Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak

mata (konjungtiva palpebra) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak mata (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus. Konjungtiva mengandung kelejar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.1,2 Karena lokasinya, konjungtiva terpapar terhadap mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang menganggu. perlindungan ir mata merupakan mekanisme permukaan mata yang penting. !ada film air mata, komponen ir mata

akueosa mengen"erkan materi infeksi, mukus menangkap debris, dan aktivitas pompa dari palpebra se"ara tetap membilas air mata ke duktus air mata. $g ). mengandung substansi antimikroba, termasuk li#osim dan antibody ($gG dan gen infeksi tertentu dapat melekat dan mengalahkan mekanisme pertahanan normal dan memi"u reaksi peradangan sehingga timbul gejala klinis konjungtivitis. 1,2,% Konjungtivitis virus adalah penyakit mata yang umum ditemukan baik di $ndonesia maupun di seluruh dunia. Karena begitu umum dan banyak kasus yang tidak diba&a ke perhatian medis, statistik yang akurat pada frekuensi penyakit tidak tersedia. !ada penelitian di !hiladelphia, '2( dari kasus konjungtivitis penyebabnya adalah virus. )edangkan di sia *imur, adenovirus dapat diisolasi dari +1,2( kasus yang didiagnosa epidemi" kerato"onjun"tivitis. $nfeksi virus sering terjadi pada epidemi dalam keluarga, sekolah, kantor, dan organisasi militer.% Gejala klinis konjungtivitis virus dapat terjadi se"ara akut maupun kronis. Manifestasi konjungtivitis virus beragam dari mulai gejala yang ringan dan sembuh sendiri hingga gejala berat yang menimbulkan ke"a"atan. ,mumnya pasien datang dengan keluhan mata merah unilateral yang dengan segera menyebar ke mata lainnya, mun"ul sekret ber&arna bening, bengkak pada palpebra, pembesaran kelenjar preaurikuler, dan pada keterlibatan kornea dapat 1

timbul nyeri dan fotofobia. *erdapat pula gejala-gejala khas pada tipe virus tertentu yang akan dibahas kemudian.1,2 .iagnosis konjungtivitis virus ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang mendukung. namnesis yang teliti mengenai keluhan utama dan ri&ayat terdahulu disertai adanya gejala klinis yang sesuai biasanya sudah dapat mengarahkan pada diagnosis konjungtivitis virus. !emeriksaan sitologi maupun biakan dari kerokan konjungtiva maupun sekret dapat membantu membedakan agen penyebab konjungtivitis. !emeriksaan serologi juga dapat membantu membedakan tipe-tipe virus penyebab konjungtivitis. uveitis, dan glau"oma akut.1,2 !enatalaksanaan konjungtivitis viral biasanya bersifat suportif dan merupakan terapi simptomatis, belum ada bukti yang menunjukkan keefektifan penggunaan antiviral. ,mumnya mata bisa dibuat lebih nyaman dengan pemberian "airan pelembab. Kompres dingin pada mata % 0 1 2 / hari juga dikatakan dapat membantu kesembuhan pasien. !enggunaan kortikosteroid untuk penatalaksanaan konjungtivitis viral harus dihindari karena dapat memperburuk infeksi.1,2 Konjungtivitis virus harus dibedakan dengan penyebab mata merah yang lain seperti konjungtivitis oleh bakteri/alergi, keratitis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Etiologi Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva. $stilah ini menga"u pada peradangan yang tidak spesifik dengan penyebab yang beragam. 3irus merupakan agen infeksi yang umum ditemukan selain konjungtivitis bakterial, alergi, dan lanlain.% 4erbagai konjungtivitis. 4eberapa jenis dari virus diketahui dapat menjadi agen lain penyebab demam denoviral merupakan etiologi tersering dari konjungtivitis virus. konjungtivitis adenovirus antara

subtipe

faringokonjungtiva serta keratokonjungtivitis epidemika. $nfeksi mata primer oleh karena herpes simple2 sering ditemukan pada anak-anak dan biasanya menimbulkan konjungtivitis folikuler. $nfeksi ini umumnya disebabkan oleh 5)3 tipe $ &alaupun 5)3 tipe $$ dapat pula menyebabkan konjungtivitis terutama pada neonatus. !enyebab lain yang lebih jarang antara lain infeksi virus vari"ella-#oster (363), pikornavirus (enterovirus 78, "o2sakie 21), po2virus (molluskum kontagiosum, va""inia), serta Human Immunodeficiency Virus (5$3). $nfeksi oleh pikornavirus menyebabkan konjungtivitis hemoragika akut yang se"ara klinis mirip dengan infeksi oleh adenovirus namun lebih parah dan hemoragik. Mollus"um kontagiosum dapat menyebabkan konjungtivitis kronis yang terjadi akibat shedding partikel virus dari lesi ke dalam sakus konjungtiva. $nfeksi oleh virus 3a""inia saat ini sudah jarang ditemukan seiring dengan menurunnya insiden infeksi smallpo2. $nfeksi 5$3 pada pasien $.) pada umumnya $.) menyebabkan abnormalitas pada segmen posterior, namun infeksi pada segmen anterior juga pernah dilaporkan. Konjungtivitis yang terjadi pada pasien "enderung lebih berat dan lama daripada individu lain yang immunokompeten. Konjungtivitis juga kadang dapat ditemukan pada periode terinfeksi virus sistemik seperti virus influen#a, 9pstein-4arr virus, paramy2ovirus (measles, mumps, :e&"astle) atau ;ubella.1,%

2.2 Patofisiologi Konjungtiva merupakan jaringan ikat longgar yang menutupi permukaan mata (konjungtiva bulbi), kemudian melipat untuk membentuk bagian dalam palpebra (konjungtiva palpebra). Konjungtiva melekat erat dengan sklera pada bagian limbus, dimana konjungtiva berhubungan dengan kornea. Glandula lakrima aksesori (Kraus dan <olfring) serta sel Goblet yang terdapat pada konjungtiva bertanggung ja&ab untuk mempertahankan lubrikasi mata. )eperti halnya membrane mukosa lain, agen infeksi dapat melekat dan mengalahkan mekanisme pertahanan normal dan menimbulkan gejala kinis seperti mata merah, iritasi serta fotofobia. !ada umumnya konjungtivitis merupakan proses yang dapat menyembuh dengan sendirinya, namun pada beberapa kasus dapat menimbulkan infeksi dan komplikasi yang berat tergantung daya tahan tubuh dan virulensi virus tersebut.% 2.3 Ge ala dan Tanda Klinis Konjungtivitis folikuler virus akut dapat mun"ul sebagai gejala yang ringan dan sembuh sendiri hingga gejala berat yang menimbulkan ke"a"atan. a. .emam faringokonjungtival *ipe ini biasanya disebabkan oleh adenovirus tipe % dan kadang-kadang tipe 1 dan 7. .emam faringokonjungtival ditandai oleh demam %=,% - 188>, sakit tenggorokan, dan konjungtivitis pada satu atau dua mata. ?olikel sering men"olok pada kedua konjungtiva, dan pada mukosa faring. !enyakit ini dapat terjadi bilateral atau unilateral. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dapat disertai keratitis superfi"ial sementara ataupun sedikit kekeruhan di daerah subepitel. @imfadenopati preaurikuler yang mun"ul tidak disertai nyeri tekan. )indrom yang ditemukan pada pasien mungkin tidak lengkap, hanya terdiri atas satu atau dua gejala utama (demam, faringitis, dan konjungtivitis).1,2 b. Keratokonjungtivitis epidemikaA Keratokonjungtivitis epidemika disebabkan oleh adenovirus subgroup . tipe =, 1+, 2+, dan %7. Konjungtivitis yang timbul umumnya bilateral. &itan sering pada satu mata kemudian menyebar ke mata yang lain. Mata pertama biasanya lebih parah. Gejala a&al berupa nyeri sedang dan berair mata, 1

diikuti dalam B-11 hari kemudian dengan fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. ?ase akut ditandai dengan edema palpebra, kemosis, dan hiperemia konjungtiva. .alam 21 jam sering mun"ul folikel dan perdarahan konjungtiva. Kadang-kadang dapat terbentuk pseudomembran ataupun membran sejati yang dapat meninggalkan parut datar ataupun symblepharon. Konjungtivitis berlangsung selama %-1 minggu. Kekeruhan epitel terjadi di pusat kornea, menetap berbulan-bulan namun menyembuh tanpa disertai parut.1,2 ". Konjungtivitis virus herpes simpleks (5)3) Konjungtivitis 5)3 umumnya terjadi ada anak-anak dan merupakan keadaan luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, disertai sekret mukoid, dan fotofobia. Konjungtivitis dapat mun"ul sebagai infeksi primer 5)3 atau pada episode kambuh herpes mata. )ering disertai keratitis herpes simpleks, dengan kornea menampakkan lesi-lesi eptelial tersendiri yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus epithelial yang ber"abang banyak (dendritik). Konjungtivitis yang terjadi mumnya folikuler namun dapat juga pseudomembranosa. 3esikel herpes kadang-kadang mun"ul di palpebra dan tepian palebra, disertai edema berat pada palpebra. :odus preaurikuler yang nyeri tekan adalah gejala yang khas untuk konjungtivitis 5)3.1,2 d. Konjungtivitis hemoragika akut Konjungtivitis hemoragika akut disebabkan oleh enterovirus tipe 78 dan kadang-kadang oleh virus "o2sakie tpe 21. Cang khas pada konjungtivitis tipe ini adalah masa inkubasi yang pendek (sekitar =-1= jam) dan berlangsung singkat (B-7 hari). Gejala dan tandanya adalah rasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air mata, edema palpebra, dan perdarahan subkonjungtiva. Kadang-kadang dapat timul kemosis. !erdarahan subkonjungtiva yang terjadi umumnya difus, namun dapat dia&ali oleh bintik-bintik perdarahan. !erdarahan bera&al dari konjungtiva bulbi superior menyebar ke ba&ah. !ada sebagian besar kasus, didapatkan limfadenopati preaurikular, folikel konjungtiva, dan keratitis epithelia. !ada beberapa kasus dapat terjadi uveitis anterior dengan gejala demam, malaise, dan mialgia. B

*ransmisi terjadi melalui kontak erat dari orang ke orang melalui media sprei, alat-alat opti" yang terkontaminasi, dan air.1,2 Konjungtivitis virus menahun meliputiA a. 4lefarokonjungtivitis Mulloskum Kontagiosum Mollus"um kontagiosum ditandai dengan adanya reaksi radang dengan infiltrasi mononu"lear dengan lesi berbentuk bulat, berombak, ber&arna putih-mutiara, dengan daerah pusat yang non radang. :odul mollus"um pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata apat menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis superior, dan pannus superior, dan mungkin menyerupai tra"homa.1 b. 4lefarokonjungtivitis vari"ella-#oster 4lefarokonjungtivitis vari"ella-#oster ditandai dengan hiperemia dan konjungtivitis infiltratif yang disertai erupsi vesikuler sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus "abang oftalmika. Konjungtivitis yang terjadi umumnya bersifat papiler, namun dapat pula membentuk folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer yang kemudian berulserasi. !ada a&al perjalanan penyakit dapat ditemukan pembesaran kelenjar preaurikula yang nyeri tekan. )elanjutnya dapat terbentuk parut palpebra, entropion, dan bulu mata salah arah. @esi palpebra dari vari"ella dapat terbentuk di bagian tepi ataupun di dalam palpebra sendiri dan seringkali meninggalkan parut. )ering timbul konjungtivitis eksudatif ringan, tetapi lesi konjungtiva yang jelas (ke"uali pada limbus) sangat jarang terjadi. @esi di limbus menyerupai phly"tenula dan dapat melalui tahap-tahap vesikel, papula, dan ulkus. Kornea di dekatnya mengalami infiltrasi dan bertambah pembuluh darahnya. 1 ". Keratokonjungtivitis morbili. 9nantema khas morbili seringkali mandahului erupsi kulit. !ada tahap a&al konjungtiva nampak seperti ka"a yang aneh, yang dalam beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semilunar (tanda Meyer). 4eberapa hari sebelum erupsi kulit timbul konjungtivitis eksudatif dengan sekret mukopurulen. 4ersamaaan dengan mun"ulnya erupsi kulit akan timbul ber"ak-ber"ak koplik pada konjungtiva dan kadang-kadang pada "arun"ulus. Keratitis epithelial dapat terjadi pada anak-anak dan orang tua.1 '

2.3 Diagnosis dan Diagnosis Banding namnesis yang teliti mengenai keluhan pasien dan ri&ayat terdahulu sangat penting dalam menegakkan diagnosis konjungtivitis virus. !ada penyakit ini, pasien akan mengeluhkan gejala-gala yang berkaitan dengan proses infeksi (bengkak, merah, nyeri) dan beberapa hari kemudian akan mun"ul infiltrasi di bagian subepitel. $nfiltrasi subepitel akan mun"ul sebagai keputihan di daerah kornea yang bisa menurunkan visus pasien untuk sementara &aktu. )ebagian dari pasien akan mengalami pembengkakan di daerah kelenjar getah bening di bagian depan telinga (preaurikula). .okter bisa menggunakan biomicroscopic slit lamp untuk melakukan pemeriksaan bagian depan mata. Kadang-kadang, pasien mengalami pseudo-membrane pada jaringan di bagian ba&ah kelopak mata pada konjungtiva.2 !emeriksaan penunjang yang harus dilakukan untuk konjungtivitis viral adalah kultur dengan pemeriksaan sitologi konjungtiva yang dilakukan pada infeksi yang menahun dan sering mengalami kekambuhan, pada reaksi konjungtiva yang atipikal, serta terjadi kegagalan respon terhadap pengobatan yang diberikan sebelumnya. !enge"atan giemsa juga dapat dilakukan. !ada konjungtivitis virus ditemukan sel mononuklear dan limfosit. $nokulasi merupakan teknik pemeriksaan dengan memaparkan organism penyebab kepada tubuh manusia untuk memproduksi kekebalan terhadap penyakit itu. .eteksi terhadap antigen virus dan klamidia dapat dipertimbangkan. !olymerase "hain rea"tion (!>;) merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk mengisolasi virus dan dilakukan pada fase akut.2 1. Konjungtivitis viral akut a. .emam faringokonjungtiva .iagnosis demam faringokonjungtivitis dapat ditegakkan dari tanda klinis maupun laboratorium. 3irus penyebab demam faringokonjungtiva ini dapat dibiakkan dalam sel 5e@a dan di identifikasi dengan uji netralisasi. .engan berkembangnya penyakit virus ini dapat di diagnosis se"ara serologis melalui peningkatan titer antibodi penetral virus. :amun, diagnosis klinis merupakan diagnosis yang paling mudah dan praktis. !ada

kerokan konjungtiva didapatkan sel mononuklear dan tidak ada bakteri yang tumbuh pada biakan. b. Keratokonjuntivitis epidemika 3irus ini dapat diisolasi dalam biakan sel dan dapat diidentifikasi dengan uji netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radang mononuklear primer. 4ila terbentuk pseudomembran, juga tampak neutrofil yang banyak. ". Konjungtivitis herpetik !ada konjungtivitis virus herpes simplek, jika konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama akibat kemotaksis nekrosis. $nklusi intranuklear (karena adanya marginasi kromatin) tampak dalam sel-sel konjungtiva dan kornea dengan fiksasi 4ouin dan pilasan papani"olaou, tetapi tidak tampak dalam pulasan giemsa. *emuan sel-sel epitel raksasa multinukleus memiliki nilai diagnostik. !ada konjungtivitis 3arisella- Zooster, diagnosis biasanya ditegakkan dengan ditemukan sel raksasa pada pe&arnaan giemsa, kultur virus, dan sel inklusi intranuklear. d. Konjungtivitis New castle .iagnosis dari konjungtivitis ini adalah dari anamnesis dan juga gambaran klinisnya. e. Konjungtivitis hemoragik epidemik akut .iagnosis utama adalah dari gambaran klinisnya. 2. Konjungtivitis 3iral Kronis a. 4lefarokonjungtivitis Molluscum Contagiosum 4ioposi menunjukkan inklusi sitoplasma iosinofilik yang memenuhi sitoplasma sel yang rusak, mendesak inti ke satu sisi. b. 4lefarokonjungtivitis vari"ella zooster !ada zooster maupun vari"ella, kerokan dari vesikel palpebranya mengandung sel raksasa dan banyak leukosit polimorfonuklear, kerokan dari konjungtiva pada vari"ella dan dari vesikel konjungtiva pada zooster dapat mengandung sel raksasa dan monosit ". 4lefarokonjungtivitis "ampak

Kerokan konjungtiva menunjukkan rekasi sel mononu"lear, ke"uali jika ada pseudomembran atau infeksi sekunder. )ediaan terpulas giemsa menampilkan sel-sel raksasa )ementara itu konjungtivitis virus harus dibedakan dengan konjungtivitis yang lain dan penyakit mata merah lainnya terkait dengan penatalaksanaannya. )e"ara klinis bedasarkan keluhan subyektif dan obyektif perbedaan konjungtivitis virus dengan konjungtivitis yang lain serta diagnosis mata merah dapat dilihat pada tabel diba&ah ini. Ta!el 1. .iagnosis 4anding !enyakit Mata Merah 4erdasarkan Keluhan )ubjektif dan Dbyektif.2 Gejala Glaukoma subyektif dan obyektif !enurunan 3isus :yeri ?otofobia 5alo 9ksudat Gatal .emam $njeksi siliar $njeksi konjungtiva Kekeruhan kornea Kelainan pupil Kedalaman >D *ekanan intraokular )ekret Kelenjar EEE EE/EEE E EE E EE EEE Midriasis E/EE EE EEE EE EE Miosis EEE EE EEE -/EE EEE EE E/EE :ormal/ miosis : : E + EEE EEE : : : EE/EEE EE -/EE EE -/E : : : EE E E EE E : : : E akut ,veitis akut Keratitis K 4akteri K. virus K. alergi

nonrekatif iregular .angkal : *inggi ;endah E -

preaurikular

2." Ko#$li%asi Komplikasi dari konjungtivitis viral, antara lain%A $nfeksi pada kornea (keratitis) dan apabila tidak ditangani bisa menjadi ulkus kornea 2.& Penatala%sanaan Konjungtivitis viral biasanya bersifat suportif dan merupakan terapi simptomatis, belum ada bukti yang menunjukkan keefektifan penggunaan antiviral. ,mumnya mata bisa dibuat lebih nyaman dengan pemberian "airan pelembab. Kompres dingin pada mata % 0 1 2 / hari juga dikatakan dapat membantu kesembuhan pasien. !enggunaan kortikosteroid untuk penatalaksanaan konjungtivitis viral harus dihindari karena dapat memperburuk infeksi. !enatalaksanaan berdasarkan klasifikasi dan gejala dari konjungtivitis virus dapat diuraikan sebagai berikut A 1. Konjungtivitis viral akut1,2 a. .emam faringokonjungtiva !engobatan untuk demam faringokonjungtiva hanya bersifat suportif karena dapat sembuh sendiri diberi kompres, astrigen, lubrikasi, sedangkan pada kasus yang berat dapat diberikan antibiotik dengan steroid lokal. !engobatan biasanya simptomatis dan pemberian antibiotik untuk men"egah infeksi sekunder.

b. Keratokonjungtivitis epidemika 5ingga saat ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan mengurangi beberapa gejala. )elama konjungtivitis akut, penggunaan kortikosteroid dapat memperpanjang keterlibatan kornea lebih lanjut sehingga harus dihindari. superinfeksi bakteri. ". Konjungtivitis herpetik 18 nti bakteri harus diberikan jika terjadi

,ntuk konjungtivitis herpes simpleks yang terjadi pada anakdiatas satu tahun atau pada orang de&asa yang umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. :amun, antivirus topikal atau sistemik harus doberikan untuk men"egah terkena kornea. Fika terjadi ulkus kornea, harus dilakukan debridement korneadengan mengusap ulkus menggunakan kain steril dengan hati-hati, oenetesan obat anti virus, dan penutupan mata selama 21 jam. !enggunaan kortikosteroid ntivirus topikal sendiri harus karena bias diberikan 7-18 hari. Misalnya trikloridin setiap 2 jam se&aktu bangun. dikontraindikasikan memperburuk infeksi herpes simpleks dan mengubah penyakit dari suatu proses singkat yang sembuh sendiri menjadi infeksi berat yang berkepanjangan. !ada konjungtivitis vari"ella zooster pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian kompres dingin. !ada saat a"y"lovir 188 mg/hari selama B hari merupakan pengobatan umum. <alaupun diduga steroid dapat mengurangi penyulit akan tetapi dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. !ada 2 minggu pertama dapat diberikan analgetik untuk menghilangkan rasa sakit. !ada kelainan peermukaan dapat diberikan salep terasilin. )teroid tetes deksametason 8,1( diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis dan iritis. d. Konjungtivitis new castle !engobatan yang khas hingga saat ini tidak ada dan dapat diberikan antibiotik untuk men"egah infeksi sekunder disertai obat-obat simtomatik. e. Konjungtivitis hemorhagik epidemik akut !enyakit ini dapat sembuh sendiri sehingga pengobatan hanya simtomatik. !engobatan antibiotika spekturm luas, sulfa"etamide dapat digunkan untuk men"egah infeksi sekunder. !enyembuhan dapat terjadi dalam B-7 hari. 2. Konjungtivitis viral kronik1 a. Konjungtivitis Molluscum Contagiosum

11

9ksisi, insisi sederhana pada nodul yang memungkinkan darah tepi yang memasukinya atau krioterapi akan menyembuhkan konjungtivitis. !ada kondisi ini eksisi nodul juga menyembuhkan konjungtivitisnya. b. 4lefarokonjungtivitis vari"ella zoster !ada kondisi ini diberikan a"y"lovir oral dosis tinggi (=88mg/oral B2 selama 18 hari) ". Keratokonjungtivitis "ampak *idak ada terapi yang spesifik, hanya tindakan penunjang saja yang dilakukan, ke"uali ada infeksi sekunder. Konjungtivitis viral merupakan penyakit infeksi yang angka penularannya "ukup tinggi, sehingga pen"egahan adalah hal yang sangat penting. !enularan juga bisa terjadi di fasilitas kesehatan bahkan ke tenaga kesehatan yang memeriksa pasien. @angkah 0 langkah pen"egahan yang perlu diperhatikan adalah men"u"i tangan dengan bersih, tidak menyentuh mata dengan tangan kosong, serta tidak menggunakan peralatan yang akan digunakan untuk pemeriksaan pasien lain. .alam penularan ke lingkungan sekitar, pasien sebaiknya disarankan untuk menghindari kontak dengan orang lain seperti di lingkungan kerja / sekolah dalam 1 0 2 minggu, juga menghindari pemakaian handuk bersama.2 2.' P(ognosis !rognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat sembuh spontan (self-limited disease), namun komplikasi juga dapat terjadi apabila tidak ditangani dengan baik.

12

BAB 3 LAP)*AN KASUS 3.1 Identitas Pende(ita :ama ,mur Fenis Kelamin lamat !ekerjaan gama )uku 4angsa A 3in"entius !radana A 18 tahun A @aki-laki A Fl.:angka gg. :uri ' no. 21 A !elajar A Kristen Katolik A 4ali

*anggal pemeriksaan A 1 Fanuari 2812 3.2 Ana#nesis Kel+,an +ta#a - Mata kanan merah *i.a/at Pen/a%it Se%a(ang !enderita datang dengan keluhan merah pada mata kanannya sejak 1 hari yang lalu, disertai rasa nyeri. !asien mengaku a&alnya mata kanannya hanya merah sedikit yang makin hari dirasa semakin merah dan nyeri, namun keluhan ini tidak dirasakan pada mata kirinya. !asien juga mengeluh mata kanannya keluar kotoran sejak 1 hari yang lalu. !asien mengatakan kotoran terasa sangat banyak pada mata kanan pada pagi hari. Kotoran tersebut dikatakan sering keluar dengan "airan ber&arna bening, pasien juga mengatakan penglihatan pada mata kanan sedikit kabur. )elain itu, pasien juga mengeluhkan bengkak pada kelopak mata bagian atas sejak 1 hari yang lalu. 4engkak dirasakan terus menerus dan disertai sedikit rasa gatal. Keluhan nyeri, mata silau dan penglihatan kabur pada mata kiri disangkal oleh pasien. *i.a/at Pen/a%it Da,+l+ dan Pengo!atan ;i&ayat trauma maupun kemasukan benda asing sebelumnya disangkal. !asien juga mengatakan tidak pernah sakit mata seperti ini sebelumnya. !asien mengaku

1%

badannya sempat panas dan nyeri tenggorokan sekitar B hari yang lalu, namun sekarang dikatakan sudah membaik. ;i&ayat asma serta alergi disangkal. *i.a/at Kel+a(ga *idak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien. *i.a/at Sosial !enderita adalah pelajar di ). s&asta dan di sekolah pasien teman sebangkunya memiliki keluhan yang sama sekitar satu minggu yang lalu. !asien mengatakan sehari 0 hari biasa dibon"eng naik sepeda motor untuk transportasi ke sekolah dan tidak pernah memakai pelindung mata. 3.3 Pe#e(i%saan 0isi% 3.3.1 Pe#e(i%saan 0isi% U#+# Kesadaran *ekanan darah :adi *emperatur aksila A >ompos mentis A *idak dievaluasi A == kali / menit A %',= G> Dkuli .ekstra (D.) '/' *idak dilakukan *idak ada *idak ada da, minimal da *idak ada *idak ada *idak ada Dkuli )inistra (D)) '/' *idak dilakukan *idak ada *idak ada *idak ada *idak ada *idak ada *idak ada *idak ada

3.3.2 Pe#e(i%saan 0isi% K,+s+s 1Lo%al $ada 2ata3 3isus ;efraksi/!in 5ole )upra "ilia Madarosis )ikatriks !alpebra superior 9dema 5iperemi 9nteropion 9kteropion 4enjolan !alpebra inferior 9dema 5iperemi *idak ada da, minimal *idak ada *idak ada

11

9nteropion 9kteropion 4enjolan !ungtum lakrimalis !ungsi 4enjolan Konjungtiva palpebra superior 5iperemi ?olikel )ikatriks 4enjolan )ekret !apil Konjungtiva palpebra inferior 5ipermi ?olikel )ikatriks 4enjolan Konjungtiva bulbi Kemosis 5iperemi Konjungtiva )ilier

*idak ada *idak ada *idak ada *idak dilakukan *idak ada da da *idak ada *idak ada da ()erous) *idak ada da *idak ada *idak ada *idak ada

*idak ada *idak ada *idak ada *idak dilakukan *idak ada *idak ada *idak ada *idak ada *idak ada *idak ada *idak ada *idak ada *idak ada *idak ada *idak ada

*idak ada da *idak ada *idak ada *idak ada *idak ada

*idak ada *idak ada *idak ada *idak ada *idak ada *idak ada

!erdarahan di ba&ah konjungtiva !terigium !ingue"ulae )klera <arna !igmentasi @imbus rkus senilis Kornea Ddem

!utih *idak ada *idak ada *idak ada 1B

!utih *idak ada *idak ada *idak ada

$nfiltrat ,lkus )ikatriks Keratik presifitat Kamera okuli anterior Kejernihan Kedalaman $ris <arna Koloboma )inekia anterior )inekia posterior !upil 4entuk ;egularitas ;efleks "ahaya langsung ;efleks "ahaya konsensual @ensa Kejernihan .islokasi/subluksasi 3." *es+#e

*idak ada *idak ada *idak ada *idak ada Fernih :ormal >oklat *idak ada *idak ada *idak ada 4ulat ;eguler da da Fernih *idak ada

*idak ada *idak ada *idak ada *idak ada Fernih :ormal >oklat *idak ada *idak ada *idak ada 4ulat ;eguler da da Fernih *idak ada

!asien laki 0 laki, 18 tahun mengeluh kemerahan pada mata kanan sejak 1 hari yang lalu disertai dengan rasa nyeri. !asien juga mengeluh keluarnya kotoran pada mata kanan sejak 1 hari yang lalu, penglihatan pada mata kanan juga dikatakan kabur. !asien juga mengatakan terdapat bengkak pada kelopak mata bagian atas di mata kanan sejak 1 hari yang lalu. Keluhan mata merah yang sama juga terdapat pada teman sebangku pasien. !emeriksaan lokal )D '/' 9dema (E) minimal Pe#e(i%saan 4is+s Pal$e!(a 1' )S '/' :ormal

5iperemi (E) 5iperemi konjungtiva (E) >3$ (E) Fernih :ormal 4ulat,regular,sentral !ositif Fernih 3.& Diagnosis Banding

Kon +ngti5a Pal$e!(a Kon +ngti5a B+l!i Ko(nea Ka#e(a )%+li Ante(io( I(is6P+$il *efle%s P+$il Lensa

*enang *enang Fernih :ormal 4ulat,regular,sentral !ositif Fernih

1. D. Konjungtivitis e" susp viral 2. D. Konjungtivitis e" susp bakteri %. D. Konjungtivitis e" susp alergi 3.' Diagnosis Ke( a D. Konjungtivitis e" susp viral 3.7 Us+lan Pe#e(i%saan - )litlamp - !enge"atan gram, KD5, giemsa dan kultur 3.8 Te(a$i K$9, jaga higiene mata, nutrisi "ukup *obroson eye drop 1 2 1 tetes / hari D. 9ye ?resh eye drop 1 2 1 tetes / hari D. 9nervon > syrup % 2 1 "th Kontrol !oliklinik MataA B Fanuari 2811 3.9 P(ognosis .ubius ad bonam

17

1=

BAB " PE2BAHASAN Keluhan penderita yaitu mata kanan kemerahan disertai rasa nyeri, keluar kotoran serta "airan ber&arna bening sehingga penglihatan pasien sedikit terganggu, kelopak mata kanan bagian atas sedikit bengkak, dan terasa sedikit gatal. Kemerahan pada mata merupakan tanda dari berbagai penyakit mata, sehingga untuk membedakannya perlu dilihat gejala lainnya. !ada pasien ini terdapat kotoran ber&arna bening yang keluar terus menerus, hal ini mengarah ke penyakit konjungtivitis. Keluarnya kotoran dari mata disebabkan adanya peradangan pada bagian konjungtiva dari mata, dimana pada konjungtiva terdapat banyak kelenjar. $nfeksi konjungtiva menyebabkan terjadi hipersekresi dari kelenjar tersebut. ,ntuk penyebab dari infeksi tersebut, pada pasien ini lebih mengarah ke konjungtivitis viral dilihat dari &arna kotoran yang bening. !ada konjungtivitis bakteri, sekret biasanya ber&arna kuning, kental dan biasa keluar dalam jumlah besar sehingga mata agak sulit dibuka. )edangkan konjungtivitis alergi, biasanya pasien memiliki ri&ayat atopi atau alergi pada keluarga, serta ada pajanan terhadap alergen sebelum mun"ul gejala. 4eberapa penyebab mata merah seperti keratitis, uveitis, dan glaukoma akut bisa dibedakan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. !ada keratitis, pasien biasanya mengeluhkan mata silau, mata kabur, nyeri serta sulit untuk membuka mata. Gejala tersebut tidak terdapat pada pasien ini. )elain itu dari pemeriksaan fisik, biasanya terlihat infiltrat pada kornea, peri corneal vascular in ection (!>3$), edema kornea dan bisa tampak ulkus pada kornea pasien. )edangkan pada uveitis, pasien juga bisa mengeluhkan nyeri pada mata, mata merah, dan dari pemeriksaan fisik bisa tampak miosis dan hipopion. .an pada glaukoma, pasien mengeluhkan nyeri hebat pada mata disertai mual muntah, dan penurunan penglihatan. .ari pemeriksaan fisik, tampak bilik mata depan dangkal serta tekanan bola mata yang meningkat. .ari anamnesis dan pemeriksaan fisik penderita ini memenuhi kriteria diagnosis konjungtivitis yang disebabkan oleh viral. !ada konjungtivitis didapatkan hiperemia pada daerah konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi. 1+

)elain itu terdapat pula edema minimal pada palpebra serta con unctival vascular in ection (>3$) pada konjungtiva bulbi. *anda 0 tanda tersebut menunjukkan konjungtivitis. )edangkan untuk perbedaan jenis penyebab, dapat dilihat dari gejala dan tanda seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. !ada konjungtivitis alergi, bisa ditemukan cobblestone appearance pada konjungtiva palpebra serta trantas dots pada daerah perilimbus. ,sulan pemeriksaan yang dilakukan adalah penge"atan giemsa, KD5, kultur. 5al ini dilakukan untuk lebih memastikan penyebab dari konjungtivitis tersebut sehingga dapat membantu pemilihan terapi yang adekuat. !engobatan yang diberikan pada penderita ini adalah *obrosan tetes mata 1 kali 1 tetes per hari yang berfungsi sebagai antibiotik lokal spektrum luas untuk pen"egahan infeksi sekunder, 9ye ?resh eye drop 1 kali 1 tetes per hari sebagai pelembab mata dan vitamin > syrup % 2 1 "th untuk membantu proses penyembuhan. !rognosis pada penderita ini baik, didukung oleh kepustakaan yang mengatakan bah&a kebanyakan kasus konjungtivitis viral dapat sembuh sendiri tanpa diberikan terapi. Komplikasi dari penyakit ini juga tidak sering terjadi. :amun perlu diperhatikan pen"egahan agar tidak menular kepada orang lain mengingat angka penularannya "ukup tinggi.

28

DA0TA* PUSTAKA 1. Gar"ia-?errer ?F, )"h&ab $;, )hetlar .F. >onjun"tiva. $nA ;iordan-9va !, <hit"her F! (editors). 3aughan H 2. %. 1. sburryIs General Dpthalmology. 1'th edition. M"Gra&-5ill >ompanies. ,) A 2881. p18=-112 $lyas ). $lmu !enyakit Mata. ?akultas Kedokteran ,niversitas $ndonesia. Fakarta. 288B. p12=-1%1 )"ott, $,. 3iral >onjun"tivitis. 2811. vailableA httpA//emedi"ine.meds"ape."om/arti"le/11+1%78-overvie&Jsho&all )usila, :iti et al. )tandar !elayanan Medis $lmu Kesehatan Mata ?K ,:,./;),! )anglah .enpasar. 4agian/)M? $lmu Kesehatan Mata ?K ,:,./;),! )anglah .enpasar. 288+. B. 4udhiastra, ! et al. !edoman .iagnosis dan terapi penyakit Mata ;),! )anglah .enpasar. 4agian/)M? $lmu Kesehatan Mata ?K ,:,./;),! )anglah .enpasar. 288+.

21

Anda mungkin juga menyukai