Anda di halaman 1dari 12

AP2-1

INVENTORI EMISI GAS RUMAH KACA (CO


2
DAN CH
4
)
DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI DKI JAKARTA
BERDASARKAN KONSUMSI BAHAN BAKAR
EMISSION INVENTORY OF GREENHOUSE GASES (CO
2

AND CH
4
) FROM TRANSPORTATION SECTOR IN DKI
JAKARTA BASED ON FUEL CONSUMPTION
Yusratika Nur
1
, Puji Lestari
2
, dan IGA Uttari
3

Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 10 Bandung 40132
1
ratikanur@yahoo.com ,
2
pujilest@indo.net.id,
3
uttari6971@yahoo.com

Abstrak: Pemanasan global yang semakin terasa di berbagai belahan dunia saat ini menjadi topik
yang hangat dibicarakan. Gas rumah kaca dinilai sebagai salah satu penyebab pemanasan global
yang memiliki kontribusi cukup besar. Beberapa konferensi telah diadakan untuk menindaklanjuti
fenomena global ini. Setiap negara kini dituntut untuk memiliki komitmen untuk mengurangi emisi
gas rumah kaca yang mereka hasilkan. Sektor transportasi merupakan sektor yang menghasilkan
emisi cukup besar dari pembakaran bahan bakar fosil dan memberi kontribusi terhadap emisi gas
rumah kaca. Salah satu wilayah yang perlu dikaji karena selalu mengalami peningkatan
kepadatan transportasi tiap tahunnya adalah kota besar seperti DKI Jakarta. Inventori emisi
melakukan salah satu upaya untuk menggambarkan berapa besar emisi yang dihasilkan dalam
suatu wilayah dan dalam periode waktu tertentu. Inventori emisi juga menggambarkan besar
kontribusi suatu sumber emisi terhadap total emisi tersebut. Inventori emisi diharapkan nantinya
dapat menjadi acuan dalam upaya pengurangan emisi pada khususnya dan pengelolaan kualitas
udara pada umumnya.
Kata kunci: Pemanasan global, Gas rumah kaca, Transportasi, DKI Jakarta, Inventori emisi
Abstract: Global warming which happening around the wolrd recently becomes hot topic.
Greenhouse gas determined as one of global warming causes which has a significant contribution.
Many conference was held to look for solution about this phenomenon. Every country has a
responsibility to reduce their greenhouse gas emission. Transportation sector is the one which has
a great contribution in greenhouse gas emission due to its fossil fuel combustion. DKI Jakarta is
one of the big city that face a rapid-growth traffic. Therefore it s necessary to carry out a field
study there to find out how much the greenhouse gas emission produced in a period time.
Emission inventory can be used to measure greenhouse gas emission in a specific area for the
period of time. Emission inventory also can represent contribution of each emission n source. The
datas from this inventory is expected to be a reference in reducing emission activity and for air
quality management.
Key words: Global warming, Greenhouse gas, Transportation, DKI Jakarta, Emission Inventory





AP2-2

PENDAHULUAN
Pemanasan global yang ditimbulkan oleh efek rumah kaca merupakan
fenomena yang hangat dibicarakan belakangan ini. Upaya minimasi emisi gas
rumah kaca menjadi salah satu upaya yang mendapat perhatian besar dalam
pengelolaan lingkungan. Efek rumah kaca akan menyebabkan energi dari sinar
matahari tidak dapat terpantul keluar bumi. Pada keadaan normal, energi matahari
yang diadsorbsi bumi akan dipantulkan kembali dalam bentuk infra merah oleh
awan dan permukaan bumi. Namun karena adanya gas rumah kaca, sebagian besar
infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas-gas rumah kaca
untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Oleh karena itu akan terjadi peningkatan
suhu di permukaan bumi yang menyebabkan pemanasan global (Rukaesih,2004)
Beberapa penelitian di dunia mengenai perubahan iklim akhir-akhir ini
menunjukkan bahwa aktivitas manusia memberikan kontribusi terhadap kenaikan
temperatur di muka bumi selama setengah abad terakhir (Clement, et al., 2010).
Menurut IPCC(2006), gas-gas utama yang dikategorikan sebagai Gas
Rumah Kaca dan mempunyai potensi menyebabkan pemanasan global adalah CO
2
dan CH
4
. Meskipun CO
2
dan CH
4
secara alami terdapat di atmosfer, namun era
industrialiasi sejak tahun 1750 sampai tahun 2005 gas-gas tersebut mengalami
peningkatan jumlah yang pesat dan secara global. Gas CO
2
mempunyai persentase
sebesar 50% dalam total Gas Rumah Kaca sementara CH
4
memiliki persentase
sebesar 20% (Rukaesih.2004). Pembakaran bahan bakar minyak merupakan
sumber utama emisi gas rumah kaca, diikuti kemudian oleh penggunaan biomassa
dari kayu bakar dan limbah pertanian, kemudian gas bumi (Soedomo, 1999). Dari
pembakaran bahan bakar tersebut, sektor transportasi menempati urutan kedua
setelah sektor listrik dan panas dalam memberikan kontribusi terhadap emisi Gas
Rumah Kaca dengan persentase sebesar 20% (Koch, 2000). Efek dari keberadaan
gas rumah kaca kini telah dapat dirasakan yaitu peningkatan temperatur di bumi.
Peningkatan temperatur ini menyebabkan efek lanjutan seperti mencairnya es di
kutub, kenaikan muka air laut, menggangu pertanian dan secara tidak langsung
akhirnya berdampak pada ekonomi suatu negara (Darwin, 2004).
Penelitian inventori emisi terkait pernah dilakukan di kota Bandung pada
tahun 2008. Perhitungan emisi dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu VKT
(Vehicle Kilometer Travelled) dan konsumsi bahan bakar. Hasil studi tersebut
menunjukkan emisi CO
2
dan CH
4
di Bandung mengalami peningkatan sebesar
26,8% dan 42,5% di tahun 2004 sampai 2006. Jenis kendaraan yang memberi
kontribusi paling besar terhadap emisi CO
2
di Bandung adalah angkutan berat,
kendaraan penumpang, dan sepeda motor. Sementara itu untuk emisi CH
4

kontribusi paling besar berasal dari sepeda motor dan kendaraan penumpang
(Lestari dan Adolf, 2008).
Upaya minimasi emisi gas rumah kaca perlu didukung oleh semua pihak.
Dua hal paling penting yang memegang peranan dalam upaya minimasi tersebut
adalah kesadaran dan peraturan. Kesadaran harus dimulai dari dari pihak-pihak
yang memberi kontribusi terhadap emisi gas rumah kaca. Selanjutnya, peraturan
yang ditetapkan oleh pemerintah dan diaplikasikan dengan tegas juga dibutuhkan
AP2-3

dalam mendukung upaya minimasi tersebut. Dengan demikian dapat diciptakan
kesinergisan dalam pelaksanaaan minimasi emisi gas rumah kaca (Ikkatai, 2008).

METODOLOGI
Data Primer
Data primer didapatkan melalui kuisioner dan survey lapangan. Data primer
yang dikumpulkan meliputi data jarak tempuh tiap jenis kendaraan (sedan,
minibus, jeep, pickup, mikrobus, bus, truk, sepeda motor, dan roda tiga) di
wilayah DKI Jakarta, data perjalanan jenis kendaraan mikrolet (jarak trayek,
waktu tempuh, jumlah rit) yang beroperasi di wilayah DKI Jakarta, data
komposisi penggunaan bahan bakar di SPBU wilayah DKI Jakarta.
Pengambilan data berupa data perjalanan kendaraan dilakukan
menggunakan kuisioner dengan daerah pengambilan sampel acak meliputi
wilayah DKI Jakarta, yaitu: Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta
Barat, dan Jakarta Pusat. Lokasi pengambilan data untuk data perjalanan jenis
kendaraan mikrolet, mikrobus, dan bus, dilakukan secara random ke beberapa
terminal di DKI Jakarta. Jumlah pengumpulan kuisioner mengikuti persamaan
Slovin seperti ditunjukkan pada persamaan (1) di bawah ini (Prasetyo 2005):

................................(1)
Dengan n = Jumlah sampel yang diteliti
N = Jumlah Populasi
e = Persentase kesalahan yang diinginkan (asumsi)
Dengan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta sebesar 3.794.262 dan
persentase kesalahan yang diinginkan sebesar 5%, maka jumlah sampel yang
dibutuhkan adalah 400 buah sampel.
Sedangkan lokasi untuk pengambilan data penjualan dan komposisi
penggunaan bahan bakar di Jakarta dilakukan di Stasiun Pengisian Bahan bakar
Umum (SPBU) yang terdapat di wilayah DKI Jakarta sebanyak 30 SPBU.
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari penelitian sebelumnya atau dari beberapa
instansi yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder yang dibutuhkan
meliputi data jumlah kendaraan bermotor DKI Jakarta tahun 2006-2008, data
kuota bahan bakar DKI Jakarta tahun 2006-2008, data faktor emisi CO
2
dan CH
4

kendaraan bermotor. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu SAMSAT
Jakarta Selatan, Dinas pajak DKI Jakarta, PT. Pertamina UPMS III,dan Badan
Pusat Statistik DKI Jakarta. data faktor emisi diperoleh dari penelitian sebelumnya
oleh Adolf (2008).
AP2-4

Perhitungan Beban Emisi CO
2
dan CH
4

Perhitungan beban emisi tahunan CO
2
dan CH
4
di DKI Jakarta pada
penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan jarak tempuh
kendaraan (VKT) dan pendekatan konsumsi bahan bakar. Perhitungan beban
emisi CO
2
dan CH
4
berdasarkan pendekatan konsumsi bahan bakar mengacu
pada persamaan (2) sampai persamaan (4) berikut ini (Soedomo, 2001):

1000 .....(2)
Formula perhitungan emisi berdasarkan pendekatan VKT tidak jauh berbeda
dengan formula perhitungan berdasarkan konsumsi bahan bakar. Formula yang
digunakan untuk menghitung emisi dengan pendekatan VKT adalah:

..................................(3)
Dengan

(4)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah dan Komposisi Kendaraan DKI Jakarta
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, jumlah kendaraan bermotor di
DKI Jakarta selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan jumlah
kendaraan bermotor ini sejalan dengan jumlah penduduk DKI Jakarta yang selalu
meningkat tiap tahunnya. DKI Jakarta sebagai ibukota negara yang menjadi pusat
kegiatan pemerintahan, ekonomi dan bisnis selalu memiliki daya tarik bagi
banyak orang untuk tinggal di Jakarta. Jumlah tiap jenis kendaraan di DKI Jakarta
serta grafik peningkatan tahun 2006 sampai 2008 dapat dilihat pada Tabel 1 dan
Gambar 1 dibawah ini.
Tabel 1. Jumlah kendaraan DKI Jakarta tahun 2006-2008
Jenis Kendaraan
Jumlah
2006 2007 2008
Sedan 332.270 320.975 310.873
Jeep 101.703 102.876 106.240
Minibus 587.607 625.998 677.724
Mikrolet 11.970 12.752 14.074
Mikrobus 13.434 13.640 13.693
Bus 6.248 7.044 7.684
Pickup 145.094 145.547 149.790
Light Truk 32.043 32.428 33.996
Truk 12.125 11.737 12.003
Roda Dua 2.045.389 2.193.386 2.394.807
Roda Tiga 14.275 14.094 14.195
Jumlah 3.302.158 3.480.477 3.735.079
(SAMSAT Jakarta Selatan dan Dinas Pajak DKI Jakarta, 2009)
AP2-5


Gambar 1. Jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta tahun 2006-2008
Berdasarkan kategori fungsi kendaraan bermotor, kendaraan bermotor di
DKI Jakarta dapat dikelompokkan menjadi kendaraan penumpang (terdiri dari
sedan, minibus, dan jeep), angkutan ringan (mikrolet, mikrobus, pickup),
angkutan berat (light truk, truk, bus), sepeda motor, roda tiga seperti ditunjukkan
pada diagram cakram pada Gambar 2 dibawah ini. Persentase tiap kategori
kendaraan bermotor berdasarkan kategori fungsi tahun 2006 sampai 2008 tidak
mengalami perubahan signifikan. Sepeda motor masih merupakan kategori
kendaraan dengan persentase jumlah paling besar diikuti dengan kategori
angkutan ringan kemudian kategori angkutan berat.

(a) (b)

(c)
Gambar 2. Persentase jumlah kendaraan bermotor DKI Jakarta berdasarkan
kategori fungsi kendaraan tahun (a) 2006 (b) 2007 (c) 2008
3.000.000
3.100.000
3.200.000
3.300.000
3.400.000
3.500.000
3.600.000
3.700.000
3.800.000
2006 2007 2008
J
u
m
l
a
h

K
e
n
d
a
r
a
a
n
Tahun
Kendaraan
Penumpang
30,94%
Angkutan
Ringan
5,16%
Angkutan
Berat
1,53%
Sepeda
Motor
61,94%
Roda Tiga
0,43%
Kendaraan
Penumpang
30,16%
Angkutan
Ringan
4,94%
Angkutan
Berat
1,47%
Sepeda
Motor
63,02%
Roda Tiga
0,40%
Kendaraan
Penumpang
29,31%
Angkutan
Ringan
4,75%
Angkutan
Berat
1,44%
Sepeda
Motor
64,12%
Roda Tiga
0,38%
AP2-6

Jumlah sepeda motor yang mencapai sekitar 60% dan kendaraan
penumpang yang mencapai sekitar 29% dari total seluruh kendaraan di DKI
Jakarta menggambarkan masyarakat Jakarta masih memilih menggunakan
kendaraan pribadi sebagai alat transportasi sehari-hari. Jumlah sepeda motor
selalu bertambah setiap tahunnya dengan jumlah yang tidak sedikit
menggambarkan masyarakat Jakarta yang memilih menggunakan sepeda motor
dengan alasan lebih praktis, cepat, dan irit bahan bakar.
Faktor Emisi
Nilai faktor emisi yang digunakan untuk menghitung beban emisi CO
2
dan
CH
4
di DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini. Faktor emisi didapat
dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lestari dan Adolf (2008).
Tabel 3. Faktor emisi CO
2
dan CH
4
Jenis Kendaraan
Faktor Emisi
Premium Solar
CO
2
CH
4
CO
2
CH
4

(g/Km) (g/L) (g/Km) (g/L) (g/Km) (g/L) (g/Km) (g/L)
Kendaraan
Penumpang
Sedan 329,66 2558,8 0,0842 0,2984 - - - -
Minibus 346,30 2693,4 0,0883 0,3141 375,89 3642,8 0,0066 0,0919
Jeep 402,53 2991,3 0,0935 0,3489 424,44 4106,2 0,0074 0,1036
Angkutan
Ringan
Pickup 373,63 2178,1 0,0904 0,1442 399,64 2897,6 0,0064 0,0731
Mikrolet 358,94 2780,5 0,0913 0,3243 - - - -
Mikrobus - - - - 703,19 4586,2 0,0127 0,1157
Angkutan Berat
Bus - - - - 859 1593,7 0,066 0,0804
Truk - - - - 771,15 1593,7 0,0596 0,0804
Sepeda Motor 122,19 2275,1 0,1909 3,5772 - - - -
(Lestari dan Adolf, 2008)

Konsumsi Bahan Bakar
Berdasarkan data konsumsi bahan bakar yang diperoleh dari PT. Pertamina
UPMS 3 Jakarta, jumlah konsumsi total bahan bakar di Jakarta mengalami
penurunan di tahun 2007 lalu meningkat kembali di tahun 2008. Tabel 4 berikut
ini menunjukkan konsumsi total bahan bakar di DKI Jakarta tahun 2006 sampai
2008 sedangkan tabel 5 menunjukkan komposisi penggunaan bahan bakar
berdasarkan jenis kendaraan yang didapat dari survey lapangan dan perhitungan.

AP2-7

Tabel 4. Konsumsi total bahan bakar DKI Jakarta tahun 2006-2008
Bahan Bakar
Konsumsi Bahan Bakar (Kiloliter/tahun)
2006 2007 2008
Premium 3.546.949,4 3.350.943,4 3.502.371,1
Biosolar 1.137.128,1 1.135.927,1 1.185.014,6
(Pertamina UPMS 3, 2009)

Tabel 5.Komposisi konsumsi bahan bakar DKI Jakarta
Kendaraan Bahan Bakar
Konsumsi Bahan Bakar (Kl/tahun)
2006 2007 2008
Sedan Premium 433.102,53 424.244,95 419.057,09
Minibus
Premium 771.040,16 755.271,28 746.035,47
Solar 312.879,82 312.549,36 326.055,75
Jeep
Premium 118.409,29 115.987,64 114.569,29
Solar 48.049,22 47.998,47 50.072,66
Pickup
Premium 166.947,73 163.533,41 161.533,65
Solar 67.745,60 67.674,04 70.598,48
Mikrolet Premium 165.409,68 156.269,07 163.330,80
Mikrobus Solar 66.738,06 66.667,57 69.548,52
Bus Solar 174.311,93 174.127,82 181.652,51
Truk Solar 171.363,24 171.182,25 178.579,65
Roda Dua Premium 877.894,37 859.825,36 852.658,31
Roda Tiga Premium 12.405,73 11.720,18 12.249,81
(Pertamina UPMS 3, 2009)

Beban Emisi
Beban emisi gas CO
2
dan CH
4
berdasarkan konsumsi bahan bakar dihitung
dengan cara mengalikan faktor emisi dengan kebutuhan bahan bakar tiap jenis
kendaraan. Total beban emisi CO
2
dan CH
4
tahun 2006 sampai 2008 ditunjukkan
dalam Tabel 6 dibawah ini.






AP2-8

Tabel 6. Total emisi CO
2
dan CH
4
DKI Jakarta berdasarkan konsumsi bahan
bakar tahun 2006-2008
Total Emisi
(ton/tahun)
Tahun
2006 2007 2008
CO
2
8.784.816,60 8.634.044,26 8.695.283,37
CH
4
3.709,075 3.632,240 3.607,035


(a) (b)
Gambar 3. Total emisi DKI Jakarta tahun 2006-2008 berdasarkan konsumsi
bahan bakar (a) CO
2
dan (b) CH
4

Grafik pada Gambar 3 diatas menunjukkan total emisi CO
2
maupun CH
4

mengalami penurunan di tahun 2007 dari 8.784.816,6 ton/tahun menjadi
8.634.044,26 ton/tahun. Hal ini dikarenakan total konsumsi bahan bakar di DKI
Jakarta juga mengalami penurunan di tahun 2007. Pada tahun 2008 total emisi
CO
2
mengalami peningkatan seiring bertambahnya total konsumsi bahan bakar di
DKI Jakarta sementara total emisi CH
4
tidak jauh mengalami perubahan.
Emisi CO
2
DKI Jakarta didominasi paling besar oleh jenis kendaraan
penumpang (sedan, minibus, jeep) yaitu sebesar 55,51% tahun 2006, 55,62% di
tahun 2007 dan 55,41% di tahun 2008. Dari jumlah tersebut jenis kendaraan yang
memiliki kontribusi paling besar dalam kategori kendaraan penumpang adalah
minibus dengan persentase 66% setiap tahunnya. Hal ini menggambarkan pola
hidup masyarakat DKI Jakarta yang masih lebih senang menggunakan kendaraan
pribadi daripada kendaraan umum. Jika dibandingkan hasil penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya di Bandung, kontribusi emisi CO
2
paling besar juga
diberikan oleh kategori kendaraan penumpang. Ini menggambarkan bahwa DKI
Jakarta sebagai kota besar memiliki tipe pola hidup masyarakat yang tidak jauh
8,00
8,10
8,20
8,30
8,40
8,50
8,60
8,70
8,80
8,90
2006 2007 2008
E
m
i
s
i

C
O
2
(
x

1
0
6
t
o
n
/
t
a
h
u
n
)
Tahun
3,00
3,08
3,16
3,24
3,32
3,40
3,48
3,56
3,64
3,72
3,80
2006 2007 2008
E
m
i
s
i

C
H
4
(
x

1
0
3
t
o
n
/
t
a
h
u
n
)
Tahun
AP2-9

berbeda dengan Bandung yang juga termasuk sebagai salah satu kota besar di
Indonesia. Diagram cakram pada Gambar 4 dan Gambar 5 berikut ini
menunjukkan besar kontribusi tiap kategori kendaraan dan jenis kendaraan
terhadap emisi CO
2
di DKI Jakarta tahun 2006-2008.

(a) (b)

(c)
Gambar 4. Komposisi beban emisi CO
2
DKI Jakarta berdasarkan kategori
kendaraan tahun (a) 2006 (b) 2007 (c) 2008

(a) (b)
Kendaraan
Penumpang
55,51%
Angkutan
Ringan
15,09%
Angkutan
Berat
6,27%
Sepeda
Motor
22,74%
Roda Tiga
0,39%
Kendaraan
Penumpang
55,62% Angkutan
Ringan
14,97%
Angkutan
Berat
6,37%
Sepeda
Motor
22,66%
Roda Tiga
0,38%
Kendaraan
Penumpang
55,41%
Angkutan
Ringan
15,29%
Angkutan
Berat
6,60%
Sepeda
Motor
22,31%
Roda
Tiga
0,39%
Sedan
22,73%
Minibus
65,96%
Jeep
11,31%
Sedan
22,60%
Minibus
66,07%
Jeep
11,33%
AP2-10


(c)
Gambar 5. Detail komposisi beban emisi CO
2
DKI Jakarta kategori kendaraan
penumpang tahun (a) 2006 (b) 2007 (c) 2008
Untuk kategori angkutan ringan yang terdiri dari pickup, mikrolet, dan
mikrobus, kontribusi mayoritas berasal dari mikrolet dan pickup dengan
persentase berkisar 33% dan 42% tiap tahunnya. Jenis kendaraan mikrobus hanya
memberi kontribusi sebesar 24%. Pada kategori angkutan berat, jenis kendaraan
bus memiliki kontribusi sama besar dengan light truk dan truk.
Emisi CH
4
di DKI Jakarta sebagian besar dihasilkan oleh jenis kendaraan
sepeda motor. Berdasarkan hasil perhitungan, sepeda motor memberikan
kontribusi emisi CH
4
sampai dengan 85% dari keseluruhan emisi CH
4.
Kategori
kendaraan penumpang memberikan kontribusi terbesar kedua bagi emisi CH
4
di
DKI Jakarta. Minibus masih merupakan jenis kendaraan penumpang yang
memiliki kontribusi lebih besar terhadap emisi CH
4
dibandingkan sedan dan jeep,
Emisi CH
4
di DKI Jakarta juga masih memiliki kesamaan pola dengan penelitian
yang dilakukan sebelumnya di Bandung. Dua kota ini sama-sama mendapat
kontribusi emisi CH
4
paling besar dari jenis sepeda motor. Diagram cakram yang
menunjukkan persentase kontribusi dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7
dibawah ini.

(a) (b)
Sedan
22,26%
Minibus
66,36%
Jeep
11,38%
Kendaraan
Penumpang
12,04%
Angkutan
Ringan
2,44%
Angkutan
Berat
0,75%
Sepeda
Motor
84,67%
Roda Tiga
0,11%
Kendaraan
Penumpang
12,06%
Angkutan
Ringan
2,39%
Angkutan
Berat
0,76%
Sepeda
Motor
84,68%
Roda Tiga
0,10%
AP2-11


(c)
Gambar 6. Komposisi beban emisi CH
4
DKI Jakarta berdasarkan kategori
kendaraan tahun (a) 2006 (b) 2007 (c) 2008

(a) (b)

(c)
Gambar 7. Detail komposisi beban emisi CH
4
DKI Jakarta kategori kendaraan
penumpang tahun (a) 2006 (b) 2007 (c) 2008

KESIMPULAN
Berdasarkan konsumsi bahan bakar, emisi CO
2
di DKI Jakarta mengalami
penurunan di tahun 2007 dan mengalami peningkatan di tahun 2008. Sementara
emisi CH
4
di mengalami penurunan di tahun 2007 dan tidak mengalami banyak
perbedaan di tahun 2008. Jenis kendaraan yang memberi kontribusi paling besar
terhadap emisi CO
2
adalah kendaraan penumpang terutama minibus, sedangkan
Kendaraan
Penumpang
12,05%
Angkutan
Ringan
2,48%
Angkutan
Berat
0,80%
Sepeda Motor
84,56%
Roda Tiga
0,11%
Sedan
22,7
%
Minib
us
66,0
%
Jeep
11,3
%
Sedan
22,60%
Minibu
s
66,07%
Jeep
11,33%
Sedan
22,26%
Minibus
66,36%
Jeep
11,38%
AP2-12

untuk emisi CH
4
didominasi oleh sepeda motor. Hal ini menggambarkan pola
hidup masyarakat Jakarta yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi
dibanding kendaraan umum.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini didanai oleh LPPM ITB.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Clement, Ami C, Andrew C.Baker, dan Julie Leloup. 2010. Climate Change
: Patterns of Tropical Warming. Nature Geoscience, 3(2010) page 8-9.
Darwin, Roy. 2004. Effects of Greenhouse Gas Emissions on World Agriculture,
Food Consumption, and Economic Welfare. Journal of Climate Change
, 66(2004) page 191-238.
Ikkatai, Seiji dkk. 2008. Motivation of Japanese Companies To Take
Environmental Action To Reduce Their Greenhouse Gas Emissions: an
Econometric Analysis. Journal of Sustainability Science, 3(2008) page 145
-154.
IPCC.2006. General Guidance and Reporting. Journal of IPCC Guidelines for
National Greenhouse Gas Inventories, 1(2006) chapter 1 page 1.5.
Koch, J. , U. Dayan, dan Mey Marom. 2000. Inventory of Emission of Greenhouse
Gases in Israel. Journal of Water, Air, & Soil Polution, 123(2000) page 259
-271.
Lestari, Puji dan Adolf S. 2008. Emission Inventory of GHGs of CO
2
and CH
4

From Transportation Sector Using Vehicles Kilometer Travelled (VKT) and
Fuel Consumption Approaches in Bandung City. Journal of Better Air Quality,
159(2008).
Prasetyo, Bambang. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta:PT.Raja
Grafindo Persada.
Soedomo, Moestikahadi.1999. Pencemaran Udara. Bandung: Penerbit ITB.

Anda mungkin juga menyukai