OLEH
KELOMPOK 4
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Maksud dan Tujuan 6
1.3 Ruang Lingkup 7
1.4 Dasar Hukum 11
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Profil Perusahaan
12
2.2 Hasil Pengamatan Lapangan
20
2.2.1 Temuan Positif 21
2.2.2 Temuan Negatif 23
2.3 Hasil
Pengukuran/Pengujian Lapangan 24
BAB III ANALISA TEMUAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Membuat Penilaian Risiko dari Temuan Negative 25
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 36
4.2 Saran 36
DAFTAR PUSTAKA
37
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
terbanyak dan mereka mempunyai waktu kontak dengan pasien lebih lama
dibandingkan tenaga kesehatan yang lain, sehingga mereka mempunyai
peranan penting dalam menentukan baik buruknya mutu pelayanan
kesehatan di perusahaan. Oleh karena itu perawat sebagai tenaga kesehatan
yang paling sering melakukan kontak dengan pasien harus memahami
fungsi dan tugasnya dalam hiperkes ini sehingga pelayanan kesehatan yang
diberikan akan semakin optimal.
6
kesehatan yang tinggi dengan produktivitas kerja atau perusahaan, yang
didasarkan kenyataan-kenyataan sebagai berikut :
a) Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya. Pekerjaan harus
dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan. Lingkungan dengan cara yang dimaksud
meliputi diantaranya : tekanan panas, penerangan ditempat kerja, debu
di udara ruang kerja, sikap badan, perserasian manusia dan mesin,
pengekonomisan upaya. Cara dan lingkungan tersebut perlu disesuaikan
pula dengan tingkat kesehatan dan keadaan gizi tenaga kerja yang
bersangkutan.
b) Biaya dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta penyakit umum
yang meningkat jumlahnya oleh karena pengaruh yang memburukkan
keadaan oleh bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan adalah
sangat mahal dibandingkan dengan biaya untuk pencegahannya. Biaya-
biaya kuratif yang mahal seperti itu meliputi : pengobatan, peralatan
rumah sakit, rehabilitasi, absenteisme, kerusakan mesin, peralatan dan
bahan oleh karena kecelakaan, terganggunya pekerjaan, dan cacat yang
menetap.
Hygiene dan kesehatan kerja digunakan sebagai alat untuk
mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja yang
setinggi-tingginya serta sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang
berlandaskan pada meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas faktor
manusia dalam produksi.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan atau aktifitas k3 industri, mencakup kegiatan
mengantisipasi, mengenal, mengevaluasi, dan mengendalikan.
a) Mengantisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya
dan risiko di tempat kerja. Tahap awal dalam melakukan atau
7
penerapan hygiene industri/perusahaan di tempat kerja. Adapun tujuan
dari antisipasi adalah :
Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul
menjadi bahaya dan risiko yang nyata.
Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses
dijalankan atau suatu area dimasuki.
Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu
proses dijalankan atau suatu area dimasuki.
b) Mengenal
Mengenal atau rekognisi merupakan serangkaian kegiatan untuk
mengenali suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan
menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu
hasil yang objektif dan bisa dipertanggungjawabkan. Dimana dalam
rekognisi ini kita melakukan pengenalan dan pengukuran untuk
mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis, ukuran (partikel),
jenis, kandungan atau struktur, dan sifat. Adapun tujuan dari
pengenalan, yaitu :
Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan,
efek, severity, pola pajanan, besaran).
Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko.
Mengetahui pekerja yang berisiko.
c) Mengevaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran,
pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian
lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif
dan terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan standar yang
berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi
pengendalian, ada atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dengan lingkungannya, serta sekaligus merupakan
8
dokumen data di tempat kerja. Tujuan dari pengukuran dalam evaluasi,
yaitu :
Untuk mengetahui tingkat risiko.
Untuk mengetahui pajanan pada pekerja.
Untuk memenuhi peraturan (legal aspek).
Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah
dilaksanakan.
Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki
pekerja.
Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik.
d) Pengendalian
11
12. Permenaker RI No. 5 Tahun 2018 Tentang keselamatan dan kesehatan
kerja lingkungan kerja.
BAB II
Malaysia, Kuwait, Cina dan Arab Saudi untuk memiliki reputasi yang
baik.
2x316 MW. Salah satu alasan penunjukan PT. PJB Services oleh PT.
kinerja aset yang tinggi. Selain itu, membuat PT. PJB Services sebagai
berkembang.
Visi
Indonesia.
Misi
internasional
13
b. Menyediakan Jasa Total Solusi untuk menjamin kelancaran opersai
c) Struktur organisasi
PT. PJB Services terdiri dari dewan komisaris dan dewan direksi, yakni:
1. Dewan Komisaris:
2. Dewan Direksi:
d) Manajemen Aset
Manajemen aset adalah proses sistematik dan terstruktur yang
sebagainya).
14
(condition monitoring, efficiency modeling, sistem informasi.
a. Paiton Baru
b. PLTU Indramayu
e) Kapabilitas
1. Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi, kapabilitas dan
Maintenance) pembangkit.
15
c. DEN
d. Alstom Power
e. PT PAL
yang tinggi dan rupiah perKWh yang rendah, sehingga mampu bersaing
yang optimal.
16
5. Melakukan pengukuran, evaluasi danpeningkatan berkesinambungan.
6. Emergency management.
2.2 Pengertian
Pencegahan kecelakaan kerja dapat dipelajari dari kecelakaan itu sendiri
dan kejadian yang hampir menyebabkan kecelakaan. UU No 3 Tahun 1992
menyatakan kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja,
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula
dengan kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat kerja dan
pulang ke rumah.
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya
dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju
masyarakat adil dan makmur, secara khusus meningkatkan kualitas
hidup tenaga kerja mulai upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan, gangguan kesehatan atau penyakit yang mungkin
dialami oleh tenaga kerja. Dalam pengimplementasian K3 yang
efektif harus dimulai dari top manajemen dan tim manajemen.
Komitmen dan keterlibatan top manajemen dan jajaran manajemen
merupakan hal paling mendasar dan penting dalam menggerakkan
17
partisipasi pekerja dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat
dan aman.
Peraturan K3 sebenarnya dapat disesuaikan dengan jenis
usaha perusahaan. Dalam membuat kebijakan dan peraturan K3
sebaiknya menggunakan istilah yang jelas, tidak ambigu, tegas dan
lugas. Setiap pekerja baru dalam perusahaan harus mendapatkan
pelatihan yang cukup sebelum melaksanakan tugas sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan. Pelatihan pun dilakukan juga bagi
pekerja lama sebagai penyegaran. Pelatihan yang diberikan harus
meliputi pengetahuan dan keahlian sesuai jenis pekerjaan guna
meningkatkan kompetensi pokok dan kompetensi K3.
19
Menurut Sutrisno dan Ruswandi (2007), prinsip yang harus
dijalankan perusahaan dalam menerapkan K3 yaitu:
1) Adanya APD (Alat Pelindung Diri) di tempat kerja
2) Adanya buku petunjuk penggunaan alat dan atau isyarat bahaya
3) Adanya pengaturan pembagian tugas dan tanggung jawab
4) Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (Syarat-
syarat Lingkungan Kerja) antara lain tempat steril dari debu,
kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi, getaran mesin dan
peralatan kebisingan, tempat kerja aman dari arus listrik, lampu
penerangan yang cukup memadai, ventilasi dan sirkulasi udara
seimbang adanya aturan kerja.
5) Adanya penunjang kesehatan jasmani dan rohani ditempat kerja
6) Adanya sarana dan prasarana yang lengkap ditempat kerja.
7) Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan
kerja.
20
b) Lingkungan perkantoran bersih
Selain menciptakan lingkungan yang sehat, area kerja yang
bersih juga dapat meningkatkan produktifitas dan semangat
dalam bekerja. Suatu area perusahaan yang menjaga kebersihan
dengan baik jug adapt menjadi salah satu strategi dalam
mengurangi risiko penyebaran penyakit.
21
Strategi tersebut dapat membantu para pekerja maupun
pengunjung dalam perusahaan untuk melakukan evakuasi secara
dini melalui petunjuk-petunjuk yang diberikan pada lingkungan
perusahaan.
22
d) Adanya lisensi untuk keselamatan kerja dan penggunaan APD
Sebagai alat dan memberikan peringatan dini bagi setiap pekerja
maupun tamu perusahaan untuk selalu waspada dan taat dalam
penggunaan APD sesuai dengan kebutuhan yang ada dalam
lingkungan kerja.
23
b) Tidak ada kesesuaian pekerja dengan tempat kerja (ergonomic)
Sebagian besar para pekerja dalam posisi duduk dalam kurun waktu
yang cukup lama, dengan posisi duduk yang tidak ergonomic
dikarenakan bentuk tubuh yang sedikit membungkuk, kursi dan meja
yang tidak sesuai. Hal tersebut dapat berdampak berisiko terjadi
penyakit yang menyerang otot dan tulang.
c. Pencahayaan
24
BAB III
DAMPAK UPAYA
N HASIL PEMECAHAN
UNIT KERJA YANG PERUSAHA STANDAR/PP
O PENGAMATAN MASALAH
TERJADI AN
1. Fasilitas pelayanan Terdapat unit Jika terjadi Menyediakan Keputusan Klinik perusahaan harus
kecelakaan dan
kesehatan pelayanan 1 klinik dan 1 direktur melakukan penerimaan
penyakit akibat
kesehatan berupa orang dokter, jenderal paramedis
kerja tidak
klinik di lingkungan 1 orang pembinaan
memungkinkan
perusahaan tetapi paramedis, pengawasan
ditolong
tidak memiliki dan 1 bidan ketenagakerjaan
sesegera
paramedic seperti nomor kep.
mungkin
25
dokter dan perawat 22/DJPPK/V/20
namun 08
mengandalkan
petugas yang
memiliki
pengalaman
8. Penyakit Akibat Belum ada ada Belum ada Belum ada Permenakertran Melakukan investigasi
Kerja yang Terjadi laporan mengenai s No Per. mendalam dan
penyakit akibat 01/Men/1981 memulai rekap data
yang terjadi pada tentang dalam hal PAK yang
tenaga kerja kewajiban lapor terjadi sehingga
34
perusahaan penyakit akibat tindakan yang sesuai
kerja dapat dilakukan sedini
Keputusan mungkin.
menteri tenaga
kerja No.333
tahun 1989
tentang
diagnosis
dan laporan
penyakit akibat
kerja
37
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan aspek paling penting pada
pekerjaan dan bidang perusahaan.
2. Pelaksanaan K3 tidak hanya berjalan dengan sendirinya namun pekerja
dan pihak perusahaan juga penting memperhatikan kedisiplinan
penggunaan APD di lingkungan kerja.
3. Fasilitas layanan kesehatan juga memegang peranan penting dalam
pelaksanaan K3 agar dapat memberikan rasa nyaman bagi para pekerja
saat melakukan pekerjaan.
4. Alat pengukuran dalam perusahaan harus diperiksa secara berkala.
5. Fasilitas diruangan kerja yang kurang kondusif sehingga bias menjadi
salah satu pemicu risiko cedera pada para pekerja.
4.2 Saran
1. Penggunaan K3 dalam perusahaan harus lebih ditingkatkan supaya para
pekerja merasa aman dan nyaman.
2. Perusahaan dan pemerintah harus memberikan sosialisasi tentang
penerapan ergonomic dilingkungan kerja.
3. Klinik perusahaan harus melakukan penerimaan paramedis di perusahaan
4. Dilakukan penyuluhan kesehatan berkala bersamaan dengan waktu
screening kesehatan.
5. Pengadaan alat – alat kerja sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomic.
6. Perlu adanya petunjuk atau isyarat bahaya ditempat kerja.
38
DAFTAR PUSTAKA
39