"
Koleksi Artikel dari Biasawae Community
Copyleft 2004 biasawae.com
Menurut pawukon ada hari-hari yang dianggap baik dan buruk. Hari-hari itu perlu diperhitungkan
bila seseorang akan melakukan suatu kegiatan yang penting. Baik-buruk hari itu berlaku umum,
tidak hanya bagi orang yang hari lahirnya menurut pawukon bertepatan dengan wuku yang
sedang berlangsung.
Biasanya hari baik dan hari buruk dalam pawukon itu memiliki siklus tertentu. Artinya tiap sekian
hari berulang kembali. Hari-hari itu juga mempunyai nama, misalnya ada hari baik yang bemama
Sritumpuk, atau hari buruk yang bemama Taliwangke.
Terhadap hari Sarik Agung ini ada peringatan yang kurang lebih berbunyi: Segala hajat atau
keperluan penting jangan dilaksanakan pada hari Sarik Agung, karena tidak mungkin lagi di-atasi
dengan upaya tolak bala. Jadi baiknya tin-gal diam, tidak melakukan sesuatu yang perlu selama
sehari penuh.
Gumiliring wuku adalah hari baik, terutama untuk menyelenggarakan perkawinan atau
menikahkan anak. Bahkan ada petunjuk dalam primbon yang maknanya: Bulan (tarikh Jawa)
yang tidak ada hari Anggara Kasih (Selasa Kliwon) tidak baik untuk mantu (menikahkan anak).
Dalam satu putaran pawukon terdapat enam kali Anggara Kasih, namun hanya lima Anggara
Kasih yang dianggap baik untuk penyelenggaraan pernikahan yaitu:
Koleksi Artikel dari Biasawae Community
Copyleft 2004 biasawae.com
Sedangkan satu lagi Anggara Kasih yaitu yang terdapat dalam wuku Tambir (129) tidak dianggap
baik, karena sehari sebelumnya yaitu hari ke 128 dalam pawukon adalah hari Samparwangke.
Bukankah beberapa hari sebelum hari H pernikahan orang sudah sibuk? Bahkan 1 hari
sebelumnya sudah midadareni. Jadi menurut pawukon tidak mungkin midadareni pada hari
Samparwangke.
Itulah hari-hari baik dan buruk yang asli dalam pawukon. Masih ada hari baik dan buruk dalam
bentuk lain, yaitu hari-hari yang mempergunakan perhitungan neptu. Hari-hari dengan
perhitungan neptu itu kiranya tidak perlu diutarakan di sini, karena telah terlalu jauh dan
pawukon.