Anda di halaman 1dari 14

Tinjauan Pustaka

Fraktur pada Tibia Akibat Trauma


Ega Farhatu Jannah (102012277)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 06 Jakarta Barat farhatujannahega@yahoo.com Pendahuluan Fraktur merupakan salah satu masalah musculoskeletal (tulang dan otot) yang sering terjadi pada manusia lanjut usia, dan fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis dianggap yang paling menyebabkan morbiditas dan disabilitas pada lanjut usia. Fraktur dapat di bagi menjadi fraktur tertutup dimana tidak ada hubungan fragmen tulang dengan dunia luar dan fraktur terbuka dimana terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur komplet adalah fraktur yang mengenai tulang secara keseluruhan sedangkan fraktur inkomplet adalah fraktur yang menenai tulang secara parallel.1,2 Anamnesis Seperti yang kita ketahui bahwa ananmnesis mempunyai peranan yang cukup besar dalam menetapkan diagnosa.Anamnesa merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien / keluarganya / orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien dengan memperhatikan petunjuk- petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien, meliputi :3 Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting: 1. Identitas pasien Nama,tempat tanggal lahir, usia (neonatus, balita, sekolah), jenis kelamin, nama orangtua, alamat dan sebagainya 2. Riwayat penyakit sekarang Keluhan utama pasien 3. Riwayat penyakit dahulu Kronologi penyakit, ada tidaknya riwayat sakit dahulu yang pernah di derita 4. Riwayat kesehatan
1

Berupa riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat pertumbuhan ( berat badan tinggi badan), riwayat perkembangan( kemampuan pada bidang social personal,motor halus,motor kasar dan bahasa), riwayat makanan dan imunisasi 5. Riwayat keluarga, sosial-ekonomi-budaya3 Dalam deteksi kasus ini anamnesis ini, yang dipertanyakan adalah : 1. Pola hidup ( apakah makanan yang di konsumsi sudah cukup kalsium,vit D dan zat gizi lainya yang di butuhkan tulang,apakah olahraga teratur dan lainya) 2. Untuk fraktur harus di perinci kapan terjadinya,dimana,jenis,berat ringan trauma ,posisi dan extremitas yang bersangkutan serta Ada tidaknya nyeri,dan lokalisasi nyeri 3. Riwayat keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama 4. Ada tidak penyakit lain yang menyertai. 5. Ada konsumsi obat lain yang mungkin berpengaruh terhadap penderita Pemeriksaan Fisik Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). a. Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti: 1. Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan klien. 2. Pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan darah, nadi, suhu, respirasi. b. Keadaan Lokal Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai status neurovaskuler (untuk status neurovaskuler 5 P yaitu Pain, Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan). Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah: 1. Look (inspeksi) Pada pemeriksaan fisik mula mula dilakukan inspeksi dan terlihat pasien dengan fraktur biasanya kesakitan, mencoba melindungi anggota badannya yang patah, terdapat pembengkakan, perubahan bentuk berupa bengkok, terputar, pemendekan dan juga terdapat gerakan yang tidak normal. Nyeri yang secara subyektif dinyatakan dalam anamnesis. 2. Feel (palpasi) Nyeri didapat juga secara objektif pada palpasi. Nyeri itu berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri tekan sumbu pada waktu menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan yang patah searah dengan sumbunya. Semua sifat nyeri ini didapatkan pada lokalisasi yang sama. Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun pasien.. Yang perlu dicatat adalah:
2

a) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit. b) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar persendian. c) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi,. Selain itu juga diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya. 3. Move (pergerakan terutama lingkup gerak) Gerakan antar fragmen harus dihindari pada pemeriksaan karena dapat menimbulkan nyeri dan mengakibatkan cedera jaringan. Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif. 4,5 Hasil anamnesis yang didapat pada skenario diatas adalah sebagai berikut a. Identitas pasien: Seorang laki-laki 30 tahun b. Keluhan utama : Luka terbuka pada kaki kananya. c. Riwayat penyakit sekarang: Luka terbuka pada kaki sebelah kanan setelah mengalami kecelakaan sepeda motor 1 jam yang lalu. Pasien ditabrak oleh mobil yang melaju dari arah kanan. d. Pemeriksaan fisik : 1. Keadaan umum :TTV dalam batas normal 2. Keadaan lokal a) Look (inspeksi): tampak luka terbuka pada regio kruris dekstra 1/3 tengah bagian ventral dengan ukuran 10x2 cm, tepi luka tidak rata, sudut luka tumpul, tampak jembatran jaringan, tidak tampak adanya perdarahan aktif, terlihat adanya deformitas dan lebih memenedek. b) Feel (palpasi) : adanya penonjolan fragmen tulang eksterrmitas bawah sebelah kanan Klasifikasi Fraktur Penampilan fraktur dapat sangat bervariasi fraktur dapat dibagi menjadi menjadi beberapa kelompok, yaitu: Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan). 1. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
3

2. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur. 1. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang. 2. Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti, green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma. 1. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung. 2. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat trauma angulasi juga. 3. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain. 4. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang. Berdasarkan jumlah garis patah. 1. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan. 2. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan. 3. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.

Anatomi Kruris Tibia Tibia adalah tulang kering, yang merupakan kerangka utama tungkai bawah dan terletak medial dari fibula, tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Pertama ujung atas memprlihatkan adanya kondilus medial dan kondilus lateral. Permukaan superiornya

memeperlihatkan dua dataran permukaan persendian untuk femur dalam formasi sendi lutut. Selanjutnya batang pada irisan melintang bentuknya segitiga sisi anteriornya paling menjulang dan sepertiga sebelah tengah terletak subkutan. Bagian ini memebentuk krista tibia permukaan medial adalah subkutaneus pada hampir seluruh panjangnhya dan merupakan daerah berguna tempat

pengambilan serpihan tulang untuk trasnplantasi (bonegraft). Kedua yaitu ujung bawah, masuk dalam formasi persendian mata kaki. Tulangnya sedikit melebar dan kebawah sebelah medial menjulang menjadi malelolus medial atau malelolus tibiae. Fibula
4

Fibula adalah tulang yang paling ramping dalam tubuh, letaknya sebelah lateral dari tibia panjangnya proporsional terutama berguna sebagai tempat melekat untuk otot dan hanya sedikit berguna untuk menopang berat tubuh. Fibula terdiri dari dua bagian yaitu: a. Ujung atas Yang berartikulasi dengan kondile lateral dari tibia korpus b. Ujung bawah Ujung bawah yang memperlihatkan meleolus lateral pergelangan kaki, permukaan artikular untuk ujung bawah tibia dan permukaan artikular untuk talus.6,7

Gambar 1 Os Fibula dan Tibia8 Fraktur Cruris Fraktur atau patah tulang merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tular ng rawan yang pada umumnya di sebabkan oleh rudapaksa atau trauma,kerapuhan tulang dan sebagainya.1 Patah batang tibia dan fibula yang lazim disebut patah tulang cruris merupakan fraktur yang sering terjadi dibanding patah tulang panjang lainnya. Periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi kulit, sehingga tulang ini mudah patah dan bergeser. Karena berada langsung dibawah kulit sering ditemukan juga fraktur terbuka. Fraktur pada os tibia dapat terjadi pada 3 tempat yaitu fraktur plato tibia, fraktur corpus tibia dan fraktur plafond tibia.4

Frakur Plato Tibia Fraktur plato tibia merupakan fraktur pada aspek proksimal atau metafisis os tibia dan sering juga melibatkan permukaan sendi. Fraktur ini diklasifikasikan menjadi enam tipe menurut Schatzker:
5

1. Tipe I adalah fraktur baji (wedge) atau belah (split) plato tibia lateral. 2. Tipe II adalah fraktur split depression plato lateral dan melibatkan cidera sendi. 3. Tipe III adalah fraktur depresi murni plato lateral yang juga melibatkan cidera sendi. 4. Tipe IV adalah fraktur split depression plato tibia medial, sering melibatkan emenentia interkondiler dan ligamentum cruciatum terkait. Fraktur tipe inisering disertai dengan cidera sendi. 5. Tipe V adalah fraktur bikondiler yang melibatkan kedua sisi plato. Tipe ini juga dikenal sebagai fraktur Y terbalik dan biasanya disertai dengan cidera sendi. 6. Tipe VI adalah fraktur antara diafisis tibia proksimal dan metafisis.5 Mekanisme Cidera Fraktur plato tibia paling sering terjadi akibat gaya kearah medial, yang menghasilkan deformitas valgus (bumper fracture klasik). Fraktur ini juga dapat terjadi akibat gaya ke lateral (menyebabkan deformitas varus), gaya kompresi aksial atau kombinasi gaya aksial dengan gaya langsung kearah medial atau lateral. Pasien muda dengan tulang metafisis yang relative kuat biasanya mengalami fraktur split murni (tipe I). Namun pasien tua dengan tulang metafisis yang relative lemah biasanya mengalami fraktur depresi dengan tipe yang bervariasi.5,6 Perkiraan Waktu Penyembuhan Sepuluh sampai 12 minggu (minimal 8 minggu untuk fraktur tipe I) Perkiraan Waktu Rehabilitasi Empat sampai 20 minggu. Metode Penanganan a. Ortosis Berengsel Biomekanika : alat stress-sharing Cara penyembuhan tulang: sekunder Indikasi: Metode ini merupakan penanganan piliha untuk fraktur split plato tibia lateral tanpa pergeseran atau dengan pergeseran minimal, begitu juga fraktur split depresi plato tibia lateral dengan depresi permukaan sendi minimal atau kurang dari 3 mm. Alat ini dapat berfungsi sebagai penanganan definitive hanya jika instabilitas varus dan valgus tidak lebuh dari 10 derajat dan bila tidak ada fraktur baji posterior. Selain itu, ortosis berengsel dapat digunakan sebagai penanganan definitive pada fraktur yang sangat komunikatif atau pasien yang baik untuk pembedahan. Pada sebagian besar pasien yang ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna, ortosis berengsel dengan engsel yang terkunci pada sisi yang

terkena, sering dipakai pada tungkai untuk membantu mengurangi beban sisi yang sakit selama penyembuhan.5 b. Reduksi terbuka dan fiksasi interna Biomekanika : alat stress-sharing Cara penyembuhan tulang: primer kecuali pada fiksasi yang tidak solid, juga terjadi penyembuhan sekunder. Indikasi: untuk fraktur dengan dislokasi yang nyata atau fraktur dengan depresi permukaan sendi lebih dari 3 mm, fraktur dengan angulasi varus dan valgus lebih dari 10 derajat, fraktur baji posterior, fraktur yang disertai dengan terperangkapnya meniscus dan raktur plato medial, diperlukan reduksi terbuka dan fiksasi interna untuk mengembalikan permukaan sendi dan kemungkinan memperbaiki atau mereposisi meniscus teknik rekonstruksi sendi sering menggunakan garaft tulang ke metafisis yang berada dibawahnya dan pemakaian pelat penyokong atau lag screw untuk mempertahankan reduksi.5 c. Fiksasi eksterna Biomekanika : alat stress-sharing Cara penyembuhan tulang: primer kecuali pada fiksasi yang tidak solid, juga terjadi penyembuhan sekunder. Indikasi: fiksasi eksterna biasanya merupakan penanganan sementara. Fraktur tibia terbuka merupakan kegawatan bedah, biasanya memerlukan debridement dan fiksasi penutupan bila penutupan jaringan lunak tidak memungkinkan. Fiksasi biasanya diapsang melintasi lutut sehingga tidak memungkinkan gerakan lutut. Alat fiksator hybrid tidak melintasi lutut sehingga memungkinkan adanya gerakan lutut. Setelah terjadi penyembuahan jaringan lunak, maka dapat dilakukan graft atau ortosis berengsel.5,6 Pertimbangan Khusus pada Fraktur a. Usia Pada pasien osteoporosis manula yang mengalami pengeroposan tulang spongiosa metafisis sebgai latar belakang terjadinya depresi sendi, mengakibatkan rekonstruksi plato semakin sulit.5 b. Lokasi Fraktur medial tipe IV samapai VI biasanya disertai cidera jaringan lunak yang lebih hebat, karena energy yang dipelukan lebuh besar untuk memungkinkan terjadinya fraktur ini. Biasanya cidera jaringan lunak juga diperlukan, selain rekondtruksi palto tibia. Fraktur ementia kondiler aka mempengaruhi fungsi kompleks ligament krusiatum anterior, menyebabkan instabilitas sehingga merupakn indikasi tindakan reduksi terbuka dan fiksasi
7

interna. Fraktur baji posterior menyebabkan instabilitas pada posisi ekstensi, sehingga memerlukan reduksi terbuka dan fiksasi interna.5 c. Anatomi lokasi cidera Bila perlu, lakukan evaluassi raadiografis yang teliti mengenenai pola fraktur menggunakan tomografi dan mungkin MRI untuk menentukan ada tidaknya cidera ligament dan meniscus, sebelum menentukan penanganan akhir.5,6 Cidera penyerta Fraktur plato lateral seringa menyebabakan cidera kompleks ligament kolateral medial atau ligament krusiatum anterior.,n. peroneus dan kemungkinana arteri poplitea. Fraktur ini cenderung tidak stabil dan sering menyebabkan dislokasi lutut. Semua fraktur harus dievaluasi denga hati-hati mengenai adanya kemungkinan terjadinya sindrom kompartemen. Semakin besar energy yang diserap selama trauma, semakin berat cidera jaringan lunaknya.5 Penganggung Beban Biasanya pasien tidak diperbolehkan menanggung beban selama 3 bulan setalah cidera sampai tulang metafisis yang relative lemah mengalami penyembuhan dan graft tulang sudah menyatu.5

Fraktur Corpus Tibia Fraktur corpus tibia adalah fraktur diafisis tibia yang biasanya tidak melibatkan persendian atau daerah metafisis.5 Mekanisme Cidera Trauma bernergi besar pada impaksi langsung dapat mengakibatkan frakrut transversal atau kominutif yang menghasilkan raktur terbuka. Trauma tidak langsung berenergi rendah kareana puntiran (twisting) saat kaki menapak pada tanah atau jatuh dari ketinggian rendah, dapat menyebabkan fraktur berpola spiral atau oblique.5 Perkiraan Waktu Penyembuhan Tulang Sepuluh sampai 12 minggu. Perkiraan Durasi Rehabilitasi Dua belas sampai 24 minggu. Metode Penanganan a. Gips
8

Biomekanika : alat stress-sharing Cara penyembuhan tulang: sekunder. Indikasi: Penggunaan long leg cast memuaskan untuk penanganan fraktur corpus tibia stabil dengan kominutif minimal serta kesegarisan yang memadai setelah imobilisasi. Criteria relative stabilitas meliputi pergeseran kurang dari 50% lebar tibia dan pemendekan kurang dari 1 cm. kesegarisan harus dapat mengembalikan rotasi dan angulasi pada semua bidang dengan perbedaan maksimal 5-10 derajat dibandingkan dengan tibia yang sehat.5,6 b. Batang Intrameduler Biomekanika : batang intrameduler adalah suatu alat yanga berfungsi sebagai stress sharing bila paku (nail) terkunci dinamis; dan dapat berubaha fungsi menjadi alat stress-shielding parsial bila paku terkunci statis. Cara penyembuhan tulang : sekunder Indikasi: Penanganan dengan metode ini merupakan baku emas (gold standard) untuk kasus fraktur tibia segmental yang tidak stabil atau dengan kesegarisan yang tidak memadai dan diimobilisasi dengan caranon bedah. Batang intrameduler memungkinkan mobilisasi yang lebih awal bagi pasien dan kisaran gerak sendi lutut yang lebih awal. Penempatan sekrup pengunci pada bagian proximal dan distal lokasi fraktur diperlukan pada fraktur dengan fragmen butterfly yang tidak stabil atau kominutif berat. Sekrup tersebut menghasilkan fiksasi statis dan mencegah pemendekan dan hilangnya kesegarisan rotasional. Fraktur transversal dan fraktur dengan kominutuf minimal dapat dibiarkan tanpa pengunci pada salah satu ujungnya. Teknik ini menghasilkan fiksasi dinamis serta memungkinkan kompresi interfragmental pada saat penangguangan beban, yang akan menstimulasi penyembuhan.5 c. Fiksator Eksterna Biomekanika : alat stress-sharing Cara penyembuhan tulang: sekunder Indikasi: metode ini sering digunakan untuk fraktur terbuka dengan hilangnya fragmen tulang dan kominutuf yang kontaminasi hebat. Pada keadaan ini, fiksator eksterna digunakan bersamaan dengan debridement interoperatif dan irigasi pulsasi (pulsatile irrigation).

Penganganan ini bersifat sementara sampai tercapai penutupan jaringan lunak dengan graft kulit. Biasanya metode ini dilanjutkan dengan pemasangan batang intrameduler sebagai penanganan definitive.5 d. Reduksi Terbuka dan Fiksasi Interna dengan Pelat Biomekanika : alat stress-sharing Cara penyembuhan tulang: primer
9

Indikasi: Metode fiksasi ini akan mengorbankan jaringan lunak untuk pemasangan fiksasi serta pengelupasan periosteum (periosteal stripping) yang signifikan. Oleh karena itu, reduksi terbuka dan fiksasi interna memiliki peranan yang terbatas dalam menangani fraktur corpus tibia; kadang teknik ini diaplikasikan untuk kasusu nonunion tibia yang dilakukan dengan graft tulang.5 Pertimbangan Khusus pada Fraktur Kecepatan penyembuhan tulang pada fraktur tergantung pada pola faraktur dan derajat cedera jaringan lunak. Suplai darah untama corpus tibia adalah cabang arteri tibialis posterior, yang masuk daerah posterolateral. Cederra tertutup dengan fraktur yang stabil; mampu menanggung beban dan sembuh paling cepat. Fraktur spiral menyebabkan kerusakan periosteum (sebagai pendistribusi suplai darah) yang lebih sedikit dengan fraktur melengkung (bending fracture) yang merobak periosteum secara transversal dan dengan energy yang lebih besar. Oleh sebab itu, fraktur spiral sembuh jauh lebih cepat. Fraktur terbuka biasanya disertai kerusakan jaringan lunak yang lebih hebat dan memerlukan waktu yang jauh lebih lama untuk sembuh. Pada kasus nonunion, menstimulasi penyembuhan tulang.5 Cedera Penyerta a. Sindrom kompartemen Sindrom kompartemen terjadi bila pembengkakan jaringan lunak dan perdarahan kedalam kompartemen tertutup menyebabkan tekanan yang melebihi sikulasi vena dan keterlambatan

penyatuan (delayed union) atau fraktur kominutuf berat mungkin memerlukan graft tulang untuk

kemudian sirkulasi arteri. Sindrom kompartemen ini pasling sering etrjadi pada kompartemen anterior tempat tibia, fibula dan membrane interoseus membentuk suatu ruangan yang kaku. Tekanan intrakompartemen istirhat adalah 0-8 mm air raksa. Tekanan kompartemen sebesar 30 mmHg atau lebih memrlukan dekompresi segera.5 Sindrom kompartemen didiagnosa dari gejalanya (pada pasien biasanya dipasang gips, yang menyulitkan pemeriksaan fisik). Pasien yang mengalami sindrom kompartemen mengeluh nyerri yang tidak sebanding dengan derajat cederanya dan terdapat gejala peningkatan mati rasa dan parestesia, meskipun setelah gips atau bebat dilepas. Nyeri akut saat melakukan ekstensi pasif jari kaki pada sendi metatarsofalangeal merupakan tanda yang penting. Bila dicurigai terjadi sindrom kompartemen, maka tekanan kompartemen harus segera diukur. Bila diagnose sudah ditegakan, pasien harus menjalani fasciotomi.5,6

10

b. Embolisme Oleh karena risiko terjadinya emboli lemak atau emboli paru, maka pengukuran gas darah arteri baseline harus dipertimbangkan pada setiap pasien dan harus dilakukan pada pasien yang mengalami multitrauma.5 Sindrom emboli lemak (fat emboly syndrome) dapat terjadi pada fase akut dalam 72 jam setelah fraktur. Hal ini menyeabkan distress napas dan hipoksia. Petekie pada conjungtiva, aksila dan takipnea serta takikardia adalah tanda dari dari sindrom emboli lemak.5 Embolisme paru dapat terjadi sesudah 72 jam setalah tirah baring atau pembendungan vena. Gejalanya mirip denganemboli lemak, tetepi pada embolisme paru tidak ditemukan petekie. Mobilisasi awal pada fiksasi fraktur dengan pembedahan dapat mengurangi resiko ini.5 c. Cedera Jaringan Lunak Cedera jaraingan lunak akibat fraktur corpus tibia karena daerah anteromedial tibia merupakan jaringan subkutan. Kulit harus diperiksa teliti untuk menilai ada tidaknya kontusi atau terbukanya fraktur. Luka harus diperiksa ada tidaknya eritema atau fluktuasi disekitarnya. Luka memerlukan pembersihan yang teliti dan penggantian balutan yang sering untuk mencegah terjadinya infeksi. Bila fraktur ditangani dengan pembedahan, maka luka operasi harus dievaluasi. Edema di distal fraktur dan jari-jari kaki harus dievaluasi dan ditangani dengan elevasi ekstremitas.5 Penanggung Beban Potensi untuk menanggung beban harus bervariasi sesai pola fraktur dan metode fiksasinya. Pasien dengan fraktur yang stabil ditangani dengan gips maupun paku intranedular pengunci statis atau dinamis biasanya mampu menanggung beban lebih awal, segera setalah nyeri teratasi. Fraktur yang tidak stabil ditangani dengan fiksator eksterna, paku dan pengunci statis, atau reduksi terbuka dan fiksasi interna biasanya memerlukan periode tanpa penanggungan beban yang lebih lama atau toe-touch weight bearing, sesuai derajat kominutufnya. Penanggungan beban terbatas ini harus dilanjutakan salama 6-8 minggu awal, sampai kalus terlihat secara radiografis.5

Fraktur Plafond Tibia Fraktur plafond (permukaan artikuler distal) tibia terrjadi dipermukaan horizontal penanggung beban tibia distal. Fraktur malleolus medialis atau lateralis mungkin dengan atau melibatkan plafond. Fraktur pilon adalah raktur plafond dengan garis fraktur yang memanjanng
11

supramalleolar distal tibia, dengan atau tanpa disertai pergeseran, dapat bersifat kominutuf luas maupun impaksi.5 Mekanisme Cedera Fraktur plafond tibia disebabkan oleh impaksi berenergi tinggi, biasanya merupakan gaya deselerasi seperti terjadi saat jatuh dari ketinggian atau kecelakaan kendaraan bermotor.6 Metode Penanganan a. Fiksasi Eksterna Biomekanika : alat stress-sharing Cara penyembuhan tulang: sekunder dengan pembentukan kalus. Indikasi: reduksi terbuka dan fiksasi interna tidak dapat dilakukan pada fraktur plafond yang disertai dengan cedera jaringan lunak berat. Fiksasi eksterna dapat mengembalikan panjang dan kongruensi sendi serta memungkinkan perawatan luka jaringan termasuk flap otot dan graft kulit.5 b. Gips Biomekanika : alat stress-sharing Cara penyembuhan tulang: sekunder dengan pembentukan kalus. Indikasi: fraktur plafond tanpa atau dengan pergeseran minimal yang memepertahankan permukaan sendi tanpa aau dengan sedikit impaksi, sangant cocok dilakukan reduksi tertutup dan long leg cast. Meskipun metode ini tidak memerlukan metode pembedahan, tapi tidak memungkinkan gerakan awal sendi dan pergelangan kaki.5 c. Artrodesis Primer Biomekanika : alat stress-sharing Cara penyembuhan tulang: primer tanpa pembentukan kalus. Indikasi: untuk menstabilkan pergelangan kaki agar bebas nyeri akibat fraktur kominutif berat yang tidak memungkinkan dilakukan reduksi terbuka dan fiksasi interna akibat impaksi dan kehilangan tulang, maka dilakukan artrodesis primer dan graft tulang. Artrodesis primer merupakan pilihan penanganan yang terakhir.5 Pertimbangan Khusus Fraktur a. Usia Usia pasien tidak banyak berpengaruh terhadap hasil akhir penyembuhan fraktur plafond tibia. Pasien manula mungkin tidak memiliki kulaitas tulang yang baik untuk memperthanakan alat fiksasi sehinggal lebih berisiko mengalami rigiditas sendi. Penyakit

12

sistemik yang menyertai termasuk penyakit vaskuler perifer dan diabetes, dapat mempengaruhi penyembuhan karena suplai darah yang buruk.5 b. Keterlibatan Sendi Sesuai dengan definisnya, fraktur plafond melibatkan permukaan sendi penanggung beban dital tibia. Meskipun fraktur plafond tanpa atau denga pergeseran minimal dapat ditangani baik dengan penanganan bedah atau non-bedah, tapi arthritis pasca trauma masih mungkin terjadi pada fraktur kominutif plafond tibia tau fraktur plafond tibia dengan pergeseran yang berat. Pasien dikemudian hari memerlukan fusi pergelangan kaki atau pergantian total sendi pergelangan kaki.5 c. Fraktur Terbuka Semua fraktur terbuka harus ditangani agresif dengan irigasi, debridement dan antibiotika intervena. Fraktur tebuka plafon tibia diakibatkan oleh gaya berenergi besar, maka sering terjadi cedera jaringan lunak yang berat. Jaringan subkutan oleh gaya berenergi besar, maka sering terjadi cedera jaringan lunak yang berat. Jaringan subkutan oleh gaya berenergi besar, maka sering terjadi cedera jaringan lunak yang berat. Jaringan subkutan oleh gaya berenergi besar, maka sering terjadi cedera jaringan lunak yang berat. Jaringan subkutan oleh gaya berenergi besar, maka sering terjadi cedera jaringan lunak yang berat. Jaringan subkutan atau otot dipergelangan kaki sangat sedikit; sehingga sering terjadi pengelupasan atau kehilanagan kulit. Saat penanganan awal, pasien harus dievaluasi dengan teliti ada tidaknya cedera pada saraf atau arteri sekitar sendi pergelangan kaki.5 d. Cedera Tendon dan Ligamen Fraktur kominutuf berat pada plafond tibia akibat cedera, sering disertai dengan putusnya ligament sekitar sendi pergelangan kaki sehingga fraktur tidak stabil. Perbaikan tendon dan ligament mungkin pelu dilakukan. Fiksasi yang memadai, baik reduksi terbuka dan fiksasi interna maupun fiksasi eksterna sangat penting untuk mempertahankan kongruensi celah sendi pergelanga kaki maupun permukaan sendi.5 Cedera Penyerta Fraktur Plafond tibia biasanya disebabkan jatuh dari ketinggian atau cedera deselerasi berenergi tinggi yang menyebabkan kerusakan parah pada jaringan lunak yang tipis yang melingkupi pergelangan kaki. Meski tanpa atau disertai luka terbuak, tapi besarnya gaya yang diserap oleh jaringan lunak pada saat cedera cukup untuk menghasilkan nekrosis atau menghambat

penyembuhan luka insisi bedah. Bila dicurigai ada lepuh atau pengelupasan kulit pasien sebaiknya dipasang fiksasi eksterna atau traksi pin calcaneus sampai kulit menjadi bersih dan bebas I lepuh dan edema.5
13

Penaggung Beban Pasien fraktur plafon atau pilon tidak diperbolehkan menanggung beban sampai terdapat tanda radiografis adanya proses penyembuhan. Pasien fraktur plafon atau pilon tidak diperbolehkan menanggung beban penuh selama 3-4 bulan. Penanggungan beban parsial diperbolehkan pada minggu ke 6-8, pada pasien fraktur yang mengalami sedikit pergeseran dan pembentukan kalus yang baik.5 Kesimpulan Fraktur pada tibia dapat terjadi pada tiga tempat yaitu fraktur plato tibia, fraktur corpus tibia dan fraktur plafond tibia, dimana masing-masing fraktur tersebut memiliki masa penyembuhan yang berbeda-berbeda rata-rata antara delapan sampai dua belas minggu. Fraktur pada tibia merupakan fraktur yang paling sering pada tulang panjang penyebabnya terutama karena trauma, kondisi fraktur dipengaruhi oleh factor usia terutama pada fraktur plato tibia yang diperparah dengan kondisi osteoporosis. Daftar Pustaka 1. Kumar V, Abba KA, Fausto N. Robbins & cotran dasar patologis penyakit. Ed 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.h. 1311-14. 2. Sjamsuhidajat R, Jong Wim De. Buku ajar ilmu bedah. Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.h. 880-90. 3. Gleadle Jonathan. At a glance anamesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.h. 40. 4. Sabiston David C. Buku ajar bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001. 384-90. 5. Thomas Mark A. Terapi & rehabilitasi fraktur. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011.h. 355-88. 6. Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi. Ed 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h. 335-8. 7. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula . Jakarta: EGC; 2004.h.336. 8. Telger T. General Anatomy and Musculoskeletal System. Newyork: Thieme newyork; 2006.h.678.

14

Anda mungkin juga menyukai

  • Difteri
    Difteri
    Dokumen22 halaman
    Difteri
    Resti Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Retardasi Mental
    Retardasi Mental
    Dokumen24 halaman
    Retardasi Mental
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • SP Tifoid
    SP Tifoid
    Dokumen14 halaman
    SP Tifoid
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Malformasi Kongenital Atau Cacat Lahir Adalah Suatu Kelainan Struktural
    Malformasi Kongenital Atau Cacat Lahir Adalah Suatu Kelainan Struktural
    Dokumen32 halaman
    Malformasi Kongenital Atau Cacat Lahir Adalah Suatu Kelainan Struktural
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Amel
    Amel
    Dokumen15 halaman
    Amel
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Adnan
    Adnan
    Dokumen11 halaman
    Adnan
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Cor Pulmonal
    Cor Pulmonal
    Dokumen17 halaman
    Cor Pulmonal
    Jhelly Hariyati
    Belum ada peringkat
  • Tomi
    Tomi
    Dokumen19 halaman
    Tomi
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Makalah Fisio 9
    Makalah Fisio 9
    Dokumen7 halaman
    Makalah Fisio 9
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Depresi Et Causa Ulkus Diabetikum
    Depresi Et Causa Ulkus Diabetikum
    Dokumen17 halaman
    Depresi Et Causa Ulkus Diabetikum
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • PBL Blok 22
    PBL Blok 22
    Dokumen18 halaman
    PBL Blok 22
    Prizilia Saimima
    Belum ada peringkat
  • Elsye
    Elsye
    Dokumen10 halaman
    Elsye
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Putri
    Putri
    Dokumen18 halaman
    Putri
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • PBL 21 Mel
    PBL 21 Mel
    Dokumen25 halaman
    PBL 21 Mel
    Melisa Andriana
    Belum ada peringkat
  • Adnan
    Adnan
    Dokumen11 halaman
    Adnan
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Diagnosis Sindrom Metabolik & Penatalaksanaannya: Lipoprotein (K-HDL), Hiperglikemia, Dan Hipertensi
    Diagnosis Sindrom Metabolik & Penatalaksanaannya: Lipoprotein (K-HDL), Hiperglikemia, Dan Hipertensi
    Dokumen13 halaman
    Diagnosis Sindrom Metabolik & Penatalaksanaannya: Lipoprotein (K-HDL), Hiperglikemia, Dan Hipertensi
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • PBL 21 Mel
    PBL 21 Mel
    Dokumen25 halaman
    PBL 21 Mel
    Melisa Andriana
    Belum ada peringkat
  • Adnan
    Adnan
    Dokumen13 halaman
    Adnan
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Putri
    Putri
    Dokumen15 halaman
    Putri
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Annisza
    Annisza
    Dokumen10 halaman
    Annisza
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Rahel
    Rahel
    Dokumen14 halaman
    Rahel
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Ketoasidosis Diabetik Pada Anak
    Ketoasidosis Diabetik Pada Anak
    Dokumen20 halaman
    Ketoasidosis Diabetik Pada Anak
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Irin
    Irin
    Dokumen24 halaman
    Irin
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Difteri
    Difteri
    Dokumen22 halaman
    Difteri
    Resti Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Blok 12 Rene
    Blok 12 Rene
    Dokumen19 halaman
    Blok 12 Rene
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Blok 9
    Blok 9
    Dokumen14 halaman
    Blok 9
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Melisa
    Melisa
    Dokumen19 halaman
    Melisa
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Yudha
    Yudha
    Dokumen23 halaman
    Yudha
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Yudha
    Yudha
    Dokumen23 halaman
    Yudha
    egafarhatu
    Belum ada peringkat
  • Retardasi Mental
    Retardasi Mental
    Dokumen24 halaman
    Retardasi Mental
    egafarhatu
    Belum ada peringkat