk SUNLEX, ICI Atau setara. 16.2.5. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk tersebut di atas mengenai kemurnian cat yang akan dipergunakan. Pembuktian berupa : Segel kaleng Test BD Test laboratorium Hasil akhir pengecatan Biaya untuk pembuktian ini dibebankan kepada Kontraktor. Hasil tes kemurnian ini harus mendapat rekomendasi tertulis dari produsen dan diserahkan ke Konsultan Pengawas untuk persetujuan pelaksanaan.
RKS-Teknis Bab IV- 30
16.2.6. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada bidang-bidang transparan ukuran 30 x 30 cm. Pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan dengan jelas warna, formula cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar sampai dengan lapisan akhir). 16.2.7. Semua bidang contoh tersebut harus disampaikan kepada Konsultan Pengawas. Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh Perencana dan Konsultan Pengawas, barulah Kontraktor melanjutkan dengan pembuatan mock-up. 16.2.8. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas, untuk kemudian akan diteruskan ke Pemberi Tugas, minimal 5 galon tiap warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas identitas cat yang ada di dalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan oleh Pemberi Tugas untuk perawatan.
16.3. PERSYARATAN PELAKSANAAN. 16.3.1. Lakukan dengan cara terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila dispesifikasikan lain. Tebal minimum dari tiap lapisan jadi (finish) minimum sama dengan syarat yang dispesifikasikan pabrik. Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas yang menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan. 16.3.2. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun atau membahayakan kesehatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan pelindung, misalnya : masker, sarung tangan dan sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan. 16.3.3. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang lembab atau hujan atau dalam keadaan angin berdebu bertiup. Terutama untuk pelaksanaan di dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar beracun atau membahayakan manusia, maka ruangan tersebut harus mempunyai ventilasi yang cukup atau pergantian udara berlangsung lancar. Di dalam keadaan tertentu misalnya untuk ruangan tertutup, Kontraktor harus memakai kipas angin ( fan ) untuk memperlancar pergantian / aliran udara. 16.3.4. Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan (vacuum cleaner), semprotan dan sebagainya harus tersedia dari kualitas / mutu terbaik dan jumlahnya cukup untuk pekerjaan ini. 16.3.5. Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas. Penyemprotan hanya boleh dilakukan bila disetujui Konsultan Pengawas.
RKS-Teknis Bab IV- 31
16.3.6. Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan kain kering terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas, terkecuali disyaratkan lain dalam spesifikasi ini. 16.3.7. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen bahan / material logam, harus dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang. 16.3.8. Standar Pengerjaan (Mock-Up). Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus melakukan pengecatan pada satu bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material dan cara pengerjaan. Bidang-bidang yang akan dipakai sebagai mock-up ini akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Perencana, maka bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standar minimal keseluruhan pekerjaan pengecatan. 16.3.9. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Konsultan Pengawas harus diulang dan diganti. Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim sebagai pekerjaan tambah. 16.3.10. Pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan oleh aplikator yang direkomendasikan oleh pihak pabrik untuk mendapatkan garansi bahan dan pekerjaan dari pabrik. 16.3.11. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata dan Beton a. Sebelum Pelaksanaan. Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, minyak, lemak, kotoran atau noda lain, bekas-bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat dan dalam kondisi kering. b. Pelaksanaan Pekerjaan dengan Roller Pemakaian kuas hanya untuk permukaan dimana tidak mungkin menggunakan roller. c. Permukaan Interior. Lapisan Pertama : Cat dasar jenis Alkali Penetrating Primer (EASYPRIME). Pelaksanaan pekerjaan dengan roller. Ketebalan lapisan 2540 micron atau daya sebar per liter 1315 m2. Tunggu selama minimum 24 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya. Warna bening ( transparan ).
RKS-Teknis Bab IV- 32