Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

IHWAL TEKNIK PETA PIKIRAN (MIND MAPPING), KETERAMPILAN


MENULIS, KETERAMPILAN REPRODUKTIF, DAN PEMBELAJARAN
MENULIS RESENSI

2.1 Ihwal Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping)
2.1.1 Pengertian Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping)
Metode mencatat yang baik akan membantu mengingat perkataan dan bacaan,
meningkatkan pemahaman terhadap materi, mengorganisasikan materi dan memberikan
wawasan baru. Penggunaan teknik peta pikiran (mind mapping) memungkinkan terjadinya
semua hal itu.
Teknik peta pikiran (mind mapping) dikembangkan oleh Tony Buzan tahun 1970, yang
didasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak sebenarnya. Peta pikiran (mind
mapping) menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide
yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, menggorganisasikan dan
merencanakan. Peta pikiran (mind mapping) ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal dalam
otak dan memicu ingatan agar lebih mudah. Ini jauh lebih mudah daripada metode pencatatan
tradisonal, karena teknik ini mengaktifkan kedua belah otak (otak kanan dan otak kiri).
Peta pikiran merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambil inormasi ke luar dari otak. Teknik peta pikiran (mind mapping) menggunakan warna,
dan memiliki struktur alami yang memancar dari pusat. Menggunakan garis lengkung, simbol,
kata, dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami
sesuai dengan cara kerja otak. Penggunaan teknik peta pikiran (mind mapping) daftar informasi


yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur dan mudah diingat
yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal. Dengan teknik
peta pikiran (mind mapping), setiap potong informasi baru yang kita masukan ke perpustakaan
kita (otak) otomatis dikaitkan ke semua informasi yang sudah ada.
Penjelasan di atas menyimpulkan pengertian dari teknik peta pikiran (mind mapping),
yaitu teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana
grafis lainnya untuk membentuk kesan.

2.1.2 Manfaat Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping)
Teknik peta pikiran (mind mapping) akan membantu dalam merencanakan, mengatur,
memunculkan ide-ide baru yang kreatif mengagumkan, dan menyerap fakta serta informasi
dengan mudah.
Menurut Micheal Michalko dalam buku terlarisnya Cracking Creatifity yang dikutip
dalam buku Mind Map (Buzan, 2007:6) mengemukakan manfaat dari penggunaan teknik peta
pikiran (mind mapping) diantaranya sebagai berikut.
1) Teknik peta pikiran (mind mapping) akan membantu untuk mengaktifkan seluruh otak.
2) Teknik peta pikiran (mind mapping) akan membantu dalam membereskan akal dari
kekusutan mental.
3) Teknik peta pikiran (mind mapping) memungkinkan kita untuk fokus dalam pokok bahasan.
4) Teknik peta pikiran (mind mapping) akan membantu menunjukkan hubungan antara bagian-
bagian informasi yang saling terpisah.
5) Teknik peta pikiran (mind mapping) memberikan gambaran yang jelas pada keseluruhan dari
informasi yang diperoleh.


6) Teknik peta pikiran (mind mapping) mengisyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada
pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentang sesuatu dari ingatan jangka
pendek ke ingatan jangka panjang.

2.1.3 Kelebihan Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping)
Kelebihan teknik peta pikiran (mind mapping) dalam buku Quantum Learning
(2005:172), yaitu sebagai berikut.
1) Fleksibel
Jika seseorang tiba-tiba teringat untuk menjelaskan suatu hal, dengan menggunakan teknik
peta pikiran (mind mapping), dapat dengan mudah menambahkannya di tempat yang sesuai
dalam peta pikiran (mind mapping).
2) Dapat memusatkan perhatian
Tidak perlu berpikir untuk menangkap setiap kata, tetapi seseorang dapat berkonsentrasi pada
gagasannya.
3) Meningkatkan pemahaman
Ketika, membaca suatu tulisan atau laporan teknik peta pikiran (mind mapping) akan
meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan tinjauan ulang yang sangat berarti.
4) Menyenangkan
5) Imajinasi dan kreativitas tidak terbatas, dan hal ini menjadikan pembuatan dan peninjauan
ulang catatan lebih menyenangkan.





2.1.4 Langkah-Langkah Membuat Peta Pikiran (Mind Mapping)
Membuat peta pikiran (mind mapping) menggunakan pena atau pensil berwarna dan
kertas kosong tak bergaris. Mulailah dari bagian tengah kertas, gunakan kertas secara melebar
untuk mendapatkan lebih banyak tempat dalam menuangkan pikiran.
Tony Buzan (2007:156) dalam bukunya Mind Map mengemukakan langkah-langkah
untuk membuat catatan dengan menggunakan teknik peta pikiran (mind mapping), yaitu sebagai
berikut.
1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar.
Mengapa? Karena, memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke
segala arah dan untuk mengungkapkan dengan lebih bebas dan alami.
2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena, gambar bermakna seribu
kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Gambar sentral akan lebih menarik,
membuat tetap fokus, membantu berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.
3) Menggunakan warna. Mengapa? Karena, bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar.
Warna membuat peta pikiran lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan
menyenangkan.
4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat
dua dan tiga dan seterusnya. Mengapa? Karena, otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang
mengaitkan dua atau tiga hal sekaligus. Bila menghubungkan cabang-cabang informasi akan
lebih mudah diingat dan dipahami.
5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Mengapa? Karena, garis lurus
akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang
pohon, jauh lebih menarik bagi mata.


6) Gunakan kata kunci untuk setiap garis, kembangkan untuk menambahkan detailnya.
Mengapa? Karena, kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas pada peta
pikiran. Tulislah gagasan tersebut dengan huruf kapital.
7) Gunakan gambar. Mengapa? Karena, setiap gambar bermakna seribu kata, sehingga lebih
mudah mengingat.

2.1.5 Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Menulis
Peta pikiran (mind mapping) adalah alat yang sangat bagus untuk membantu dalam
kegiatan menulis esai yang berstruktur baik dan terfokus. Peta pikiran (mind mapping) sangat
membantu untuk melihat gambar keseluruhan argumen dan menilai apakah argumen dan struktur
tulisan itu masuk akal.
Peta pikiran (mind mapping) bukan hanya membantu untuk merencanakan apa yang akan
ditulis, tetapi juga berguna ketika menuliskannya secara utuh. Penulis dapat kembali meninjau
peta pikirannya untuk memeriksa apakah tulisan tersebut masih ada di jalur yang benar.
Peta pikiran dalam menulis dapat dimulai dengan menggambar gambar sentral atau
gambar utama yang mewakili tulisan yang akan dibuat. Pikirkan semua informasi yang telah
didapatkan, lalu biarkan otak melamunkannya. Untuk meringkas informasi dari buku-buku
nonfiksi, cabang-cabang dapat diberikan judul yang sama dengan tulisan yang dicetak tebal atau
judul-judul bab dalam teks. Peta pikiran (mind mapping) akan menuliskan kategori utama dari
informasi yang telah terkumpul dalam otak.





2.2 Keterampilan Menulis
2.2.1 Pengertian Keterampilan Menulis
Menurut Tarigan dalam buku Dasar-dasar Kemampuan Menulis (1997:26) menyatakan
bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang, sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan grafik tadi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga (2003:1219) menulis adalah
membuat huruf dengan pena.
Pengertian menulis dalam buku Menulis (1996:3) karya Prof. Dr. Sabarti Akhadiah, dkk
menyatakan menulis adalah mengungkapkan dan menyajikan gagasan dalam rangkaian kalimat
yang tersusun.
Dari pengertian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan
suatu keterampilan berbahasa lewat tulisan yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung.

2.2.2 Menulis sebagai Keterampilan Berbahasa
Keterampilan menulis merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang dianggap primer.
Di samping itu, keterampilan menulis dapat dikatakan sebagai keterampilan berbahasa yang
paling kompleks dan sulit dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, yaitu
menyimak, membaca, dan berbicara. Mengapa? Karena, pada waktu menulis sebuah karangan,
kita harus mampu mengingat dan menerapkan berbagai unsur menulis secara serta merta.
Bahasa merupakan media utama dalam kegiatan menulis. Apabila media yang dipakai
rusak, maka pesan yang ingin disampaikan penulis pun gagal sampai kepada pembaca.



2.2.3 Menulis sebagai Kegiatan Berkomunikasi
Melakukan kegiatan berbahasa berarti berkomunikasi. Dengan berkomunikasi orang
dapat menyampaikan gagasannya, perasaan atau pengalaman kepada orang lain. Melalui
berbahasa kita dapat melakukan kontak dengan orang lain tentang berbagai hal yang ditemukan
dalam kehidupan.
Proses berkomunikasi berlangsung melalui, nonverbal (visul), lisan (oral), dan tulis
(written). Komunikasi tulis dan lisan sangat erat berhubungan karena sifat dan kegunaannya
yang paling berkaitan dalam bahasa. Menurut Mukhsin Ahmadi dalam buku Dasar-Dasar
Menulis, yang dikutip oleh Dra. Hj. Ice Sutari, dkk (1997:23) mengemukakan bahwa media tulis
itu merupakan salah satu aspek yang cukup penting dalam berkomunikasi. Melalui tulisan kita
berkomunikasi dengan pembaca. Sekalipun penulis tidak berasumsi bahwa ia dapat
mengkomunikasikan secara langsung segala makna yang diinginkannya melalui bahasa yang
dihasilkannya kepada pembaca.
Menulis merupakan salah satu aspek berkomunikasi yang cukup penting dan kompleks
karena penulis harus kreatif menciptakan tulisannya agar mudah ditangkap maknanya oleh
pembaca. Demikian pula, pembaca harus memahami makna yang terkandung dalam tulisan
kalau pembaca ingin menerima makna itu secara utuh.

2.2.4 Tujuan Menulis
Setiap kegiatan mengandung tujuan termasuk dalam kegiatan menulis. Kita menulis
karena mempunyai tujuan. Yang dimaksud dengan tujuan penulis adalah respons atau jawaban
yang diharapkan dari pembaca. Tujuan itu bermacam-macam tergantung pada jenis karangan


yang akan ditulis. Tarigan (1983:24) dalan bukunya Menulis Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa mengemukakan tujuan menulis sebagai berikut.
1) Wacana Informatif (Informative Discourse), yaitu tulisan yang bertujuan memberitahukan
atau mengajar.
2) Wacana Persuatif (Persuative Discourse), yaitu tulisan yang bertujuan meyakinkan atau
mendesak.
3) Wacana Kesusastraan (Literacy Discourse), yaitu tulisan yang bertujuan menghibur,
menyenangkan atau mengandung tujuan estetik.
4) Wacana Ekspresif (Ekspresif Discourse), yaitu tulisan yang bertujuan untuk
mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat.
Pendapat lain tentang tujuan menulis dikemukakan pula oleh Hugo Hartig yang
dikemukakan dalam buku Dasar-Dasar Menulis (1997:35). Tujuan menulis menurut Hugo
Hartig sebagai berikut.
1) Tujuan Penugasan (assignment purpose)
Penulis menulis karena tugas yang dibebankan kepadanya bukan kemauan sendiri.
2) Tujuan Altruistik (altruistic purpose)
Penulis bertujuan menghibur pembacanya dengan menyajikan tulisannya.
3) Tujuan Persuasif (persuasive purpose)
Penulis bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakannya.
4) Tujuan Informasional / Penerangan (informational purpose)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau penerangan kepada pembaca.
5) Tujuan Pernyataan Diri (self expressive purpose)
Tulisan ini bertujuan memperkenalkan diri penulis kepada pembaca.


6) Tujuan Pemecahan Masalah (problem solving purpose)
Penulis bertujuan memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan,
menjernihkan pikiran-pikiran, dan gagasannya sendiri agar dapat diterima pembaca dengan
baik

2.2.5 Fungsi Menulis
Fungsi menulis tidak akan terlepas dari fungsi bahasa meruapakan media untuk
keterampilan menulis. Menurut Syahrul Syarif dalam buku Dasar-Dasar Kemampuan Menulis
(Dra. Hj. Ice Sutari, dkk,1997:29-30) mengemukakan fungsi bahasa terbagi menjadi dua, yaitu
sebagai berikut.
1) Fungsi Individual, yaitu fungsi menulis untuk melahirkan perasaan, pikiran, atau kemauan
kepada orang lain dalam rangka kepentingan pribadi atau umum.
2) Fungsi Masyarakat, yaitu fungsi menulis untuk berkomunikasi dan mewujudkan sifat kontrol
sosial; mewujudkan kerjasama antarmanusia.
Pendapat lain tentang fungsi menulis dikemukakan oleh Yus Rusyana yang dikutip oleh
Dra. Hj. Ice Sutari, dkk dalam buku Dasar-Dasar Kemampuan Menulis (1997:31-32). Ia
mengemukakan bahwa fungsi menulis dapat dilihat dari dua segi, yaitu sebagai berikut.
1) Fungsi Kegunaan
a) Melukiskan
Penulis menggambarkan atau mendeskripsikan sesuatu, baik menggambarkan wujud
benda atau mendeskripsikan keadaan, sehingga pembaca dapat membayangkan secara
jelas apa yang digambarkan atau dideskripsikan penulisnya.
b) Memberi Petunjuk


Penulis memberi petunjuk tentang cara melaksanakan sesuatu.
c) Memerintahkan
Penulis dalam karangan ini memberikan perintah, permintaan, anjuran, nasihat, agar
pembaca memenuhi kemauan menulis.
d) Mengingat
Penulis mencatat peristiwa, keadaan, keterangan, dengan tujuan mengingat atau hal-hal
penting itu tidak terlupakan.
e) Berkorespondensi
Penulis melakukan surat menyurat dengan orang lain.
2) Fungsi Peranan
a) Fungsi penataan
Pada saat menulis terjadi penataan terhadap gagasan, pikiran, pendapat, imajinasi, dan
penataan terhadap penggunaan bahasa untuk mewujudkan tulisan. Ketersusunan itu
penting agar jalan pikiran penulis tampak keteraturannya.
b) Fungsi pengawetan
Hal-hal yang kita tulis biasanya akan tersimpan untuk dibaca kembali pada saat lain, baik
oleh penulis sendiri maupun orang lain. Karena, diutarakan secara tertulis maka
pengutaraan itu dapat lebih awet atau lebih lama didokumentasikan.
c) Fungsi penciptaan
Mengarang berarti menciptakan sesuatu yang baru. Di antara gagasan, pikiran, pendapat,
atau imajinasi itu mungkin tidak ada sebelumnya atau tidak demikian susunannya.




d) Fungsi penyampaian
Gagasan, pikiran, dan imajinasi yang sudah ditata dan diawetkan dalam wujud tulisan
dapat dibaca atau disampaikan kepada orang lain. Penyampaian ini dapat terjadi bukan
hanya, kepada orang lain yang berdekatan tempatnya, tetapi juga kepada orang yang
tinggal berjauhan.

2.3 Keterampilan Reproduktif
Prof. Dr. Sabarti Akhdiah, dkk (1947:107) dalam bukunya Menulis mengemukakan
bahwa keterampilan reproduktif adalah suatu keterampilan menulis yang bertolak dari suatu
karya atau karangan asli yang ditulis kembali dalam bentuk singkat. Bentuk singkat itu dapat
ringkasan, dapat pula berupa timbangan buku (resensi buku) dan abstrak. Ketiga jenis
reproduksi ini mempunyai persamaan dan perbedaan. Masing-masing memiliki ciri-ciri yang
dapat membedakan satu dan yang lainnya. Berikut ini akan dibahas tentang apa yang dimaksud
dengan ringkasan, timbangan buku, dan abstrak, penjelasannya adalah sebagai berikut.
1) Ringkasan
Ringkasan merupakan salah satu bentuk karangan yang panjang dalam bentuk yang
singkat. Suatu ringkasan bertolak dari penyajian karya asli secara singkat, karena itu ringkasan
merupakan keterampilan untuk mengadakan reproduksi dari hasil yang sudah ada. Ringkasan
adalah sari karangan yang ditinggalkan oleh keindahan gaya bahasa, ilustrasi, serta penjelasan-
penjelasan yang terinci dihilangkan. Jadi walaupun bentuknya ringkas, tetapi tetap
mempertahankan pikiran pengarang dan pendekatan asli.
Ringkasan hendaknya dibedakan dengan ikhtisar. Ikhtisar juga merupakan penyajian
yang singkat dari suatu hasil karangan asli. Dalam kenyataannya kedua istilah tersebut sering


dicampuradukkan, tetapi secara teknis kedua istilah itu dibedakan maknanya. Ringkasan
merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli. Dalam bentuknya yang singkat, ringkasan
tetap mempertahankan perbandingan bagian atau bab dari karangan secara proporsional.
Sebaliknya ikhtisar tidak perlu mempertahankan urutan karangan asli serta tidak perlu
menggambarkan isi dari seluruh karangan secara proporsional. Dalam ikhtisar langsung
dikemukakan pokok masalah dan problematik pemecahannya.
2) Resensi atau Timbangan Buku
Timbangan buku adalah jenis tulisan yang memuat ulasan tentang kelemahan dan
keunggulan buku. Biasanya orang menggunakan kata resensi. Resensi ditulis berdasarkan tujuan,
yaitu untuk membantu pembaca mempertimbangkan apakah sebuah buku perlu dibaca atau tidak,
dan bagus atau tidak. Untuk itu penyusunan timbangan buku atau resensi buku perlu
memperhatikan selera pembaca serta kemampuan khalayak pembaca.
3) Abstrak
Abstrak adalah penyajian singkat dan teliti mengenai suatu dokumen atau karangan.
Abstrak tidak memuat kritik atau interpretasi dari penulis abstrak. Abstrak biasanya dibuat untuk
laporan hasil penelitian dan berbagai tulisan lainnya. Abstrak ditempatkan dibagian muka
sebelum pembahasan laporan. Dengan demikian, pembaca dapat mengetahui aspek-aspek yang
terdapat dalam laporan. Sesuai dengan sifatnya abstrak merupakan bagian yang berdiri sendiri.
Manfaat dari abstrak adalah sebagai berikut.
a) Menghemat waktu dalam memahami dokumen aslinya.
b) Mempermudah seleksi bacaan, karena dengan membaca judulnya saja belum dapat diketahui
dengan jelas isi suatu karangan.


c) Abstrak membantu menghilangkan kesulitan bahasa bila karangan aslinya ditulis dalam
bahasa asing.
d) Membantu pencarian literatur sebab banyak karangan yang tidak dipublikasikan.
e) Meningkatkan efisiensi pembuatan indeks.
f) Membantu pembuatan tinjauan kepustakaan.

2.4 Pembelajaran Menulis Resensi
Pembelajaran menulis resensi adalah kegiatan pemerolehan keterampilan menulis
berdasarkan hasil membaca sebuah novel, drama atau buku nonfiksi. Dalam pembelajaran
menulis resensi novel siswa dituntut untuk dapat menyampaikan gagasan, pikiran, dan penilaian
terhadap novel atau buku yang dibacanya.

2.4.1 Pengertian Resensi
Resensi berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere artinya
melihat kembali, menimbang, atau menilai.
Pengertian resensi menurut Gorys Keraf dalam buku Komposisi (2001:274) yaitu suatu
tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku.
Pendapat yang sama dikemukakannya dalam buku Dasar-dasar Kemampuan Menulis
(1997:473). Resensi adalah tulisan atau karangan mengenai buku ilmu pengetahuan, sastra,
kamus, ensiklopedia, dan sebagainya yang mengikhtisarkan, menggambarkan, dan menilai buku.
Kamus besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga mencantumkan pengertian resensi, yaitu
pertimbangan atau pembicaraan tentang buku atau ulasan buku (2003:951).


Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan resensi adalah tulisan yang berisi ulasan
atau ringkasan tentang suatu pertunjukan seperti, film, buku, musik, dan kaset yang
mengemukakan timbangan baik buruk, kekurangan dan kelebihan tentang suatu karya atau objek
yang diresensi.

2.4.2 Tujuan Resensi
Sebelum meresensi hendaknya peresensi memahami tujuan resensi. Kehadiran kolom
resensi buku mempunyai tujuan tertentu. Dalam buku Komposisi, Gorys Keraf (2001:274)
mengemukakan bahwa tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah
sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan atau tidak. Jika dicermati, pemuatan
resensi buku sekurang-kurangnya mempunyai lima tujuan, yaitu sebagai berikut:
1) memberikan informasi atau pemahaman yang komperhensif tentang apa yang tampak dan
terungkap dalam buku;
2) mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh
fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku;
3) memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat sambutan
dari masyarakat atau tidak;
4) menjawab pertanyaan yang timbul jika seseorang, melihat buku yang baru terbit, seperti:
a. Siapa pengarangnya?
b. Mengapa menulis buku itu?
c. Apa pernyataannya?
d. Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis karya pengarang yang sama?


e. Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis yang dihasilkan oleh pengarang yang
lain?
5) segolongan pembaca membaca resensi dengan tujuan agar mendapatkan bimbingan dalam
memilih buku-buku. Setelah membaca resensi mereka berminat untuk membaca atau
mencocokkan seperti apa yang ditulis dalam resensi.

2.4.3 Fungsi Resensi
Fungsi resensi buku dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1) Fungsi Informatif
Resensi menginformasikan keberadaan buku tertentu kepada khalayak ramai, sehingga
mereka berminat dengan mudah mendapatkannya.
2) Fungsi Komersial
Resensi menginformasikan produk baru, dengan demikian penerbit dan toko buku secara
langsung atau tidak langsung mendapat keuntungan pemasaran.
3) Fungsi Akademik
Resensi meliputi interaksi pembentukan wacana keilmuwan, di mana pengarang, penerjemah,
editor, dan peresensi buku berbagi pengalaman dari sudut pandang ihwal topik tertentu.








2.4.4 Pola Tulisan Resensi
Menurut Daniel Samad (1997:5) dalam bukunya Dasar-Dasar Meresensi Buku, terdapat
tiga pola tulisan resensi buku, yaitu meringkas, menjabarkan, dan mengulas.
1) Meringkas (sinopsis)
Meringkas berarti menyajikan semua persoalan buku secara padat, dan jelas. Sebuah buku
biasanya menyajikan banyak persoalan. Persoalan-persoalan itu sebaiknya diringkas. Untuk
itu, perlu dipilih sejumlah masalah yang dianggap penting dan ditulis dalam suatu uraian.
2) Menjabarkan (deskripsi)
Menjabarkan atau mendeskripsikan hal-hal menonjolkan dari sinopsis yang sudah dilakukan.
Bila perlu bagian-bagian yang mendukung uraian itu dikutip.
3) Mengulas
Mengulas berarti menyajikan ulasan, isinya antara lain:
a) isi pernyataan atau materi buku yang sudah didapatkan dan dijabarkan kemudian diulas
(diinterpretasikan)
b) organisasi atau kerangka buku
c) bahasa
d) kesalahan cetak
e) membandingkan (komparasi) dengan buku-buku sejenis, baik karya pengarang sendiri
maupun orang lain
f) menilai, mencakup kesan peresensi terhadap buku, terutama yang berkaitan dengan
keunggulan dan kelemahan buku.




2.4.5 Unsur Resensi
Unsur-unsur yang membangun resensi buku, adalah sebagai berikut.
1) Judul resensi
Judul resensi harus selaras dengan keseluruhan isi resensi.
2) Menyusun data buku
Data buku biasanya terdiri atas:
a) judul buku (apakah buku tersebut ternasuk hasil terjemahan, kalau demikian tuliskan juga
judul aslinya)
b) pengarang (jika ada, tuliskan juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang
tertera dalam buku)
c) penerbit
d) tahun terbit beserta cetakannya (cetakan keberapa)
e) tebal buku
f) harga buku.
3) Membuat pembukaan (lead)
Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal di bawah:
a) memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya, dan prestasi apa saja yang telah
diperolehnya
b) membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri
maupun oleh pengarang lain
c) memaparkan kekhasan atau sosok pengarang
d) memaparkan keunikan buku
e) merumuskan tema buku


f) mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku
g) mengungkap kesan terhadap buku
h) memperkenalkan penerbit
i) mengajukan pertanyaan
j) membuka dialog.
4) Tubuh atau isi pernyataan resensi buku
Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:
a) sinopsis atau isi buku secara kronologis
b) keunggulan buku
c) kelemahan buku
d) rumusan kerangka buku
e) tinjauan bahasa
f) adanya kesalahan cetak.
5) Penutup resensi
Bagian penutup biasanya berisi pernyataan tentang buku tersebut penting atau cocok dibaca
oleh siapa dan mengapa.

2.4.6 Langkah Meresensi Buku
Langkah-langkah meresensi menurut Daniel Samad dalam buku Dasar-Dasar Meresensi
Buku (1997:6), yaitu sebagai berikut.
1) Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang diresensi.
a) Tema buku yang diresensi disertai deskripsi isi buku.


b) Siapa penerbit yang menerbitkan buku tersebut, kapan dan di mana diterbitkan, tebal
buku (jumlah bab dan halaman), format buku, dan harga buku.
c) Siapa pengarang buku tersebut; nama, latar belakang pendidikan, reputasi, prestasi, buku
atau karya apa yang ditulis, dan mengapa ia sampai menulis buku tersebut.
d) Buku itu termasuk golongan buku yang mana, apakah ekonomi, politik, pendidikan,
psikologi, sosiologi, filsafat,bahasa atau sastra.
2) Membaca buku yang akan diresensi secara komprehensif, cermat dan teliti. Peta
permasalahan dalam buku itu perlu dipahami secara akurat dan tepat.
3) Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang diresensi;
4) Menentukan sikap dan menilai hal-hal, antara lain:
a) oraganisasi atau kerangka penulisan
b) isi pernyataan: bagaimana bobot idenya, bagaimana analisisnya, bagaimana penyajian
datanya, dan bagaimana kreativitas pemikirannya
c) bahasa; bagaimana ejaan yang disempurnakan diterapkan, bagaimana kalimat dan
penggunaan katanya terutama untuk buku ilmiah
d) aspek teknis; bagaimana tata letak, bagaimana tata wajah, bagaimana kerapian dan
kebersihan, dan pencetakannya banyak yang salah cetak atau tidak.
5) Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar-dasar dan kriteria-kriteria
yang telah ditentukan sebelumnya.
2.4.7 Meresensi Novel
Karya sastra memiliki cara penilaian yang unik. Hal ini disebabkan materi atau unsur-
unsur yang membangun karya sastra berbeda dengan buku nonfiksi. Dalam meresensi buku
sastra, kita harus menyimak nilai kehidupan yang termuat dalam karya sastra tersebut.


Meresensi buku karya sastra peresensi harus dapat menyampaikan dua lapis penilaian
atau pertimbangan, yaitu nilai literer dan manfaat untuk kehidupan. Nilai literer terungkap dari
kegiatannya yang disebut apresiasi sastra, dan manfaat untuk hidup terungkap dari apresiasinya
atas kebutuhan masyarakat.
Novel termasuk keluarga karya sastra. Kamus besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga
(2003:788) memaparkan bahwa novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung
rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang yang disekelilingnya dengan menonjolkan
watak dan sifat setiap pelaku.
Novel dibangun oleh unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur
yang membangun karya sastra itu sendiri yang menyebabkan karya sastra itu hadir. Unsur
intrinsik novel yang dijelaskan oleh Zulfahnur, dkk (1997:24) dalam bukunya Teori Sastra, yaitu
sebagai berikut.
1) Tema
Tema merupakan ide yang menjadi pokok pembicaraan, atau ide pokok suatu tulisan. Tema
merupakan hal yang sangat penting dari suatu cerita, karena dengan dasar itu pengarang
dapat membayangkan dalam fantasinya bagaimana cerita akan dibangun dan berakhir. Dalam
karangan fiksi tema acapkali diwujudkan secara implisit dan eksplisit.
2) Alur
Sebuah cerita merupakan rangkaian peristiwa. Peristiwa-peristiwa dalam cerita tersebut
dirangkaikan dalam suatu urutan yang logis.
3) Penokohan
Penokohan atau perwatakan adalah pelukisan tokoh atau pelaku cerita melalui sifat-sifat dan
tingkah lakunya dalam cerita.


4) Latar
Latar merupakan situasi tempat, ruang dan waktu terjadinya cerita. Gerak-gerik tokoh dalam
cerita yang menimbulkan peristiwa-peristiwa di dalam cerita berlangsung di tempat tertentu.
5) Sudut pandang
Sudut pandang adalah kedudukan pengarang dalam cerita. Sudut pandang yang ditentukan
oleh pengarang berfungsi untuk melihat suatu kejadian atau peristiwa. Terkadang pengarang
melibatkan diri di dalam cerita atau berada di luar cerita sebagai pengamat.
6) Amanat
Amanat merupakan pesan atau pun nilai-nilai yang disampakan pengarang dalam cerita.
7) Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah unsur-unsur bahasa yang dapat membangun atau menciptakan teknik
bercerita. Gaya bahasa ini digunakan pengarang untuk membangun jalinan cerita dengan
pemilihan diksi, ungkapan, dan majas.
Unsur eksrinsik dalam novel adalah sebagai berikut.
1) Pengarang
2) Pendidikan pengarang
3) Tempat tinggal pengarang
4) Status sosial
Unsur-unsur yang ada dalam resensi novel atau buku fiksi meliputi hal-hal di bawah ini:
1) informasi identitas buku (judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, tempat terbit, jumlah
halaman, cetakan, dan harga)
2) pembahasan umum tentang kelengkapan unsur intrinsik dan unsur ektrinsik
3) penilaian


4) saran atau komentar.

2.4.8 Menulis Resensi dalam KTSP
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan mapun tulisan
serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Keterampilan menulis merupakan aspek keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh
peserta didik. Pemendikans No. 23 Tahun 2006 menjelaskan standar kompetensi kelulusan
dalam keterampilan menulis yang harus ditempuh oleh siswa, yaitu menggunakan berbagai jenis
wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk teks narasi,
deskripsi, eksposisi, argumentasi, teks pidato, proposal, surat dinas, surat dagang, rangkuman,
ringkasan, notulen, laporan, resensi, karya ilmiah, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi,
cerpen, drama, kritik, dan esei (www.ktspdiknas.com).
Dalam standar kompetensi kelulusan terdapat materi resensi yang harus dikuasai oleh
siswa. Pembelajaran menulis resensi novel terdapat dalam kurikulum Sekolah Menengah Atas
(SMA) di kelas XI. Hal itu direalisasikan dalam standar kompetensi, yaitu siswa mampu
mengungkapkan informasi melalui penulisan resensi. Kompetensi dasarnya, yaitu
mengungkapkan prinsip-prinsip penulisan resensi dan mengaplikasikan prinsip-prinsip penulisan
resensi.

Anda mungkin juga menyukai