Anda di halaman 1dari 19

SPESIFIKASI TEKNIS

PAKET PEKERJAAN : Cut & Fill Area Sport Center Dan Dinding Penahan
Tanah
LOKASI : Kampus II Universitas Brawijaya Desa Kalisongo
Kabupaten Malang.

PASAL 1
PENJELASAN GAMBAR DAN SPESIFIKASI TEKNIS

1.1 PENJELASAN GAMBAR


a. Apabila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail,
maka yang harus diikuti adalah gambar detail. Dalam hal ini skala yang
besar lebih mengikat dari pada skala yang kecil.
b. Apabila ukuran-ukuran skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam
gambar berbeda, maka ukuran yang tertulis dalam gambar yang berlaku.
c. Bila penyedia meragukan tentang perbedaan antara gambar yang ada, baik
konstruksi maupun ukurannya, maka penyedia berkewajiban untuk
menanyakan kepada konsultan Pengawas secara tertulis.
d. Dalam hal terjadi perbedaan gambar detail/ gambar rencana dengan
keadaan di lapangan, penyedia dapat mengajukan gambar kerja (shop
drawing) yang sesuai dengan kondisi di lapangan dan dapat dipergunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan setelah mendapat persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas. Di dalam semua hal bila terjadi pengambilan
ukuran yang salah adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyedia.
e. Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran, sedang
dalam Spesifikasi Teknis dan BQ tidak disebutkan, maka gambar yang harus
dilaksanakan.

1.2 PENJELASAN SPESIFIKASI TEKNIS


a. Didalam Spesifikasi Teknis, termuat lingkup pekerjaan, spesifikasi bahan
yang digunakan dan syarat-syarat pelaksanaan.
b. Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan, ukuran dan
jumlahnya, sedangkan dalam Spesifikasi Teknis pada lingkup pekerjaan
tercantum, maka penyedia terikat untuk melaksanakannya.

1.3 BERITA ACARA RAPAT PENJELASAN PEKERJAAN / AANWIJZING


a. Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) merupakan catatan
perubahan/ penambahan/ pengurangan/ penetapan dari gambar kerja dan
Spesifikasi Teknis.
b. Apabila pada Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan tidak ada perubahan/
penambahan/ pengurangan/ penetapan tentang Spesifikasi Teknis dan
gambar pelaksanaan, sedang pada Spesifikasi Teknis atau gambar
ST - 1
menimbulkan keragu-raguan, maka penyedia pada saat Rapat Penjelasan
Pekerjaan wajib menanyakan kebenarannya. Sehingga dapat ditetapkan
dalam Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan.

PASAL 2
LINGKUP PEKERJAAN

2.1 Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Penyedia adalah:


Cut & Fill Area Sport Center Dan Dinding Penahan
Tanah. Pada pekerjaan ini yang harus laksanakan adalah sebagai
berikut :
a) Pematangan Lahan (Cut & Fill)
b) Dinding Penahan Tanah.

PASAL 3
PEKERJAAN PERSIAPAN

3.1. LINGKUP PEKERJAAN


a. Mengadakan pengamanan lokasi kegiatan dari segala gangguan.
b. Mengadakan komunikasi dengan instansi dan pihak-pihak terkait.
c. Mengadakan atau membangun Direksi Keet, gudang dan barak kerja.
d. Mengadakan persiapan tempat penimbunan dan penyiapan bahan.
e. Mengadakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin / alat bantu pekerja untuk
menjamin kelancaran pekerjaan.
f. Menyediakan kotak PPPK dan perlengkapannya.
g. Menyiapkan jalan masuk ke lokasi kegiatan.
h. Papan nama proyek.

3.2. PEMBUATAN PAGAR PENGAMAN


a. Pagar pengaman terbuat dari bahan seng gelombang.
b. Pagar pengaman dipasang menutup lokasi pekerjaan dan memberikan
ruang gerak yang cukup bagi pelaksanaan pekerjaan dan kegiatan rutin.
c. Pagar pengaman harus terpasang kuat dan rapi sampai pekerjaan selesai.

3.3. KOORDINASI DAN ADMINISTRASI


a. Sebelum pekerjaan dimulai, penyedia harus melakukan ijin dan berkoodinasi
dengan pihak pengguna jasa, konsultan pengawas dan pihak-pihak terkait.
b. Penyedia wajib membuat foto/dokumentasi 0%, minimal dari 4 sisi sebelum
pelaksanaan pekerjaan dimulai.
c. Penyedia wajib memasang papan nama proyek, dengan ukuran ditentukan
kemudian.
d. Penyedia tidak diperkenankan menempatkan papan reklame dalam bentuk
ST - 2
apapun dilingkungan kegiatan.

ST - 3
PASAL 4
DIREKSI KEET DAN BANGSAL KERJA

4.1. LINGKUP PEKERJAAN


a. Penyedia harus membuat direksi keet dengan luasan mampu untuk
menampung rapat minimal 8 orang, berjendela cukup terang dan
berventilasi baik.
b. Penyedia diwajibkan membuat gudang yang tertutup yang dapat dikunci
dengan aman dan terlindung terhadap hujan dan panas, untuk
menempatkan material seperti PC dan alat-alat penting lainnya.
c. Penyedia juga harus membuat bangsal terbuka untuk pekerja supaya
terhindar dari hujan dan panas.

4.2. BAHAN DIREKSI KEET


a. Bahan dinding dan pintu dari tripleks
b. Rangka bangunan dari kayu.
c. Lantai dari rabat beton.
d. Jendela naco.
e. Penutup atap seng gelombang BJLS 30 atau Asbes Gelombang.
f. Daun pintu dilengkapi dengan pengunci.

4.3. PERLENGKAPAN DIREKSI KEET


a. 4 (empat) buah meja ukuran 80 X 100 cm dilengkapi dengan laci yang bisa
dikunci.
b. 1 (satu) buah kursi untuk setiap meja tulis.
c. Satu set meja kursi untuk rapat koordinasi lapangan minimal 8 orang
d. Satu papan tulis white board ukuran 90 X 190 cm lengkap dengan alat tulis
dan penghapusnya.
e. Sebuah almari arsip yang bisa dikunci.
f. Computer dan printer untuk alat gambar.
g. Alat komunikasi.

4.4. SYARAT PELAKSANAAN


a. Direksi Keet didirikan pada tempat yang mudah dijangkau, diusahakan
dekat dengan pintu masuk.
b. Penempatan direksi keet harus mendapat persetujuan direksi.
c. Segala biaya pembuatan Direksi Keet, Gudang dan Bangsal Kerja menjadi
tanggung jawab dan beban penyedia.

ST - 4
PASAL 5
RENCANA KERJA DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1. RENCANA KERJA


a. Rencana kerja dibuat oleh penyedia berupa bar chart dan curve S, yang
memuat prestasi dan rencana kerja dalam persen.
b. Rencana kerja (Time schedule) harus mendapat persetujuan dari pihak
konsultan pengawas, serta penyedia wajib menggadakannya sebayak 4
(empat) lembar copy yang masing-masing diserahkan kepada Pejabat
Pembuat Komitmen, Team Teknis, Konsultan Pengawas dan ditempelkan
di bangsal kerja.
c. Selanjutnya penyedia harus mengikuti Rencana kerja tersebut yang
menjadi dasar bagi Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas
untuk menilai prestasi pekerjaan dan segala sesuatu persoalan yang
berhubungan dengan kelambatan pekerjaan.
d. Penyedia diharuskan membuat Rencana Kerja mingguan pada setiap
tahap pengerjaan, paling tidak tiga hari sebelum dimulainya pelaksanaan
pekerjaan tersebut.

5.2. HAK BEKERJA DI LAPANGAN


Lapangan pekerjaan akan diserahkan kepada penyedia selama waktu
pelaksanaan pekerjaan. Segala sesuatu kerusakan yang ditimbulkan akibat
pelaksanaan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab penyedia.

5.3. PEMBAGIAN HALAMAN UNTUK BEKERJA DAN JALAN MASUK


a. Apabila penyedia akan mendirikan bangunan sementara (Direksi Keet dan
Gudang) maupun tempat penimbunan bahan, maka penyedia harus
mengkonsultasikan terlebih dahulu kepada konsultan pengawas tentang
penggunaan halaman tersebut.
b. Semua biaya untuk prasarana, fasilitas pekerjaan, serta akomodasi menjadi
tanggungan penyedia.
c. Apabila terjadi kerusakan pada jalan komplek, saluran air atau bangunan
lainnya yang disebabkan adanya pelaksanaan pembangunan ini penyedia
berkewajiban untuk memperbaiki kembali, selambat-lambatnya dalam masa
pemeliharaan.
d. Dilokasi kegiatan penyedia diharuskan menyiapkan alat-alat pengaman
terhadap kebakaran dan keamanan kerja lainnya.

PASAL 6
PENJAGAAN

6.1 Penyedia harus melakukan pengamanan barang-barang diseluruh halaman


bangunan pekerjaan baik selama maupun pada waktu tidak dilakukan
pekerjaan. Hal ini berlaku pula pada barang-barang pihak ketiga dan pihak
Konsultan Pengawas.

ST - 5
6.2 Untuk maksud ini apabila diperlukan maka disekeliling pekerjaan pada tempat-
tempat tertentu di buatkan Pos Penjagaan.
6.3 Barang-barang dan bahan-bahan bangunan yang hilang, baik yang belum
maupun yang sudah dipasang, tetap menjadi tanggung jawab penyedia dan
tidak diperkenankan untuk diperhitungkan dalam biaya tambahan.
6.4 Penyedia diharuskan melaporkan personil yang tinggal di lokasi kegiatan kapada
petugas keamanan setempat.

PASAL 7
PEKERJAAN PENGUKURAN DAN BOUWPLANK

7.1. PENGUKURAN
a. Penyedia harus menyediakan tenaga yang ahli dalam cara-cara
pengukuran dengan alat-alat theodolith, waterpass dan peralatan lain
yang diperlukan.
b. Pengawas Lapangan dan Penyedia akan menetapkan tempat/posisi patok
penandaan permanen (bench mark) sebagai referensi pengukuran
bangunan, dan dituangkan dalam Berita Acara penentuan titik 0 (nol) lantai
bangunan.
c. Pergeseran patok hanya dapat dilakukan atas persetujuan Pengawas
Lapangan dan tetap merujuk pada level patok awal.
d. Berdasarkan patok tersebut Penyedia menentukan level bangunan dan
jarak as bangunan pada setiap pekerjaan sesuai dengan gambar
perencanaan.

7.2. PEMASANGAN BOUWPLANK


a. Ketetapan letak bangunan harus mengacu pada gambar perencanaan dan
harus mendapat persetujuan dari konsultan pengawas
b. Penempatan bouwplank minimal berjarak 1 m dari as kolom/dinding/Pondasi
dan tidak mengganggu pada saat pekerjaan galian tanah pondasi
dilaksanakan.
c. Bahan yang digunakan untuk bouwplank adalah papan meranti 2/20 cm,
usuk 5/7 cm untuk tiang bouwplank, paku dan cat/meni untuk tanda
perletakan as-as bangunan/kolom seperti yang ditunjuk pada gambar.
d. Pemasangan bouwplank harus kuat dengan menggunakan papan meranti
2/20 cm yang diserut halus, rata dan lurus pada permukaan atasnya,
sedangkan tiang bouwplank menggunakan kayu meranti 5/7 cm yang
dipancang kuat dan kokoh kedalam tanah.
e. Semua titik-titk as bangunan harus diberi tanda dengan cat dan tampak
jelas, serta tidak mudah berubah posisinya.
f. Bouwplank merupakan pedoman letak tinggi lantai bangunan terhadap
muka tanah yang merupakan ± 0.00 meter bangunan.
g. Hasil pengukuran posisi bangunan tersebut harus dibuatkan Berita Acara
Pengukuran (Uitzeet) yang disetujui oleh Direksi.

ST - 6
PASAL 8
PEKERJAAN CUT & FILL

A. UMUM
1. Uraian
1. 1. Pekerjaan ini mencakup Penggalian, pengadaan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan atau bahan berbutir yang disetujui
untuk pembuatan timbunan yang diperlukan untuk membentuk dimensi
timbunan sesuai dengan garis kelandaian dan elevasi penampang
melintang yang disyaratkan atau disetujui.
1. 2. Jenis timbunan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu timbunan biasa
dan timbunan pilihan diatas tanah rawa.

Timbunan pilhan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping


layer) untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga diguna kan
di daerah saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit
dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk
stabilitas lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan
lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk
pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor
yang kritis.

Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi


daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air, yang menurut
pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau di keringkan
dengan cara yang diatur dalam Spesifikasi ini.

1. 3. Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang


dipasang sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun
bahan drainase porous yang dipakai untuk drainase bawah permukaan
atau untuk mencegah hanyutnya pertikel halus tanah akibat proses
penyaringan.

2. Toleransi
2. 1. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi
atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau yang ditunjuk dalam
gambar.
2. 2. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata
dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air
permukaan yang bebas.
2. 3. Permukaan air lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm
dari garis profil yang ditentukan.
2. 4. Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih
dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.
ST - 7
3. Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir
(AASHTO T 88-90 ) Tanah Dengan Alat Hidrometer
SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair
dengan (AASHTO T 89-90 ) Alat Casagrande
SNI 03-1966-1989 : Metode Pegujian Batas
Plastis (AASHTO T 90-87 )
SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk
(AASHTO T 99-90 ) Tanah.
SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk
(AASHTO T 180-90) Tanah
SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan
(AASHTO T 191-86) Dengan Alat Konus Pasir
SNI 03=1744=1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium
(AASHTO T 193=81)

AASHTO :
AASHTO T 145=73 : Classification of soils and aggregate Mix
Tures for Highway Construction Purpose
AASHTO T 258=78 : Determining Expansive soils and
Remedial
Action

4. Pengajuan Kesiapan Kerja


4. 1. Untuk setiap timbunan yang akan diserah terimakan, penyedia harus
menyerahkan pengajuan kesiapan di bawah ini kepada Direksi Pekerjaan.
a) Gambar detail penampang melintang yang menunjukkan permukaan
yang telah disiapkan untuk penghamparan timbunan.
b) Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan pada
permukaan yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan dihampar
cukup memadai.
4. 2. Penyedia harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan
paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk Penggunaan
pertama kalinya sebagai bahan timbunan :
c) Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu
contoh harus disimpan oleh Direksi Pekerjaan untuk rujukan selama
periode kontrak.
d) Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang di usulkan
untuk bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian
laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan tersebut
memenuhi ketentuan yang disyaratkan.

ST - 8
4. 3. Penyedia harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk tertulis
kepada Direksi Pekerjaan setelah selesainya setiap bagian pekerjaan,
dan sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Pekejaan, tidak
diperkenankan menghampar bahan lain di atas pekerjaan timbunan
sebelumnya :
a) Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan
b) Hasil pengukuran permukaan dan data survey yang menunjukkan
bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan dipenuhi.

5. Kondisi Tempat Kerja


5. 1. Penyedia harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering
sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan
selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang
cukup. untuk membantu drainase pada timbunan akibat curahan air
hujan dan juga harus menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai
drainase yang baik. Bilaman memungkinkan, air yang berasal dari tempat
kerja harus dibuang ke dalam system drainase permanen.
5. 2. Penyedia harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup Untuk
pengendalian kadar air timbunan selama operasi peng hamparan dan
pemadatan.

6. Perbaikan Timbunan
6. 1. Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan
harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaanya dan membuang
atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan
dengan pembentukan dan pemadatan kembali.
6. 2. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam Hal batas-batas
kadar airnya yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan kembali,
dilanjutkan dengan menggunakan “motor grader” atau peralatan lain
yang disetujui.
6. 3. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam
batas-batas kadar air yang disyaratkan atau seperti yang disyaratkan
Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut
dengan penggunaan motor grader atau alat lainnya secara berulang-
ulang dengan selang waktu istirahat selama penanganan dalam cuaca
cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang idak memadai tidak
dapat dicapai menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut,
Direksi pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut dikeluarkan
dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering yang lebih cocok.
6. 4. Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir
ST - 9
atau hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan

ST - 10
sifat-sifat bahan dan permukaan masih memenuhi ketentuan dalam
Spesifikasi ini.
6. 5. Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan
sifat-sifat bahan dari spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi kepadatan tambahan,
penggemburan yang diikuti dengan penyesuainan kadar air dan
pemadatan kembali, atau pembuangan dan penggantian bahan.
6. 6. Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi
lembek setelah pekerjan tersebut selesai dikerjaan dan diterima oleh
Direksi Pekerjaan haruslah seperti yang disyaratkan dari Spesifikasi ini.

7. Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian


Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan
atau lainnya, harus secepatnya ditutup kembali oleh penyedia dan dipadatkan
sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyarakan oleh
Spesifikasi ini.

8. Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja


Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan,
dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar
air bahan berada di luar rentang yang disyaratkan.

B. BAHAN
1. Sumber Bahan
Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai dengan
“Bahan dan Penyimpanan” dari Spesifikasi ini.

2. Timbunan Bahan
2. 1. Timbunan yang diklasifikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari
bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam
pekerjaan permanen seperti yang diuraikan dalam Spesifikasi ini.
2. 2. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak temasuk tanah yang berplastisitas
tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau
sebagai CH menurut “Unified atau Casagrande soil Classfication
System”. Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat
dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar
dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan
daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah platis seperti itu
sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di
bawah bagian dasar. Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan ini bila
diuji dengan SNI 03- 1744-1989, hurus memiliki CBR tidak kurang
dari 6 % setelah
ST - 11
perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum
(MMD) seperti yang ditentukan oleh SNI 031742=1989.
2. 3. Tanah sangat expansive yang memiliki sifat lebih besar dari 1,25 atau
derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagi
“very high”, tidak boleh digunakan bahan timbunan. Nilai aktif adalah
perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI= (SNI 03-1966-1989) dan
persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).

3. Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa


Bahan timbunan pilihan diatas tanah rawa haruslah pasir kerikil atau bahan
berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.

C. PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN


1. Penyiapan Tempat Kerja
1. 1. Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan
yang tidak diperlukan harus dibuang sebagai mana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
1. 2. Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi
timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan
atau pembasahan bila diperlukan ), sampai 15 cm bagian permukaan
atas dasar pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk
timbunan yang di tempatkan diatasnya.
1. 3. Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau
ditempatkan di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka
lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar yang cukup
sehingga memungkin peralatan pemadat dapat beroperasi di daerah
lereng lama sesuai seperti timbunan yang dihampar horizontal lapis demi
lapis.

2. Penghamparan Timbunan
2. 1. Timbunan harus ditempatkan dipermukaan yang telah disiapkan dan
dalam lapisan yang merata, dan bilamana dipadatkan akan memenuhi
toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilama timbunan dihampar lebih
satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga
sama tebalnya.
2. 2. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan
ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan
disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya
tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan.

3. Pemadatan Timbunan
3. 1. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, lapis demi
lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan

ST - 12
disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang
disyaratkan.

ST - 13
3. 2. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar
air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah air optimum sampai 1 %
diatas kadar air optimum. Kadar optimum harus didefinisikan sebagai
kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana
tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
3. 3. Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih
setebal 20 cm dari bahan bergradisi dan tidak mengandung batu yang
lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga - rongga batu pada
bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan
sampai mencapai kepadatan timbunan tanah.
3. 4. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang
disyaratkan, diuji kepadatan dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan
sebelum lapisan berikutnya dihampar.
3. 5. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke
arah sumbu area timbunan sehingga setiap ruas akan menerima jumlah
pemadatan yang sama.
3. 6. Bilamana bahan timbunan pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau
struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar
timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang sama.
3. 7. Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi
abutment, tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala
gorong-gorong, maka tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur
tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat menyebabkan
bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada stuktur.
3. 8. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan
pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan
tebal gambar tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk
loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat maksimum 10
kg.

D. JAMINAN MUTU
1. Pengendalian Mutu Bahan
1. 1. Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk
persetujuan awal mutu bahan akan ditetapkan oleh direksi Pekerjaan,
dan harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dengan paling
sedikit tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang
dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber
bahan.
1. 2. Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan harus rutin
dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa
ke lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan, dan untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan

ST - 14
yang diperoleh dari setiap sumber bahan, harus dilakukan suatu
pengujian Nilai Aktif, seperti yang disyaratkan.

2. Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah


1. 1. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar
harus dipadatkan samapi 95 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung
lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan !”, kepadatan kering
maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang
berukuran lebih (oversize) tersebut yang sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
1. 2. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah
dasar harus dipadatkan sampai dengan 100% dari kepadatan kering
maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
1. 3. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap
pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka
Kontraktor harus memperbaiki pekerjaan tersebut. Untuk timbunan,
paling sedikit satu rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus
dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang dihampar.

3. Percobaan Pemadatan
Penyedia harus bertanggung jawab dalam memilih dan peralatan untuk
mencapai kepadatan yang disyaratkan. Bilaman Penyedia tidak sanggup
mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus
diikuti :

Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan


peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan
tercapai, sehingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan
lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan,
jenis peralatan pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.

E. PENGUKURAN TIMBUNAN

1. Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan sesuai
yang diperlukan. Volume yang diukur harus berdasarkan gambar penampang
melintang profil tanah asli yang disetujui atau profil galian sebelum setiap
timbunan ditempatkan dan sesuai dengan garis, kelandain dan elevasi
pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan dan disetujui oleh direksi. Metode
perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang ujung, dengan
menggunakan penampang melintang pekerjaan yang berselang jarak tidak
lebih dari 25 m.

ST - 15
2. Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang
disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai akibat
penggalian bertangga pada atau penguncian ke dalam lereng lama atau
sebagai akibat dari penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan kedalam
volume terpasang kecuali bila

a. Timbunan yang diperlukan untuk mengganti bahan tidak memenuhi


ketentuan atau bahan yang lunak sesuai spesifikasi ini, atau untuk
mengganti batu atau bahan Keras lainnya yang digali.
b. Timbunan bahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang tidak
stabil atau gagal bilamana Kontraktor tidak dianggap bertanggung jawab.
c. Bila timbunan akan ditempatkan di atas tanah rawa yang didapat
diperkirakan terjadinya konsolidasi tanah asli. Dalam kondisi demikian
maka timbunan akan diukur untuk pembayaran dengan salah satu cara
yang ditentukan menurut pendapat Direksi Pekerjaan ini:

• Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur penurunan


(settlement) yang harus ditempatkan dan diamati besama oleh
Direksi Pekerjaan dengan Konraktor. Kuantitas timbunan dapat
ditentukan berdasarkan elevasi tanah asli setelah penurunan
(settlement). Dan catatan penurunan (settlement) ini harus
didokumentasikan dengan baik.

• Dengan volume gembur yang diukur pada kendaraan pengangkut


sebelum pembongkaran muatan dilokasi penimbunan. Kuantitas
timbunan dapat ditentukan berdasarkan penjumlahan kuantitas bahan
yang dipasok, yang diukur dan dicatat oleh Direksi Pekerjaan, setelah
bahan di atas bak truk diratakan sesuai dengan bidang datar
horizontal yang sejajar dengan tepi-tepi bak truk. Pengukuran dengan
cara ini akan diperkenankan bilamana kuantitas tersebut telah
disahkan oleh Direksi Pekerjaan.

3. Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan, atau
untuk mengubur bahan sisa atau tidak terpakai, atau untuk menutup sumber
bahan, tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran timbunan.

4. Kuantitas yang diukur untuk timbunan batu pilihan harus dalam jumlah meter
kubik atau ton, diukur di lapangan, dari jenis yang ditunjukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, disediakan, dipasang, dan diterima, tidak termasuk
galian. Pengukuran dalam volume atau tonase akan ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan.

ST - 16
PASAL 9
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN KEMBALI

9. 1. UMUM
Semua pekerjaan penggalian tanah harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Pengawas Lapangan terutama tentang ukuran galian. Bahan-bahan
galian yang akan dipakai untuk penimbunan harus diperiksa terlebih dahulu
oleh Pengawas Lapangan.
9. 2. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan galian yang dimaksud pada pekerjaan ini adalah galian tanah pondasi
serta urugan tanah kembali yang meliputi :
a. Galian Tanah Pondasi Dinding Penahan
b. Galian Tanah saluran
c. Galian-galian lain yang ditunjuk pada gambar
d. Urugan tanah bekas galian
e. Urugan pasir bawah pondasi
f. Urugan lain yang ditunjukkan dalam gambar.

9. 3. BAHAN/MATERIAL
a. Semua urugan yang akan dipergunakan berupa tanah dan atau pasir urug.
b. Sebelum dipergunakan harus mendapat persetujuan Direksi.
c. Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran, humus dan
bahan organic yang dapat mengakibatkan penyusutan atau perubahan
kepadatan urugan itu sendiri.
d. Tanah bekas galian dapat dipergunakan sebagai urugan asalkan mendapat
ijin dari pengawas lapangan.
e. Pasir urug harus berbutir halus (0.5-2) mm, bergradsi tidak seragam
(heterogen), warna hitam/merah kecoklatan.
f. Urugan peninggian pile lantai menggunakan bahan sirtu.

9. 4. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
9.4.1 Pekerjaan Galian
a. Penyedia harus menyediakan peralatan dan tenaga yang cukup untuk
pekerjaan yang dimaksud.
b. Kedalaman galian pondasi minimal sesuai dengan gambar rencana
dan atau telah mencapai tanah keras dengan persetujuan pengawas
lapangan.
c. Apabila sampai kedalaman tersebut pada point (a) belum
mendapatkan tanah keras, maka penyedia harus menghentikan
pekerjaan galian dan dikonsultasikan dengan Direksi dan Konsultan
Perencana untuk mendapatkan pemecahan masalah tersebut.
d. Apabila dalam melaksanakan penggalian ternyata kedalaman tanah
keras lebih dalam dari rencana, dan untuk mendapatkan daya dukung
tanah yang sesuai dengan kedalaman yang dimaksud dalam gambar,
maka penyesuaian kedalaman dilakukan dengan menggunakan beton
tumbuk dan tanpa biaya tambahan dari Pemberi Tugas.
e. Pada galian tanah yang mudah longsor, penyedia harus mengadakan
tindakan pencegahan dengan memasang penahan atau cara lain yang
disetujui oleh pengawas lapangan.
ST - 17
f. Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga bekas akar,
kayu, bekas longsoran atau benda-benda yang dapat mengganggu
kontruksi pondasi.
g. Dalam melaksanakan pekerjaan penggalian, pemasangan pondasi
dan pekerjaan lain didalam galian harus terhindar dari genangan air.
Untuk itu penyedia harus menyediakan pompa air dengan jumlah
yang cukup untuk menunjang kelancaran pekerjaan.
h. Bahan-bahan sisa galian yang tidak dipergunakan tidak boleh
ditempatkan berserakan, sisa galian tersebut harus segera
dikeluarkan dari pekerjaan paling lambat 2 x 24 jam dan dibuang
pada tempat yang disetujui Pengawas Lapangan.

9.4.2 Pekerjaan Urugan


a. Pelaksanaan pengurugan harus dilaksanakan dengan cara berlapis dan
tebal setiap lapis maksimal 20 cm serta dipadatkan dengan a l a t
compactor.
b. Tanah/sirtu yang diurugkan harus dalam keadaan terurai, bukan
merupakan bongkahan-bongkahan tanah agar mudah dipadatkan.
c. Bahan bongkaran tidak diijinkan untuk dipergunakan sebagai bahan
urugan.
d. Tanah bekas galian dapat dipergunakan sebagai urugan asal
mendapat persetujuan dari Direksi.
e. Dalam pelaksanaan pengurugan terutama pasir dibawah lantai,
penyedia harus memperhatikan tingkat kepadatannya, supaya tidak
terjadi penurunan lantai.
f. Pasir urug yang dipergunakan harus berbutir halus (0.5-2) mm,
bergradsi tidak seragam (heterogen), warna hitam/merah kecoklatan.

ST - 18
PASAL 14
PENUTU
P

I. Semua material yang merupakan barang produksi yang akan dipasang terlebih
dahulu diajukan contohnya untuk mendapatkan persetujuan Konsultan
pengawas.

II. Semua material dari hasil alam akan diperiksa oleh Konsultan pengawas pada
saat didatangkan di lapangan.

III. Material-material yang tidak disetujui harus segera dikeluarkan dari lapangan
paling lambat 2 x 24 jam. Bila penyedia tidak mengindahkan, Konsultan
pengawas berhak menyelenggarakan atas biaya penyedia.

IV. Bagian-bagian yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi tidak disebutkan
dalam RKS dan gambar tetap harus diselenggarakan oleh penyedia.

V. Bagian-bagian yang secara konstruktif harus ada tetapi tidak disebutkan di


dalam RKS dan gambar tetap harus diselenggarakan oleh penyedia dan
pelaksanaannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Konsultan pengawas.

ST - 19

Anda mungkin juga menyukai