Anda di halaman 1dari 14

PLANT SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. KOMATSU INDONESIA


CAKUNG
30 AGUSTUS 2019
ERGONOMI PERUSAHAAN

Disusun oleh:
KELOMPOK 4
dr. Andriansyah Karnanda
dr. Amelinda Mannuela Santoso
dr. Bramulya Tri Subagiyo
dr. Monika Karolina
dr. Elman Nainggolan
dr. Siti Aisiyah Tanjung
dr. Indah Ratna Meutia
dr. Stellon Salim
dr. The. Melita Mulyani
dr.Eva Estrelita Cardoso Gomes

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


JAKARTA
PERIODE 25 – 31 AGUSTUS 2019
DAFTAR ISI

Daftar Isi 2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan Kunjungan 4
1.3 Profil Perusahaan 4
1.3.1 Visi dan Misi Perusahaan 5

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Definisi 8
2.2 Ergonomi 8
2.2.1 Aplikasi Ergonomi pada Tenaga Kerja 9
2.2.2 Supervisi Tenaga Kerja 10
2.3 Kesehatan Kerja 10
BAB III HASIL PENGAMATAN
3.1 Sikap Kerja 12
3.2 Cara Kerja 12
3.3 Beban Kerja 12
3.4 Kesehatan Kerja 13
3.5 Kantin dan Gizi Kerja 15
BAB IV PEMECAHAN MASALAH 17
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 18
5.2 Saran 18

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan

kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja (PAK), serta bebas pencemaran lingkungan menuju peningkatan produktivitas

sebagaimana telah diamanatkan dalam UU no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Seperti yang telah diketahui, kecelakaan kerja tidak hanya menimbulkan korban jiwa,

tetapi juga menimbulkan kerugian bagi pekerja dan pengusaha, mengganggu proses

produksi perusahaan, dan merusak lingkungan yang akhirnya dapat berpengaruh terhadap

masyarakat luas. Oleh karena itu, upaya yang nyata untuk mencegah terjadinya

kecelakaan kerja dan PAK harus dilakukan secara maksimal. Apabila analisis dilakukan

secara mendalam, maka kecelakaan kerja (seperti peledakan, kebakaran) dan PAK

umumnya disebabkan oleh ketidakpedulian akan sistem manajemen K3 (SMK3) yang

baik dan benar.

Sejak diberlakukannya UU no. 22 tahun 1999 yang kemudian diamandemen

dengan UU no. 32 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah no. 25 tahun 2000 yang

memberikan wewenang operasional sepenuhnya kepada daerah, maka dalam

implementasinya di lapangan muncul berbagai macam penafsiran yang mengakibatkan

terganggunya pelaksanaan pengawasan K3 sebagaimana yang telah dimaksud dalam UU

no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Kesehatan Kerja sendiri mempunyai pengertian spesialisasi dalam ilmu

kesehatan/kedokteran berserta praktiknya yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial dengan

3
usaha-usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap penyakit yang

diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.

1.2 Tujuan Kunjungan

Kami telah melakukan kunjungan ke PT. Komatsu Indonesia pada tanggal 30

Agustus 2019, dimana perusahaan ini bergerak di bidang manufaktur alat alat berat.

Tujuan kunjungan ini adalah untuk melakukan studi banding dan pengamatan

higiene industri terhadap hazard dan manajemen higiene serta penerapannya di

lingkungan kerja PT Komatsu Indonesia

1.3 Profil Perusahaan

 Nama Perusahaan: PT Komatsu Indonesia

 Jenis Badan Hukum: Perseroan Terbatas

 Alamat Perusahaan: Jl.Raya Cakung Cilincing Km.4 Jakarta 14140

 Nomor Telepon: (021) 4400611

 Nomor Fax: (021) 4400615

 Status Pemodalan : Penanaman Modal Asing

 Bidang usaha dan atau kegiatan: Manufaktur Alat-alat berat

1.3.1 Visi dan Misi Perusahaan

•Visi:

Menjadi aset Bangsa yang berharga sebagai Produsen Mesin Konstruksi &

Mesin Pertambangan dengan Kelas Dunia(To be a valuable asset of the

Nation as a World-Class Producer of Construction & Mining Machinery).

4
•Misi:

–Menjadi pemain kunci dalam Strategi Manufaktur Global Komatsu Group.

(To become a key player in the Global Manufacturing Strategy of Komatsu

Group).

–Memperkuat posisi di Indonesia sebagai pasar strategis global Komatsu. (To

strengthen the position in Indonesia as the strategic market of Global

Komatsu)

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (International Labor

Organization/ILO) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa

untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum agar

bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada prosesnya dibutuhkan kerjasama

antara lingkungan kerja (ahli hiperkes), manusia (dokter dan paramedik), serta mesin

perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini disebut segitiga ergonomi. Tujuan dari ergonomi

adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan erat dengan produktivitas dan kepuasan

kerja. Adapun sasaran dari ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik sektor formal,

informal, maupun tradisional.

2.2 Ergonomi

Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin, dan lingkungan

yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara efisien, selamat, dan

nyaman. Dengan demikian, dalam penerapannya harus memperhatikan beberapa hal

yaitu: tempat kerja, posisi kerja, dan proses kerja. Adapun tujuan penerapan ergonomi

adalah sebagai berikut: (1) meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan

meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah penyakit akibat kerja,

dan meningkatkan kepuasan kerja; (2) meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan

meningkatkan kualitas kerjasama sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan

menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja; dan (3) berkontribusi di dalam

6
keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi, dan budaya dari

sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.

Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka kesakitan

akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi berkurang,

stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja bertambah baik, rasa

aman karena bebas dari gangguan cidera, kepuasan kerja meningkat.

Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi: (1) tekhnik;

(2) fisik; (3) pengalaman psikis; (4) anatomi, utamanya yang berhubungan dengan

kekuatan dan gerakan otot dan persendian; (5) anthropometri; (6) sosiologi; (7) fisiologi,

terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, oxygen up take dan aktivitas otot; (8)

disain; dan sebagainya.

2.2.1 Aplikasi Ergonomi pada Tenaga Kerja

a. Posisi kerja

Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak

terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan

posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu

secara seimbang pada dua kaki.

b. Proses kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu

bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran

anthropometri barat dan timur.

7
c. Tata letak tempat kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.

Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan

daripada kata-kata.

d. Mengangkat beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,

bahu, tangan, punggung, dan lain-lain. Beban yang terlalu berat dapat

menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot, dan persendian akibat

gerakan yang berlebihan.

2.2.2 Supervisi Tenaga Kerja

Semua pekerja secara kontinyu mendapat supervisi medis teratur. Supervisi

medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain:

a. Pemeriksaan sebelum kerja bertujuan untuk menyesuaikan pekerja baru

terhadap beban kerjanya.

b. Pemeriksaan berkala bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan

pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.

c. Nasihat harus diberikan tentang higiene dan kesehatan

2.3 Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas kerja, beban kerja,

dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan

dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja

yang optimal (UU Kesehatan 1992 Pasal 23). Kesehatan kerja bertujuan untuk

8
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental dan sosial bagi

masyarakat pekerja dan masyarakat yang berada di lingkungan perusahaan. Aplikasi

kesehatan kerja berupa upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu

seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu terjadinya

keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan promosi kesehatan

di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan kerja sehat juga produktivitas

yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:

 Mengembangkan perilaku kerja sehat

 Menumbuhkan lingkungan kerja sehat

 Menurunkan angka absensi sakit

 Meningkatkan produktivitas kerja

 Menurunnya biaya kesehatan

 Meningkatnya semangat kerja

Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja yang

disebabkan oleh alat/mesin dan masyarakat yang berada di sekitar lingkungan kerja

ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada saat melakukan pekerjaan

yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif diperlukan untuk menunjang kesehatan

optimal pekerja agar didapat kepuasan antara pihak pekerja dan perusahaan sehingga

menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Aplikasi upaya preventif diantaranya

pemakaian alat pelindung diri dan pemberian gizi makanan bagi pekerja.

9
BAB III

HASIL PENGAMATAN

Kegiatan kunjungan ke PT. Komatsu Indonesia Cakung, Jakarta, ini dilakukan pada hari

Jumat, 30 Agustus 2019, pukul 08.00 – 10.30 WIB. Kami melakukan pengamatan aspek

ergonomis terhadap tenaga dan lingkungan kerja di lokasi Foundry 2 dan Assembling.

Para pekerja di lokasi tersebut sebagian besar bekerja dalam keadaan berdiri, namun ada

sebagian kecil pekerja yang bekerja secara mobile (berpindah tempat).

3.1 Sikap Kerja

Sikap para pekerja sudah sesuai dengan standar kerja yang ada (pekerja terlihat

serius dalam menghadapi pekerjaannya, tidak ada yang bersenda gurau atau berbicara

diluar pekerjaan). Para pekerja juga sudah memakai alat pelindung diri yang sesuai.

Namun ada beberapa pekerja diruang di lokasi Foundry 2 dan Assembling yang masih

dalam postur tubuh membungkuk dalam bekerja, seperti gambar berikut :

10
Dalam segi ergonomi, beberapa karyawan masih bekerja dalam posisi yang kurang

nyaman, beberapa juga masih mengangkat dengan cara yang kurang benar sehingga

didapatkan karyawan yang menderita fatigue dan myalgia yang didapat dari data

kunjungan klinik per bulan

3.2 Cara Kerja

Para pekerja bekerja dengan posisi berdiri selama 1 shift dan mereka mendapat

istirahat setiap pukul 10.00 selama 10 menit, kemudian pada pukul 12.00 istirahat makan

siang selama 1 jam, dan pukul 15.00 selama 10 menit. Jika dirata-rata, setiap 2 jam

mereka mendapat istirahat minimal selama 10 menit.

3.3 Beban Kerja

Berdasarkan pengamatan dilingkungan kerja PT. Komatsu Indonesia Cakung.,

beban kerja dari tenaga kerja masih dalam batas normal yaitu 8 jam. Pembagian grup

kerja terdiri dari:

• Tiga grup 3 shift (per 8 jam –5 hari kerja)

• Tiga grup 2 shift (per 12 jam –4 hari kerja)

• Dua grup 2 shift (per 8 jam –5 hari kerja)

11
3.4 Kesehatan Kerja

PT. Komatsu Indonesia Cakung para karyawan diberi APD seperti masker, pakaian

karyawan, topi dan sarung tangan telah digunakan dengan baik. Namun belum

disediakan APD back support untuk pelindung tulang belakang saat mengangkat

beban dari bawah. Untuk keselamatan kerja PT. Komatsu Indonesia Cakung

menyediakan kotak P3K disetiap lantai untuk penanganan pertama apabila terjadi

kecelakaan kerja. PT Komatsu Indonesia Cakung menyediakan klinik didalam

kompleks PT tersebut yang terletak dilantai dasar, klinik tersebut terdiri dari tiga

dokter dan empat perawat.

12
BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan pengamatan yang telah kami lakukan, kami memberikan saran terhadap

proses produksi yang ada pada PT. Komatsu Indonesia Cakung, yaitu:

No. Aspek Permasalahan Anjuran Penanganan


1 Sikap kerja  Ada beberapa pekerja yang  Sosialisasi cara
mengangkat beban dengan mengangkat beban yang
posisi yang salah benar, serta dilakukan
 Ada beberapa pekerja supervisi saat bekerja.
diruang pengolahan barang  Untuk pengolahan,
yang masih dalam posisi sebaiknya tempat
membungkuk dalam menaruh mesin
bekerja. ditinggikan sehingga para
pekerja tidak perlu
membungkuk.
2 Kesehatan  Banyaknya karyawan  Stretching yang dilakukan
kerja dengan kelhan myalgia dan setelah bekerja 2 jam.
fatigue.

13
BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Secara garis besar, aspek ergonomi dan kesehatan kerja dalam sikap kerja, cara

kerja, dan beban kerja yang ada di PT Komatsu Indonesia sebagian telah terpenuhi

dengan baik.

4.2 Saran

a. Sosialisasi cara mengangkat beban yang benar, serta dilakukan supervisi saat
bekerja.
b. Untuk pengolahan, sebaiknya tempat menaruh mesin ditinggikan sehingga
para pekerja tidak perlu membungkuk.
c. Stretching yang dilakukan setelah bekerja 2 jam.

14

Anda mungkin juga menyukai