Anda di halaman 1dari 27

Rencana Kerja, Syarat-Syarat dan Spesifikasi Teknis

KEGIATAN : PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN


PAKET PEKERJAAN : REVIEW DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
LAPANG TEMBAK
LOKASI : KELURAHAN PASIR KAREUMBI KAB. SUBANG

PASAL 1
PENJELASAN GAMBAR DAN SPESIFIKASI TEKNIS

1.1 PENJELASAN GAMBAR


a. Apabila terdapat perbedaan antara gambar rencana dan gambar detail,
maka yang harus diikuti adalah gambar detail. Dalam hal ini skala yang
besar lebih mengikat dari pada skala yang kecil.
b. Apabila ukuran-ukuran skala gambar dan ukuran yang tertulis dalam
gambar berbeda, maka ukuran yang tertulis dalam gambar yang berlaku.
c. Bila penyedia meragukan tentang perbedaan antara gambar yang ada,
baik konstruksi maupun ukurannya, maka penyedia berkewajiban untuk
menanyakan kepada konsultan Pengawas secara tertulis.
d. Dalam hal terjadi perbedaan gambar detail/ gambar rencana dengan
keadaan di lapangan, penyedia dapat mengajukan gambar kerja (shop
drawing  ) yang sesuai dengan kondisi di lapangan dan dapat
dipergunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan setelah mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Di dalam semua hal bila
terjadi pengambilan ukuran yang salah adalah sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penyedia.
e. Apabila dalam gambar disebutkan lingkup pekerjaan atau ukuran, sedang
dalam Spesifikasi Teknis dan BQ tidak disebutkan, maka gambar yang
harus dilaksanakan.

1.2 PENJELASAN SPESIFIKASI TEKNIS


a. Didalam Spesifikasi Teknis, termuat lingkup pekerjaan, spesifikasi bahan
yang digunakan dan syarat-syarat pelaksanaan.
b. Apabila dalam gambar tidak tercantum lingkup pekerjaan, ukuran dan
jumlahnya, sedangkan dalam Spesifikasi Teknis pada lingkup pekerjaan
tercantum, maka penyedia terikat untuk melaksanakannya.

1.3 BERITA ACARA RAPAT PENJELASAN PEKERJAAN/AANWIJZING


a. Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan ( Aanwijzing) )  merupakan
catatan perubahan/ penambahan/ pengurangan/ penetapan dari gambar
kerja dan Spesifikasi Teknis.
b. Apabila pada Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan tidak ada
perubahan/ penambahan/ pengurangan/ penetapan tentang Spesifikasi
Teknis dan gambar pelaksanaan, sedang pada Spesifikasi Teknis atau
gambar menimbulkan keragu-raguan, maka penyedia pada saat Rapat
Penjelasan Pekerjaan wajib menanyakan kebenarannya. Sehingga dapat
ditetapkan dalam Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan.

PASAL 2
LINGKUP PEKERJAAN

2.1 LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Penyedia adalah: Cut &
Fill dan Penataan Area Lapang Tembak Termasuk Pekerjaan Dinding
Penahan Tanah.

Pada pekerjaan ini yang uraian pekerjaan harus laksanakan diantaranya


adalah sebagai berikut:
a. Pematangan Lahan (Cut & Fill)
b. Dinding Penahan Tanah beserta suling-suling air Tanah.
c. Pemasangan Bata Merah
d. Pemasangan Paving Blok
e. Pemasangan Saluran Gravel
f. Penanaman Rumput Gajah Mini, dan
g. Pemasangan Bullet Trap

PASAL 3
PEKERJAAN PERSIAPAN

3.1. LINGKUP PEKERJAAN


a. Mengadakan pengamanan lokasi kegiatan dari segala gangguan.
b. Mengadakan komunikasi dengan instansi dan pihak-pihak terkait.
c. Mengadakan atau membangun Direksi Keet, gudang dan barak kerja.
d. Mengadakan persiapan tempat penimbunan dan penyiapan bahan.
e. Mengadakan peralatan, fasilitas dan mesin-mesin/alat bantu pekerja
untuk menjamin kelancaran pekerjaan.
f. Menyediakan kotak PPPK dan perlengkapannya RKK3.
g. Menyiapkan jalan masuk ke lokasi kegiatan.
h. Papan nama proyek.

3.2. PEMBUATAN PAGAR PENGAMAN (BILA DIPERSYARATKAN)


a. Pagar pengaman terbuat dari bahan seng gelombang/galvalum
b. Pagar pengaman dipasang menutup lokasi pekerjaan dan memberikan
ruang gerak yang cukup bagi pelaksanaan pekerjaan dan kegiatan
rutin.
c. Pagar pengaman harus terpasang kuat dan rapi sampai pekerjaan
selesai.

3.3. KOORDINASI DAN ADMINISTRASI


a. Sebelum pekerjaan dimulai, penyedia harus melakukan ijin dan
berkoodinasi dengan pihak pengguna jasa, konsultan pengawas dan
pihak-pihak terkait.
b. Penyedia wajib membuat foto/dokumentasi 0%, minimal dari 4 sisi
sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
c. Penyedia wajib memasang papan nama proyek, dengan ukuran
ditentukan kemudian.
d. Penyedia tidak diperkenankan menempatkan papan reklame dalam
bentuk apapun dilingkungan kegiatan.

PASAL 4
DIREKSI KEET DAN BANGSAL KERJA

4.1. LINGKUP PEKERJAAN


a. Penyedia harus membuat direksi keet dengan luasan mampu untuk
menampung rapat minimal 8 orang, berjendela cukup terang dan
berventilasi baik.
b. Penyedia diwajibkan membuat gudang yang tertutup yang dapat
dikunci dengan aman dan terlindung terhadap hujan dan panas, untuk
menempatkan material seperti PC dan alat-alat penting lainnya.
c. Penyedia juga harus membuat bangsal terbuka untuk pekerja supaya
terhindar dari hujan dan panas.

4.2. BAHAN DIREKSI KEET


a. Bahan dinding dan pintu dari tripleks/Seng Galvalum
b. Rangka bangunan dari kayu/Baja Ringan.
c. Lantai dari rabat beton.
d. Penutup atap seng gelombang BJLS 30/Aatap Galvalum atau Asbes
Gelombang.
e. Daun pintu dilengkapi dengan pengunci.

4.3. PERLENGKAPAN DIREKSI KEET (Bila dipersyaratkan)


a. 4 (empat) buah meja ukuran 80 X 100 cm dilengkapi dengan laci yang
bisa dikunci.
b. 1 (satu) buah kursi untuk setiap meja tulis.
c. Satu set meja kursi untuk rapat koordinasi lapangan minimal 8 orang
d. Satu papan tulis white board ukuran 90 X 190 cm lengkap dengan alat
tulis dan penghapusnya.
e. Sebuah almari arsip yang bisa dikunci.
f. Computer dan printer untuk alat gambar.
g.  Alat komunikasi.

4.4. SYARAT PELAKSANAAN


a. Direksi Keet didirikan pada tempat yang mudah dijangkau, diusahakan
dekat dengan pintu masuk.
b. Penempatan direksi keet harus mendapat persetujuan direksi.
c. Segala biaya pembuatan Direksi Keet, Gudang dan Bangsal Kerja
menjadi tanggung jawab dan beban penyedia.

PASAL 5
RENCANA KERJA DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1. RENCANA KERJA


a. Rencana kerja dibuat oleh penyedia berupa bar chart dan curve S,
yang memuat prestasi dan rencana kerja dalam persen.
b. Rencana kerja (Time schedule  ) harus mendapat persetujuan dari
pihak konsultan pengawas, serta penyedia wajib menggadakannya
sebayak 4 (empat) lembar copy yang masing-masing diserahkan
kepada Pejabat Pembuat Komitmen, Team Teknis, Konsultan
Pengawas dan ditempelkan di bangsal kerja.

c. Selanjutnya penyedia harus mengikuti Rencana kerja tersebut yang


menjadi dasar bagi Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan
Pengawas untuk menilai prestasi pekerjaan dan segala sesuatu
persoalan yang berhubungan dengan kelambatan pekerjaan.
d. Penyedia diharuskan membuat Rencana Kerja mingguan pada setiap
tahap pengerjaan, paling tidak tiga hari sebelum dimulainya
pelaksanaan pekerjaan tersebut.

5.2. HAK BEKERJA DI LAPANGAN


Lapangan pekerjaan akan diserahkan kepada penyedia selama waktu
pelaksanaan pekerjaan. Segala sesuatu kerusakan yang ditimbulkan akibat
pelaksanaan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab penyedia.

5.3. PEMBAGIAN HALAMAN UNTUK BEKERJA DAN JALAN MASUK


a. Apabila penyedia akan mendirikan bangunan sementara (Direksi Keet
dan Gudang) maupun tempat penimbunan bahan, maka penyedia
harus mengkonsultasikan terlebih dahulu kepada konsultan pengawas
tentang penggunaan halaman tersebut.
b. Semua biaya untuk prasarana, fasilitas pekerjaan, serta akomodasi
menjadi tanggungan penyedia.
c. Apabila terjadi kerusakan pada jalan komplek, saluran air atau
bangunan lainnya yang disebabkan adanya pelaksanaan
pembangunan ini penyedia berkewajiban untuk memperbaiki kembali,
selambat-lambatnya dalam masa pemeliharaan.
d. Dilokasi kegiatan penyedia diharuskan menyiapkan alat-alat
pengaman terhadap kebakaran dan keamanan kerja lainnya.

PASAL 6
PENJAGAAN

6.1 Penyedia harus melakukan pengamanan barang-barang diseluruh halaman


bangunan pekerjaan baik selama maupun pada waktu tidak dilakukan
pekerjaan. Hal ini berlaku pula pada barang-barang pihak ketiga dan pihak
Konsultan Pengawas.
6.2 Untuk maksud ini apabila diperlukan maka disekeliling pekerjaan pada
tempat- tempat tertentu di buatkan Pos Penjagaan.
6.3 Barang-barang dan bahan-bahan bangunan yang hilang, baik yang belum
maupun yang sudah dipasang, tetap menjadi tanggung jawab penyedia dan
tidak diperkenankan untuk diperhitungkan dalam biaya tambahan.
6.4 Penyedia diharuskan melaporkan personil yang tinggal di lokasi kegiatan
kapada petugas keamanan setempat.

PASAL 7
PEKERJAAN PENGUKURAN DAN BOUWPLANK
7.1. PENGUKURAN
a. Penyedia harus menyediakan tenaga yang ahli dalam cara-cara
pengukuran dengan alat-alat theodolith, waterpass dan peralatan
lain yang diperlukan.

b. Pengawas Lapangan dan Penyedia akan menetapkan tempat/posisi


patok penandaan permanen (bench mark) sebagai referensi
pengukuran bangunan, dan dituangkan dalam Berita Acara penentuan
titik 0 (nol) lantai bangunan.
c. Pergeseran patok hanya dapat dilakukan atas persetujuan Pengawas
Lapangan dan tetap merujuk pada level patok awal.
d. Berdasarkan patok tersebut Penyedia menentukan level bangunan
dan  jarak as bangunan pada setiap pekerjaan sesuai dengan gambar
perencanaan.

7.2. PEMASANGAN BOUWPLANK


a. Ketetapan letak bangunan harus mengacu pada gambar perencanaan
dan harus mendapat persetujuan dari konsultan pengawas
b. Penempatan bouwplank minimal berjarak 1 m dari as
kolom/dinding/Pondasi dan tidak mengganggu pada saat pekerjaan
galian tanah pondasi dilaksanakan.
c. Bahan yang digunakan untuk bouwplank adalah papan meranti 2/20
cm, usuk 5/7 cm untuk tiang bouwplank, paku dan cat/meni untuk
tanda perletakan as-as bangunan/kolom seperti yang ditunjuk pada
gambar.
d. Pemasangan bouwplank harus kuat dengan menggunakan papan
meranti 2/20 cm yang diserut halus, rata dan lurus pada permukaan
atasnya, sedangkan tiang bouwplank menggunakan kayu meranti 5/7
cm yang dipancang kuat dan kokoh kedalam tanah.
e. Semua titik-titk as bangunan harus diberi tanda dengan cat dan
tampak jelas, serta tidak mudah berubah posisinya.
f. Bouwplank merupakan pedoman letak tinggi lantai bangunan
terhadap muka tanah yang merupakan ± 0.00 meter bangunan.
g. Hasil pengukuran posisi bangunan tersebut harus dibuatkan Berita
Acara Pengukuran (Uitzeet) yang disetujui oleh Direksi.

PASAL 8
PEKERJAAN CUT & FILL

 A. UMUM
1. Uraian
1.1. Pekerjaan ini mencakup Penggalian, pengadaan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan atau bahan berbutir yang
disetujui untuk pembuatan timbunan yang diperlukan untuk
membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis kelandaian
dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau
disetujui.

1.2. Jenis timbunan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu timbunan
biasa dan timbunan pilihan diatas tanah rawa. Timbunan pilhan
akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer  ) untuk
meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga diguna kan di
daerah saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis
sulit dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga
digunakan untuk stabilitas lereng atau pekerjaan pelebaran
timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena
keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya
dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis. Timbunan
pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi
daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air, yang menurut
pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau di
keringkan dengan cara yang diatur dalam Spesifikasi ini.

1.3. Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan


yang dipasang sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton,
maupun bahan drainase porous yang dipakai untuk drainase
bawah permukaan atau untuk mencegah hanyutnya pertikel
halus tanah akibat proses penyaringan.

2. Toleransi
2.1. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak
lebih tinggi atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau
yang ditunjuk dalam gambar.
2.2. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup
rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin
aliran air permukaan yang bebas
2.3. Permukaan air lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari
10 cm dari garis profil yang ditentukan.
2.4. Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal
padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat
kurang dari 10 cm.

3. Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran
Butir (AASHTO T 88-90 ) Tanah
Dengan Alat Hidrometer
SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair
dengan (AASHTO T 89-90 ) Alat
Casagrande
SNI 03-1966-1989 : Metode Pegujian Batas Plastis
(AASHTO T 90-87 )
SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan
Ringan untuk (AASHTO T 99-90
)Tanah.
SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan
Berat Untuk (AASHTO T 180-90)
Tanah
SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan
Lapangan (AASHTO T 191-86)
Dengan Alat Konus Pasir
SNI 03=1744=1989 : Metode Pengujian CBR
Laboratorium (AASHTO T 193=81)

AASHTO:
AASHTO T 145=73 : Classification of soils and
aggregate Mix Tures for Highway
Construction Purpose
AASHTO T 258=78 : Determining Expansive soils and
Remedial Action

4. Pengajuan Kesiapan Kerja


4.1. Untuk setiap timbunan yang akan diserah terimakan, penyedia
harus menyerahkan pengajuan kesiapan di bawah ini kepada
Direksi Pekerjaan.
4.1.1. Gambar detail penampang melintang yang menunjukkan
permukaan yang telah disiapkan untuk penghamparan
timbunan.
4.1.2. Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa
pemadatan pada permukaan yang telah disiapkan untuk
timbunan yang akan dihampar cukup memadai.

4.2. Penyedia harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Direksi


Pekerjaan paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan
untuk Penggunaan pertama kalinya sebagai bahan timbunan :
4.2.1. Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis
bahan, satu contoh harus disimpan oleh Direksi
Pekerjaan untuk rujukan selama periode kontrak.

4.2.2. Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan


yang di usulkan untuk bahan timbunan, bersama-sama
dengan hasil pengujian laboratorium yang menunjukkan
bahwa sifat-sifat bahan tersebut memenuhi ketentuan
yang disyaratkan.
4.3. Penyedia harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk
tertulis kepada Direksi Pekerjaan setelah selesainya setiap
bagian pekerjaan, dan sebelum mendapat persetujuan dari
Direksi Pekejaan, tidak diperkenankan menghampar bahan lain
di atas pekerjaan timbunan sebelumnya :
4.4. Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan
4.5. Hasil pengukuran permukaan dan data survey yang
menunjukkan bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan
dipenuhi.

5. Kondisi Tempat Kerja


5.1. Penyedia harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap
kering sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan
pemadatan, dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki
lereng melintang yang cukup. untuk membantu drainase pada
timbunan akibat curahan air hujan dan juga harus menjamin
bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Bilaman
memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang
ke dalam system drainase permanen.
5.2. Penyedia harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup
Untuk pengendalian kadar air timbunan selama operasi peng
hamparan dan pemadatan.

6. Perbaikan Timbunan
6.1. Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang
yang disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang
disyaratkan harus diperbaiki dengan menggemburkan
permukaanya dan membuang atau menambah bahan
sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan
pembentukan dan pemadatan kembali.
6.2. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam Hal
batas-batas kadar airnya yang disyaratkan atau seperti yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan
menggaru bahan kembali, dilanjutkan dengan menggunakan
“motor grader” atau peralatan lain yang disetujui.
6.3. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti
dinyatakan dalam batas-batas kadar air yang disyaratkan atau
seperti yang disyaratkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki
dengan menggaru bahan tersebut dengan penggunaan motor
grader atau alat lainnya secara berulang- ulang dengan selang
waktu istirahat selama penanganan dalam cuaca cerah. Alternatif
lain, bilamana pengeringan yang idak memadai tidak dapat
dicapai menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut,
Direksi pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut
dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering
yang lebih cocok.
6.4. Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau
banjir atau hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan
perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan permukaan masih
memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi ini.
6.5. Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau
ketentuan sifat-sifat bahan dari spesifikasi ini haruslah seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi
kepadatan tambahan, penggemburan yang diikuti dengan
penyesuainan kadar air dan pemadatan kembali, atau
pembuangan dan penggantian bahan.
6.6. Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau
menjadi lembek setelah pekerjan tersebut selesai dikerjaan dan
diterima oleh Direksi Pekerjaan haruslah seperti yang
disyaratkan dari Spesifikasi ini.
6.7. Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian Semua lubang
pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau
lainnya, harus secepatnya ditutup kembali oleh penyedia dan
dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan
yang disyarakan oleh Spesifikasi ini.
6.8. Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja Timbunan tidak boleh
ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan
pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau
bilamana kadar air bahan berada di luar rentang yang
disyaratkan.

B. BAHAN
1. Sumber Bahan
Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai
dengan “Bahan dan Penyimpanan” dari Spesifikasi ini.

2. Timbunan Bahan
2.1. Timbunan yang diklasifikan sebagai timbunan biasa harus terdiri
dari bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui
oleh Direksi Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat
untuk digunakan dalam pekerjaan permanen seperti yang
diuraikan dalam Spesifikasi ini.
2.2. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak temasuk tanah yang
berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut
AASHTO M145 atau sebagai CH menurut “Unified atau
Casagrande soil Classfication System”. Bila penggunaan tanah
yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut
harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau
pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung
atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah platis seperti itu sama
sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di
bawah bagian dasar. Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan
ini bila diuji dengan SNI 03- 1744-1989, hurus memiliki CBR tidak
kurang dari 6 % setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100
% kepadatan kering maksimum (MMD) seperti yang ditentukan
oleh SNI 031742=1989.
2.3. Tanah sangat expansive yang memiliki sifat lebih besar dari 1,25
atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO
T258 sebagai  “very high”, tidak boleh digunakan bahan
timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks
Plastisitas / PI= (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar
lempung (SNI 03-3422-1994).

3. Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa


Bahan timbunan pilihan diatas tanah rawa haruslah pasir kerikil atau
bahan berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.

C. PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN


1. Penyiapan Tempat Kerja
1.1. Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua
bahan yang tidak diperlukan harus dibuang sebagai mana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
1.2. Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi
timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan
pengeringan atau pembasahan bila diperlukan ), sampai 15 cm
bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi kepadatan
yang disyaratkan untuk timbunan yang di tempatkan diatasnya.
1.3. Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau
ditempatkan di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan,
maka lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar yang
cukup sehingga memungkin peralatan pemadat dapat beroperasi
di daerah lereng lama sesuai seperti timbunan yang dihampar
horizontal lapis demi lapis.

2. Penghamparan Timbunan
2.1. Timbunan harus ditempatkan dipermukaan yang telah disiapkan
dan dalam lapisan yang merata, dan bilamana dipadatkan akan
memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilama
timbunan dihampar lebih satu lapis, lapisan-lapisan tersebut
sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.
2.2. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber
bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca
cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk
persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama
musim hujan.

3. Pemadatan Timbunan
3.1. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, lapis
demi lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang
memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai
kepadatan yang disyaratkan.
3.2. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana
kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah air optimum
sampai 1 % diatas kadar air optimum. Kadar optimum harus
didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering
maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
3.3. Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau
lebih setebal 20 cm dari bahan bergradisi dan tidak mengandung
batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga -
rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis
penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan
timbunan tanah.
3.4. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti
yang disyaratkan, diuji kepadatan dan harus diterima oleh Direksi
Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.
3.5. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak
menuju ke arah sumbu area timbunan sehingga setiap ruas akan
menerima jumlah pemadatan yang sama.
3.6. Bilamana bahan timbunan pada kedua sisi pipa atau drainase
beton atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan
sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu
mempunyai elevasi yang sama.
3.7. Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu
sisi abutment, tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok
kepala gorong-gorong, maka tempat-tempat yang bersebelahan
dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena
dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang
berlebihan pada stuktur.
3.8. dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gambar tidak
lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat
mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat maksimum
10 kg.

D. JAMINAN MUTU
1. Pengendalian Mutu Bahan
1.1. Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk
persetujuan awal mutu bahan akan ditetapkan oleh direksi
Pekerjaan, dan harus mencakup seluruh pengujian yang
disyaratkan dengan paling sedikit tiga contoh yang mewakili
sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang
mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
1.2. Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan harus rutin
dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang
dibawa ke lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, dan untuk setiap 1000
meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber
bahan, harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif, seperti yang
disyaratkan.

2. Ketentuan Kepadatan Untuk Timbunan Tanah


2.1. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi
tanah dasar harus dipadatkan samapi 95 % dari kepadatan
kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989.
Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang
tertahan pada ayakan !”, kepadatan kering maksimum yang
diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih
(oversize) tersebut yang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
2.2. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi
tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100% dari
kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI
03-1742-1989.
2.3. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis
timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan
bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari
yang disyaratkan maka Kontraktor harus memperbaiki pekerjaan
tersebut. Untuk timbunan, paling sedikit satu rangkaian pengujian
bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter
kubik bahan timbunan yang dihampar.

3. Percobaan Pemadatan
Penyedia harus bertanggung jawab dalam memilih dan peralatan
untuk mencapai kepadatan yang disyaratkan. Bilaman Penyedia tidak
sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan
berikut ini harus diikuti :

Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah


lintasan peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang
disyaratkan tercapai, sehingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam
menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air
untuk seluruh pemadatan berikutnya.

E. PENGUKURAN TIMBUNAN

1. Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan


sesuai yang diperlukan. Volume yang diukur harus berdasarkan
gambar penampang melintang profil tanah asli yang disetujui atau
profil galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan sesuai dengan
garis, kelandain dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang
disyaratkan dan disetujui oleh direksi. Metode perhitungan volume
bahan haruslah metode luas bidang ujung, dengan menggunakan
penampang melintang pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih dari
25 m.
2. Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang
yang disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan
sebagai akibat penggalian bertangga pada atau penguncian ke dalam
lereng lama atau sebagai akibat dari penurunan pondasi, tidak akan
dimasukkan kedalam volume terpasang kecuali bila

a. Timbunan yang diperlukan untuk mengganti bahan tidak


memenuhi ketentuan atau bahan yang lunak sesuai spesifikasi
ini, atau untuk mengganti batu atau bahan Keras lainnya yang
digali.
b. Timbunan bahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan
yang tidak stabil atau gagal bilamana Kontraktor tidak dianggap
bertanggung jawab.
c. Bila timbunan akan ditempatkan di atas tanah rawa yang didapat
diperkirakan terjadinya konsolidasi tanah asli. Dalam kondisi
demikian maka timbunan akan diukur untuk pembayaran dengan
salah satu cara yang ditentukan menurut pendapat Direksi
Pekerjaan ini:

• Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur penurunan


(settlement ) yang harus ditempatkan dan diamati besama
oleh Direksi Pekerjaan dengan Konraktor. Kuantitas timbunan
dapat ditentukan berdasarkan elevasi tanah asli setelah
penurunan (settlement  ). Dan catatan penurunan (settlement)
ini harus didokumentasikan dengan baik.

• Dengan volume gembur yang diukur pada kendaraan


pengangkut sebelum pembongkaran muatan dilokasi
penimbunan. Kuantitas timbunan dapat ditentukan
berdasarkan penjumlahan kuantitas bahan yang dipasok,
yang diukur dan dicatat oleh Direksi Pekerjaan, setelah bahan
di atas bak truk diratakan sesuai dengan bidang datar
horizontal yang sejajar dengan tepi-tepi bak truk. Pengukuran
dengan cara ini akan diperkenankan bilamana kuantitas
tersebut telah disahkan oleh Direksi Pekerjaan.

3. Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak


pekerjaan, atau untuk mengubur bahan sisa atau tidak terpakai, atau
untuk menutup sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam
pengukuran timbunan.

4. Kuantitas yang diukur untuk timbunan batu pilihan harus dalam jumlah
meter kubik atau ton, diukur di lapangan, dari jenis yang ditunjukkan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga, disediakan, dipasang, dan diterima,
tidak termasuk galian. Pengukuran dalam volume atau tonase akan
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

PASAL 9
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN KEMBALI

9. 1. UMUM
Semua pekerjaan penggalian tanah harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Pengawas Lapangan terutama tentang ukuran galian. Bahan-
bahan galian yang akan dipakai untuk penimbunan harus diperiksa terlebih
dahulu oleh Pengawas Lapangan.

9.2. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan galian yang dimaksud pada pekerjaan ini adalah galian tanah
pondasi serta urugan tanah kembali yang meliputi :
a. Galian Tanah Pondasi Dinding Penahan
b. Galian Tanah saluran
c. Galian-galian lain yang ditunjuk pada gambar
d. Urugan tanah bekas galian
e. Urugan pasir bawah pondasi
f. Urugan lain yang ditunjukkan dalam gambar.

9.3. BAHAN/MATERIAL
a. Semua urugan yang akan dipergunakan berupa tanah dan atau pasir
urug.
b. Sebelum dipergunakan harus mendapat persetujuan Direksi.
c. Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran, humus
dan bahan organic yang dapat mengakibatkan penyusutan atau
perubahan kepadatan urugan itu sendiri.
d. Tanah bekas galian dapat dipergunakan sebagai urugan asalkan
mendapat ijin dari pengawas lapangan.
e. Pasir urug harus berbutir halus (0.5-2) mm, bergradsi tidak seragam
(heterogen), warna hitam/merah kecoklatan.
f. Urugan peninggian pile lantai menggunakan bahan sirtu.

9.4. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN


9.4.1 Pekerjaan Galian
a. Penyedia harus menyediakan peralatan dan tenaga yang cukup
untuk pekerjaan yang dimaksud.
b. Kedalaman galian pondasi minimal sesuai dengan gambar
rencana dan atau telah mencapai tanah keras dengan
persetujuan pengawas lapangan.
c.  Apabila sampai kedalaman tersebut pada point (a) belum
mendapatkan tanah keras, maka penyedia harus menghentikan
pekerjaan galian dan dikonsultasikan dengan Direksi dan
Konsultan Perencana untuk mendapatkan pemecahan masalah
tersebut.
d.  Apabila dalam melaksanakan penggalian ternyata kedalaman
tanah keras lebih dalam dari rencana, dan untuk mendapatkan
daya dukung tanah yang sesuai dengan kedalaman yang
dimaksud dalam gambar, maka penyesuaian kedalaman
dilakukan dengan menggunakan beton tumbuk dan tanpa biaya
tambahan dari Pemberi Tugas.
e. Pada galian tanah yang mudah longsor, penyedia harus
mengadakan tindakan pencegahan dengan memasang penahan
atau cara lain yang disetujui oleh pengawas lapangan.
f. Selama pelaksanaan penggalian, harus dibersihkan juga bekas
akar, kayu, bekas longsoran atau benda-benda yang dapat
mengganggu kontruksi pondasi.
g. Dalam melaksanakan pekerjaan penggalian, pemasangan
pondasi dan pekerjaan lain didalam galian harus terhindar dari
genangan air. Untuk itu penyedia harus menyediakan pompa air
dengan jumlah yang cukup untuk menunjang kelancaran
pekerjaan.
h. Bahan-bahan sisa galian yang tidak dipergunakan tidak boleh
ditempatkan berserakan, sisa galian tersebut harus segera
dikeluarkan dari pekerjaan paling lambat 2 x 24 jam dan dibuang
pada tempat yang disetujui Pengawas Lapangan.

9.4.2 Pekerjaan Urugan


a. Pelaksanaan pengurugan harus dilaksanakan dengan cara
berlapis dan tebal setiap lapis maksimal 20 cm serta dipadatkan
dengan stamper.
b. Tanah/sirtu yang diurugkan harus dalam keadaan terurai, bukan
merupakan bongkahan-bongkahan tanah agar mudah
dipadatkan.
c. Bahan bongkaran tidak diijinkan untuk dipergunakan sebagai
bahan urugan.
d. Tanah bekas galian dapat dipergunakan sebagai urugan asal
mendapat persetujuan dari Direksi.
e. Dalam pelaksanaan pengurugan terutama pasir dibawah lantai,
penyedia harus memperhatikan tingkat kepadatannya, supaya
tidak terjadi penurunan lantai.
f. Pasir urug yang dipergunakan harus berbutir halus (0.5-2) mm,
bergradsi tidak seragam (heterogen), warna hitam/merah
kecoklatan.

PASAL 10
PEKERJAAN PONDASI
10.1. LINGKUP PEKERJAAN
10.1.1. Pekerjaan pembuatan pondasi meliputi penyediaan tenaga kerja,
bahan- bahan material untuk pekerjaan tersebut dan perlengkapan
serta mesin- mesin/alat bantu yang diperlukan.
10.1.2. Macam pondasi yang digunakan adalah :Pondasi pasangan
batu kali (Dinding Penahan)
10.1.3. Pedoman Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan pondasi, penyedia harus mengadakan
pengukuran- pengukuran untuk as-as pondasi seperti pada gambar-
gambar detail perencanaan dan harus meminta persetujuan
Pengawas Lapangan.
Penyedia diwajibkan memberikan laporan kepada Pengawas
Lapangan, bila ada perbedaan antara gambar-gambar struktur
dengan gambar arsitektural atau bila ada hal-hal yang kurang jelas.

10.2. PONDASI BATU KALI


10.2.1. Bahan/Material
a. Batu kali/batu belah
- Batu kali atau batu gunung yang dipergunakan dengan
ukuran 15/20 utuh dan tidak poros.
- Apabila merupakan batu pecah/belah, bagian yang
terpecah harus bersudut runcing dan tajam.
b. Semen Portland (PC) 
Semen Portland menggunakan sekualitas Semen Gresik, dan
penggunaannya harus satu jenis pada pelaksanaan
pekerjaan.
c. Pasir 
Pasir yang dipergunakan harus bermutu baik, berbutir tajam
dan keras , tidak mengandung lumpur, tidak mengandung
bahan organis dan sejenisnya.

10.2.2. Syarat Pelaksanaan


a. Setelah pasir urug di atas tanah galian mencapai kepadatan
yang disyaratkan dan tebalnya telah diukur sesuai dengan
rencana, maka dapat dipasang aanstampeng.
b. Pasangan aanstampeng harus saling mengisi antar batu kali,
sehingga merupakan landasan pondasi yang utuh dan padat.
c. Rongga-rongga antar batu aanstampeng diisi dengan pasir
urug dan diberi air sampai padat.
d. Pasangan pondasi batu kali dilaksanakan diatas aanstampeng
dengan campuran 1PC : 4PS, bentuk dan ukuran sesuai
gambar rencana.
PASAL 11
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI DAN PLESTERAN

11.1. LINGKUP PEKERJAAN


11.1.1. Pasangan batu belah untuk dinding penahan dengan campuran
1PC : 5 pasir dan plesteran dilaksanakan dengan campuran 1 PC :
3 pasir.
11.1.2. Setrikan dengan campuran 1 PC : 2 pasir. dilaksanakan untuk
seluruh dinding penahan, kecuali disebut lain dalam gambar atau
sesuai dengan arahan dari konsultan pengawas.

11.1.3. Benangan sudut dan acian


a. Benangan sudut dengan campuran 1 PC : 2 pasir selebar 5
cm dari sudut pasangan / plesteran.
b.  Acian dilaksanakan pada seluruh permukaan plesteran dengan
menggunakan air PC.

11.2. BAHAN-BAHAN
11.2.1. Batu Kali / Batu Belah
a. Batu kali atau batu gunung yang dipergunakan dengan ukuran
15/20 utuh dan tidak poros.
b.  Apabila merupakan batu pecah/belah, bagian yang terpecah
harus bersudut runcing dan tajam.
11.2.2. Semen Portland (PC)
Semen Portland harus mempergunakan semen Gresik atau merk
lain yang sekualitas dan yang digunakan harus satu jenis.
11.2.3. Pasir Pasang
Pasir yang digunakan harus halus dan tidak boleh mengandung
lumpur lebih dari 5 % (terhadap berat kering) serta memenuhi
gradasi yang baik.

11.3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN


11.3.1. Pasangan Dinding Penahan Tanah
a. Pasangan batu kali dilaksanakan diatas pondasi batu
kali/belah dengan campuran 1 PC : 4 pasir.
b. Pada sisi luar dinding penahan menggunakan batu belah
dengan permukaan relative rata dan lebar.
c. Semua voer/siar di antara pasangan batu belah harus
diratakan dan diplester/setrikan.
d. Pemasangan subdrain (pipa PVC Ø 2,5 Inc) agar tidak terjadi
gaya horizontal yang diakibatkan oleh tekanan air,
pemasangan pipa subdrain sesuai yang ditunjuk pada
gambar.
e. Pada ujung pipa subdrain diberi ijuk sebagai penahan tanah.
11.3.2. Plesteran
a. Seluruh permukaan dinding penahan yang akan diplester
harus dibasahi/disiram dengan air bersih terlebih dahulu
sampai rata, serta dinding yang telah diplester harus selalu
dijaga kelembabannya. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
pengeringan plesteran terlalu cepat/ sebelum waktunya.
b. Semua pekerjaan plesteran harus rata, halus, dan merupakan
satu bidang tegak lurus dan siku. Plesteran yang telah selesai
harus bebas dari retak-retak/ noda-noda dan cacat lainnya.
c. Plesteran dinding dikerjakan dengan tebal minimal 1 (satu )
centimeter dan maksimal 2 (dua ) centimeter.
d. Untuk penyelesaian sudut-sudut, sponing (benangan ) supaya
digunakan plesteran 1Pc : 2Ps dan dilaksanakan lurus dan
tajam.
e. Bagian dinding yang diplester maupun setrikan sesuai dengan
yang ditunjuk dalam gambar.

PASAL 12
PEKERJAAN PASANGAN BATA MERAH DAN PLESTERAN

12.1. PENJELASAN UMUM


12.1.1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahanbahan,
peralatan dan alat alat bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
masing-masing pekerjaan sehingga mendapatkan hasil yang baik dan
sempurna.
12.1.2. Penggunaan masing – masing jenis pasangan dapat dilihat pada
gambar rencana ataupun petunjuk/ perintah direksi/pengawas
lapangan.

12.1.3. Pengendalian pekerjaan :


Persyaratan – persyaratan standar mengenai pekerjaan ini tertera pada
:
- PUBI – 1982
- NI – 3 – 1970
- NI – 10 – 1973
- SII – 0021 - 1978

12.2. PASANGAN BATU BATA


1.2.1. Lingkup Pekerjaan.
Pasangan batu bata dilaksanakan untuk dinding/ tembok gedung,
pondasi ringan, saluran, bak – bak bunga, ataupun pasangan batu
bata lainnya yang ditunjuk pada gambar rencana.

1.2.2. Bahan.
1. Batu bata yang dikehendaki adalah batu bata lokal yang
berkualitas baik yaitu dengan hasil pembakaran yang matang
berukuran sama kira – kira 6 x 12 x 20 cm tidak boleh terdapat
pecah–pecah ( melebihi 20% ) dan tidak diperkenankan
memasang bata yang pernah dipakai.
2. Semen dan pasir untuk pasangan batu bata ini harus sama
dengan kualitas seperti yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
3. Kecuali ditentukan lain semua pasangan bata dipasang dengan
perekat dengan campuran 1PC : 4Ps dengan pencair air,
pasangan rolak, pasangan untuk saluran dan tempat lain yang
ditunjukkan dalam gambar.

1.2.3. Pelaksanaan
1. Dimana diperlukan menurut direksi teknik/ konsultan pengawas,
pemborong harus membuat shop drawing untuk pelaksanaan
pembuatan adukan dan pasangan.
2. Tentukan perbandingan campuran spesi dan tebal adukan yang
diperlukan. Adukan dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari
bahan yang digunakan sesuai dengan petunjuk perencana/
direksi.
3. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua
petunjuk dalam gambar arsitektur terutama gambar detail dan
gambar potongan mengenai ukuran tebal/ tinggi/ peil dan bentuk
profilnya.
4. Pasangan batu bata harus dipasang tegak lurus, siku, rata dan
tidak boleh terdapat retak – retak, dipasang dengan fungsi,
ukuran ketebalan dan ketinggian yang ditentukan dalam gambar
rencana.
5. Mencampur Perekat, Perekat harus dicampur dalam alat
pencampur yang telah disetujui atau dicampur dengan tangan
pada permukaan yang keras, dilarang memakai perekat yang
sudah mulai mengeras untuk dipakai lagi.
6. Sebelum dimulai pemasangan batu bata harus direndam lebih
dahulu dengan air dan permukaan yang akan dipasang harus
basah juga dan untuk semua sambungan harus dikorek paling
sedikit 0.5 cm agar penyelesaian dinding/ plesteran dapat
melekat dengan baik.

12.3. PEKERJAAN PLESTERAN


1.3.1 Lingkup pekerjaan
Yang dimaksud dengan pekerjaan penyelesaian disini adalah seluruh
pekerjaan plesteran termasuk benangan baik untuk plesteran dinding
pasangan bata maupun pasangan batu kali atau sebagaimana yang
ditunjuk dengan notasi seperti yang tercantum pada gambar rencana.

1.3.2 Bahan
1. Sebagai bahan semen, pasir dan air untuk plesteran ini sama
dengan kualitas seperti yang disyaratkan untuk pekerjaan beton
ataupun pekerjaan pasangan.
2. Campuran untuk plesteran harus dipilih yang benar – benar
bersih dan bebas dari segala macam kotoran. Pasir untuk
plesteran harus bersih dan diayak dengan ayakan ukuran # 1.2
– 2.00 mm.

1.3.3 Pelaksanaan

1. Pekerjaan plesteran dilaksanakan pada seluruh permukaan


pasangan batu kali pada sisi dalam saluran secara menyeluruh
atau pasangan lain yang ditunjuk pada gambar rencana untuk
dilaksanakan plesteran.
2. Pekerjaan plesteran dilaksanakan setelah pekerjaan atau
selesai dilaksanakan, sebelum pekerjaan plesteran
dilaksanakan seluruh permukaan yang akan diplester harus
dibersihkan atau dikorek terlebih dahulu dan harus dibasahi
dengan air sehingga betul – betul dapat merekat dengan kuat.
3. Plesteran yang dimaksud disini menggunakan campuran 1PC :
4Ps untuk semua pekerjaan plesteran.
4. Semua pekerjaan plesteran harus betul – betul halus dan tidak
boleh retak – retak, hal ini dilaksanakan dengan acian Portland
Cement ( PC ).
5. Tebal plesteran yang dimaksud, kecuali bila dinyatakan lain
adalah dengan ketebalan antara 1.5 – 2.0 cm.

12.4. PEKERJAAN SIAR SPESI CAMPURAN SEMEN


12.4.1. Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari produksi dan pemasangan siar spesi
campuran semen untuk digunakan dalam pasangan batu, pekerjaan –
pekerjaan drainase, pekerjaan beton dan struktur lainnya yang
diperlukan dalam spesifikasi ini.

12.4.2. Syarat – Syarat Pemakaian


Spesi campuran semen harus digunakan sesuai toleransi, batasan
cuaca dan penjadwalan pekerjaan yang tepat terhadap bagian –
bagian yang pokok.

12.4.3. Bahan – Bahan


1. Semen yang digunakan untuk campuran semen harus sesuai
dengan persyaratan AASHTO M85 Type I, Semen Portland
biasa akan dipakai kecuali dinyatakan lain dalam daftar
penawaran atau diperintahkan dilapangan oleh direksi teknik.
2. Agregat halus terdiri dari pasir alam bersih, bagian halus dari
batu atau kerikil pecah dan harus mematuhi batas – batas yang
disyaratkan oleh direksi teknik.
3. Syarat – syarat kualitas untuk agregat halus diberikan oleh
direksi teknik yang akan menerapkan syarat – syarat ini sampai
seluas yang diperlukan untuk jenis khusus dan lokasi pekerjaan.
4. Air yang digunakan untuk pencampuran adonan semen harus
bersih dan bebas dari benda organik atau kotoran – kotoran lain
yang merusak kualitas campuran.

12.4.4. Pencampuran
1. Agregat halus dan semen harus diukur dan dicampur kering
dalam mixer (alat pencampuran) beton atau dengan tangan
diatas dasar yang cocok sampai dihasilkan satu campuran yang
warnanya merata. Kemudian dicampur air yang cukup untuk
satu campuran yang baik dan pencampuran berlanjut selama 5-
10 menit sampai didapatkan satu adonan dengan kekentalan
yang diminta.
2. Spesi campuran semen harus diproduksi dalam volume yang
cukup untuk pemakaian segera dan tambahan dapat diberikan
dalam jangka waktu 30 menit dari waktu pencampuran, bila
diminta demikian untuk mempertahankan satu campuran yang
mudah ditangani. Akan tetapi yang tidak digunakan dalam 45
menit sesudah pencampuran harus dibuang.
3. Permukaan yang akan dipasang adonan harus dibersihkan dari
setiap bahan lepas, lumpur atau benda – benda lain yang harus
dibuang dan kemudian dibasahi dengan air sebelum spesi
tersebut dipasang.
4. Bilamana dipakai sebagai permukaan jadi (selesai) spesi
campuran tersebut harus dipasang di atas permukaan yang
basah dan bersih dalam ketebalan yang cukup untuk
menyediakan satu lapisan pelindung permukaan setebal 1.5 cm
dan harus dikulir sampai satu permukaan yang halus dan rata.
5. Spesi campuran semen untuk pekerjaan siar atau merapikan
permukaan pasangan batu kali pada drainase atau pekerjaan
yang lainnya ini harus memakai campuran 1PC : 2Ps atau
sesuai petunjuk direksi teknik.
PASAL 13
PEKERJAAN PAVING BLOCK

13.1. UMUM DAN LINGKUP PEKERJAAN


13.1.1. Lingkup kegiatan pekerjaan dapat berupa pekerjaan-pekerjaan
perkerasan jalan, parkir trotoar dan pekerjaan lainnya sebagaimana
yang dimaksud pada gambar rencana.
13.1.2. Pekerjaan ini disamping pengadaan bahan, tenaga juga termasuk
pengadaan / pemanfaatan peralatan yang dianggap lazim digunakan
untuk pekerjaan ini.
13.1.3. Masing-masing bagian pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan
notasi- notasi yang tertera pada gambar rencana / detail, baik panjang
maupun dimensi penampang kemiringan.

13.2. PEKERJAAN JALAN PAVING BLOK


13.2.1. Umum
13.2.1.1. Perkerasan jalan ini dilaksanakan sesuai dengan luasan
dan elevasi /ketinggian yang tertera pada gambar
rencana, termasuk dalam pekerjaan ini adalah kerb – kerb
pembatas Pasangan Bata Merah
13.2.1.2. Bila kedudukan permukaan tanah yang ada tidak sesuai
dengan kedudukan yang ditentukan maka pemborong
berkewajiban untuk menggali atau mengurug sesuai
dengan ketinggian yang tercantum di gambar rencana.
13.2.1.3. Struktur perkerasan disesuaikan dengan jenis bahan
permukaan atasnya (lihat gambar rencana), sedang bahan
masing–masing lapisan struktur dapat ditinjau pada ayat
berikut.

13.2.2. Bahan – bahan


13.2.2.1. Sub base dari bahan perkerasan pasir dan sirtu yang telah
dilaksanakan pada tahap sebelumnya dengan kondisi
sudah dipadatkan dengan baik.
13.2.2.2. Lapisan atas :
13.2.2.2.1. Beton Paving Stone Block
Beton paving block merupakan struktur
perkerasan paling atas yang dipasang di atas
lapisan pasir sebagai perata, urugan sirtu
yang telah

dipadatkan di atas tanah dasar berfungsi


sebagai lapis pondasi, sebagaimana telah
ditentukan konstruksi ini dipakai untuk
pekerjaan jalan. Pemasangan sisi vertical
harus tegak lurus dengan permukan atas
paving dan dapat saling mengunci satu sama
lain dengan baik dan kokoh. Kualitas paving
block harus setara dengan beton mutu K-`175
sesuai dengan petunjuk Direksi Teknik dan
telah diatur secara khusus dalam klausul yang
lain, dengan tebal 6 cm atau 8 cm hasil produk
pabrikan dengan menggunakan press mesin.

13.2.2.2.2. Bentuk
Bahan yang dipakai adalah paving blok empat
persegi panjang dengan dimensi 10 x 20 x
tebal sesuai gambar, dengan ukuran sesuai
dengan spesifikasi hasil pabrikan. Bahan yang
digunakan untuk pengunci paving dan kanstin
atau dengan bibir saluran adalah paving
khusus buatan pabrik.

13.2.2.2.3. Warna
Paving stone block empat persegi panjang
yang dipakai, terdiri dari 2 ( dua ) macam
warna dasar.
- Warna abu-abu,
dipakai pada pekerjaan jalan secara umum
dan menyeluruh. Warna abu-abu adalah
warna asli hasil dari Job Mix Formula
Paving Stone.
- Warna Merah,
dipakai untuk pekerjaan paving stone pada
Streching (border) dan pada ornamen /
hiasan tengah serta tempat-tempat lain
yang ditentukan. Warna merah memakai
ketentuan :

13.2.3. Pelaksanaan

13.2.3.1. Untuk mendapatkan dasar paving blok yang memenuhi


syarat kestabilan, permukaan tanah harus diurug dengan
bahan sirtu dipadatkan dengan alat pemadat
13.2.3.2. Pemasangan concrete block paving dilaksanakan sesuai
dengan pola yang tertera dalam gambar rencana.
Permukaan perkerasan jika sudah selesai pemasangan
concrete block paving harus rapi, rata dan sama
susunannya, seluruh permukaan harus dapat mengalirkan
air dengan sempurna.

.
13.2.4. Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan harus sudah disiapkan sebelum
pemasangan paving block dimulai, peralatan tersebut adalah :
- Mesin pemadat tanah (stamper
- Kayu dan papan panjang 3,00 m yang sudah diserut rata untuk
jidar dan sapu aspal.
- Water Pass

13.2.5. Kontraktor wajibdan harus mengadakan perbaikan kembali atas


bagian–bagian apabila ada bagian yang mengalami kerusakan
selama dalam masa pemeliharaan.

PASAL 12
PENUTUP

12.1. Semua material yang merupakan barang produksi yang akan dipasang
terlebih dahulu diajukan contohnya untuk mendapatkan persetujuan
Konsultan pengawas.
12.2. Semua material dari hasil alam akan diperiksa oleh Konsultan pengawas
pada saat didatangkan di lapangan.
12.3. Material-material yang tidak disetujui harus segera dikeluarkan dari
lapangan paling lambat 2 x 24 jam. Bila penyedia tidak mengindahkan,
Konsultan pengawas berhak menyelenggarakan atas biaya penyedia.
12.4. Bagian-bagian yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi tidak
disebutkan dalam RKS dan gambar tetap harus diselenggarakan oleh
penyedia.
12.5. Bagian-bagian yang secara konstruktif harus ada tetapi tidak disebutkan di
dalam RKS dan gambar tetap harus diselenggarakan oleh penyedia dan
pelaksanaannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Konsultan pengawas.

Anda mungkin juga menyukai