PASAL 1
PENJELASAN GAMBAR DAN SPESIFIKASI TEKNIS
PASAL 2
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Penyedia adalah: Cut &
Fill dan Penataan Area Lapang Tembak Termasuk Pekerjaan Dinding
Penahan Tanah.
PASAL 3
PEKERJAAN PERSIAPAN
PASAL 4
DIREKSI KEET DAN BANGSAL KERJA
PASAL 5
RENCANA KERJA DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
PASAL 6
PENJAGAAN
PASAL 7
PEKERJAAN PENGUKURAN DAN BOUWPLANK
7.1. PENGUKURAN
a. Penyedia harus menyediakan tenaga yang ahli dalam cara-cara
pengukuran dengan alat-alat theodolith, waterpass dan peralatan
lain yang diperlukan.
PASAL 8
PEKERJAAN CUT & FILL
A. UMUM
1. Uraian
1.1. Pekerjaan ini mencakup Penggalian, pengadaan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan atau bahan berbutir yang
disetujui untuk pembuatan timbunan yang diperlukan untuk
membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis kelandaian
dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau
disetujui.
1.2. Jenis timbunan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu timbunan
biasa dan timbunan pilihan diatas tanah rawa. Timbunan pilhan
akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer ) untuk
meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga diguna kan di
daerah saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis
sulit dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga
digunakan untuk stabilitas lereng atau pekerjaan pelebaran
timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena
keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya
dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis. Timbunan
pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi
daerah yang rendah dan selalu tergenang oleh air, yang menurut
pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau di
keringkan dengan cara yang diatur dalam Spesifikasi ini.
2. Toleransi
2.1. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak
lebih tinggi atau lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau
yang ditunjuk dalam gambar.
2.2. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup
rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin
aliran air permukaan yang bebas
2.3. Permukaan air lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari
10 cm dari garis profil yang ditentukan.
2.4. Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal
padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat
kurang dari 10 cm.
3. Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran
Butir (AASHTO T 88-90 ) Tanah
Dengan Alat Hidrometer
SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair
dengan (AASHTO T 89-90 ) Alat
Casagrande
SNI 03-1966-1989 : Metode Pegujian Batas Plastis
(AASHTO T 90-87 )
SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan
Ringan untuk (AASHTO T 99-90
)Tanah.
SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan
Berat Untuk (AASHTO T 180-90)
Tanah
SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan
Lapangan (AASHTO T 191-86)
Dengan Alat Konus Pasir
SNI 03=1744=1989 : Metode Pengujian CBR
Laboratorium (AASHTO T 193=81)
AASHTO:
AASHTO T 145=73 : Classification of soils and
aggregate Mix Tures for Highway
Construction Purpose
AASHTO T 258=78 : Determining Expansive soils and
Remedial Action
6. Perbaikan Timbunan
6.1. Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang
yang disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang
disyaratkan harus diperbaiki dengan menggemburkan
permukaanya dan membuang atau menambah bahan
sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan
pembentukan dan pemadatan kembali.
6.2. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam Hal
batas-batas kadar airnya yang disyaratkan atau seperti yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan
menggaru bahan kembali, dilanjutkan dengan menggunakan
“motor grader” atau peralatan lain yang disetujui.
6.3. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti
dinyatakan dalam batas-batas kadar air yang disyaratkan atau
seperti yang disyaratkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki
dengan menggaru bahan tersebut dengan penggunaan motor
grader atau alat lainnya secara berulang- ulang dengan selang
waktu istirahat selama penanganan dalam cuaca cerah. Alternatif
lain, bilamana pengeringan yang idak memadai tidak dapat
dicapai menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut,
Direksi pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut
dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering
yang lebih cocok.
6.4. Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau
banjir atau hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan
perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan permukaan masih
memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi ini.
6.5. Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau
ketentuan sifat-sifat bahan dari spesifikasi ini haruslah seperti
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi
kepadatan tambahan, penggemburan yang diikuti dengan
penyesuainan kadar air dan pemadatan kembali, atau
pembuangan dan penggantian bahan.
6.6. Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau
menjadi lembek setelah pekerjan tersebut selesai dikerjaan dan
diterima oleh Direksi Pekerjaan haruslah seperti yang
disyaratkan dari Spesifikasi ini.
6.7. Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian Semua lubang
pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau
lainnya, harus secepatnya ditutup kembali oleh penyedia dan
dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan
yang disyarakan oleh Spesifikasi ini.
6.8. Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja Timbunan tidak boleh
ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan
pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau
bilamana kadar air bahan berada di luar rentang yang
disyaratkan.
B. BAHAN
1. Sumber Bahan
Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai
dengan “Bahan dan Penyimpanan” dari Spesifikasi ini.
2. Timbunan Bahan
2.1. Timbunan yang diklasifikan sebagai timbunan biasa harus terdiri
dari bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui
oleh Direksi Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat
untuk digunakan dalam pekerjaan permanen seperti yang
diuraikan dalam Spesifikasi ini.
2.2. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak temasuk tanah yang
berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut
AASHTO M145 atau sebagai CH menurut “Unified atau
Casagrande soil Classfication System”. Bila penggunaan tanah
yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut
harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau
pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung
atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah platis seperti itu sama
sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di
bawah bagian dasar. Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan
ini bila diuji dengan SNI 03- 1744-1989, hurus memiliki CBR tidak
kurang dari 6 % setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100
% kepadatan kering maksimum (MMD) seperti yang ditentukan
oleh SNI 031742=1989.
2.3. Tanah sangat expansive yang memiliki sifat lebih besar dari 1,25
atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO
T258 sebagai “very high”, tidak boleh digunakan bahan
timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks
Plastisitas / PI= (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar
lempung (SNI 03-3422-1994).
2. Penghamparan Timbunan
2.1. Timbunan harus ditempatkan dipermukaan yang telah disiapkan
dan dalam lapisan yang merata, dan bilamana dipadatkan akan
memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilama
timbunan dihampar lebih satu lapis, lapisan-lapisan tersebut
sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.
2.2. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber
bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca
cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk
persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama
musim hujan.
3. Pemadatan Timbunan
3.1. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, lapis
demi lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang
memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai
kepadatan yang disyaratkan.
3.2. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana
kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah air optimum
sampai 1 % diatas kadar air optimum. Kadar optimum harus
didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering
maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
3.3. Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau
lebih setebal 20 cm dari bahan bergradisi dan tidak mengandung
batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga -
rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis
penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan
timbunan tanah.
3.4. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti
yang disyaratkan, diuji kepadatan dan harus diterima oleh Direksi
Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.
3.5. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak
menuju ke arah sumbu area timbunan sehingga setiap ruas akan
menerima jumlah pemadatan yang sama.
3.6. Bilamana bahan timbunan pada kedua sisi pipa atau drainase
beton atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan
sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu
mempunyai elevasi yang sama.
3.7. Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu
sisi abutment, tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok
kepala gorong-gorong, maka tempat-tempat yang bersebelahan
dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena
dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang
berlebihan pada stuktur.
3.8. dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gambar tidak
lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat
mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat maksimum
10 kg.
D. JAMINAN MUTU
1. Pengendalian Mutu Bahan
1.1. Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk
persetujuan awal mutu bahan akan ditetapkan oleh direksi
Pekerjaan, dan harus mencakup seluruh pengujian yang
disyaratkan dengan paling sedikit tiga contoh yang mewakili
sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang
mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
1.2. Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan harus rutin
dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang
dibawa ke lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, dan untuk setiap 1000
meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber
bahan, harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif, seperti yang
disyaratkan.
3. Percobaan Pemadatan
Penyedia harus bertanggung jawab dalam memilih dan peralatan
untuk mencapai kepadatan yang disyaratkan. Bilaman Penyedia tidak
sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan
berikut ini harus diikuti :
E. PENGUKURAN TIMBUNAN
4. Kuantitas yang diukur untuk timbunan batu pilihan harus dalam jumlah
meter kubik atau ton, diukur di lapangan, dari jenis yang ditunjukkan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga, disediakan, dipasang, dan diterima,
tidak termasuk galian. Pengukuran dalam volume atau tonase akan
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
PASAL 9
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN KEMBALI
9. 1. UMUM
Semua pekerjaan penggalian tanah harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Pengawas Lapangan terutama tentang ukuran galian. Bahan-
bahan galian yang akan dipakai untuk penimbunan harus diperiksa terlebih
dahulu oleh Pengawas Lapangan.
9.3. BAHAN/MATERIAL
a. Semua urugan yang akan dipergunakan berupa tanah dan atau pasir
urug.
b. Sebelum dipergunakan harus mendapat persetujuan Direksi.
c. Bahan urugan berupa tanah urug harus bersih dari kotoran, humus
dan bahan organic yang dapat mengakibatkan penyusutan atau
perubahan kepadatan urugan itu sendiri.
d. Tanah bekas galian dapat dipergunakan sebagai urugan asalkan
mendapat ijin dari pengawas lapangan.
e. Pasir urug harus berbutir halus (0.5-2) mm, bergradsi tidak seragam
(heterogen), warna hitam/merah kecoklatan.
f. Urugan peninggian pile lantai menggunakan bahan sirtu.
PASAL 10
PEKERJAAN PONDASI
10.1. LINGKUP PEKERJAAN
10.1.1. Pekerjaan pembuatan pondasi meliputi penyediaan tenaga kerja,
bahan- bahan material untuk pekerjaan tersebut dan perlengkapan
serta mesin- mesin/alat bantu yang diperlukan.
10.1.2. Macam pondasi yang digunakan adalah :Pondasi pasangan
batu kali (Dinding Penahan)
10.1.3. Pedoman Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan pondasi, penyedia harus mengadakan
pengukuran- pengukuran untuk as-as pondasi seperti pada gambar-
gambar detail perencanaan dan harus meminta persetujuan
Pengawas Lapangan.
Penyedia diwajibkan memberikan laporan kepada Pengawas
Lapangan, bila ada perbedaan antara gambar-gambar struktur
dengan gambar arsitektural atau bila ada hal-hal yang kurang jelas.
11.2. BAHAN-BAHAN
11.2.1. Batu Kali / Batu Belah
a. Batu kali atau batu gunung yang dipergunakan dengan ukuran
15/20 utuh dan tidak poros.
b. Apabila merupakan batu pecah/belah, bagian yang terpecah
harus bersudut runcing dan tajam.
11.2.2. Semen Portland (PC)
Semen Portland harus mempergunakan semen Gresik atau merk
lain yang sekualitas dan yang digunakan harus satu jenis.
11.2.3. Pasir Pasang
Pasir yang digunakan harus halus dan tidak boleh mengandung
lumpur lebih dari 5 % (terhadap berat kering) serta memenuhi
gradasi yang baik.
PASAL 12
PEKERJAAN PASANGAN BATA MERAH DAN PLESTERAN
1.2.2. Bahan.
1. Batu bata yang dikehendaki adalah batu bata lokal yang
berkualitas baik yaitu dengan hasil pembakaran yang matang
berukuran sama kira – kira 6 x 12 x 20 cm tidak boleh terdapat
pecah–pecah ( melebihi 20% ) dan tidak diperkenankan
memasang bata yang pernah dipakai.
2. Semen dan pasir untuk pasangan batu bata ini harus sama
dengan kualitas seperti yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
3. Kecuali ditentukan lain semua pasangan bata dipasang dengan
perekat dengan campuran 1PC : 4Ps dengan pencair air,
pasangan rolak, pasangan untuk saluran dan tempat lain yang
ditunjukkan dalam gambar.
1.2.3. Pelaksanaan
1. Dimana diperlukan menurut direksi teknik/ konsultan pengawas,
pemborong harus membuat shop drawing untuk pelaksanaan
pembuatan adukan dan pasangan.
2. Tentukan perbandingan campuran spesi dan tebal adukan yang
diperlukan. Adukan dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari
bahan yang digunakan sesuai dengan petunjuk perencana/
direksi.
3. Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua
petunjuk dalam gambar arsitektur terutama gambar detail dan
gambar potongan mengenai ukuran tebal/ tinggi/ peil dan bentuk
profilnya.
4. Pasangan batu bata harus dipasang tegak lurus, siku, rata dan
tidak boleh terdapat retak – retak, dipasang dengan fungsi,
ukuran ketebalan dan ketinggian yang ditentukan dalam gambar
rencana.
5. Mencampur Perekat, Perekat harus dicampur dalam alat
pencampur yang telah disetujui atau dicampur dengan tangan
pada permukaan yang keras, dilarang memakai perekat yang
sudah mulai mengeras untuk dipakai lagi.
6. Sebelum dimulai pemasangan batu bata harus direndam lebih
dahulu dengan air dan permukaan yang akan dipasang harus
basah juga dan untuk semua sambungan harus dikorek paling
sedikit 0.5 cm agar penyelesaian dinding/ plesteran dapat
melekat dengan baik.
1.3.2 Bahan
1. Sebagai bahan semen, pasir dan air untuk plesteran ini sama
dengan kualitas seperti yang disyaratkan untuk pekerjaan beton
ataupun pekerjaan pasangan.
2. Campuran untuk plesteran harus dipilih yang benar – benar
bersih dan bebas dari segala macam kotoran. Pasir untuk
plesteran harus bersih dan diayak dengan ayakan ukuran # 1.2
– 2.00 mm.
1.3.3 Pelaksanaan
12.4.4. Pencampuran
1. Agregat halus dan semen harus diukur dan dicampur kering
dalam mixer (alat pencampuran) beton atau dengan tangan
diatas dasar yang cocok sampai dihasilkan satu campuran yang
warnanya merata. Kemudian dicampur air yang cukup untuk
satu campuran yang baik dan pencampuran berlanjut selama 5-
10 menit sampai didapatkan satu adonan dengan kekentalan
yang diminta.
2. Spesi campuran semen harus diproduksi dalam volume yang
cukup untuk pemakaian segera dan tambahan dapat diberikan
dalam jangka waktu 30 menit dari waktu pencampuran, bila
diminta demikian untuk mempertahankan satu campuran yang
mudah ditangani. Akan tetapi yang tidak digunakan dalam 45
menit sesudah pencampuran harus dibuang.
3. Permukaan yang akan dipasang adonan harus dibersihkan dari
setiap bahan lepas, lumpur atau benda – benda lain yang harus
dibuang dan kemudian dibasahi dengan air sebelum spesi
tersebut dipasang.
4. Bilamana dipakai sebagai permukaan jadi (selesai) spesi
campuran tersebut harus dipasang di atas permukaan yang
basah dan bersih dalam ketebalan yang cukup untuk
menyediakan satu lapisan pelindung permukaan setebal 1.5 cm
dan harus dikulir sampai satu permukaan yang halus dan rata.
5. Spesi campuran semen untuk pekerjaan siar atau merapikan
permukaan pasangan batu kali pada drainase atau pekerjaan
yang lainnya ini harus memakai campuran 1PC : 2Ps atau
sesuai petunjuk direksi teknik.
PASAL 13
PEKERJAAN PAVING BLOCK
13.2.2.2.2. Bentuk
Bahan yang dipakai adalah paving blok empat
persegi panjang dengan dimensi 10 x 20 x
tebal sesuai gambar, dengan ukuran sesuai
dengan spesifikasi hasil pabrikan. Bahan yang
digunakan untuk pengunci paving dan kanstin
atau dengan bibir saluran adalah paving
khusus buatan pabrik.
13.2.2.2.3. Warna
Paving stone block empat persegi panjang
yang dipakai, terdiri dari 2 ( dua ) macam
warna dasar.
- Warna abu-abu,
dipakai pada pekerjaan jalan secara umum
dan menyeluruh. Warna abu-abu adalah
warna asli hasil dari Job Mix Formula
Paving Stone.
- Warna Merah,
dipakai untuk pekerjaan paving stone pada
Streching (border) dan pada ornamen /
hiasan tengah serta tempat-tempat lain
yang ditentukan. Warna merah memakai
ketentuan :
13.2.3. Pelaksanaan
.
13.2.4. Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan harus sudah disiapkan sebelum
pemasangan paving block dimulai, peralatan tersebut adalah :
- Mesin pemadat tanah (stamper
- Kayu dan papan panjang 3,00 m yang sudah diserut rata untuk
jidar dan sapu aspal.
- Water Pass
PASAL 12
PENUTUP
12.1. Semua material yang merupakan barang produksi yang akan dipasang
terlebih dahulu diajukan contohnya untuk mendapatkan persetujuan
Konsultan pengawas.
12.2. Semua material dari hasil alam akan diperiksa oleh Konsultan pengawas
pada saat didatangkan di lapangan.
12.3. Material-material yang tidak disetujui harus segera dikeluarkan dari
lapangan paling lambat 2 x 24 jam. Bila penyedia tidak mengindahkan,
Konsultan pengawas berhak menyelenggarakan atas biaya penyedia.
12.4. Bagian-bagian yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi tidak
disebutkan dalam RKS dan gambar tetap harus diselenggarakan oleh
penyedia.
12.5. Bagian-bagian yang secara konstruktif harus ada tetapi tidak disebutkan di
dalam RKS dan gambar tetap harus diselenggarakan oleh penyedia dan
pelaksanaannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Konsultan pengawas.