Anda di halaman 1dari 3

1

SILINDER MOTOR BAKAR

Oleh :
Prof. Dr. Ir. Santosa, MP
Guru Besar pada Program Studi Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas
Padang, September 2009

Silinder merupakan tempat terjadinya pembakaran pada motor bakar dalam (


internal combustion engine) (Jacobs and Harrell, 1983). Pada silinder berlaku hukum
Boyle dan hukum Gay Lussac. Pada silinder, terjadi perubahan bentuk tenaga, yang
semula adalah tenaga kimia (pada bahan bakar), kemudian dirubah menjadi tenaga
panas (pada saat proses pembakaran), yang akhirnya dirubah menjadi tenaga mekanik
(yaitu terjadinya putaran poros engkol).
Berlakunya hukum Boyle pada silinder, karena proses terjadi pada ruang
tertutup. Berdasarkan hukum Boyle, pada ruang tertutup, maka perkalian dari tekanan
dan volume adalah tetap, asalkan suhunya tetap. Sedangkan hukum Gay Lussac
berlaku pada kondisi terjadinya kenaikan suhu.
Hukum Boyle :
P . V = konstan ..................................................... (1)
atau dapat ditulis :
P1 . V1 = P2 . V2 ......................................... (2)

dengan P adalah tekanan dan V adalah volume. Persamaan (1) dan (2) tersebut
berlaku dengan syarat suhu ruangan adalah konstan (artinya tidak berubah nilainya).
Hukum Gay Lussac :
P1 / P2 = T1 / T2 .......................................... (3)
atau dapat ditulis :
P2 = (T2 / T1 ) P1 ............................................ (4)
dengan P adalah tekanan dan T adalah suhu. Persamaan (3) atau (4) berlaku setelah
terjadi proses pembakaran pada silinder motor letup (misalnya motor bensin).
Pada motor letup (atau motor eksplosi) (misalnya motor bensin), pembakaran
terjadi pada waktu yang singkat. Suhu tinggi untuk memulai terjadinya pembakaran
tersebut dihasilkan dari elektroda busi. Sesuai dengan namanya, motor letup atau
2

motor letusan, dikarenakan pembakaran terjadi cepat sekali. Pembakaran pada


silinder ini terjadi pada saat torak berada di Titik Mati Atas (TMA).
Ada istilah perbandingan kompresi (compression ratio), yaitu perbandingan
volume silinder pada saat torak berada pada Titik Mati Bawah (TMB) terhadap
volume silinder pada saat torak berada di TMA.
Pada motor bensin, fluida yang dikompresi (atau ditekan) pada silinder adalah
campuran bahan bakar dan udara. Pada motor diesel, yang masuk ke silinder melalui
saluran pemasukan (atau saluran hisap) adalah udara murni, jadi pada motor diesel
tersebut, yang ditekan (atau dikompresi) juga hanya udara murni.
Pada motor diesel, kompresi yang dilakukan pada silinder dilakukan agar
menghasilkan suhu yang cukup tinggi untuk memulai pembakaran. Proses
pembakaran pada silinder motor diesel terjadi setelah bahan bakar dimasukkan (atau
disemprotkan) ke dalam silinder (melalui nozzle).
Secara umum, tujuan kompresi adalah untuk mempertinggi rendemen panas
(thermal efficiency). Rendemen panas merupakan hasil bagi dari daya mekanis yang
dihasilkan pada silinder, dengan daya kimia yang terkandung pada bahan bakar. Nilai
compression ratio untuk motor diesel adalah 18 : 1, sedangkan untuk motor bensin
adalah 8 : 1 (Wanders, 1978). Perbandingan kompresi motor diesel pada umumnya
berkisar antara 12 dan 20 (Arismunandar dan Tsuda, 1986).
Pada motor diesel, tekanan pada silinder dapat mencapai 30 kg/cm2, dan
temperatur pada silinder dapat mencapai 550 oC (Arismunandar dan Tsuda, 1986).

DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, W. dan K. Tsuda. 1986. Motor Diesel Putaran Tinggi. Cetakan


Keenam. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Jacobs, Clinton O. and William R. Harrell. 1983. Agricultural Power and


Machinery. McGraw-Hill, Inc., United States of America.

Soenjoto S. 1985. Hand Out Daya Dalam Bidang Pertanian II. Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
3

Wanders, A. A. 1978. Pengukuran Enersi dalam Strategi Mekanisasi Pertanian.


Institut Pertanian Bogor dan Landbouw Hogeschool Wageningen. Departemen
Mekanisasi Pertanian. FATEMETA. IPB. Bogor. hal. 33 – 42.

Anda mungkin juga menyukai