Anda di halaman 1dari 36

1

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS

Nama : Endaka Perdana Putera Munthe Tanda tangan
NIM : 11.2012.280
Dr pembimbing / penguji : Dr. FX. Widiarso,Sp.OG

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. S Jenis kelamin : Perempuan
Umur: 31tahun Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Kawin (G
II
P
I
A
0
) Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SMA
Alamat :Kedondong RT02 RW02 Gajah,
Demak
Masuk Rumah Sakit : 28 Maret 2014
Pukul 08.15 WIB

Nama suami : Tn.T
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Alamat : Kedondong RT02 RW02 Gajah, Demak

A. ANAMNESIS :
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 28 Maret 2014 ; Jam : 08:15 WIB
Keluhan utama :
Perut terasa kencang kencang 2 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan rujukan dari bidan. OS mengaku hamil 39 minggu, datang dengan
keluhan perut terasa kencang sejak 2 hari SMRS. Selama 2 hari di rumah bidan OS
mendapatkan perawatan dan dipantau perkembanganya oleh bidan namun belum ada
2

kemajuan dari pembukaan 2-3. Ada keluar sedikit lendir kental dan belum ada keluar cairan
bening dari jalan lahir. Gerakan janin aktif dan masih dirasakan.
Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke bidan dan ke
dokter, selama ini tidak pernah memiliki riwayat tekanan darah tinggi, baik sebelum dan
selama pemeriksaan kehamilan. Pada kehamilan pertama tidak ada riwayat darah tinggi.
Tidak ada riwayat operasi sebelumnya. BAK/BAB lancar

Riwayat menstruasi
Menarche : 14 tahun Siklus haid : 28 hari
Dismenorrhea : ( - ) Lama haid : 5 hari
Leukorrhea : ( - )
Menopause : ( - )

Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali pada usia 23tahun, selama 8 tahun

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Hamil
ke
Usia
kehamilan
Jenis
persalinan
penyulit Penolong Jenis
kelamin
BB/TB
lahir
Umur
sekarang
I 2007 Normal ( - ) Dokter Laki-
laki
2700/
lupa
6th 9bln
2 Hamil ini

Riwayat kehamilan ini:
HPHT : 23 Juni 2013
HPL : 30 Maret 2014

Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)
( + ) Pil KB selama 5 tahun (- ) Suntikan 3 bulan () IUD
3

() Susuk KB () Lain-lain

Riwayat Antenatal Care :
Pasien memeriksakan kehamilannya 1 kali setiap bulan ke bidan.

Penyakit Dahulu
() Cacar () Malaria () Batu ginjal/saluran kemih
() Cacar air () Disentri () Burut ( hernia )
() Difteri () Hepatitis () Batuk rejan
(-) Tifus abdominalis () Wasir () Campak
() Diabetes () Sifilis () Alergi
() Tonsilitis () Gonore () Tumor
() Hipertensi () Penyakit pembuluh () Demam rematik akut
(-) Ulkus ventrikuli () Pendarahan otak () Pneumonia
() Ulkus duodeni () Psikosis (- ) Gastritis
() Neurosis () Tuberkulosis () Batu empedu
() Jantung () Operasi () Kecelakaan
Lain-lain : tidak ada

Riwayat keluarga
Hubungan Umur Jenis kelamin Keadaan
kesehatan
Penyebab
meninggal
Ayah 62tahun Laki-laki Hidup -
Ibu 57 tahun Perempuan Hidup -
Suami 35 tahun Laki-laki Hidup -

Ada kerabat yang menderita :
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi -
Asma -
Tuberkulosis -
HIV -
4

Hepatitis B -
Hepatitis C -
Hipertensi -
Cacat bawaan -
Lain lain -

Riwayat Operasi
Tidak ada

B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Keadaan Umum : Sakit sedang
Nadi : 82x/ menit ( kuat angkat, teratur)
Suhu :37,2
0
C
Pernafasaan : 20x/ menit. Abdominal-torakal
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 65 kg

Kulit
Warna kuning langsat, Turgor Kulit baik, Ikterus(-),
Kepala
Normocephali, Rambut hitam, distribusi merata
Mata
Pupil isokor 3mm, reflek cahaya (+/+), Konjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-),
Udem palpebra (-/-)
Telinga
Selaput pendengaran utuh, Serumen (-), Perdarahan (-)
Hidung
Sekret (-), Deviasi septum (-), Pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)
Mulut
hiperemis
5

Leher
Tiroid dan KGB tidak teraba, Deviasi trachea (-), Hipertrofi otot pernapasan tambahan (-)
Retraksi suprasternal(-)
Dada (Thorax)
Inpeksi
Bentuk : Normal, pernafasan abdominotorakal.
Buah dada : simetris, tidak ada massa, ASI (-)

Paru-paru (Pulmo)
Kanan Kiri
Inspeksi Anterior

BENTUK
-dalam batas normal
-sela iga tidak melebar
-retraksi(-)
PERGERAKAN
-Statis dan dinamis
KULIT
-warna : kuning langsat
PERNAPASAN
-Sifat : Abdominotorakal



Posterior BENTUK
-Vertebra: Normal
KULIT
-Tidak ada lesi patologis
Palpasi Anterior

-Tidak ada nyeri tekan
-Sela iga parutidak melebar
PERGERAKAN
-Statis : simetris
-Dinamis : simetri
FREMITUS : simetris


Posterior -tidak nyeri tekan
FREMITUS: simetris
6

Perkusi Anterior Sela iga 1-6 sonor Sela iga 1-6 sonor
Posterior Linea skapularis : Sonor Linea skapularis : Sonor
Auskultasi Anterior Vesikuler, Rhonki (-), Whezing (-) Vesikuler, Rhonki (-), Whezing (-)
Posterior Vesikuler, Rhonki (-), Whezing (-) Vesikuler, Rhonki (-), Whezing (-)

Jantung (Cor)
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada sela iga V, 2 cm medial dari linea midclavicularis
sinistra
Perkusi : Batas atas : Pada sela iga II garis parasternal kiri
Batas kiri : Pada sela iga V, 2 cm medial dari garis midclavicularis kiri
Batas kanan : Pada sela iga V, pada garis parasternal kiri.
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke 4
katup jantung

Perut (Abdomen)
Inspeksi
Bentuk : membuncit membujur
lesi luka post operasi (-)
Palpasi : Nyeri tekan ( - ), massa ( - ), Defans musculer (-)
Hati : tidak teraba
Limpa : tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal

Anggota gerak : Tangan Edema -/-, kaki edema -/-, sianosis -/-, clubbing finger -/-

Kelenjar getah bening
Submandibula : tidak ditemukan pembesaran
Supraklavikula : tidak ditemukan pembesaran
Lipat paha : tidak ditemukan pembesaran
Leher : tidak ditemukan pembesaran
Ketiak : tidak ditemukan pembesara
7

Aspek kejiwaan
Tingkah laku : tenang
Alam perasaan : biasa
Proses pikir : wajar

I. Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah : Chloasma gravidarum (-)
Payudara : pembesara payudara (+), puting susu menonjol, cairan dari mammae (-)
Abdomen : membesar memanjang
Linea nigra (+), strie livide (-), strie albicans (+),
bekas operasi (-)
Palpasi : TFU = 2 jari dibawah prosesus xiphoideus (30 cm)
Leopold I : Bulat, lunak, tidak melenting (Bokong)
Leopold II : Keras memanjang pada bagian kanan (PUKA)
Leopold III : Bulat, keras, melenting (Kepala)
Leopold IV : Divergen (Sudah masuk PAP)
HIS = (+) 2 kali dalam 10 menit
DJJ = 12-12-12 (144x/menit)
TBJ = (30-11) x 155 = 2945 gram
PPV = ( + ) lendir darah

Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher (pukul : 09:10)
3 - 4 cm, KK (+) merembes, EFF 25%
Bag bawah janin kepala, H I

B. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
o 28 Maret2014 ( 08:55 )
Darah rutin
Hemoglobin 12 g/dL (N: 11,7 15,5)
8

Leukosit 11.210H (N: 3.600 11.000)
Eosinofil% 0,5% L (N: 1-3)
Basofil% 0,2 % (N: 0-1)
Neutrofil % 70,7 % H (N: 50-70)
Limfosit% 21,1 % L (N: 25-40)
Monosit% 7,5 % (N: 2-8)
MCV 85,3mikro m3 (N: 80-100)
MCH 29,9 pg (N: 26-34)
MCHC 35 g/dL (N: 32-36)
Hematokrit 34,3 % (N: 30-43)
Trombosit 169.000 (N: 150.000-440.000)
Eritrosit 4.02 juta (N: 3,8 5,2)
RDW 12,4 % (N: 11,5 - 14,5)
PDW 14,2 % (N: 10-18)
MPV 11,6mikro m3 H (N: 6,8 10)
LED 34/62 mm/jam H (N: 0 20 )
Golongan darah/Rh A/+
Waktu perdarahan/BT 2.00 menit (N: 1-3)
Waktu pembekuan/CT 5.0 menit (N: 2-6)

C. RINGKASAN (RESUME)
Pasien wanita G
II
P
I
A
0
dengan hamil 39 minggu, datang dengan keluhan perut terasa
kencang sejak 2 hari SMRS. Selama 2 hari di rumah bidan OS mendapatkan
perawatan dan dipantau perkembanganya oleh bidan namun belum ada kemajuan
pembukaan 2-3. Ada keluar sedikit lendir kental dan belum ada keluar cairan bening
dari jalan lahir. Gerakan janin aktif dan masih dirasakan.
Pasien mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke bidan dan ke
dokter, selama ini tidak pernah memiliki riwayat tekanan darah tinggi, baik sebelum
dan selama pemeriksaan kehamilan. Pada kehamilan pertama tidak ada riwayat darah
tinggi. BAK/BAB lancar
HPHT : 23 Juni 2013
HPL : 30 Maret 2014

9


Pemeriksaan FISIK
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Keadaan Umum : Sakit sedang
Nadi : 82 x/ menit ( kuat angkat, teratur)
Suhu : 37,2
0
C
Pernafasaan : 20x/ menit. Abdominal-torakal
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 65 kg
Mata : CA -/- SI -/-
Thorax : Vesikuler Rh -/- wh -/-
BJ I/II reguler , murmur (-), gallop (-)
Abdomen : membesar, BU (+), nyeri tekan suprapubik (-)
Linea nigra (+)
Palpasi : TFU = 2 jari dibawah procesus xiphoideus (30 cm)
Leopold I : Bokong
Leopold II : Punggung Kanan
Leopold III : Kepala
Leopold IV : Sudah masuk PAP
HIS = (+) 2 kali dalam 10 menit
TBJ = 2945 gram
DJJ = 12-12-12 (144x/menit)
Extremitas : edema - / -
PPV = Lendir darah
Leukorea = (-)

Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher (pukul : 09:10)
3 - 4 cm, KK (+), EFF 25%
Bag bawah janin kepala, H I


10


Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
o 28 Maret2014 ( 08:55 )
Darah rutin
Hemoglobin 12 g/dL (N: 11,7 15,5)
Leukosit 11.210 ribu (N: 3.600 11.000)
Hematokrit 34,3% (N: 30-43)
Trombosit 169.000 (N: 150.000-440.000)
Eritrosit 4.02 juta ( N : 3,8 5,2 )
Golongan darah / rhesus A/ +
Waktu perdarahan / BT 2.00 menit ( N : 1 3 )
Waktu pembekuan / CT 5.00 menit ( N : 2 6 )

DIAGNOSIS
Diagnosis kerja
Diagnosis kerja : pukul 09.20
G
II
P
I
A
0
Umur 31 tahun, Hamil 39 minggu
Anak I hidup intrauterine
Presentasi Kepala, U , PUKA
Inpartu kala I Fase laten lama( 2 hari )

Pemeriksaan yang dianjurkan
1. Pemeriksaan USG untuk melihat keadaan cairan ketuban

D. PENATALAKSANAAN
IVFD D5% 500cc 12 tetes permenit
Gastrul tablet

Bed rest
Evaluasi 4 jam
Pengawasan 10


11


E. PROGNOSIS :
Passage : ad bonam
Passanger : ad bonam
Power : ad bonam

FOLLOW UP
Tanggal 28 Maret 2014, Jam 10.15 WIB
S :Ibu merasa ingin mengejan
O : KU : Tampak sakit sedang
TD : 120 / 70 mmHg RR: 20 x/menit
HR : 80 x/menit T : 36,7C
DJJ: 12 12 12 = 144 x/menit
HIS : 4x / 10 menit (40 detik)
PPV : (+) lendir darah
Tanda tanda inpartu kala II ( + )

VT :
lengkap, KK ( - )
Bagian bawah janin kepala H
3
Teraba UUK kiri depan
A : G
II
P
I
A
0
Umur 31 tahun, Hamil 39 minggu
Anak I hidup intrauterine
Presentasi Kepala, U , PUKA
Inpartu kala 2

P : Pimpin mengejan saat ada His
Pengawasan 9

Tanggal 29 maret 2014, pk 10.50 WIB
Partus Normal + episiotomi mediolateral
Bayi lahir laki-laki, hidup.
BB = 2650 gram TB = 47cm
12

AS 9 10 10
Kelainan kongenital ( - ), mekonium ( + )
Pukul 11.00 wib : plasenta lahir spontan, kotiledon lengkap.
Medikamentosa :
Amoksisilin 3 x 500 mg
Pospargin 2 x 1
Hemofort 1 x 1
Ketoprofen 100mg supp 1 tab

Laporan paska persalian
1. Keadaan Ibu
Ku : Baik
Nadi : 85x / menit
Suhu : 36,2
0
Celcius
T D : 100 / 70 mmHg
HB : 11, 3 g/dL
Kontraksi Uterus : baik
Perdarahan : - Kala III : 150 cc - Kala IV : 50 cc
2. Keadaan anak
Jenis kelamin : Laki laki , hidup
Berat badan / panjang badan : 2650 gram / 47 cm
Apgar score 1 menit 5 menit 10 menit
Denyut jantung 1 2 2
Pernafasan 2 2 2
Tonus otot 2 2 2
Peka rangsang 2 2 2
Warna 2 2 2
13

TOTAL 9 10 10


FOLLOW UP
Sabtu, 28 Maret 2014. Pkl 08.00
S : keluhan ( - )
O : TD : 110/70 mmHg RR : 18 x/menit
HR : 82 x/menit T : 36,8C
Mata : CA-/- SI -/-
C/P : dbn
ASI ( - ), Puting menonjol
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), Bu (+)
TFU = 1 jari dibawah pusat
Ext : Akral hangat, nadi kuat, edem -/-
Pemeriksaan Lab paska persalinan :
Hb 11,30 g/dL (N: 11,7 15,5)
Leukosit 11,84 ribu (N: 3.600 11.000)
Hematokrit 33,30% (N: 30-43)
Trombosit 255.000 (N: 150.000-440.000)
Eritrosit 3,87 juta (N: 3,8 5,2)
Golongan darah/ rhesus O / +
BT 1.30 (N: 1-3)
CT 4.30 (N: 2-6)


A : P
2
A
0
31tahun
Partus Spontan dengan ruptur perineum II
Bayi laki-laki 2650gr/47cm AS 9-10-10
P : Pulang bila tidak ada keluhan


14

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. PERSALINAN NORMAL

PengertianPersalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kedalam jalan
lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada :
kehamilan 38-41 minggu
lahir spontan dengan persentasi belakang kepala
berat badan janin 2500-4000 gram
tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.
Persalinan dikatakan normal bila tidak ada penyulit.

Persalinan dipengaruhi oleh 3 hal yaitu POWER, PASSAGE, PASSENGER
POWER yang mendorong anak keluar : His, tenaga mengejan/meneran,
Passage : ukuran panggul
Passenger : ukuran kepala, bayi, letak dan presentasi bayi, letak plasenta.

POWER
His
His ialah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir kehamilan sebelum
persalinan dimulai, sudah terdapat kontraksi rahim yang disebut his pendahuluan atau his
palsu. His ini sebetulnya, hanya merupakan peningkatan kontraksi Braxton Hicks, sifatnya
tidak teratur dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha, tetapi tidak
menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah seperti his
persalinan. Lamanya kontraksi pendek, tidak bertambah kuat jika dibawa berjalan, bahkan
sering berkurang. His pendahuluan tidak bertambah kuat seiring majunya waktu,
bertentangan dengan his persalinan yang makin lama makin kuat. Hal yang paling penting
adalah bahwa his pendahuluan tidak mempunyai pengaruh pada serviks.

15

His persalinan merupakan kontraksi fisiologis otot-otot rahim. Bertentangan dengan sifat
kontraksi fisiologis lain, his persalinan bersifat nyeri. Nyeri ini mungkin disebabkan oleh
anoksia dari sel-sel otot sewaktu kontraksi, tekanan oleh serabut otot rahim yang berkontraksi
pada ganglion saraf di dalam serviks dan segmen bawah rahim, regangan serviks, atau
regangan dan tarikan pada peritoneum sewaktu kontraksi.

Kontraksi rahim bersifat autonom, tidak dipengaruhi oleh kemauan, tetapi dapat juga
dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, misalnya rangsangan oleh jari-jaritangan. Kontraksi
rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan ialah sebagai berikut :

Lamanya kontraksi
Kekuatan kontraksi; menimbulkan naiknya tekanan intra uterin sampai 35mmHg.
Interval antara dua kontraksi; pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam 10 menit,
pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.

Tenaga mengejan/meneran
Selain his, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong anak
keluar terutama adalah kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian
tekanan intraabdominal. Tenaga mengejan hanya dapat berhasil jika pembukaan sudah
lengkap, dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim.
Tanpa tenaga mengejan anak tidak dapat lahir, misalnya pada pasien yang lumpuh otot-otot
perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan juga melahirkan
plasenta setelah plasenta lepas dari dinding rahim.

PASSAGE
Panggul
1. Panggul ginekoid
Jenis panggul yang paling banyak pada wanita normal, mempunyai diameter
terbaik untuk lahirnya janin tanpa komplikasi. Pintu atas panggul tampak
berbentuk bulat atau agak lonjong/ellips. Diameter transversal dari bidang
pintu atas panggul (pap) lebih panjang sedikit dari diameter antero-posterior
dan hampir seluruh daerah pap merupakan ruangan yang terpakai untuk
kepala janin. Dilihat dari bidang pintu atas panggul, panggul menyerupai
16

silinder tanpa penyempitan dari bidang pintu atas panggul sampai bidang
pintu bawah panggul. Bentuk panggul ini ditemukan pada 45% wanita.

2. Panggul antrhopoid
Panggul yang memiliki suatu bentuk agak lonjong seperti telur, pada bidang
pintu atas panggul dengan diameter terpanjang antero-posterior. Oleh karena
segmen posterior panjang dan sempit, kepala janin tegak lurus terhadap
diameter transversal dari pintu atas panggul. Arkus pubis sempit dan lebarnya
kurang dari 2 jari, sehingga menyebabkan penyempitan pintu bawah panggul.
Bentuk panggul ini ditemukan pada 35% wanita.

3. Panggul android
Panggul mirip laki-laki, mempunyai reputasi jelek dan lebih jarang dijumpai
dibanding bentuk ginekoid. Panggul android ditandai oleh daerah segmen
posterior yang sempit dengan ujung sakrum menonjol ke depan dan segmen
anterior relatif panjang. Dilihat dari pintu atas panggul tampak seperti bentuk
segit iga, tulang-tulang dari panggul android umumnya berat sehingga ruangan
untuk penurunan kepala juga terbatas. Spina iskiadika menonjol ke dalam
jalan lahir dan pintu bawah panggul menunjukan suatu arkus pubis yang
menyempit. Bentuk panggul ini ditemukan pada 15% wanita.

4. Panggul Platipelloida
Panggul berbentuk datar dengan tulang-tulang yang lembut, jenis panggul ini
paling jarang dijumpai dan jumlahnya kurang dari 5% ditemukan pada wanita.
Pintu atas panggul lebih jelas terlihat dimana menunjukan pemendekan dari
diameter antero-posterior, sebaliknya diameter transversal lebar. Penyempitan
panggul tengah bukanlah suatu masalah, karena arkus pubis sangat lebar dan sakrum pendek
mengarah kebelakang, maka distosia pada pintu bawah
panggul jarang terjadi.

Frekuensi dan ukuran jenis-jenis panggul berbeda diantara berbagai bangsa,
dipengaruhi faktor sosial dan ekonomi. Pada panggul ukuran normal dan jenis apapun
panggulnya, kelahiran pervaginam janin dengan Berat Badan (BB) yang normal tidak akan
mengalami kesukaran. Akan tetapi karena pengaruh gizi, ukuran panggul dapat menjadi
lebih kecil dari pada standar normal sehingga bisa terjadi kesulitan dalam persalinan
pervaginam. Terutama kelahiran pada panggul android dapat menimbulkan
distosia yang sukar diatasi.

PASSENGER : Makrosomia, hidrocephalus, kelainan kongenital,letak lintang/sungsang,
presentasi muka, dll
17

Adapun perubahan yang terjadi pada jalan lahir saat persalinan berlangsung sebagai berikut :

1. Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan
Sejak kehamilan lanjut, uterus dengan jelas terdiri dari 2 bagian, yaitu segmen atas rahim
yang dibentuk oleh korpus uteri dan segmen bawah rahim yang terbentuk dari isthmus uteri.
Dalam persalinan, perbedaan antara segmen atas dan bawah rahim lebih jelas lagi. Segmen
atas memegang peranan aktif karena berkontraksi. Dindingnya bertambah tebal dengan
majunya persalinan. Sebaliknya, segmen bawah rahim memegang peranan pasif dan makin
menipis seiring dengan majunya persalinan karena diregang. Jadi, segmen atas berkontraksi,
menjadi tebal dan mendorong anak keluar sedangkan segmen bawah dan serviks mengadakan
relaksasi dan dilatasi serta menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui bayi.

2. Sifat kontraksi otot rahim
Kontraksi otot rahim mempunyai dua sifat yang khas, yaitu :
Setelah kontraksi, otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi,
tetapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi. Kejadian
ini disebut retraksi. Dengan retraksi, rongga rahim mengecil dan anak berangsur di dorong ke
bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah his hilang. Akibatnya segmen atas makin
tebal seiringmajunya persalinan, apalagi setelah bayi lahir.
Kontraksi tidak sama kuatnya, tetapi paling kuat di daerah fundus uteri dan berangsur
berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim.Jika kontraksi di bagian
bawah sama kuatnya dengan kontraksi di bagian atas, tidak akan ada kemajuan dalam
persalinan. Karena pada permulaan persalinan serviks masih tertutup, isi rahim tentu tidak
dapat didorong ke dalam vagina. Jadi, pengecilan segmen atas harus diimbangi oleh relaksasi
segmen bawah rahim. Akibat hal tersebut, segmen atas makin lama semakin mengecil,
sedangkan segmen bawah semakin diregang dan makin tipis, isi rahim sedikit demi sedikit
terdorong ke luar dan pindah ke segmen bawah. Karena segmen atas makin tebal dan segmen
bawah makin tipis, batas antar segmen atas dan segmen bawah menjadi jelas. Batas ini
disebut lingkaran retraksi fisiologis.Jika segmen bawah sangat diregang, lingkaran retraksi
lebih jelas lagi dan naik mendekati pusat, lingkaran ini disebut lingkaran retraksi patologis
ataulingkaran Bandl yang merupakan tanda ancaman robekan rahim dan muncul jika
bagian depan tidak dapat maju, misalnya karena pangul sempit.

18

3. Perubahan bentuk rahim
Pada tiap kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah panjang, sedangkan ukuran melintang
maupun ukuran muka belakang berkurang. Pengaruh perubahan bentuk ini ialah sebagai
berikut :

Karena ukuran melintang berkurang, lengkungan tulang punggung anak berkurang, artinya
tulang punggung menjadi lebih lurus. Dengan demikian, kutub atas anak tertekan pada
fundus, sedangkan kutub bawah ditekan ke dalam pintu atas panggul. Karena rahim
bertambah panjang, otot-otot memanjang diregang dan menarik segmen bawah dan serviks.
Hal ini merupakan salah satu penyebab pembukaan serviks.

4. Perubahan pada serviks
Agar anak dapat keluar dari rahim, perlu terjadi pembukaan serviks. Pembukaan serviks ini
biasanya didahului oleh pendataran serviks.

Pendataran serviks
Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis yang semula berupa sebuah saluran
dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang tipis. Pendataran ini
terjadi dari atas ke bawah.
Pembukaan serviks
Yang dimaksud dengan pembukaan serviks adalah pembesaran ostium eksternum menjadi
suatu lubang dengan diameter sekitar 10 cm yang akan di lalui anak..2,7

5. Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul ditentukan oleh bagian
depan anak. Oleh bagian depan yang maju itu, dasar panggul diregang menjadi saluran
dengan dinding yang tipis. Sewaktu kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke
depan atas. Dari luar, peregangan oleh bagian depan tampak pada perineum yang menonjol
dan tipis, sedangkan anus menjadi terbuka.




19

MEKANISME PERSALINAN NORMAL
KALA PERSALINAN
Partus dibagi menjadi 4 kala.
Mekanisme persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu
Kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm,disebut
kala pembukaan.
- Klinis dapat dinyatakan partus dimulai ila timbul his dan keluar lendir darah. Lendir
darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka dan
mendatar, sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada
disekitar kanalis servikalis itu pecah karna pergeseran ketika serviks membuka.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada
primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks
akan mendatar dan menipis, baru kemudian oue membuka. Pada multigravida oue dan
oui sudah sedikit membuka. Penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang
sama pada pembukaan. Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir atau
telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir
lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan
atau inpartu kala 1 maka disebut ketuban pecah dini.
- Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I
berlangsung kira-kira 13jam. Sedangkan multipara kira-kira 7 jam.

Kala II : Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan
mengedan mendorong janin keluar hingga lahir
His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 3 menit sekali. Karena biasanya dalam
kepala janin sudah masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot
dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula
tekanan kepada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan
menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala
janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala
janin tidak masuk lagi diluar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala
janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati
perineum.
20

Setelah beristirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan anggota bayi lain.
Pada primigravida kala II berlangsung 2 jam dan pada multigravida 1 jam.

Kala III : Batasan dumulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta
1. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri sedikit diatas pusat.
2. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 15 menit setelah bayi lahir dan keluar
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Tanda tanda lepasnya plasenta :
1. Perubahan ukuran dan bentuk uterus
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah tiba tiba

Manajemen aktif kala III :
- Pemberian oksitosin 10 unit IM dalam 2 menit setelah bayi lahir
- Melakukan PTT ( Penegangan tali pusat terkendali )
- Masase ( pemijatan ) fundus uteri segera setelah plasenta lahir
Catatan :
- Jika plasenta belum lahir dalam 15 menit , dapat diberikan oksitosin 10 unit IM dosis
kedua dan ulangi PTT
- Jika kandung kemih teraba penuh, bisa dilakukan kateterisasi
- Jika dalam menit ke-30 belum lahir secara spontan dapat dilakukan manual plasenta.
-
Kala IV : 2 jam setelah plasenta lahir lengkap
Penatalaksanaaan :
1. Lakukan masase fundus uteri
2. Evaluasi tinggi fundus ( normalnya fundus uteri setinggi pusat atau dibawahnya ,
misal 2 jari dibawah pusat )
3. Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh
4. Periksa kehilangan darah secara keseluruhan
5. Periksa perineum dan perdarahan aktif ( apabila ada laserasi atau episiotomi )
6. Evaluasi kondisi umum ibu
21

7. Dokumentasikan semua temuan dan penatalaksaan kala IV dibelakang partograf

Gerakan-gerakan anak pada persalinan
Gerakan-gerakan anak pada persalinan yang paling sering kita jumpai ialah presentasi
belakang kepala dan kebanyakan presentasi ini masuk ke dalam pintu atas panggul dengan
sutura sagitalis melintang. Ubun-ubun kecil kiri melintang lebih sering daripada ubun-ubun
kecil kanan melintang. Karena itu, akan diuraikan pergerakan anak dalam presentasi belakang
kepala dengan posisi ubun-ubun kecil kiri melintang.

Mekanisme persalinan terdiri dari suatu gabungan gerakan-gerakan yang berlangsung pada
saat yang sama. Misalnya, sebagai bagian dari proses engagement terjadi fleksi dan
penurunan kepala. Gerakan-gerakan tersebut tidak mungkin diselesaikan bila bagian
terbawah janin tidak turun secara bersamaan. Seiring dengan itu, kontraksi uterus
menghasilkan modifikasi penting pada sikap atau habitus janin, terutamasetelah kepala turun
ke dalam panngul.
Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul -
seven cardinal movements of labor yang terdiri dari :
1. Engagemen
2. Fleksi
3. Desensus
4. Putar paksi dalam
5. Ekstensi
6. Putar paksi luar
7. Ekspulsi
Gerakan-gerakan tersebut terjadi pada presentasi kepala dan presentasi bokong.
Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir dengan
baik sehingga dapat terjadi persalinan per vaginam secara spontan.
Engagemen
Suatu keadaan dimana diameter biparietal sudah melewati pintu atas panggul.
22

Pada 70% kasus, kepala masuk pintu atas panggul ibu pada panggul jenis ginekoid
dengan oksiput melintang (tranversal)
Proses engagemen kedalam pintu atas panggul dapat melalui proses normal
sinklitismus , asinklitismus anterior dan asinklitismus posterior :
Normal sinklitismus. Sutura sagitalis tepat diantara simfisis pubis dan sacrum. Pada
presentasi belakang kepala , engagement berlangsung apabila diameter biparietal telah
melewati pintu atas panggul. Kepala paling sering masuk dengan sutura sagitalis
melintang.Ubun-ubun kecil kiri melintang merupakan posisi yang paling sering kita temukan.
Apabila diameter biparietal tersebut sejajar dengan bidang panggul,kepala berada dalam
sinklitisme. Sutura sagitalis berada di tengah-tengah antara dinding panggul bagian depan dan
belakang. Engagement dengan sinklitisme terjadi bila uterus tegak lurus terhadap pintu atas
panggul dan panggulnya luas. Jika keadaan tersebut tidak tercapai, kepala berada dalam
keadaan asinklitisme.

Asinklitismus anterior : Sutura sagitalis lebih dekat kearah sacrum. Asinklitismus derajat
sedang pasti terjadi pada persalinan normal, namun jika derajat berat, gerakan ini dapat
menimbulkan disproporsi sefalo pelvik pada panggul yang berukuran normal sekalipun.
Perubahan yang berturut-turut dari asinklitismus posterior ke anterior mempermudah
desensus dengan memungkinkan kepala janin mengambil kesempatan memanfaatkan daerah-
daerah yang paling luas di rongga panggul.
23


o Asinklitismus posterior: Sutura sagitalis lebih dekat kearah simfisis pubis
(parietal bone presentasion)

Fleksi
Gerakan fleksi terjadi akibat adanya tahanan servik, dinding panggul dan otot dasar panggul.
Fleksi kepala diperlukan agar dapat terjadi engagemen dan desensus. Pada gerakan ini, dagu
mendekat ke dada janin dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih pendek
menggantikandiameter oksipitofrontal yang lebih panjang.
24

Bila terdapat kesempitan panggul, dapat terjadi ekstensi kepala sehingga terjadi letak defleksi
(presentasi dahi, presentasi muka).
Desensus ( Penurunan Kepala )
Pada nulipara, engagemen terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut sampai awal kala II;
pada multipara desensus berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik.
Penyebab terjadinya desensus :
1. Tekanan cairan amnion
2. Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong
3. Usaha meneran ibu
4. Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi lurus)
Faktor lain yang menentukan terjadinya desensus adalah :
Ukuran dan bentuk panggul
Posisi bagian terendah janin
Semakin besar tahanan tulang panggul atau adanya kesempitan panggul akan menyebabkan
desensus berlangsung lambat.
Desensus berlangsung terus sampai janin lahir.
Putar paksi dalam- internal rotation
Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah janin mengalami putar paksi
dalam pada level setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul).
Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi posisi anterior (kadang-kadang kearah
posterior).
Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah adalah daerah ubun-ubun kecil
dan bagian inilah yang akan memutar ke depan, ke bawah simfisis. Putaran paksi
dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran paksi merupakan
suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir, khususnya
bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi
25

tersendiri, tetapi selalu bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum
kepala sampai ke Hodge III kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar
panggul
Putar paksi biasanya berakhir setelah kepala mencapai dasar panggul.
Sebab-sebab putaran paksi dalam yakni:
Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah darikepala.
Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit, yaitu disebelah depan
atas tempat terdapatnya hiatus genitalis antara antara musculuslevator ani kiri dan
kanan.
Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior.

Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul terjadilah ekstensi atau
defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk
melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi, kepala akant tertekan pada perineum dan
menembusnya. Pada kepala, bekerja dua kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah, dan
yang satunya disebabkan oleh tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Resultannya
ialah kekuatan ke arahdepan atas. Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simfisis,
yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas ialah bagian yang berhadapan dengan
subocciput sehingga pada pinggir atas perineum, lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi
hidung, mulut, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat
pemutaran disebut hipomoklion.
Proses ekstensi berlanjut dan seluruh bagian kepala janin lahir.
Putar paksi luar- external rotation
Setelah kepala lahir, terjadi putar paksi luar (restitusi) yang menyebabkan posisi kepala
kembali pada posisi saat engagemen terjadi dalam jalan lahir. Belakang kepala anak memutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
26

putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan : putaran
paksiluar). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischiadicum sesisi. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan
disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalamdiameter anteroposterior pintu
bawah panggul.

7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi hipomoklion
untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh
badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir. Bahu anterior akan mengalami putar paksi
dalam sejauh 45
0
menuju arcus pubis sebelum dapat lahir dibawah simfisis. Persalinan bahu
depan dibantu dengan tarikan curam bawah pada samping kepala janin . Setelah bahu depan
lahir, dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu posterior. Traksi untuk melahirkan
bahu harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari cedera pada pleksus brachialis.
Setelah persalinan kepala dan bahu, persalinan selanjutnya berlangsung pada sisa bagian
tubuh janin dengan melakukan traksi pada bahu janin. Setelah kepala lahir, muka janin
dibersihkan dan jalan nafas dibebaskan dari darah dan cairan amnion. Mulut dibersihkan
terlebih dahulu sebelum melakukan pembersihan hidung.
Setelah jalan nafas bersih, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan talipusat sekitar leher dengan
jari telunjuk. Lilitan talipusat yang terjadi harus dibebaskan terlebih dahulu. Bila lilitan
talipusat terlalu erat dapat dilakukan pemotongan diantara 2 buah klem.

27


Episiotomi
Definisi :
Suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina,
cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasea perineum dan kulit
sebelah depan perineum
Indikasi terdiri dari Indikasi janin dan indikasi ibu.
Indikasi janin :
- Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuanya untuk mencegah terjadinya trauma
yang berlebihan pada kepala janin
- Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan janin dengan cunam, ekstraksi
vakum dan janin besar
Indikasi ibu
Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga ditakuti akan terjadi robekan
perineum atau ruptur perineum.
Jenis jenis episiotomi :
Episiotomi medialis
Pada teknik ini insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina sampai batas atas otot
otot sfingter ani
Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah:
Perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena daerah yang relatif
sedikit mengandung pembuluh darah.
- Sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan
penyembuhan lebih memuaskan.
- Tidak akan mempengaruhi keseimbangan otot dikanan kiri dasar pelvis
- Insisi akan lebih mudah sembuh, karena bekas insisi tersebut mudah dirapatkan.
- Tidak begitu sakit pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan
- Dispareuni jarang terjadi
Kerugiannya adalah terjadi perluasan laserasi ke sfingter ani (laserasi median sfingter ani)
sehingga terjadi laserasi perinei tingkat III inkomplet atau laserasi menjangkau hingga
rektum (laserasi dinding rektum), sehingga terjadi ruptur perineii komplit yang
mengakibatkan kehilangan darah lebih banyak dan lebih sulit dijahit.
Episiotomi Mediolateralis
28

Sayatan yang di buat dari garis tengah kesamping menjauhi anus yang sengaja dilakukan
menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura perinei tingkat III, dimana insisi dimulai
dari ujung terbawah introitus vagina menuju ke belakang dan samping kiri atau kanan
ditengah antara spina ischiadica dan anus.
Keuntungan dari epistomi mediolateral adalah
perluasan laserasi akan lebih kecil kemungkinannya mencapai otot sfingter ani dan
rektum sehingga dapat mencegah terjadinya laserasi perinei tingkat III ataupun
laserasi perineum yang lebih parah yang sampai pada rectum.
Kerugian
Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak pembuluh
darahnya. Daerah insisi kaya akan fleksus venosus
Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar dan penyembuhan
terasa lebih sakit dan lama
Insisi lateral akan menyebabkan distorsi (penyimpangan) keseimbangan dasar pelvis.
Otot ototnya agak lebih sulit untuk disatukan secara benar (aposisinya
sulit), sehingga terbentuk jaringan parut yang kurang baik
Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari dan kadang kadang diikuti
dispareuni (nyeri saat berhubungan)
Hasil akhir anatomik tidak selalu bagus (pada 10% kasus) dan Pelebaran introitus
vagina

Episiotomi lateralis
Pada teknik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira kira pada jam 3 atau 9
menurut arah jarum jam
Luka insisi ini dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah pundendal
interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang
terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita

Robekan perineum
Etiologi :
Robekan pada perineum umumnya terjadi pada persalinan dimana :
1. Kepala janin terlalu cepat lahir
2. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
29

3. Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
4. Pada persalinan dengan distosia bahu

Robekan perineum dapat dibagi menjadi 4 tingkat :
1. Tingkat 1 : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perinum sedikit
2. Tingkat 2 : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai selaput lendir
vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani
3. Tingkat 3 : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot
otot sfingter ani
4. Tingkat 4 : Kanalis ani terbuka dan robekan dapat meluas ke rectum.






















30

II. FASE LATEN MEMANJANG
2.1 DEFENISI
Menurut Sarono Prawirohardjo dalam buku pelayanan maternal dan neonatal, fase laten
memanjang adalah suatu keadaan pada kala I dimana pembukaan serviks sampai 4 cm dan
berlangsung lebih dari 8 jam tanpa adanya kemajuan.

2.2 ETIOLOGI
Menurut Rustam Mochtar (Sinopsis Obstetri) pada dasarnya fase laten memanjang dapat
disebabkan oleh :
1. His tidak efisien (adekuat)
2. Tali pusat pendek
3. Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
4. Kesalahan petugas kesehatan memastikan bahwa pasien sudah masuk dalam persalinan
(inpartu) atau belum
Faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain.


2.3 PENILAIAN KLINIS

1. Periksa DJJ selama atau segera setelah His. Hitung frekuensinya sekurang-kurangnya 1
x dalam 30 menit selama fase aktif dan tiap 5 menit selama fase laten kala II.
2. Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur darah, pikiran
kemungkinan gawat janin

3. Jika tidak ada ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah, pertimbangkan
adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban yang mungkin juga menyebabkan gawat janin.
Perbaiki keadaan umum dengan memberikan dukungan psikologis. Berikan cairan baik
secara oral atau parenteral dan upayakan BAK.

4. Bila penderita merasakan nyeri yang sangat berat berikan analgetik



31

2.4 DIAGNOSIS

Untuk menegakkan diagnosis kala 1 fase laten memanjang bisa dengan :
Diagnosa fase laten memanjang dibuat secara retrospektif, jika his berhenti. Pasien
disebut belum inpartu/persalinan palsu. Jika his makin teratur dan pembukaan makin
bertambah lebih dari 4 cm, pasien masuk dalam fase laten
Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan lakukan penilaian
ulang terhadap serviks
Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan tidak ada
gawat janin, mungkin pasien belum inpartu.
Jika ada kemajuan dalam pendataran atau pembukaan serviks lakukan amniotomi dan
induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam.
Tanda dan gejala diagnosa fase laten memanjang :
1. Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju, sedangkan
his baik
2. Pembukaan serviks melewati kanan garis waspada partograf
Kekeliruan melakukan diagnosa persalinan palsu menjadi fase laten menyebabkan
pemberian induksi yang tidak perlu yang biasanya sering gagal. Hal ini menyebabkan
tindakan operasi SC yang kurang perlu dan sering menyebabkan amnionitis. Oleh sebab itu
maka petugas kesehatan atau bidan harus benar-benar tahu atau paham tentang perbedaan
persalinan sesungguhnya dan persalinan palsu yaitu dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Persalinan sesungguhnya / true labor
a. Serviks menipis dan membuka
b. Rasa nyeri dengan internal teratur
c. Internal antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek
d. Waktu dan kekuatan kontraksi bertambah
32

e. Rasa nyeri berada dibagian perut bagian bawah dan menjalar ke belakang
f. Dengan berjalan menambah intensitas
g. Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan intensitas rasa nyeri
h. Lendir darah sering tampak
i. Kepala janin terfiksasi di PAP diantara kontraksi
j. Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya
k. Ada penurunan kepala bayi

2. Persalinan Semu / false labor
a. Tidak ada perubahan serviks
b. Rasa nyeri tidak teratur
c. Tidak ada perubahan internal antara nyeri yang satu dan yang lain
d. Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi
e. Kebanyakan rasa nyeri dibagian depan saja
f. Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan
g. Tidak ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi uterus dengan intensitas rasa
nyeri
h. Tidak ada lendir darah
i. Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin
j. Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi
33

k. Pemberian obat yang efisien menghentikan rasa nyeri pada persalinan
2.5 PENTALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada kala 1 fase laten memanjang adalah :
Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin selama 8 jam,
lakukan SC.
Jika didapatkan tanda-tanda infeki (demam, cairan, berbau):
Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin
Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan:
Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
Ditambah Gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
Jika dilakukan SC, lanjutkan pemberian antibiotika ditambah Metronidazol 500 mg IV setiap
8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam.

Menurut Sarwono Prawirohardjo
1. Penanganan secara umum
a. Nilai secara cepat keadaan umum wanita hamil tersebut termasuk tanda-tanda vital dan
tingkat hidrasinya. Apakah ia kesakitan dan gelisah, jika ya pertimbangkan pemberian
analgetik.
b. Tentukan apakah pasien benar-benar inpartu
c. Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah O2 ke
plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan dan mengedan dengan
tidak menahan napas terlalu lama
d. Perhatikan DJJ
2. Penanganan secara khusus
Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda
kemajuan, lakukan pemeriksaan dengan jalan penilaian ulang serviks :
34

Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tak didapatkan tanda
gawat janin, kaji ulang diagnosisnya kemungkinan ibu belum dalam keadaan inpartu
Bila ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks lakukan amniotomi dan
induksi persalinan dengan oksitosin atau prostoglandin. Lakukan drip oksitosin
dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes per menit,
setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai His adekuat (maksimum 40 tetes/menit) atau
diberikan preparat prostaglandin.
Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam.
Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin lakukan seksio
sesarea.
Pada daerah yang prevelensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap utuh,
selama pemberian oksitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penularan
HIV
Bila didapatkan tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) lakukan akselerasi
persalinan dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl mulai dengan 8
tetes permenit setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum 40
tetes/menit atau diberikan preparat prostaglandin, serta berikan antibiotika kombinasi
sampai persalinan yaitu amplisilin 29 gr IV. Sebagai dosis awal dan 1 gr IV setiap 6
jam ditambah dengan gestamisin setiap 24 jam.
Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pasca persalinan
Jika dilakukan seksiosesarea, lanjutkan antibiotika ditambah metronidazol 500 mg IV
setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam.
Persalinan lama ialah persalinan yang berlangsung lebih dari 12 jam, baik pada primipara
maupun multipara. Persalinan lama dapat terjadi dengan pemanjangan kala I dan atau kala II.
Penilaian proses persalinan dengan menggunakan partograf sangat membantu. Beberapa hal
yang harus diketahui dalam penerapan penilaian tersebut adalah sebagai berikut.
Fase persalinan dalam kala I dan kala II sehubungan dengan proses membukanya serviks
ialah:
1. Fase laten: mulai pembukaan 0 sampai 3 cm
2. Fase akselerasi: pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
35

3. Fase dilatasi maksimal: pembukaan 4 cm menjadi 9 cm
4. Fase deselerasi: pembukaan 9 cm menjadi lengkap (10 cm)
5. Kala II: pembukaan lengkap sampai bayi lahir



























36

DAFTAR PUSTAKA

1. Bambang Widjanarko.2011. Induksi Dan Akselerasi Persalinan.
http://reproduksiumj.blogspot.com/2011/09/induksi-dan-akselerasi-persalinan.html
2. Asrih Dwi H, Cristine Clervo P, 2012. Asuhan Persalinan Normal. Nuha Medica.
Yogyakarta.
3. Saifuddin, Abdul Bari, dkk : Buku Ilmu Kebidanan, Edisi Keempat, Cetakan Ketigta,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2010;.
4. Mochtar, Rustam, : Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Edisi
Kedua, EGC, Jakarta, 1998; 269 -278.
5. http://id.scribd.com/doc/113877463/Induksi-Persalinan
6. Hassan Rusepno dr.dkk.1985.Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.Staff Pengajar
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
7. Saifuddin, Abdul Bari, dkk : Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Edisi Pertama, Cetakan Keempat, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2006; 162 -166.

Anda mungkin juga menyukai