Pembinaan Staf Perkantas SULUT , Kamis 05 April 2012
Penyataan, Pengilhaman, Otoritas. 1. Penyataan : istilah ini menunjuk prakarsa yang telah diambil Allah untuk membuat diriNya menjadi nyata dan dapat dikenal. dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan yang mahakuasa? (ay 11:7). Kita tidak dapat menemukan Allah degan usaha sendiri. Jika kita ingin mengenal Dia, harus Dia yang membuat diriNya dapat dikenal. 2. Pengilhaman : istilah yang digunakan Paulus dalam 2 Tim 3: 16, dalam istilah yunaninya secara harafiah berarti : semua tulisan yang dihembusi nafas Allah.. yang dimasud bukan Allah menghembus para penulisnya, mengembuskan nafasNya ke dalam tulisan-tulisan tersebut agar memiliki sifat khusus tetapi berarti semua yang ditulis para penulis akitab itu berasal dari Allah. Dia berbicara melalui mereka, mereka adalah juru bicara Allah. Kita menerimanya sebgai pengilhaman verbal (IKor 2:13). Pesan yang tepat disampaikan dengan kata yang tepat 3. Otoritas : kuasa atau bobot yang dimiliki alkitab karena kenyataan dirinya tadi. Yaitu sebagai penyataan ilahi yang diberikan melalui pengilhaman ilahi. Jika ia adalah kata-kata dari Allah, ia berotoritas atas manusia. Sebab dibalik setiap kata yang diucapkan seseorang, berdiri pribadi yang mengucapkannya. Firman Allah menyandang otoritas Allah. Atas alasan keberadanNyalah kita harus mempercayai apa yang dikatakannya. Lihat perkataan simon Petrus ketika Yesus memerintahkannya menebar jala : tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga (Luk 5:4,5) Tiga penolakan 1. Pengilhaman tidak terjadi mekanis, penulis alkitab bukan mesin- mesin dikte atau perekam suara tetapi sebagai pribadi yang hidup dan bertanggung jawab. Allah mempergunakan sepenuhnya kepribadian, temperamen, latar belakang, dan pengalaman para penulis alkitab untuk meyampaikan melalui mereka pesan yang sesuai dan khas 2. Firman Allah benar adanya, tidak berarti setiap perkatan benar secara harafiah. Kata dalam alkitab benar di dalam konteksnya. (perkataan teman2 Ayub dicatat untuk ditentang bukan dipercayai) seperti konfirmasi ayub sendiri dalam (Ayub 4:3-7). 3. Teks Alkitab mana yang diihamkan dan yang dianggap sebagai firman Allah, yaitu teks asli Ibrani dan Yunani seperti yang lahir dari tangan-tangan penulisnya. Tidak menganggap ada ilham khusus atau otoritas dalam terjemahan. Impilikasi dalam Sikap kita : Allah telah menyatakan diriNya dengan berbicara; bahwa firman ilahiNya (dinafasi Allah) ini telah ditulis dan disimpan di dalam alkitab; dan bahwa Alkitab sesungguhnya adalah firman Allah tertulis, yang karena itu, benar, dapat dipercaya dan memiliki otoritas ilahi atas kita Allah kita adalah sang komunikator .(Yoh :1 pada mulanya adalah firman) ia bukan hanya kekuatan yang yang tidak memiliki perasaan atau prinsip abstrak yang melampaui kekuatan manusia. Firman Allah memiliki relevansi untuk kita semua, dapat kita mengerti dan harus ditaati. Sebagai melihat beragam perspektif pada penulis tentang kebenaran, dimana Allah menyatakan bagi kita bahwa kebenaran tidak sesederhana yang kita pikirkan. Kita menerimanya dalam beragam bentuk sastra, konteks sejarah. Alkitab benar dan dapat dipercayai, ditulis dengan tujuan yang dirancang oleh Allah sendiri, untuk kita. Ia tidak akan gagal mencapai apa yang Allah maksudkan. Bukan karena akurasi faktual, tetapi karena Allah yang layak dipercayai. ( mendorong semangat hermeneutika kita)
Beberapa pandangan tentang Alkitab di kalangan orang Kristen : A. Pandangan liberal : Alkitab bukanlah firman Allah, alkitab mengandung firman Allah. Karena Allah menggunakan manusia maka, dapat dipastikan alkitab mengandung kesalahan. B. Pandangan Neo ortodoks : beranggapan bahwa Kitab Suci menjadi / adalah Firman Allah, kalau Allah memakainya untuk berbicara kepada kita (atau, kalau kita merasakan Allah berbicara kepada kita melalui FirmanNya). Tetapi kalau Allah tidak memakainya untuk berbicara kepada kita (atau, kalau kita tidak merasakan bahwa Allah berbicara kepada kita melalui FirmanNya), maka Kitab Suci bukanlah Firman Allah. Jadi Kitab Suci adalah Firman Allah secara subyektif, bukan secara obyektif. C. Pandangan Ortodoks : Kitab Suci adalah Firman Allah secara obyektif. Jadi, apakah Kitab Suci itu diberitakan atau tidak, didengar oleh manusia atau tidak, dimengerti atau tidak, ditaati atau tidak, Kitab Suci tetap adalah Firman Allah. Dan pada waktu manusia mendengar pemberitaan Kitab Suci, apakah ia merasakan Allah menggunakannya untuk berbicara kepadanya atau tidak, Kitab Suci itu tetap adalah Firman Allah.