OLEH
KELOMPOK I
1. Alfikri 6. Helda
2. Alvawandri 7. Ismail
3. Asriani 8. Ivon Dukkun
4. Fitriyani Daeng Sijaya 9. Helda
5. Haerunnisa
PELATIHAN DAN SERTIFIKASI HIPERKES
DAN KK BAGI PARAMEDIS PERUSAHAAN
DI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MAKASSAR
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena
berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Pentingnya
Tenaga Paramedis Hygiene Perusahaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(Hiperkes) di Perusahaan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas kelompok
pelatihan hiperkes para medis angkatan ke …..
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman kelompok dua
yang tetap semangat dalam proses penyusunan makalah, sehingga makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Maksud dan Tujuan 6
1.3 Ruang Lingkup 7
1.4 Dasar Hukum 13
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Profil Perusahaan
14
2.2 Hasil Pengamatan Lapangan
18
2.2.1 Temuan Positif 20
2.2.2 Temuan Negatif 22
2.3 Hasil
Pengukuran/Pengujian Lapangan 23
BAB III ANALISA TEMUAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Membuat Penilaian Risiko dari Temuan Negative 23
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 26
4.2 Saran 27
DAFTAR PUSTAKA
28
3
BAB I
PENDAHULUAN
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku
tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah
satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan
barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara
anggota, termasuk bangsa Indonesia.
4
dibandingkan tenaga kesehatan yang lain, sehingga mereka mempunyai
peranan penting dalam menentukan baik buruknya mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Oleh karena itu perawat sebagai tenaga kesehatan
yang paling sering melakukan kontak dengan pasien harus memahami
fungsi dan tugasnya dalam hiperkes ini sehingga pelayanan kesehatan yang
diberikan akan semakin optimal.
6
kesehatan yang tinggi dengan produktivitas kerja atau perusahaan, yang
didasarkan kenyataan-kenyataan sebagai berikut :
a) Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya. Pekerjaan harus
dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan. Lingkungan dengan cara yang dimaksud
meliputi diantaranya : tekanan panas, penerangan ditempat kerja, debu
di udara ruang kerja, sikap badan, perserasian manusia dan mesin,
pengekonomisan upaya. Cara dan lingkungan tersebut perlu disesuaikan
pula dengan tingkat kesehatan dan keadaan gizi tenaga kerja yang
bersangkutan.
b) Biaya dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta penyakit umum
yang meningkat jumlahnya oleh karena pengaruh yang memburukkan
keadaan oleh bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan adalah
sangat mahal dibandingkan dengan biaya untuk pencegahannya. Biaya-
biaya kuratif yang mahal seperti itu meliputi : pengobatan, peralatan
rumah sakit, rehabilitasi, absenteisme, kerusakan mesin, peralatan dan
bahan oleh karena kecelakaan, terganggunya pekerjaan, dan cacat yang
menetap.
Hygiene dan kesehatan kerja digunakan sebagai alat untuk
mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja yang
setinggi-tingginya serta sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang
berlandaskan pada meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas faktor
manusia dalam produksi.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan atau aktifitas hygiene industri, mencakup
kegiatan mengantisipasi, mengenal, mengevaluasi, dan mengendalikan.
a) Mengantisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya
dan risiko di tempat kerja. Tahap awal dalam melakukan atau
7
penerapan hygiene industri/perusahaan di tempat kerja. Adapun tujuan
dari antisipasi adalah :
Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul
menjadi bahaya dan risiko yang nyata.
Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses
dijalankan atau suatu area dimasuki.
Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu
proses dijalankan atau suatu area dimasuki.
b) Mengenal
Mengenal atau rekognisi merupakan serangkaian kegiatan untuk
mengenali suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan
menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu
hasil yang objektif dan bisa dipertanggungjawabkan. Dimana dalam
rekognisi ini kita melakukan pengenalan dan pengukuran untuk
mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis, ukuran (partikel),
jenis, kandungan atau struktur, dan sifat. Adapun tujuan dari
pengenalan, yaitu :
Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan,
efek, severity, pola pajanan, besaran).
Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko.
Mengetahui pekerja yang berisiko.
c) Mengevaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran,
pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian
lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif
dan terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan standar yang
berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi
pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus merupakan
8
dokumen data di tempat kerja. Tujuan dari pengukuran dalam evaluasi,
yaitu :
Untuk mengetahui tingkat risiko.
Untuk mengetahui pajanan pada pekerja.
Untuk memenuhi peraturan (legal aspek).
Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah
dilaksanakan.
Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki
pekerja.
Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik.
d) Pengendalian
9
Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain pekerja.
Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan
kerja.
APD (Alat Pelindung Diri) : langkah terakhir dari hirarki pengendalian.
a) Antisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan
risiko di tempat kerja. Tahap awal dalam melakukan atau penerapan
hygiene industri di tempat kerja. Adapun tujuan dari anntisipasi adalah :
Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul
menjadi bahaya dan risiko yang nyata
Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses
dijalankan atau suatu area dimasuki
Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu
proses dijalankan atau suatu area dimasuki
10
Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten
Pembuatan Hasil
Yang dihasilkan dari melakukan antisipasi adalah daftar potensi bahaya
dan risiko yangndapat dikelompokkan:
Berdasarkan lokasi atau unit
Berdasarkan kelompok pekerja
Berdasarkan jenis potensi bahaya
Berdasarkan tahapan proses produksi dll
b) Rekognisi
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu
bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu
metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif
dan bias dipertanggung jawabkan. Di mana dalam rekognisi ini kita
melakukan pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan informasi
tentang konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis, kandungan atau
struktur, sifat, dll .
Adapun tujuan dari rekognisi adalah :
Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan,
efek, severity, pola pajanan, besaran)
Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko
Mengetahui pekerja yang berisiko
c) Evaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran,
pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian
lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif
dan terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan standar yang
berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi
11
pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus merupakan
dokumen data di tempat kerja.
Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu :
Untuk mengetahui tingkat risiko
Untuk mengetahui pajanan pada pekerja
Untuk memenuhi peraturan (legal aspek)
Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan
Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja
Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik
d) Pengontrolan
Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan:
Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya
serta menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah yang
berpotensi bahaya.
Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu
atau asap, dan mengurangi bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan
kerja dengan mengubah beberapa peralatan proses untuk mengurangi
bahaya, mengubah kondisi fisik bahan baku yang diterima untuk
diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan potensi bahayanya.
Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja
dengan menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi
kerja yang berbahaya dari pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol
kamar.
Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain pekerja
Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.
Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang
kurang berbahaya
12
Proses kerja ditempatkan terpisah,
Menempatan ventilasi local/umum.
Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan
modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja
Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja
dengan sumber bahaya
Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari
hirarki pengendalian. Jenis-jenis alat pelindung diri Alat pelindung
diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi
terkena resiko dari bahaya.
13
10. Permenaker RI No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
11. Permenaker RI No 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan
Pemeriksaan Kecelakaan.
12. Permenaker RI No 4 Tahun 1998 tentang Pengangkatan, Pemberhentian
dan tata Kerja Dokter Penasehat.
BAB II
dan pemeliharaan pembangkit tenaga listrik. Saat ini, PT. PJB Services
14
telah berhasil Go International dengan pengalaman panjang, antara
Salah satu alasan penunjukan PT. PJB Services oleh PT. PJB adalah
tinggi. Selain itu, membuat PT. PJB Services sebagai perusahaan yang
peran dan tanggung jawab PT. PJB Services yang ada adalah:
15
Visi
Indonesia.
Misi
internasional
c) Struktur organisasi
PT. PJB Services terdiri dari dewan komisaris dan dewan direksi, yakni:
1. Dewan Komisaris:
Dewan Direksi:
d) Manajemen Aset
Manajemen aset adalah proses sistematik dan terstruktur yang
16
meliputi keseluruhan umur aset. Asumsi utama adalah keberadaan aset
sebagainya).
a. Paiton Baru
b. PLTU Indramayu
17
e) Kapabilitas
1. SDM yang memiliki kompetensi, kapabilitas dan pengalaman yang
pembangkit.
c. DEN
d. Alstom Power
e. PT PAL
yang tinggi dan rupiah perKWh yang rendah, sehingga mampu bersaing
18
Realibility management diperlukan untuk memastikan mesin
yang optimal.
6. Emergency management.
2.2 Pengertian
a. Hygiene Perusahaan
Adalah ilmu dan seni yang memberikan pengertian upaya
preventif atau usaha mengurangi resiko terjadinya masalah K3 di
perusahaan dengan pedekatan antisipasi, pegendalian bahaya
19
potensi yang diakibatkan oleh faktor lingkungan kerja yang timbul
akibat industri.
b. kesehatan kerja
secara khusus meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja
mulai upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, gangguan
kesehatan atau penyakit yang mungkin dialami oleh tenaga kerja.
20
c) Terdapat APD dan ruangan khusus bagi pengunjung/tamu
21
g) Tersedianya area untuk pembuangan sampah
22
b) tidak ada kesesuaian pekerja dengan tempat kerja (ergonomic)
c. Pencahayaan
23
24
BAB III
Pemecahan masalah :
pihak perusahaan lebih giat lagi bersosialisasi tentang
ergonomik
2) Hasil pengamatan :
Terdapat klinik sederhana tetapi tidak memiliki petugas
paramedik
Dampak yang terjadi :
25
Jika terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja tidak
memungkinkan ditolong sesegera mungkin
Upaya perusahaan :
Pihak perusahaan harus melakukan Penambahan dokter dan
tenaga medis oleh karena jumlahnya yang terlalu sedikit
dibandingkan dengan tenaga kerja, serta memberlakukan sistem
jaga agar selalu ada dokter yang stand by.
Standar/PP :
Undang undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
Pemecahan Masalah :
Perusahaan mengadakan penerimaan paramedic
26
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
27
Penetapan tujuan tersebut tentunya telah melalui berbagai
pertimbangan yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pekerja,
masyarakat sekitar, masyarakat umum (konsumen) terutama manfaat bagi
kesehatan mereka dan bagaimana para pekerja dapat bekerja secara efektif
dan efisien guna meningkatkan produktifitas kerja.
1.2 Saran
Karena betapa pentingnya pengenalan hygiene perusahaan bagi
perusahan dan pekerjanya, dan betapa pentingnya pencegahan terhadap
dampak buruk tersebut di atas, dan bahkan sekaligus menyadari bahwa
perlunya dikembangkan industri yang produktif, efisien dan efektif maka
disarankan melalui pembuatan makalah ini, mahasiswa dapat mengetahui
dan memahami tentang pengenalan higiene perusahaan terutama tujuan
pengenalan higiene perusahaan maupun perorangan terhadap kesejahteraan
tenaga kerja untuk mencapai kesejahteraan dan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
Uraian di atas memberikan kita gambaran mengenai hygiene
perusahaan/industri. Setiap perusahaan/industri sebaiknya
mengoptimalkan penerapan dari higiene industry tersebut sesuai dengan
prinsip dasarnya dan tak terlepas dari ruang lingkup/batasan dari higiene
perusahaan/industri untuk mendapatkan manfaat yang optimal atau
maksimal pula.
28
DAFTAR PUSTAKA
29