Anda di halaman 1dari 3

Tinjauan Pustaka

Suplemen Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 3 September 2006 294


Labirinitis

Askaroellah Aboet
Departemen THT-KL
FK-USU/RSUP H. Adam Malik, Medan


Abstrak: Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin) yang disebabkan oleh bakteri atau
virus. Labirinitis merupakan komplikasi intratemporal yang paling sering dari radang telinga tengah.
Di klinis, dibagi atas labirinitis lokalisata dan labirinitis difusa (supuratif). Gejala klinis yang timbul
pada keduanya hampir sama, yaitu gangguan vestibular, vertigo, nistagmus, mual dan muntah serta
gangguan fungsi pendengaran sensorineural, hanya gejala klinis pada labirinitis difusa bersifat lebih
berat. Terapi dilakukan secara pengawasan yang ketat dan terus menerus untuk mencegah terjadinya
progresifitas penyakit dan kerusakan vestibulokoklea yang permanen.
Kata kunci: labirinitis, kerusakan vestibulokoklea, gangguan pendengaran sensorineural


Abstract: Labyrinthitis is infection of the inner ear which is caused by either bacterial or viral.
Labyrinthitis is the most frequent intratemporal complication of otitis media. Labyrinthitis is divided
into localized labyrinthitis and diffuse labyrinthitis. The symptoms are similar between localized and
diffuse labyrinthitis, that are vestibular disturbance, vertigo, nystagmus, nausea and vomiting, and
sensorineural hearing loss. However, the symptoms of diffuse labyrinthitis are more rapid and intense.
The treatment goals for labyrinthitis is close and continuous monitoring to prevent of further
progression the disease and permanent vestibulocochlea damage.
Keywords: labyrinthitis, vestibulocochlea damage, sensorineural hearing loss



PENDAHULUAN
Labirinitis adalah infeksi pada telinga
dalam (labirin). Keadaan ini dapat ditemukan
sebagai bagian dari suatu proses sistemik atau
merupakan suatu proses tunggal pada labirin
saja.
1
Labirinitis bakteri sering disebabkan oleh
komplikasi intra temporal dari radang telinga
tengah. Penderita otitis media kronik yang
kemudian tiba-tiba vertigo, muntah dan
hilangnya pendengaran harus waspada terhadap
timbulnya labirinitis supuratif.
2

KLASIFIKASI DAN PATOFISIOLOGI

Labirinitis dapat disebabkan oleh bakteri
atau virus. Labirinitis bakteri (supuratif)
mungkin terjadi sebagai perluasan infeksi dari
rongga telinga tengah melalui fistula tulang
labirin oleh kolesteatom atau melalui foramen
rotundum dan foramen ovale tapi dapat juga
timbul sebagai perluasan infeksi dari meningitis
bakteri melalui cairan yang menghubungkan
ruang subaraknoid dengan ruang perilimf di
koklea, melalui akuaduktus koklearis atau
melalui daerah kribrosa pada dasar modiolus
koklea.
2, 3


Schuknecht (1974) membagi labirinitis
bakteri atas 4 stadium:
2

1. Labirinitis akut atau toksik (serous) yang
terjadi sebagai akibat perubahan kimia di
dalam ruang perilimf yang disebabkan oleh
proses toksik atau proses supuratif yang
menembus membran barier labirin seperti
melalui membran rotundum tanpa invasi
bakteri.
2. Labirinitis akut supuratif terjadi sebagai
akibat invasi bakteri dalam ruang perilimf
disertai respon tubuh dengan adanya sel-sel
radang. Pada keadaan ini kerusakan fungsi
pendengaran dan fungsi keseimbangan
irreversible.
3. Labirinitis kronik supuratif yaitu terlibatnya
labirin oleh bakteri dengan respons
inflamasi jaringan sudah dalam waktu yang
lama. Keadaan ini biasanya merupakan
suatu komplikasi dari penyakit telinga
tengah kronis dan penyakit mastoid.
4. Labirinitis fibroseus yaitu suatu respons
fibroseus di mana terkontrolnya proses
inflamasi pada labirin dengan terbentuknya
jaringan fibrous sampai obliterasi dari
ruangan labirin dengan terbentuknya
Askaroellah Aboet Labirinitis

Suplemen Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 3 September 2006 295
kalsifikasi dan osteogenesis. Stadium ini
disebut juga stadium penyembuhan.

Labirinitis viral adalah infeksi labirin yang
disebabkan oleh berbagai macam virus. Penyakit
ini dikarakteristikkan dengan adanya berbagai
penyakit yang disebabkan virus dengan gejala
klinik yang berbeda seperti infeksi virus mumps,
virus influenza, dll.
3
Labirinitis secara klinis terdiri dari 2
subtipe, yaitu:
3

1. Labirinitis lokalisata (labirinitis
sirkumskripta, labirinitis serosa) merupakan
komplikasi otitis media dan muncul ketika
mediator toksik dari otitis media mencapai
labirin bagian membran tanpa adanya
bakteri pada telinga dalam.
2. Labirinitis difusa (labirinitis purulenta,
labirinitis supuratif) merupakan suatu
keadaan infeksi pada labirin yang lebih
berat dan melibatkan akses langsung
mikroorganisme ke labirin tulang dan
membran.

GEJALA DAN TANDA
Gejala yang timbul pada labirinitis
lokalisata merupakan hasil dari gangguan fungsi
vestibular dan gangguan koklea yaitu terjadinya
vertigo dan kurang pendengaran derajat ringan
hingga menengah secara tiba-tiba. Pada
sebagian besar kasus, gejala ini dapat membaik
sendiri sejalan dengan waktu dan kerusakan
yang terjadi juga bersifat reversible.
3, 4
Pada labirinitis difusa (supuratif), gejala
yang timbul sama seperti gejala pada labirinitis
lokalisata tetapi perjalanan penyakit pada
labirinitis difusa berlangsung lebih cepat dan
hebat, didapati gangguan vestibular, vertigo
yang hebat, mual dan muntah dengan disertai
nistagmus. Gangguan pendengaran menetap,
tipe sensorineural pada penderita ini tidak
dijumpai demam dan tidak ada rasa sakit di
telinga. Penderita berbaring dengan telinga yang
sakit ke atas dan menjaga kepala tidak bergerak.
Pada pemeriksaan telinga tampak perforasi
membrana timpani.
3, 4
Pada labirinitis viral, penderita didahului
oleh infeksi virus seperti virus influenza, virus
mumps, timbul vertigo, nistagmus kemudian
setelah 3-5 hari keluhan ini berkurang dan
penderita normal kembali. Pada labirinitis viral
biasanya telinga yang dikenai unilateral.
2,4

PATOGEN PENYEBAB
Pada labirinitis akut (serous)
mikroorganisme penyebab S. pneumoni,
Streptokokus dan Hemofilus influenza. Pada
labirinitis kronik mikroorganisme penyebab
biasanya disebabkan campuran dari basil gram
negatif, Pseudomonas, Proteus dan E.coli.
3
Virus citomegalo, virus campak, mumps
dan rubella (measles, mumps, rubella = MMR),
virus herpes, influenza dan HIV merupakan
patogen penyebab pada labirinitis viral.
3

DIAGNOSIS
Gambaran klinik dengan adanya gangguan
vestibular dan kurangnya pendengaran didapati
juga pada abses serebellum, miringitis bulosa
dan miringitis hemoragika. Pemeriksaan telinga
yang teliti diperlukan pada kasus ini seperti
pemeriksaan audiogram, kultur dan CT Scan.
Pada miringitis didapati rasa sakit akut di telinga
sedangkan abses serebelum dapat dipisahkan
dengan CT scan.
2-5

Gangguan fungsi pendengaran pada
labirinitis adalah suatu sensorineural hearing
loss.
1-5


TERAPI
Prinsip terapi pada labirinitis adalah:
3

1. Mencegah terjadinya progresifitas penyakit
dan kerusakan vestibulokoklea yang lebih
lanjut.
2. Penyembuhan penyakit telinga yang
mendasarinya.

Pengawasan yang ketat dan terus menerus
harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
perluasan ke intrakranial dan di samping itu
dilakukan tindakan drainase dari labirin.
Antibiotika diberikan untuk mencegah
terjadinya penyebaran infeksi. Jika tanda
rangsangan meningeal dijumpai maka tindakan
pungsi lumbal harus segera dilakukan.
4, 5


KESIMPULAN
Labirinitis merupakan inflamasi pada
telinga dalam yang disebabkan oleh bakteri atau
virus yang biasanya merupakan komplikasi
penyakit telinga tengah atau komplikasi infeksi
virus dari berbagai penyakit.
Labirinitis dibagi atas labirinitis lokalisata
(labirinitis serosa) dan labirinitis difusa
(labirinitis supuratif).
Keluhan dari penyakit ini berupa gangguan
vestibular, vertigo dan gangguan fungsi
pendengaran sensorineural hearing loss.
Terapi dengan pengawasan yang ketat dan
terus menerus untuk mencegah perluasan
Tinjauan Pustaka

Suplemen Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 No. 3 September 2006 296
penyakit ke intrakranial di samping itu
dilakukan tindakan drainase dari labirin.

DAFTAR PUSTAKA
1. Gulya AJ. Infections of the Labyrinth. In :
Bailey BJ, ed. Head and Neck Surgery-
Otolaryngology, Second edition,
Lippincott-Raven Publishers, Hamilton,
Ontario, 1998 : 2137-8
2. Gacek RR. End organ pathology. In: Kerr
AG, ed. Scott-Browns Otolaryngology.
Sixth edition. Volume 3. Butterworth
Heinemann. London, 1997 : 3/5/6-9
3. Buchman CA, Levine JD, Balkany TJ.
Infections of the Ear. In : Lee KJ, ed.
Essential Otolaryngology Head & Neck
Surgery. Eight edition. McGraw-Hill
Companies, Inc., USA, 2003 : 495-7
4. Gross ND, McMenomey SO. Aural
Complications of Otitis Media. In :
Glasscock Gulya, ed. Glasscock
Shambaugh Surgery of the Ear. Fifth
edition. WB Saunders Company, Hamilton,
2003 : 437-8
5. Harker LA. Cranial and Intracranial
Complications of Acute and Chronic Otitis
Media. In: Ballengers Otorhinolaryngology
Head and Neck Surgery, Sixteenth edition,
BC. Decker, Hamilton, Ontario, 2003 : 309.

Anda mungkin juga menyukai