Disusun Oleh :
DEDEH
04/180706/EKU/0102
hubungan antara IQ dengan status gondok (p = 0,870). Prestasi belajar siswa yang
tidak gondok berada diatas rata-rata sebanyak (63,64%) sedangkan pada siswa
gondok ( 42,86%).Tidak terdapat hubungan antara Prestasi belajar dengan status
gondok (p = 0,243).Terdapat hubungan antara IQ dan prestasi belajar dengan (p =
0,0014). Faktor pendukung prestasi belajar berupa bimbingan belajar di rumah dan
kelengkapan buku tidak berhubungan dengan IQ dan prestasi belajar siswa, kesukaan
terhadap mata pelajaran IPA dan IPS tidak berhubungan dengan IQ dan prestasi
tetapi kesukaan terhadap matematika memiliki hubungan dengan IQ dan prestasi dan
matematika merupakan mata pelajaran yang banyak disukai oleh siswa.
Kesimpulan : tidak ada hubungan antara gondok dengan IQ dan prestasi belajar.
Tidak ada hubungan antara factor pendukung prestasi belajar dan ada hubungan
antara prestasi belajar dengan IQ serta ada hubungan antara kesukaan siswa
terhadap mata pelajaran matematika dengan IQ dan prestasi.
Katakunci : gondok, defisiensi yodium, Intelegensi, prestasi belajar.
1)Mahasiswa Program Stusi Gizi Kesehatan FK-UGM Yogyakarta
2)Dosen Program Stusi Gizi Kesehatan FK-UGM Yogyakarta
PENDAHULUAN
Kekurangan Iodium sebagai zat gizi yang banyak sekali perannya dalam tubuh
dapat menyebabkan anak-anak mengalami penurunan dalam tingkat kesegaran
jasmani, emosi, tingkat intelegensi dan prestasi belajar. Penduduk yang tinggal di
daerah endemik akan mengalami defisit IQ sebesar 13,5 point dibanding dengan
penduduk yang tinggal di daerah yang cukup iodium.
METODE PENELITIAN
Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 4 ,5 dan 6 SD Pangukrejo di kecamatan
Cangkringan kabupaten Sleman Yogyakarta, sedangkan jumlah sampel dalam
penelitian ini sama dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 39 siswa meliputi siswa
kelas 4, 5 dan 6.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Subjek penelitian terdiri dari 23 siswa laki-laki, 64,28% dari jumlah tersebut
menderita gondok, sedangkan dari 16 siswa perempuan yang menjadi subjek
35,72% yang menderita gondok. Siswa laki-laki lebih banyak yang menderita gondok
daripada siswa perempuan. Hasil uji chi-square tidak ada hubungan antara
pembesaran kelenjar gondok dengan jenis kelamin siswa SD dengan nilai p = 0,282
(p > 0,05).
Dari total 28 siswa yang menderita gondok, terdapat 17 (60.72%) siswa gondok
yang memliliki IQ normal dan 11 (39.28%) siswa gondok yang memiliki IQ diatas
rata-
rata. Pada 11 siswa yang tidak menderita gondok terdapat 7 ( 63.64%) siswa
memiliki
IQ normal dan 4 ( 36.36%) yang memiliki IQ diatas rata-rata. Hasil uji chi-square
tidak
terdapat hubungan antara IQ dengan status gondok dengan nilai p= 0,870.
Dari tabel diatas tampak bahwa prestasi belajar pada siswa yang menderita
gondok terdapat 16 ( 57.14%) ada di bawah rata-rata, sedangkan pada anak yang
tidak
gondok terdapat 7(63.64%) siswa yang memiliki prestasi belajar diatas rata-rata.
Hasil
uji chi-square tidak terdapat hubungan antara Prestasi belajar dengan status
gondok
dengan nilai p = 0,243.
Setelah melihat hasil rata-rata IQ dan prestasi pada siswa kelas 4, 5 dan 6
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tidak hubungan antara IQ dan prestasi pada
anak gondok dengan yang tidak menderita gondok dengan nilai p > 0,05 yaitu 0,870
untuk IQ dan p >0.254 untuk prestasi belajar. Dengan uji beda dipeoleh juga bawa
tidak
ada perbedaan IQ dan prestasi belajar dengan status gondok siswa.
Tabel 4.Uji t test antara IQ dan Prestasi belajar dengan gondok
Variabel N Rata-rata SD + SE t p
IQ normal 11 106.7 5.06 + 1.52
gondok 28 107 5.01 + 0.94 -0.152 0.881
Prestasi
Normal 11 5.9 1.51 + -.45
gondok 28 5.8 1.76 + 0.3 0.155 0.878
Variabel Mean p
IQ 106.9
Prestasi belajar 5.85 0,000
Faktor pendukung lain yang diperoleh bahwa siswa mendapat bimbingan belajar di
rumah oleh orang tuanya baik oleh ibu atau oleh ayahnya, namun masih ada siswa
yang
belajar di rumah tanpa bimbingan ayah/ibu tetapi belajar secara mandiri. Mayoritas
siswa
memiliki fasilitas buku yang lengkap karena fihak sekolah menyediakan sarana buku
untuk
masing-masing siswa dari bantuan.
Faktor pendukung tentang kesukaan siswa terhadap mata pelajaran dan kaitannya
dengan IQ dan prestasi belajar dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Dari 22 siswa yang menyukai mata pelajaran IPA terdapat 12 siswa yang memiliki
prestasi dibawah rata-rata dan 10 siswa memiliki prestasi diatas rata-rata ,
sedangkan IQ
siswa yang menyukai IPA dalam kategoi normal sebanyak 15 siswa dan 7 siswa yang
memiliki nilai IQ diatas rata-rata. Dari hasil analisa statistik dengan chi-square
dan korelasi
tidak terdapat hubungan antara kelompok siswa yang menyukai mata pelajaran IPA
dengan IQ dan prestasi belajar karena p > 0,05 yaitu 0,095 .
Dari 15 siswa yang menyukai mata pelajaran IPS terdapat 4 siswa yang
memiliki prestasi dibawah rata-rata dan 6 siswa memiliki prestasi diatas rata-rata
,
sedangkan IQ siswa yang menyukai IPS dalam kategoi normal sebanyak 4 siswa dan 2
siswa yang memiliki nilai IQ diatas rata-rata. Dari hasil analisa statistik dengan
chi-square
dan korelasi tidak terdapat hubungan antara kesukaan siswa terhadap mata pelajaran
IPS
dengan IQ dan prestasi belajar karena p = 1.
Tabel 10. Kesukaan terhadap Matematika
Dari 25 siswa yang menyukai mata pelajaran Matematika terdapat 11 siswa yang
memiliki prestasi dibawah rata-rata dan 4 siswa memiliki prestasi diatas rata-rata
,
sedangkan IQ siswa yang menyukai Matematika dalam kategoi normal sebanyak 2 siswa
dan 8 siswa yang memiliki nilai IQ diatas rata-rata. Dari hasil analisa statistik
dengan chi-
square dan korelasi terdapat hubungan yang signifikan antara kesukaan siswa
terhadap
mata pelajaran matematika dengan IQ dan prestasi belajar dengan p = 0,005 dengan
kekuatan hubungan yang sedang r = 0.523.
Pembahasan
Test Intelegensi dengan metoda CFIT skala 2 bentuk B yang dalam hal ini
mengungkapkan kemampuan umum (faktor G) yaitu mengukur kemampuan mengingat,
mempersepsi, kecepatan, penalaran, pemahaman, berhitung, komunikasi dan persepsi
mengenai ruang . Test ini menggunakan waktu 12,5 menit sebanyak 46 item. Alat test
sudah memiliki validitas yang tinggi dan pelaksana test adalah para psikolog yang
sudah
kompeten di bidangnya, tetapi IQ merupakan suatu hal pengukuran yang juga
dipengaruhi oleh kesalahan-kesalahan dalam pengukuran. Secara umum siswa kelas
4,5 dan 6 SD Pangukrejo masuk dalam kategori kecerdasan rata-rata atau normal.
Perbedaan angka IQ yang diperoleh dari test intelegensi yang dijalani pada
waktu berbeda tidak selalu menjadi bukti adanya perubahan IQ , perbedaan yang
terjadi
dapat dikembalikan penyebabnya pada keterbatasan tes IQ yang dipergunakan,
kekurangfahaman subjek terhadap tes sewaktu dikenai tes atau tidak adanya motivasi
Dari penelitian yang dilakukan Erasmus (2003) juga menyatakan tidak ada
perbedaan bermakna penambahan IQ point antara kelompok yang diberi suplementasi
yodium selama 4 bulan, kemudian hasil penelitian oleh Dhini Anden di Palangkaraya
pada tahun 2003 juga memberikan hasil yang tidak berbeda pada intelegensi dan
prestasi belajar pada anak stunted dan non stunted.
Test IQ yang sudah dilakukan oleh tenaga ahli di bidangnya banyak dipengaruhi
oleh faktor internal siswa seperti motivasi mengerjakan test IQ , suasana
psikologis yang
kurang mendukung dan dapat terjadi karena siswa kurang faham terhadap instruksi
test.
Menurut Bambang Hartono dalam penelitiannya tentang Perkembangan fetus dalam
kondisi defisiensi Yodium dan cukup yodium tahun 2001 dingkapkan, bila derajat
defisiensinya lebih ringan, seperti yang banyak dialami oleh penduduk yang tinggal
di
daerah defisiensi yodium, mereka menderita gangguan fungsi kognitif dan psikomotor
dalam derajat yang lebih ringan, yaitu dalam derajat ringan sampai dengan sedang.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mereka memiliki kapasitas mental yang
subnormal, gangguan-gangguan keseimbangan, kecekatan, ketrampilan, koordinasi
visuomotorik, perseptual, fungsi verbal, daya ingat, kecepatan reaksi, serta
terganggunya
pengolahan informasi di otak. Penemuan-penemuan ini sebagian besar dilakukan
melalui
riset pada anak usia sekolah.Bagaimana patogenesisnya, masih belum jelas benar.
Lemahnya hubungan antara IQ dan prestasi belajar pada penelitian ini dapat
disebabkan karena jumlah sampelnya yang relatif sedikit atau mungkin juga karena
banyak faktor yang dapat mempengaruhi kedua hal diatas tidak diamati dalam
penelitian
ini. Telah banyak dikemukakan bahwa IQ dan prestasi merupakan dua ukuran yang
cukup ada keterikatan dan tidak dapat dilihat saling lepas meskipun sebagai 2
dimensi
yang berbeda dari fungsi kognitif, sedangkan yang diramalkan mengalami gangguan
taraf kecerdasan adalah penderita gondok yang berat. Pada penelitian ini siswa
gondok
yang menjadi subjek penelitian memiliki gondok grade 1 dan tidak ada yang
menderita
gondok grade 2 . Sejalan dengan penelitian terakhir di kecamatan Cangkringan pada
tahun 2005 oleh Jefi Hamamah bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara IQ
dan prestasi belajar antara siswa gondok dan tidak gondok.
Hubungan antara kesukaan siswa terhadap mata pelajaran IPA dan IPS tidak
berhubungan dengan prestasi belajar dan IQ , tetapi memiliki hubungan yang
signifikan
pada kesukaan siswa terhadap mata pelajaran matematika. Siswa yang memiliki
tingkat
kecerdasan yang relatif lebih tinggi akan lebih mudah menangkap dan mencerna
pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolah dibandingkan dengan anak-anak yang
memiliki tingkat kecerdasan lebih rendah. Siswa yang memiliki intelegensi tinggi
tentu
akan lebih mudah dalam menyesuaikan diri dengan situasi sekolah dan mengerjakan
tugas-tugas sekolah dengan hasil yang lebih baik. Pada umumnya, apa yang dicapai
oleh tes prestasi adalah semacam estimasi mengenai posisi relatif (relative
standing)
atau jenjang urutan individu menurut tingkat kemampuan atau tingkat performansinya
pada suatu tugas yang kadang-kadang tidak dibatasi dengan jelas (Azwar, 2005).
Penelitian Ning tahun 2000 mendapatkan bahwa prestasi matematika anak sekolah
dasar di tiga daerah endemik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Test prestasi lebih mengukur kawasan kognitif mengenai fungsi fikir atau aspek
intelektualitas disamping kawasan afektif yang berkenaan dengan minat dan sikap
dan
kawasan psikomotor mengenai aspek keterampilan motorik. Prestasi belajar
matematika
mengukur kawasan kognitif pada siswa sehingga memberikan gambaran yang
berhubungan dengan performance IQ dan prestasi belajar. Test intelegensi memberi
gambaran mengenai kelemahan dan kekuatan di berbagai bidang yang dimiliki
seseorang diantara teman sekelompoknya, akan tetapi tidak benar untuk mengatakan
bahwa tes dapat memberikan gambaran keseluruhan mengenai seseorang. Banyak
deskripsi individu yang hanya dapat digali melalui observasi dan cara-cara
pengungkapan yang lain, masih banyak aspek psikologis dalam diri manusia yang
masih
belum mampu diungkapkan oleh tes dan oleh instrumen buatan manusia (Azwar,2004).
Kesimpulan
1.
Tidak ada hubungan antara intelegensi dan prestasi pada anak gondok dan yang
tidak menderita gondok
2.
Terdapat hubungan antara intelegensi dan prestasi belajar pada seluruh siswa
3.
Tidak terdapat hubungan antara faktor kesukaan siswa terhadap pelajaran IPA dan
IPS dengan intelegensi dan prestasi belajar
4.
Terdapat hubungan antara kesukaan siswa terhadap mata pelajaran matematika
dengan intelegensi dan prestasi belajar
5.
Prevalensi gondok anak sekolah di SD Pangukrejo sudah tinggi , ini sejalan
dengan angka prevelensi GAKY di Kecamatan Cangkringan yang sudah termasuk
endemik berat.
Saran
Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Tama. 2003.
dan Upaya Penanggulangannya. Bogor. Program Pasca Sarjana (S3) IPB, 2003.
Kristianti & Yayi. Gondok dan Kecerdasan Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Ngablak,
Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Berita Kedokteran Masyarakat, 1990. VI
930 : 235-37.
Irawan.P.W. Kesulitan Belajar dan Gangguan Bicara . 1991. Badan Penerbit
Universitas
Diponegoro Semarang
Lehninger, A.L.
,
1982. Dasar -Dasar Biokimia. Thena Wijaya, M., 1982
(alih bahasa). Jakarta; Penerbit Erlangga
Murray, Robert K.. Biokimia Harper. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. 2003