Anda di halaman 1dari 3

Cukup Berhargakah Pekerjaan Anda?

Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.

Pernahkah anda memiliki sesuatu yang tidak anda sadari betapa pentingnya dia hingga
anda kehilangan benda itu? Saya sering mengalami hal semacam itu. Misalnya, lampu
senter. etika arus listrik mengalir lancar, saya sering tidak peduli pada keberadaan
lampu senter itu. !amun, ketika lampu mati, saya kelimpungan mencari-cari dimana saya
meletakkan benda kecil itu. Tiba-tiba sa"a saya merasakan betapa berharganya sebuah
lampu senter. #an betapa hidup saya bergantung kepadanya. etika seluruh ruangan
dirumah saya men"adi gelap gulita, saya baru menyadari bah$a saya telah menyia-
nyiakan sang lampu senter selama ini. %tu hanya soal lampu senter. Bayangkan
seandainya itu menyangkut sesuatu yang sangat menentukan kelangsungan hidup kita?
Misalnya peker"aan yang kita miliki ini. Bukankah kita sering kurang menyadari betapa
berharganya peker"aan kita ini& sampai-sampai kita lebih sering mengeluh daripada
mensyukurinya?

Beberapa $aktu yang lalu saya mampir ke sebuah mal. 'da hal aneh di mal itu, namun
saya tidak begitu yakin apa penyebabnya. Setelah cukup lama berkutat dengan rasa
penasaran, akhirnya saya menemukan ke"anggalan itu. #i Mal itu, ada beberapa outlet
yang menghilang. Salah satunya adalah counter makanan kecil dimana saya biasa
membeli kuaci untuk cemilan selagi menonton tele(isi. 'da outlet )ashion yang berubah
men"adi ruangan kosong melompong, sebuah restoran yang raib, dan space sebuah ca)e
yang tinggal setengahnya.

*ntuk se"enak saya terpana. Membayangkan orang-orang yang beberapa hari lalu ada di
mal ini untuk melayani pelanggan-pelanggan nya. !amun, hari ini mungkin mereka
berada dirumah, tanpa tahu kapan akan kembali melakukan peker"aannya lagi. 'nda yang
tidak pernah kehilangan peker"aan mungkin tidak akan mampu membayangkan betapa
beratnya itu. Tapi mereka yang mengalaminya, tahu persis bagaimana rasanya.
Pertanyaannya adalah& apakah kita harus menunggu kehilangan terlebih dahulu untuk
bisa benar-benar menyadari betapa bernilainya peker"aan kita ini?

Pengabaian kita terhadap peker"aan memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan
dengan pengabaian kita kepada benda-benda kecil seperti lampu senter tadi. Mengapa?
arena kita seringkali menganggap bah$a +kitalah sang pemilik+ peker"aan itu. ,leh
karena itu, sebagai pemilik kita merasa memiliki segala ke$enangan untuk
memperlakukan kepemilikan kita itu sesuka hati kita. Padahal, )aktanya& +kita bukanlah
pemilik peker"aan itu+. Perusahaan tempat kita beker"alah yang memilikinya. Bukan kita.
Buktinya, "ika perusahaan ingin mengambil kembali peker"aan yang kita pegang, maka
kita dengan sukarela atau terpaksa mesti +mengembalikan+ peker"aan itu kepada
perusahaan.

-ebakan rasa kepemilikan semu itu menimbulkan otoritas imitati) pada kebanyakan
peker"a. Sehingga, mereka mengira boleh bersikap apapun terhadap peker"aannya. .a,
namanya "uga pemilik. Mau melakukan apapun semau-maunya "uga boleh sa"a, bukan?
Makanya, begitu banyak orang yang terlambat menyadari bah$a peker"aannya benar-
benar berharga, yaitu ketika mereka kehilangan peker"aannya. Sebaliknya, ketika mereka
masih +memiliki+ peker"aan itu, mereka cenderung mengabaikannya.

Salah satu ciri paling umum orang yang seperti itu adalah& mereka tidak sungguh-
sungguh menuangkan seluruh potensi dan kapasitas dirinya untuk menghasilkan kiner"a
terbaik dalam peker"aannya. Mereka mengira bah$a dengan tidak menggunakan
kapasitas dirinya itu, perusahaan yang akan rugi. Padahal, kerugian paling besar dialami
oleh dirinya sendiri. Mengapa begitu? 'da / alasan. Pertama, dengan tidak mencurahkan
seluruh potensi dirinya secara optimal akan memperkuat alasan bagi perusahaan untuk
mencari orang lain yang bisa menggantikannya. Kedua, tidak mendayagunakan potensi
diri sama artinya menyia-nyiakan anugerah yang telah Tuhan berikan kepadanya.
Bukankah Tuhan pun belum tentu suka kepada orang yang menyia-nyiakan
anugerah!ya?

0iri lainnya adalah& rendahnya tingkat disiplin ker"a mereka. ,rang-orang yang percaya
bah$a peker"aannya berharga tidak mungkin mengabaikan disiplin diri dalam beker"a.
Sebab, mereka tahu bah$a perusahaan bisa se$aktu-$aktu mengambil peker"aan itu
darinya lalu diberikan kepada orang lain yang lebih bisa berdisiplin. #engan kata lain,
mereka tahu bah$a satu-satunya cara untuk mencegah hal itu tidak ter"adi adalah&
menun"ukkan disiplin yang tinggi saat beker"a. Sebaliknya, orang-orang yang lupa betapa
berharganya peker"aannya sering menganggap bah$a disiplin mesti di"alankan "ika dan
hanya "ika dia dia$asi. -ika tidak ada yang menga$asi, mengapa mesti berdisiplin tinggi?

Padahal, disiplin adalah urusan pribadi. arena, kedisiplinan berhubungan langsung
dengan integritas diri. #engan kata lain, seseorang yang memiliki integritas diri pasti
akan menghargai peker"aannya. Sehingga selama beker"a, dia akan bersungguh-sungguh,
dan mengerahkan seluruh potensi dirinya. *ntuk mencapai prestasi. .ang tinggi.

Mari Berbagi Semangat!
#adang adarusman
!atural %ntelligence 1 Mental 2itness 3earning 2acilitator
http455$$$.dadangka darusman. com5
Talk Sho$ setiap -umat "am 67.86-69.86 di :68.; #2M <adio -akarta

Catatan Kaki:
Saat yang tepat untuk menghargai sesuatu adalah pada saat kita masih memilikinya,
bukan ketika kita telah kehilangannya.

Melalui pro"ect Mari Berbagi Semangat! =MBS!> sekarang buku saya yang ber"udul
?Bela"ar Sukses epada 'lam? (ersi Bahasa %ndonesia dapat diperoleh secara @<'T%S.
-ika 'nda ingin mendapatkan ebook tersebut secara gratis silakan perkenalkan diri
disertai dengan alamat email kantor dan email pribadi =yahoo atau gmail> lalu kirim ke
bukudadangAyahoo. com

Anda mungkin juga menyukai