PAKET PEKERJAAN : Cut & Fill Area Sport Center Dan Dinding Penahan
Tanah
LOKASI : Kampus II Universitas Brawijaya Desa Kalisongo
Kabupaten Malang.
PASAL 1
PENJELASAN GAMBAR DAN SPESIFIKASI TEKNIS
PASAL 2
LINGKUP PEKERJAAN
PASAL 3
PEKERJAAN PERSIAPAN
ST - 3
PASAL 5
RENCANA KERJA DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
PASAL 6
PENJAGAAN
ST - 4
6.2 Untuk maksud ini apabila diperlukan maka disekeliling pekerjaan pada tempat-
tempat tertentu di buatkan Pos Penjagaan.
6.3 Barang-barang dan bahan-bahan bangunan yang hilang, baik yang belum
maupun yang sudah dipasang, tetap menjadi tanggung jawab penyedia dan
tidak diperkenankan untuk diperhitungkan dalam biaya tambahan.
6.4 Penyedia diharuskan melaporkan personil yang tinggal di lokasi kegiatan kapada
petugas keamanan setempat.
PASAL 7
PEKERJAAN PENGUKURAN DAN BOUWPLANK
7.1. PENGUKURAN
a. Penyedia harus menyediakan tenaga yang ahli dalam cara-cara
pengukuran dengan alat-alat theodolith, waterpass dan peralatan lain
yang diperlukan.
b. Pengawas Lapangan dan Penyedia akan menetapkan tempat/posisi patok
penandaan permanen (bench mark) sebagai referensi pengukuran
bangunan, dan dituangkan dalam Berita Acara penentuan titik 0 (nol) lantai
bangunan.
c. Pergeseran patok hanya dapat dilakukan atas persetujuan Pengawas
Lapangan dan tetap merujuk pada level patok awal.
d. Berdasarkan patok tersebut Penyedia menentukan level bangunan dan
jarak as bangunan pada setiap pekerjaan sesuai dengan gambar
perencanaan.
ST - 5
PASAL 8
PEKERJAAN CUT & FILL
A. UMUM
1. Uraian
1. 1. Pekerjaan ini mencakup Penggalian, pengadaan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan atau bahan berbutir yang disetujui
untuk pembuatan timbunan yang diperlukan untuk membentuk dimensi
timbunan sesuai dengan garis kelandaian dan elevasi penampang
melintang yang disyaratkan atau disetujui.
1. 2. Jenis timbunan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu timbunan biasa
dan timbunan pilihan diatas tanah rawa.
2. Toleransi
2. 1. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi
atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau yang ditunjuk dalam
gambar.
2. 2. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata
dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air
permukaan yang bebas.
2. 3. Permukaan air lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm
dari garis profil yang ditentukan.
2. 4. Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih
dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.
ST - 6
3. Standar Rujukan
AASHTO :
AASHTO T 145=73 : Classification of soils and aggregate Mix
Tures for Highway Construction Purpose
AASHTO T 258=78 : Determining Expansive soils and Remedial
Action
ST - 7
4. 3. Penyedia harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk tertulis
kepada Direksi Pekerjaan setelah selesainya setiap bagian pekerjaan, dan
sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Pekejaan, tidak
diperkenankan menghampar bahan lain di atas pekerjaan timbunan
sebelumnya :
a) Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan
b) Hasil pengukuran permukaan dan data survey yang menunjukkan
bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan dipenuhi.
6. Perbaikan Timbunan
6. 1. Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan
harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaanya dan membuang
atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan
dengan pembentukan dan pemadatan kembali.
6. 2. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam Hal batas-batas
kadar airnya yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan kembali, dilanjutkan
dengan menggunakan “motor grader” atau peralatan lain yang disetujui.
6. 3. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam
batas-batas kadar air yang disyaratkan atau seperti yang disyaratkan
Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut
dengan penggunaan motor grader atau alat lainnya secara berulang-
ulang dengan selang waktu istirahat selama penanganan dalam cuaca
cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang idak memadai tidak
dapat dicapai menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut, Direksi
pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut dikeluarkan dari
pekerjaan dan diganti dengan bahan kering yang lebih cocok.
6. 4. Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir
atau hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan
ST - 8
sifat-sifat bahan dan permukaan masih memenuhi ketentuan dalam
Spesifikasi ini.
6. 5. Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan
sifat-sifat bahan dari spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi kepadatan tambahan,
penggemburan yang diikuti dengan penyesuainan kadar air dan
pemadatan kembali, atau pembuangan dan penggantian bahan.
6. 6. Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi
lembek setelah pekerjan tersebut selesai dikerjaan dan diterima oleh
Direksi Pekerjaan haruslah seperti yang disyaratkan dari Spesifikasi ini.
B. BAHAN
1. Sumber Bahan
Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai dengan
“Bahan dan Penyimpanan” dari Spesifikasi ini.
2. Timbunan Bahan
2. 1. Timbunan yang diklasifikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari
bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam
pekerjaan permanen seperti yang diuraikan dalam Spesifikasi ini.
2. 2. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak temasuk tanah yang berplastisitas
tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau
sebagai CH menurut “Unified atau Casagrande soil Classfication System”.
Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan,
bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan
atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau
kekuatan geser yang tinggi. Tanah platis seperti itu sama sekali tidak
boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah bagian dasar.
Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI 03-
1744-1989, hurus memiliki CBR tidak kurang dari 6 % setelah
ST - 9
perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum
(MMD) seperti yang ditentukan oleh SNI 031742=1989.
2. 3. Tanah sangat expansive yang memiliki sifat lebih besar dari 1,25 atau
derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagi
“very high”, tidak boleh digunakan bahan timbunan. Nilai aktif adalah
perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI= (SNI 03-1966-1989) dan
persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).
2. Penghamparan Timbunan
2. 1. Timbunan harus ditempatkan dipermukaan yang telah disiapkan dan
dalam lapisan yang merata, dan bilamana dipadatkan akan memenuhi
toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilama timbunan dihampar lebih
satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga
sama tebalnya.
2. 2. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan
ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan
disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya
tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan.
3. Pemadatan Timbunan
3. 1. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, lapis demi
lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan
disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
ST - 10
3. 2. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air
bahan berada dalam rentang 3 % di bawah air optimum sampai 1 %
diatas kadar air optimum. Kadar optimum harus didefinisikan sebagai
kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana
tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
3. 3. Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih
setebal 20 cm dari bahan bergradisi dan tidak mengandung batu yang
lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga - rongga batu pada
bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan
sampai mencapai kepadatan timbunan tanah.
3. 4. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disyaratkan, diuji kepadatan dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan
sebelum lapisan berikutnya dihampar.
3. 5. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke
arah sumbu area timbunan sehingga setiap ruas akan menerima jumlah
pemadatan yang sama.
3. 6. Bilamana bahan timbunan pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau
struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar
timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang sama.
3. 7. Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi
abutment, tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala
gorong-gorong, maka tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur
tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat menyebabkan
bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada stuktur.
3. 8. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan
pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan
tebal gambar tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk
loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat maksimum 10
kg.
D. JAMINAN MUTU
1. Pengendalian Mutu Bahan
1. 1. Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk
persetujuan awal mutu bahan akan ditetapkan oleh direksi Pekerjaan, dan
harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dengan paling
sedikit tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang
dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber
bahan.
1. 2. Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan harus rutin
dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa
ke lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan, dan untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan
ST - 11
yang diperoleh dari setiap sumber bahan, harus dilakukan suatu
pengujian Nilai Aktif, seperti yang disyaratkan.
3. Percobaan Pemadatan
Penyedia harus bertanggung jawab dalam memilih dan peralatan untuk
mencapai kepadatan yang disyaratkan. Bilaman Penyedia tidak sanggup
mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus
diikuti :
E. PENGUKURAN TIMBUNAN
1. Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan sesuai
yang diperlukan. Volume yang diukur harus berdasarkan gambar penampang
melintang profil tanah asli yang disetujui atau profil galian sebelum setiap
timbunan ditempatkan dan sesuai dengan garis, kelandain dan elevasi
pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan dan disetujui oleh direksi. Metode
perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang ujung, dengan
menggunakan penampang melintang pekerjaan yang berselang jarak tidak
lebih dari 25 m.
ST - 12
2. Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang
disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai akibat
penggalian bertangga pada atau penguncian ke dalam lereng lama atau
sebagai akibat dari penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan kedalam
volume terpasang kecuali bila
3. Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan, atau
untuk mengubur bahan sisa atau tidak terpakai, atau untuk menutup sumber
bahan, tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran timbunan.
4. Kuantitas yang diukur untuk timbunan batu pilihan harus dalam jumlah meter
kubik atau ton, diukur di lapangan, dari jenis yang ditunjukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, disediakan, dipasang, dan diterima, tidak termasuk
galian. Pengukuran dalam volume atau tonase akan ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan.
ST - 13
PASAL 9
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN KEMBALI
9. 1. UMUM
Semua pekerjaan penggalian tanah harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Pengawas Lapangan terutama tentang ukuran galian. Bahan-bahan
galian yang akan dipakai untuk penimbunan harus diperiksa terlebih dahulu
oleh Pengawas Lapangan.
9. 2. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan galian yang dimaksud pada pekerjaan ini adalah galian tanah pondasi
serta urugan tanah kembali yang meliputi :
a. Galian Tanah Pondasi Dinding Penahan
b. Galian Tanah saluran
c. Galian-galian lain yang ditunjuk pada gambar
d. Urugan tanah bekas galian
e. Urugan pasir bawah pondasi
f. Urugan lain yang ditunjukkan dalam gambar.
9. 3. BAHAN/MATERIAL
a. Semua urugan yang akan dipergunakan berupa tanah dan atau pasir urug.
b. Sebelum dipergunakan harus mendapat persetujuan Direksi.
c. Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran, humus dan
bahan organic yang dapat mengakibatkan penyusutan atau perubahan
kepadatan urugan itu sendiri.
d. Tanah bekas galian dapat dipergunakan sebagai urugan asalkan mendapat
ijin dari pengawas lapangan.
e. Pasir urug harus berbutir halus (0.5-2) mm, bergradsi tidak seragam
(heterogen), warna hitam/merah kecoklatan.
f. Urugan peninggian pile lantai menggunakan bahan sirtu.
9. 4. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
9.4.1 Pekerjaan Galian
a. Penyedia harus menyediakan peralatan dan tenaga yang cukup untuk
pekerjaan yang dimaksud.
b. Kedalaman galian pondasi minimal sesuai dengan gambar rencana
dan atau telah mencapai tanah keras dengan persetujuan pengawas
lapangan.
c. Apabila sampai kedalaman tersebut pada point (a) belum
mendapatkan tanah keras, maka penyedia harus menghentikan
pekerjaan galian dan dikonsultasikan dengan Direksi dan Konsultan
Perencana untuk mendapatkan pemecahan masalah tersebut.
d. Apabila dalam melaksanakan penggalian ternyata kedalaman tanah
keras lebih dalam dari rencana, dan untuk mendapatkan daya dukung
tanah yang sesuai dengan kedalaman yang dimaksud dalam gambar,
maka penyesuaian kedalaman dilakukan dengan menggunakan beton
tumbuk dan tanpa biaya tambahan dari Pemberi Tugas.
e. Pada galian tanah yang mudah longsor, penyedia harus mengadakan
tindakan pencegahan dengan memasang penahan atau cara lain yang
disetujui oleh pengawas lapangan.
ST - 14
f. Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga bekas akar,
kayu, bekas longsoran atau benda-benda yang dapat mengganggu
kontruksi pondasi.
g. Dalam melaksanakan pekerjaan penggalian, pemasangan pondasi dan
pekerjaan lain didalam galian harus terhindar dari genangan air. Untuk
itu penyedia harus menyediakan pompa air dengan jumlah yang
cukup untuk menunjang kelancaran pekerjaan.
h. Bahan-bahan sisa galian yang tidak dipergunakan tidak boleh
ditempatkan berserakan, sisa galian tersebut harus segera dikeluarkan
dari pekerjaan paling lambat 2 x 24 jam dan dibuang pada tempat
yang disetujui Pengawas Lapangan.
PASAL 10
PEKERJAAN PONDASI
PASAL 11
PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN
11. 2. BAHAN-BAHAN
11.2.1. Batu Kali / Batu Belah
a. Batu kali atau batu gunung yang dipergunakan dengan ukuran 15/20
utuh dan tidak poros.
ST - 16
b. Apabila merupakan batu pecah/belah, bagian yang terpecah harus
bersudut runcing dan tajam.
11.2.2. Semen Portland (PC)
Semen Portland harus mempergunakan semen Gresik atau merk lain
yang sekualitas dan yang digunakan harus satu jenis.
11.2.3. Pasir Pasang
Pasir yang digunakan harus halus dan tidak boleh mengandung lumpur
lebih dari 5 % (terhadap berat kering) serta memenuhi gradasi yang
baik.
ST - 17
PASAL 14
PENUTUP
I. Semua material yang merupakan barang produksi yang akan dipasang terlebih
dahulu diajukan contohnya untuk mendapatkan persetujuan Konsultan
pengawas.
II. Semua material dari hasil alam akan diperiksa oleh Konsultan pengawas pada
saat didatangkan di lapangan.
III. Material-material yang tidak disetujui harus segera dikeluarkan dari lapangan
paling lambat 2 x 24 jam. Bila penyedia tidak mengindahkan, Konsultan
pengawas berhak menyelenggarakan atas biaya penyedia.
IV. Bagian-bagian yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi tidak disebutkan
dalam RKS dan gambar tetap harus diselenggarakan oleh penyedia.
ST - 18