Anda di halaman 1dari 46

LEMBAGA KEUANGAN

(PEREKONOMIAN) NON PROFIT


Oleh : Oneng Nurul Bariyah
Kamis, 11 Agustus 2010

Pengelolaan Zakat Pada Masa Rasul
(Awal Abad ke-7)
Masa Nabi Muhammad
Berbagai pendapat tentang kapan mulainya zakat fitrah dan
zakat mal: sebelum hijrah tahun ke-9 hijrah. Pendapat
mayoritas zakat fitrah dan mal dimulai pada tahun ke-2 hijrah.
Masa awal, Nabi mengelola langsung.
Masa kemudian, Nabi menunjuk amil zakat (untuk zakat mal).
Mis. mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman.

* Mulai terjadi perubahan pengelolaan mengarah pada yang
terorganisir & tidak adanya dualisme fungsi pemimpin agama &
pemerintahan.
Pengelolaan Zakat Pada Masa
Khulafaur Rasyidin (Abad ke-7)
Ijtihad Khalifah Abu Bakar (632-4) memerangi mereka yang tidak membayar
zakat (Perang Riddah).
Konteks Perang Riddah menurut Al-Tabari adalah lebih banyak penolakan
atas kekuaaan politik (dan pajak).
Interpretasi mengenai mumin vs sangsi bagi siapa yang menolak
membayar zakat (Ibn Rushd- Bidayah Mujtahid)

Ijtihad Khalifah Umar bin Khattab (634-44) membebaskan mereka yang
dipenjarakan akibat tidak membayar zakat dan mengembalikan harta mereka
yang disita. (Bidayah al-Mujtahid).
Mulainya pembukuan, zakat/pajak atas barang (custom duties) baik untuk
Muslim & nonMuslim.
Pengelolaan Zakat Pada Masa
Awal Islam (Abad ke-7) (3)
Ijtihad Khalifah Uthman bin Affan (644-55) memberikan pilihan kpd siapa
membayar zakat amwal batiniyah & hanya mewajibkan pembayaran zakat amwal
zahirah kpd ulil amri.
Pemberian zakat tidak kpd ulil amri mulai muncul setelah Uthman. (Abu Ubayd
Kitab Amwal).
Munculnya penyalahgunaan wewenang pada pajak/zakat pungutan barang.
(Muslim 2.5%, Ahl Zimmi 5%, non zimmi 10%) (Kitab Kharaj: Abu Yusuf )
Birokrasi pemerintah tidak sanggup melakukan penghitungan & pengumpulan
zakat. (Ibn Khaldun- Mukaddimah).
Pengelolaan Zakat Pada Masa
Awal Islam (Abad ke-7) (3)
Ijtihad Khalifah Uthman bin Affan (644-55) memberikan pilihan kpd siapa
membayar zakat amwal batiniyah & hanya mewajibkan pembayaran zakat amwal
zahirah kpd ulil amri.
Pemberian zakat tidak kpd ulil amri mulai muncul setelah Uthman. (Abu Ubayd
Kitab Amwal).
Munculnya penyalahgunaan wewenang pada pajak/zakat pungutan barang.
(Muslim 2.5%, Ahl Zimmi 5%, non zimmi 10%) (Kitab Kharaj: Abu Yusuf )
Birokrasi pemerintah tidak sanggup melakukan penghitungan & pengumpulan
zakat. (Ibn Khaldun- Mukaddimah).
Pengelolaan Zakat pada Masa
Dinasti dan Kesultanan (1)
Menurut Abu Ubayd al-Qassim ibn Sallam (kitab Amwal)
pembayaran zakat langsung (bukan kepada ulil amri) ada setelah
wafatnya khalifah Uthman, dan semakin banyak akibat
pertentangan politik. (mis. Fiqh Sunnah: membayar zakat kepada
penguasa terlepas ia adil atau tidak

Ulama2 fiqih terkemuka (Hanafi, Maliki, Syafii & Hambali) mulai
masa Umayyah & Abbasiyah mayoritas membolehkan membayar
zakat langsung, walau yang terbaik kepada ulil amri jika mereka
adil. Mis. sub-bab dalam al-Fiqh Al-Islami: membayar zakat
kepada penguasa dan secara langsung.
Pengelolaan Zakat pada Masa
Dinasti dan Kesultanan (2)
Pemasukan zakat kecil dibandingkan pajak.
Banyak penyelewengan dilakukan oleh pemungut
pajak/zakat (Kitab Kharaj dan Kitab Amwal).

Pemungut zakat pada abad ke 10-12 sudah jarang
ditemukan (Al-Ghazali Ihya Ulum al-Din).

Penghitungan pajak barang pada Dinasti Mughal
(abad ke-16) & emporium Ottoman menggunakan
hitungan zakat (untuk Muslim).

Pendudukan dan Kolonialisme merubah pola
pembayaran zakat perlahan langsung kepada
masyarakat, atau melalui ulama sebagai amil.
Praktek Zakat pada awal Islamisasi, Masa Kerajaan Islam &
Kolonial di Indonesia (1)
Kemungkinan zakat dilaksanakan oleh Muslim pendatang
maupun pribumi.
Muslim memberikan zakat kepada kaum tapa (Tome Pires -
Suma Oriental).
Sultan Alauddin bin sultan Ahmad Perak (Aceh abad 17)
mewajibkan zakat, tapi tidak ditemukan adanya amil zakat
pemerintah.
Praktek zakat ada (mis. Serat Centini), tapi tdk ditemukan
pengelolaan zakat dlm teks-teks hukum di Nusantara.
Kesultanan Banjar lebih menekankan pajak dibanding zakat
(Syaikh Arsyad Al-Banjari)
Praktek Zakat pada awal Islamisasi, Masa Kerajaan
Islam, & Kolonial di Indonesia (2)
Adanya beberapa fatwa dari Mekkah yang
menyangkut penolakan masyarakat terhadap
pemaksaan zakat & sedekah dilakukan oleh penguasa
Muslim lokal. (Muhimmat Al-Nafais)
Pemerintah Kolonial tidak campur tangan dan
melarang pegawai pribumi untuk ikut campur
mengelola zakat. Pemerintah memberi kebebasan
org. Islam untuk mengelola zakat.
zakat fitrah dibayarkan oleh hampir seluruh
penduduk Muslim, zakat mal (padi) dilakukan namun
tidak banyak (Snouck Hurgronje).
Pengelolaan Zakat Masa Orde Baru & Reformasi
Adanya badan amil zakat di Aceh,dan banyaknya
panitia pengelolaan zakat masy.
Upaya sentralisasi oleh Orde Baru, namun gagal.
Munculnya organisasi pengelola zakat non
pemerintah yang profesional (1990an).
1999 muncul banyak LAZ yang mendapat
kepercayaan masy (akuntabel & transparan).
UU pengelolaan zakat no 38 thn 1999.
LAZ dan BAZ
Demo zakat di Lotim - penolakan pemaksaan zakat.
LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT
1. Pengertian Zakat
Kata zakat disebut 30 kali dlm al-Quran,
diantaranya 27 kali bersamaan dgn salat.
Diantara ayat ttg zakat yaitu QS.al-Baqarah/02
ayat 110 :

...
(Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat)

Secara lughawi (bahasa), zakat berasal dari
kata dasar (masdar) zaka yang berarti suci,
berkembang (namaa), berkah, bersih dan baik
(khair).
Secara syari, zakat adalah nama bagi
sejumlah harta tertentu yang telah mencapai
syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah
untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang
berhak menerimanya dengan persyaratan
tertentu pula.

Perintah Memungut Zakat
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikanmereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.(At-Taubah:103)
Penerima (mustahiq) Zakat
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk:
1. orang-orang fakir( orang yang Amat sengsara hidupnya, tidak
mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya)

2. orang-orang miskin, (orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam
Keadaan kekurangan.)

3. pengurus-pengurus zakat, (orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan
dan membagikan zakat).

4. Para mu'allaf, (orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang
baru masuk Islam yang imannya masih lemah)

5. untuk (memerdekakan) budak, (mencakup juga untuk melepaskan
Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. )
Penerima Zakat
6. orang-orang yang berhutang,( orang yang berhutang karena untuk
kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya.
Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam
dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya)

7. untuk yang berjuang di jalan Allah (Fi Sabiilillah): (untuk keperluan
pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang
berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-
kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-
lain.)

8. untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, (mengalami kesulitan
dalam perjalanan/safar)
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana (At-Taubah:60)

Definisi Amil
Imam at-Thabari (w. 310 H), menyatakan:


Amil adalah para petugas yang diangkat untuk
mengambil zakat dari orang berkewajiban
membayarnya, dan memberikannya kepada yang
berhak menerimanya. Mereka (amil) diberi (bagian
zakat) itu karena tugasnya, baik kaya ataupun
miskin. (Ath-Thabari, Tafsr ath-Thabari, Dar al-Fikr,
Beirut, 1405 H, X/160.)
Definisi Amil
Imam al-Mawardi (w. 450 H), dari mazhab as-
Syafii, menyatakan:


Amil adalah orang yang diangkat untuk
mengumpulkan zakat dan mendistribusikan-
nya. Mereka dibayar dari zakat itu sesuai
dengan kadar upah orang-orang yang
sepadan dengan mereka.
Definisi Amil
Imam al-Qurthubi (w. 671 H), dari mazhab Maliki,
menyatakan:

Amil zakat adalah para petugas dan pemungut zakat


yang diutus oleh Imam/Khalifah (kepala negara)
untuk mengumpulkan zakat dengan status wakalah.
(Al-Qurthubi, Al-Jmi li Ahkm al-Qurn, ed. Ahmad
Abd al-Alim al-Barduni, Dar as-Syab, Kaero, cet. II,
1372 H, VIII/177.)
Definisi Amil
Imam as-Syaukani (w. 1250 H), dari mazhab Zaidiyah,
menyatakan:

Amil adalah orang yang diangkat menjadi wali dan


memunggut zakat, yang diutus oleh Imam/Khalifah
(kepala negara) untuk mengumpulkan zakat. Mereka
berhak mendapatkan bagian dari zakat itu.( Asy-
Syaukani, Faydh al-Qadr, Dar al-Fikr, Beirut, t.t.,
II/372.)
Definisi Amil
Imam as-Sarakhsi, dari mazhab Hanafi, menyatakan:

Amil adalah orang yang diangkat oleh


Imam/Khalifah menjadi pekerja untuk
mengumpulkan sedekah (zakat). Mereka diberi dari
apa yang mereka kumpulkan sekadar untuk
kecukupan mereka dan kecukupan para pembantu
mereka. Besarnya tidak diukur dengan harga (upah).
(As-Sarakhsi, Al-Mabsth, Dar al-Marifat, Beirut,
1406, III/9.)
KARAKTERISTIK AMIL
Orang atau Lembaga yang Diangkat oleh
Pemerintah
Diberikan otoritas untuk memungut dan
mendidtribusikan zakat
Bertanggung jawab kepada Pemerintah dan
Masyarakat
UPAH AMIL
Imam Mujahid dan Imam asy-Syafii menyatakan, bahwa
mereka boleh mengambil bagian dari zakat dalam bentuk nilai
(ats-tsaman). Tidak lebih dari seperdelapan.
Imam Abu Hanifah dan para pengikutnya menyatakan, bahwa
besarannya disesuaikan dengan kadar upah pekerjaan
mereka.
Imam Malik menyatakan, bahwa mereka akan diberi imbalan
dari Baitulmal sesuai dengan kadar upah mereka.
(maksudnya,upah bukan bagian dari zakat atau bisa jadi upah
ditambah dari baitul mal jika dipandang kurang layak. Hal ini
untuk menanggapi kekeliruan yang menapikan hak amil atas
zakat) Asy-Syaukani, Faydh al-Qadr, Dar al-Fikr, Beirut, t.t.,
II/372.
Fungsi Amil (Pengelola)
Fungsi Penting Amil adalah untuk memungut, mengelola dan menyalurkan
zakat. Dalam hal pemungutan bisa menjadi pembimbing bagi yang sadar
zakat dan alat pemaksa bagi yang enggan berzakat.

Imam Nawawi berkata Wajib bagi seorang imam menugaskan seorang
petugas untuk mengambil zakat sebab nabi dan para kholifah sesudah
beliaupun selalu mengutus petugas zakat ini hal tersebut dilakukan karena
diantara manusia ada yang memiliki harta tetapi tidak tahu (tidak bisa
menghitung) apa yang wajib dikeluarkan baginya, selain itu adapula orang-
orang yang kikir sehingga wajib bagi penguasa mengutus seseorang untuk
mengambilnya. ( Majmu syarah Muhadzab VI hal 167)
PENGELOLAAN BERBASIS GCG
Akuntabelitas (Al Baqarah: 282)
Transparansi (Al Qashas: 26)
Profesional (Al-Qashash : 26)
Penghitungan Zakat
1. Nishab padi yaitu 1481 kg gabah /815 kg
beras dikeluarkan 5% atau 10 % saat panen
2. Emas murni 91, 92 gr dikeluarkan 2,5% tiap
tahun (mnrt Yusuf al-Qardhaqi nishab emas
85 gr)
3. Perak 642 gr dikeluarkan 2,5% tiap tahun
4. Kambing 40-120 ekor , setiap 100 = 1 ekor
domba umur 1 th / kacangan 2 th
5. Sapi/kerbau 30 ekor = 1 ekor umur 1 th, 40
ekor = 1 umur 2 th
ZAKAT PENGHASILAN
Contoh: jk Ahmad mendapat gaji 1 juta/bulan
ditambah usaha dengan omzet 5 juta dengan
mempekerjakan 2 orang pegawai digaji
masing2 Rp 250000/bulan.
Penghitungan zakat penghasilan :
a. Gaji 12 bln x 1 juta = Rp 12000000
b. Hasil Usaha = Rp 5000000
Jumlah = Rp 17000000
lanjutan
Pengeluaran
Gaji pegawai 12 x 2 x Rp 250000 = Rp 6000000
Bayar listirik = Rp 300000
Jumlah = Rp 6300000
Penghasilan Netto
Rp 17000000 Rp 6300000 = Rp 10.700000
Zakat
2,5% X Rp 10.700000 = Rp 267500
Manfaat Lembaga Amil
Membuat data base muzakki dan mustahik.
Menyalurkan dana secara tepat dan berdaya
guna.
Sebagai lembaga profesional dalam
pengelolaan zakat.


LATAR BELAKANG PENDIRIAN
1. Kondisi nasional yang menuntut peran serta
umat Islam dalam pembangunan
(ketersediaan dana)
2. Zakat Infaq Shadaqah (ZIS) telah lama
disyariatkan, tetapi belum cukup mampu
dalam mengatasi pembangunan ekonomi
umat
3. Baytul mal tidak tampak dan tidak jelas
sehingga tidak potensial
BENTUK LPZ
Ada dua bentuk lembaga pengelola zakat
berdasarkan teknik pembentukannya.
1. Badan Amil Zakat (BAZ) yaitu lembaga
pengelola zakat yang dibentuk oleh
pemerintah
2. Lembaga Amil Zakat (LAZ) yaitu lembaga
pengelola zakat yang dibentuk oleh
masyarakat
ASAS PENGELOLAAN ZAKAT
Pengelolaan zakat berasaskan iman dan
takwa, keterbukaan, dan kepastian hukum
sesuai dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.


Pengelolaan zakat bertujuan:
1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat
dalam menunaikan zakat sesuai dengan
tuntunan agama;
2. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata
keagamaan dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan keadilan
sosial;
3. Meningkatkan hasil guna dan daya guna
zakat.


TUGAS DAN FUNGSI BAZ/LAZ
Mengumpulkan, mendistribusikan, dan
mendayagunakan zakat sesuai dengan
ketentuan agama. (BAB III Pasal 8)

Organisasi badan amil zakat terdiri atas:
1. Unsur pertimbangan
2. Unsur pengawas, dan
3. Unsur pelaksana




ORGANISASI PENGELOLAAN ZAKAT



Pembentukan badan amil zakat:
1. Nasional oleh Presiden atas usul Menteri;
2. Daerah propinsi oleh gubernur atas usul kepala kantor wilayah
departemen agama propinsi;
3. Daerah kabupaten atau daerah kota oleh bupati atau wali kota
atas usul kepala kantor departemen agama kabupaten atau kota;
4. Kecamatan oleh camat atas usul kepala kantor urusan agama
kecematan.
5. Badan amil zakat di semua tingkatan memiliki hubungan kerja
yang bersifat koordinatif, konsultatif, dan informatif.
6. Pengurus badan amil zakat terdiri atas unsur masyarakat dan
pemerintah yang memenuhi persyaratan tertentu


Aturan perundang-Undangan Zakat
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38
tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat yang
ditetapkan pd tgl 23 September 1999 oleh
Presiden BJ Habibie

UU tsb memuat 10 BAB 25 Pasal

Badan Amil Zakat di Indonesia saat ini sudah ada di
33 provinsi. Hingga tahun 2007 terdapat 429 dari
445 kabupaten/kota dan 4771 dari 4860
kecamatan
(Badan Amil Zakat Daerah)BAZDA
Seluruh BAZDA (Badan Amil Daerah) berada di seluruh
wilayah Indonesia, 33 Provinsi dengan urutan sebagai
berikut: BAZDA Nanggro Aceh Darussalam, BAZDA Sumut,
BAZDA Sumbar, BAZDA Riau, BAZDA Sumsel, BAZDA
Jambi, BAZDA Bengkulu, BAZDA Bandar Lampung, BAZDA
Bangka Belitung, BAZDA Banten, BAZDA DKI, BAZDA
Jabar, BAZDA Jateng, BAZDA Yogyakarta, BAZDA Jatim,
BAZDA Kalbar, BAZDA Kalteng, BAZDA Kaltim, BAZDA
Kalsel, BAZDA NTB, BAZDA NTT, BAZDA Sulut, BAZDA
Sulteng, BAZDA Sultenggara, BAZDA Sulsel, BAZDA
Gorontalo, BAZDA Maluku, BAZDA Maluku Utara, BAZDA
Irian Jaya ( Papua), BAZDA Irian Jaya Barat, BAZDA Irian
Jaya Tengah, dan BAZDA Kepulauan Riau
Forum Organisasi Pengelola Zakat
(FOZ)
Lahir pada tgl 7 Juli 1997 oleh 11 LPZ yaitu:
Dompet Dhuafa Republika, Bank Bumi Daya,
Pertamina, Baitul Mal Pupuk Kujang, BAZIS
DKI Jakarta, Hotel Indonesia,
FOZ (Forum Organisasi Zakat)
Strategi FOZ, yaitu: Memperkuat eksistensi FOZNAS di dalam lingkup
nasional dan internasional, membangun kemitraan strategis di tingkat
nasional dan internasional, melakukan kerjasama dengan institusi
yang concern di bidang pengembangan kapasitas organisasi
pengelola zakat baik di Indonesia maupun di dunia., Melakukan
koordinasi dan kerjasama dengan BAZ dan LAZ dalam rangka
mewujudkan sinergi program zakat di Indonesia, Melakukan
koordinasi dan kerjasama dengan DEPAG, BAZNAS dan DPR serta
pihak lainnya dalam rangka mewujudkan cita ideal zakat Indonesia,
Membentuk FOZWIL (Forum Zakat Wilayah) di seluruh Indonesia.,
dan Menyusun struktur organisasi yang kuat dalam rangka
meningkatkan peran FOZNAS guna mencapai tujuan dan visi
organisasi.

Tujuan FOZ
Berpartisipasi aktif agar terwujud revisi UU Pengelola
zakat yang lebih baik, Tersusun dan
terimplementasikannya blue print dan arsitektur zakat
Indonesia, Tersusun dan terimplementasikannya
standard manajemen mutu Organisasi Pengelola Zakat,
Tersusun dan terimplementasikan Sistem Akuntansi
dan Keuangan Organisasi Pengelola zakat,
Meningkatnya kinerja manajemen organisasi pengelola
zakat Indonesia sehingga dapat dipercaya oleh
masyarakat, Terwujudnya sinergi dan kerjasama zakat
nasional dan internasional, dan Terwujudnya
konsolidasi organisasi

BAZNAS
BAZNAS adalah Badan Amil Zakat Nasional yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No. 8
tahun 2001, tanggal 17 Januari 2001. Landasan Syar'i Berdirinya BAZNAS yaitu QS al-Taubah : 103
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat kamu membersihkan dan mensucikan
mereka. Sesungguhnya doa kamu menjadi ketenteraman jiwa mereka. Dan Allah Mendengar lagi
Maha Mengetahui." Jumhur ulama menyatakan bahwa yang berhak melakukan pengambilan
sebagaimana kata "Ambillah" yang tercantum pada ayat tersebut adalah pemerintah. " Dari Ibnu
Umar, semoga Allah meridlai keduanya. Ia berkata : Serahkanlah sedekah kamu sekalian pada orang
yang dijadikan Allah sebagai penguasa urusan kamu sekalian (HR Baihaqi). QS al-Taubah : 60
"Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil, para
muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang untuk
jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan..
Tugas Pokok BAZNAS adalah merealisasikan misi BAZNAS yaitu : 1) Meningkatkan kesadaran umat
untuk berzakat; 2) Mengarahkan masyarakat mencapai kesejahteraan baik fisik maupun non fisik
melalui pendayagunaan zakat; 3) Meningkatkan status mustahik menjadi muzakki melalui
pemulihan, peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan ekonomi masyarakat; 4)
Mengembangkan budaya "memberi lebih baik dari menerima" di kalangan mustahik; 5)
Mengembangkan manajemen yang amanah, profesional dan transparan dalam mengelola zakat;
6)Menjangkau muzakki dan mustahik seluas-luasnya; 7) Memperkuat jaringan antar organisasi
pengelola zakat. Kegiatan pokok BAZNAS adalah menghimpun ZIS dari muzakki dan menyalurkan ZIS
kepada mustahik yang berhak menerima sesuai ketentuan agama.
DANA YANG DITERIMA BAZ/LAZ
BAZ atau LAZ juga menerima dana selain zakat
yaitu infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris,
dan kafarat.
Infaq yaitu pemberian yang hukumnya sunnah,
tidak ada batasan ukuran (nishab).
Hibah yaitu penyerahan barang atau uang dari
seseorang atau kelompok tanpa ada ikatan,
sebab, tidak ada jumlahnya.


WASIAT
Wasiat yaitu suatu ungkapan penyerahan harta
dari seseorang yang akan meninggal dunia
kepada saudara yang masih hidup. Ukuran
wasiat tidak boleh lebih dari 1/3 harta yang
dimiliki.
Alasan :
1. Hadis Nabi yg menyatakan bawa 1/3 sudah
banyak
WAKAF
Wakaf mnrt bahas aberhenti. Menurut istilah yaitu
menyerahkan hak milik yang tahan lama zatnya kepada
seseorang (nazir) , baik berupa perorangan atau badan
pengelola dengan ketentuan hasil atau manfaatnya
digunakan untuk hal-hal yang sesuia dengan syariat
Islam.
Dasa hukumnya al-Quran surat Ali Imran ayat 92
:Kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaikan
sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yg kamu
cintai. Dan apa saja yg kamu nafkahkan, maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya.
lanjutan
Hadis Nabi saw. : Apabila manusia wafat,
maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga
hal yaitu sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak saleh.
Rukun Wakaf : wakif (orang yang berwakaf),
al-mawquf (benda yg diwakafkan), al-mawquf
alaih (sasaran yg berhak menerima hasil atau
manfaat wakaf), sighat (pernyataan ikrar
wakaf)
Tujuan Wakaf
1. Menggalang tabungan sosial dan mentransformasikan
tabungan sosial menjadi modal sosial serta membantu
mengebangkan pasar modal
2. Meningkatkan investasi sosial
3. Menyisihkan sebagian keuntungan dari sumber daya
orang kaya/berkecukupan kepad afakir miskin dan
anak-anak generasi berikutnya
4. Menciptakan kesadaran diantara orang-orang
kaya/berkecukupan menggali tanggung jawab sosial
terhadap masyarakat
5. Menciptakan integrasi antara keamanan sosial dan
kedamaian sosial serta meningkatkan kesejahteraan
Beda wakaf dan Shadaqah
Wakaf Shadaqah/Hibah
Menyerahkan kepemilikan barang kpd
orang lain
Menyerahkan kepemilikan barang kpd
orang lain
Hak milik atas barang dikembalikan kpd
Allah
Hak milik atas barang bagi penerima
shadaqah/hibah
Objek wakaf tidak boleh diberikan atau
diperjualbelikan
Objek shadaqah dpt diperjualbelikan atau
diberikan
Manfaat barang dinikmati untuk
kepentingan masyarakat
Manfaat barang dinikmati oleh penerima
shadaqah/hibah
Objek wakaf kekal zatnya Objek shadaqah/hibah tidak harus kekal
Pengelolaan diserhakna kepada
administrator /nazir
Pengelola adalah penerima
shadaqh/hibah

Anda mungkin juga menyukai