0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
99 tayangan2 halaman
Dokumen ini membahas lima prinsip kepemimpinan Alkitabiah yaitu visi, kerja keras, ketekunan, pelayanan, dan disiplin. Prinsip-prinsip ini dijelaskan dengan contoh-contoh dari Alkitab dan pendekatan kepemimpinan yang rendah hati dan bergantung pada Tuhan.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Materi 15 Kepemimpinan Yang Berlandaskan Prinsip-prinsip Alkitabiah
Dokumen ini membahas lima prinsip kepemimpinan Alkitabiah yaitu visi, kerja keras, ketekunan, pelayanan, dan disiplin. Prinsip-prinsip ini dijelaskan dengan contoh-contoh dari Alkitab dan pendekatan kepemimpinan yang rendah hati dan bergantung pada Tuhan.
Dokumen ini membahas lima prinsip kepemimpinan Alkitabiah yaitu visi, kerja keras, ketekunan, pelayanan, dan disiplin. Prinsip-prinsip ini dijelaskan dengan contoh-contoh dari Alkitab dan pendekatan kepemimpinan yang rendah hati dan bergantung pada Tuhan.
Kepemimpinan Yang Berlandaskan Prinsip-prinsip Alkitabiah
Tujuan: 1. Membukakan prinsip-prinsip kepemimpinan yang Alkitabiah. 2. Mendorong diterapkannya prinsip-prinsip kepemimpinan yang Alkitabiah di dalam kehidupan
Materi Yang Dianjurkan Untuk Dibaca: - Jadilah Pemimpin Demi Kristus Bab 4-13 (Senjaya) - Isu-Isu Global Menantang Kepemimpinan Kristiani Bab 17 (John Stott) - Dicari Pemimpin Yang Menjadi Pelayan Bab 1-2 (Gottfried Osei-Mensah)
Seperti apakah seorang pemimpin itu? Berwawasan luas dan jauh? Sanggup merangkul semua orang sekalipun musuh? Cakap dan sukses memberi perintah? Ahli berkomunikasi dan berkoordinasi? Berwibawa dan berkarisma? Tegas dan tuntas? Dapat mempercayai bawahan dan mendelegasikan tugas? Apakah kombinasi semuanya itu? Atau bukan semua itu? John Stott 1 mengajukan lima unsur hakiki kepemimpinan yakni visi, kerja keras, ketekunan, pelayanan, dan disiplin. Ia juga menegaskan bahwa kepemimpinan terjadi pada berbagai level dan lingkup. Jadi ada kepemimpinan level nasional yang luas maupun level sangat local yang terbatas. Kepemimpinan juga terdapat dalam lingkup institusi public maupun lingkup institusi bukan public, misalnya keluarga. Senjaya 2 menulis bahwa ada sembilan karakter pemimpin yakni: visioner, kepemimpinan dengan air mata, kesadaran dan pengakuan atas kelemahan diri, kepemimpinan dengan integritas, kerendahan hati, pelayan yang memimpin, akuntabilitas, kerelaan menghadapi kesukaran serta belajar darinya, dan hati nurani yang murni dan peka. Kali ini kita akan menelaah kepemimpinan berdasarkan unsur-unsur yang dilihat oleh John Stott.
1. Visi. Visi adalah wahyu atau impian, penglihatan, atau gambaran tentang masa depan. Baca Ams 29:18. Dalam kontex yang ada pada nats ini, siapakah yang menerima wahyu? Mengapa dengan adanya adanya wahyu masyarakat tidak menjadi liar? Baca Kis 2:17. Siapa sumber penglihatan / impian bagi orang Kristen? Mengapa sumber penglihatan ini merupakan factor yang sangat penting? Visi utama seseorang mungkin hanya satu namun visi bagiannya bisa lebih dari satu. Misalnya, visi seseorang dalam rumah tangganya mungkin berbeda dari visinya dalam profesinya. Sendjaya menulis bahwa visi merupakan perpaduan dari tiga unsur: (i) kehendak dan beban TUHAN yang dikomunikasikan kepada kita, (ii) talenta dan kapasitas yang Tuhan berikan kepada kita, (iii) kebutuhan zaman yang TUHAN bukakan kepada kita. Ketiga unsur itulah yang kita pergumulkan sebelum sebuah visi terbentuk di dalam kita. Ambil waktu 5-10 menit untuk merenungkan apa talenta dan kapasitas anda yang berkaitan dengan suatu kebutuhan tertentu yang ada di dalam masyarakat anda saat ini. Jajagi dalam doa apakah ada beban yang TUHAN ingin bagikan kepada anda. Jika ada tulislah dalam buku anda. 2. Kerajinan. Visi tanpa disertai oleh kerajinan dalam upaya untuk merealisasikannya adalah sia-sia. Baca Kol 1:25-29. Bagaimana nats ini mengungkapkan hubungan antara pencapaian visi dengan kerajinan? Bagaimana dapat anda jelaskan maksud ungkapan Paulus kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga (ayat 29)?
1 John Stott, Isu-isu Global. Menantiang Kepemimpinan Kristiani. Edisi 4, Yayasan Bina Kasih/OMF (Jakarta: 2000) 2 Sendjaya, Jadilah pemimpin Demi Kristus. Edisi 2, Literatur Perkantas (Jakarta:2014) 3. Ketekunan. Baca Fil 1:12-20. Di mana ketekunan Paulus tampak dalam nats ini? Apa kesulitan dan halangan yang Paulus alami? Apa yang memotivasi Paulus untuk bertekun? Apa pelajaran yang dapat anda ambil dari sini untuk menghadapi kesulitan yang sedang anda hadapi dalam posisi anda sebagai atasan atau pemimpin dalam level dan lingkup apapun pada saat ini? 4. Pelayanan. Baca Mar 9: 34-37; 10:42-45. Apa intisari ajaran Yesus di dalam kedua perikop ini? Sebutkan sebuah contoh manifestasi dari filosofi pemimpin-adalahpenguasa- adalah tokoh yang dilayani dalam masyarakat anda baik yang tampak pada diri si pemimpin maupun pada diri orang-orang yang dipimpin. Mengapa orang cenderung mengejar impian untuk menjadi pemimpin tipe ini? Faktor atau situasi apa yang dapat membuat anda atau orang lain terpeleset pada aspek ini dan bagaimana mencegahnya supaya kita tidak terpeleset? 5. Disiplin. John Stott menyatakan bahwa unsur disiplin dalam kepemimpinan adalah dalam arti umum maupun dalam arti khusus. Disiplin dalam arti umum ialah kemampuan pemimpin untuk mengendalikan nafsu serta untuk mengatur waktu dan tenaga sendiri. Disiplin dalam arti khusus ialah pemimpin tetap berharap kepada TUHAN sebagai sumber kekuatannya yang sejati dan ini demikian karena ia senantiasa menyadari kelemahan dan kekosongannya tanpa TUHAN. Tentang disiplin dalam arti khusus baca Efe 3:20-21 dan 2Kor 4:5, 7. Kata atau kata-kata apa pada masing-masing perikop tersebut yang mengungkapkan bahwa Paulus adalah pemimpin yang berdisiplin (yakni disiplin arti khusus)? Apa pendapat anda tentang Paulus yang senantiasa mempraktekkan hidup yang seperti itu dalam proses ia menuntun banyak orang berbalik kepada Kristus dan bertumbuh dalam kerohanian? Bagaimana cara anda sejauh ini untuk menumbuhkan, melatih, atau memelihara disiplin arti khusus anda?
Renungan akhir: Sendjaya mengungkapkan bahwa kualifikasi pemimpin Kristen dalam 1Tim 3:1-13 dan Titus 1:5-9 menurut Gordon Fee semuanya mencerminkan idealisme tertinggi dari filsafat moral Yunani dan karenanya tidak merupakan kualifikasi exklusiv pemimpin kristiani. Menurut Sendjaya, kelemahan yang bermuara pada pelucutan diri di hadapan Tuhanlah yang merupakan kualifikasi exklusiv pemimpin kristiani.
Anda dan saya secara dinamik selalu berperan sebagai pemimpin dan yang dipimpin dalam kehidupan ini. Di dalam menjalankan peran manapun, hendaknya itu kita lakukan demi dan dalam Kristus