DAN
ASAS MANFAAT
Naskah Publikasi
oleh :
Vita Rahmawati
NIM 09.93.0014
ABSTRAK
Undang-Undang Rumah Sakit, Undang-Undang No. 44/09 melalui Pasal 46,
menentukan adanya tanggung jawab hukum terpusat, di mana Rumah Sakit
bertanggung jawab hukum atas kelalaian yang dilakukan Tenaga Kesehatan di
Rumah Sakit. Pasien yang menderita kerugian akibat kelalaian yang dilakukan
tenaga kesehatan, cukup menggugat Rumah Sakit, tanpa perlu tahu hubungan hukum
tenaga kesehatan dengan Rumah Sakit, ini sangat berguna bagi pasien, karena efisien
dan efektif, sehingga timbul pertanyaan: apakah ketentuan tentang tanggung jawab
hukum terpusat Rumah Sakit menyebabkan dipenuhinya asas manfaat bagi pasien?
Penelitian hukum ini menggunakan Metode Penelitian Deskriptif dengan
pendekatan Metode Penelitian Yuridis Normatif, sehingga jenis penelitian yang
digunakan adalah Studi Kepustakaan. Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif
dalam bentuk bahan pustaka, yakni bahan hukum primer, sekunder dan tertier.
Rumah Sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan, di mana di
dalamnya diselenggarakan pelayanan kesehatan paripurna, yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit terdiri dari
bermacam-macam keahlian dan hubungan hukum antara rumah sakit dengan tenaga
kesehatan pun bermacam-macam pula, ada yang berdasarkan pada hubungan
ketenagakerjaan, dan ada pula yang hanya berdasarkan hubungan kemitraan (dokter
spesialis). Sehingga tanggung jawab hukum Rumah Sakit terhadap kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan beragam pula. Pasien selalu mendapatkan kesulitan
tentang siapa yang akan digugat dan kelalaiannya apa? Kini dengan ketentuan
tentang tanggung jawab hukum Rumah Sakit atas seluruh kelalaian tenaga
kesehatan, pasien hanya perlu menggugat Rumah Sakit saja.
Menurut ajaran Utilitarianisme dan Teori Utility, Kemanfaatan merupakan
satusatunya tujuan dari hukum, sehingga hukum yang baik adalah hukum yang
penerapan dan pelaksanaannya mengakibatkan pemanfaatan yang sebesar
besarnya bagi sebanyakbanyaknya manusia, yang disebut sebagai asas manfaat.
Asas manfaat sebagai salah satu asas hukum dinyatakan secara eksplisit di dalam
Pasal 2 UU Praktik kedokteran. Asas Manfaat ini terdiri dari : unsur akibat dari
suatu tindakan ; unsur pemuasan kepentingan umum; dan unsur bagi perlindungan
bagi para pihak melalui kepastian hukum.
Ketentuan tentang tanggung jawab hukum terpusat memudahkan pasien
dalam mengajukan gugatan ganti rugi atas kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan di Rumah Sakit, sehingga dapat dirumuskan jawaban sementara: jika
tanggung jawah hukum Rumah Sakit ditentukan secara terpusat, yakni Rumah Sakit
bertanggung jawab hukum atas seluruh kelalaian tenaga kesehatan di Rumah sakit,
maka dipenuhi asas kemanfaatan bagi pasien.
Kata kunci: Rumah Sakit; Tenaga Kesehatan, Kelalaian di Rumah Sakit; Tanggung
Jawab Hukum Rumah Sakit secara Terpusat; Asas Kemanfaatan
ASAS MANFAAT
LATAR BELAKANG PENELITIAN
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus
diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya.
Sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 beserta Perubahannya, telah ditegaskan bahwa
setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34
ayat (3) dinyatakan Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Oleh karena itu diperlukan adanya suatu undangundang yang mengatur
dalam bidang kesehatan yang terkait dengan pelayanan kesehatan. UndangUndang
yang dimaksud adalah undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
yang selanjutnya disebut undang-undang Kesehatan dan undang-undang Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit yang selanjutnya disebut dengan Undang-Undang
Rumah Sakit.
Rumah Sakit mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan.
Penyelenggaraan kesehatan oleh Rumah Sakit memerlukan dukungan berbagai
sarana dan prasarana, baik berupa perangkat keras, perangkat lunak serta perangkat
pendukung lainnya.
Rumah Sakit adalah salah satu penyelenggara kesehatan yang berfungsi
sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan penyakit dan memberikan
pelayanan yang paripurna, dan fungsi tersebut memiliki makna bahwa pemerintah
turut bertanggungjawab dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan alasan tersebut pemerintah perlu mengintensifkan pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan kesehatan yang dilakukan oleh rumah sakit,
baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah, maupun yang diselenggarakan oleh
swasta sehingga terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya sebagaimana
yang dicitacitakan Undang-Undang Kesehatan dan Undang-Undang Rumah Sakit
dan dilandasi oleh asas manfaat untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang
optimal yang bersumber pada Pancasila dan UUD45, antara lain asas kemanusian
3
yang adil dan beradab dan keadilan sosial sehingga terwujud masyarakat yang adil,
sehat dan sejahtera.
Rumah sakit merupakan institusi padat modal, padat teknologi dan padat
tenaga kerja, sehingga pengelolaan Rumah Sakit tidak bisa semata-mata sebagai unit
social. Rumah Sakit mulai dijadikan sebagai subyek hukum dan sebagai target
gugatan atas seluruh kelalaian tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit, yang
dinilai merugikan orang lain (pasien). Hal ini menjadikan rumah sakit tidak sebagai
unit sosial semata-mata tetapi menjadi unit sosio ekonomi.
Perubahan
paragdima
ini
jelas
tidak
menguntungkan
bagi
dunia
dan Pasal 56 UndangUndang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009. Ini berarti hukum
positif di Indonesia telah mengatur, mengenai tanggung jawab perdata bagi
hubungan hukum antara tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit dan pasien,
apabila salah satu pihak merasa dirugikan sebagai akibat dari kelalaiannya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, dirasakan perlu untuk meneliti mengenai
ketentuan tentang tanggung jawab hukum Rumah Sakit terhadap seluruh kelalaian
tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit yang dihubungkan dengan asas
manfaat bagi pasien.
Dalam penulisan tesis ini, hanya dituliskan tentang salah satu tenaga kesehatan
yang bekerja di rumah sakit yaitu Dokter dan Dokter Gigi. Besar harapan hasil
analisis yang dihasilkan dalam penelitian tesis ini, hasil analisisnya yang berupa
hipotesis atau jawaban sementara, dapat digunakan bagi berbagai pihak untuk
memecahkan permasalahan yang diuraikan tersebut.
Penelitian ini diberi judul: TANGGUNG JAWAB HUKUM RUMAH SAKIT
DAN ASAS MANFAAT (Penelitian Yuridis Normatif Terhadap UU Tentang
Kesehatan No. 36/09, UU Praktik Kedokteran No. 29/04, UU rumah Sakit No.
44/09).
PERMASALAHAN
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian tersebut diatas, dalam
penelitian tesis ini dapat dirumuskan, rumusan masalah, yaitu :
Apakah Ketentuan Tentang Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit Terhadap
Seluruh Kelalaian Tenaga Kesehatan Menyebabkan Dipenuhinya Asas Manfaat
Bagi Pasien?
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Penelitian Deskriptif, di
mana penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan deskripsi yang seteliti mungkin
tentang suatu gejala atau objek yang diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah
membuat deskripsi, atau gambaran, secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
unsur unsur, sifat- sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.1
Spesifikasi penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan secara
1
Lihat Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta, Granit, 2004, hlm. 58.
menyeluruh permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu tanggung
jawab hukum Rumah Sakit dan asas manfaat berdasarkan kerangka pemikiran atau
tinjauan pustaka yang teruji keabsahannya.
Selanjutnya, spesifikasi penelitian deskriptif ini digunakan pula untuk
menganalisis, yaitu mencari sebab akibat dari permasalahan yang terdapat pada
perumusan masalah dan menguraikannya secara konsisten, sistematis dan logis
sesuai dengan perumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu
tanggung jawab hukum Rumah Sakit terhadap seluruh Kelalaian tenaga Kesehatan
dalam hal ini Dokter dan Dokter Gigi yang bekerja di rumah sakit dan asas
kemanfaatan bagi pasien.
TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT DIKAITKAN DENGAN ASAS
KEMANFAATAN
Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit
Dalam Undang undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit pada pasal 46, mengatur tentang Tanggung Jawab Hukum Rumah
Sakit, yaitu :
Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian
yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di
rumah sakit
Hubungan hukum antara pasien dengan rumah sakit termasuk dalam
perjanjian pada umumnya yang terdapat dalam pasal 1234 BW ditentukan
bahwa tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat
sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu Dalam perjanjian ini kewajiban
rumah sakit adalah untuk melakukan sesuatu sehingga pasien mendapat
kesembuhan, tindakan utamanya memberikan pelayanan kesehatan.
Sebagai suatu perjanjian, maka hubungan antara pasien dengan Rumah Sakit
harus memenuhi syarat sahnya perjanjian yang ditentukan dalam pasal 1320 BW,
yaitu :
1.
2.
3.
4.
pihak
untuk
memenuhi
kewajibannya
masing
masing.
Dalam
hal
Duty ( kewajiban );
b.
c.
d.
Secara faktual kerugian itu disebabkan oleh tindakan yang dibawah standar
umum.
yang
melakukannya
harus
membayar
kompensasi
sebagai
pertanggungjawaban kerugian.
b) Seseorang harus bertanggung jawab tidak hanya karena kerugian yang
dilakukannya dengan sengaja tetapi juga karena kelalaiannya atau kurang
hatihati.
c)
10
mana produsen harus membayar ganti rugi atas terjadinya malapetaka akibat
produk yang dihasilkan, kecuali produsen telah memberikan peringatan akan
kemungkinan terjadinya resiko tersebut.
3. Vicarious Liability adalah tanggung jawab yang timbul akibat kesalahan yang
dibuat oleh bawahanya (subordinate). Dalam kaitannya dengan pelayanan medis,
maka Rumah Sakit (employer) dapat bertanggung jawab atas kesalahan yang
dibuat oleh tenaga kesehatan yang bekerja dalam kedudukan sebagai subordinate.
4. Responden Liability adalah tanggung jawab tanggung renteng, subjek tanggung
renteng tergantung dari pola hubungan kerja antar tenaga kesehatan dan Rumah
Sakit, yang mana pola hubungan tersebut juga akan menentukan hubungan
terapeutik dengan pihak pasien yang berobat di Rumah Sakit. Pola hubungan
antara health care provider and health care receiver dapat dirinci sebagai berikut:
a) Hubungan Pasien dan Rumah sakit
b) Hubungan Penanggung pasien dan Rumah sakit
c) Hubungan pasien dan dokter.
5. Corporate Liability adalah Tangung jawab yang berada pada pemerintah dalam
hal ini kesehatan menjadi tanggung jawab menteri kesehatan. Misalnya.
Lambatnya penanganan kasus flu burung disuatu daerah Karena tidak tersedianya
vaksin. Obat.
6. Rep ipso Liquitor Liability tanggung jawab ini hampir sama dengan strict liability
akan tetapi tanggung jawab rep ipso liquitor ini akibat tanggung jawab yang
diakibatkan perbuatan melebihi wewenang atau dengan kata lain perbuatan
lancang.
Pengaturan hukum Rumah Sakit, ditujukan untuk mewujudkan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terstandar, sehingga perlindungan terhadap hak pasien
maupun Sumber daya yang ada di Rumah Sakit dapat di jamin dalam rangka
menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk dapat mewujudkan derajat kesehatan
yang setinggitingginya bagi masyarakat, dengan tujuan akhir kesejahteraan
masyarakat.
ASAS KEMANFAATAN
12
Aturan hukum memang penting dalam usaha memperoleh manfaat, namun aturan
hukum harus membatasi dirinya, yakni untuk memastikan bahwa orang dapat
mengejar manfaat bagi diri mereka sendiri.Menurut teori utilitas, tujuan hukum
yang paling penting dan utama adalah untuk mencapai kemanfaatan.Karena itu,
kemanfaatan merupakan satu satunya tujuan dari hukum.
ANALISIS HUBUNGAN TANGGUNG JAWAB HUKUM RUMAH SAKIT
DAN ASAS KEMANFAATAN
Rumah Sakit adalah salah satu penyelenggara kesehatan yang berfungsi
sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan penyakit, dan fungsi tersebut
memiliki makna bahwa pemerintah turut bertanggungjawab dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Rumah Sakit merupakan institusi padat
modal, padat teknologi dan padat tenaga kerja sehingga pengelolaan Rumah Sakit
tidak bisa semata-mata sebagai unit sosial, sehingga Rumah Sakit mulai dijadikan
sebagai subyek hukum dan sebagai target gugatan atas seluruh kelalaian tenaga
kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit,yang dinilai merugikan orang lain (pasien),
hal ini menjadikan Rumah Sakit tidak sebagai unit sosial sematamata tetapi menjadi
unit sosio ekonomi.
Perubahan
paragdima
ini
jelas
tidak
menguntungkan
bagi
dunia
kelompok
Fungsional).
Secara individu, seorang dokter terikat dengan etika dan standar profesi
masing-masing ketika ia harus menangani pasien. Namun kedudukannya jika
dikaitkan institusi Rumah Sakit, seorang dokter fungsional diwajibkan berjalan di
bawah rambu-rambu. Aturan Tenaga Medis Rumah Sakit (Medical Staff by Law).
15
bagi
kemanusiaan
dalam
rangka
mempertahankan
dan
disisi lain bilamana dokter melakukan pelanggaran atau kelalaian berarti melakukan
perbuatan melawan hukum dan akan diberi sanksi sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.Kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan dalam hal ini
adalah dokter, yang menyebabkan kerugian pada pasiennya, tidak hanya
menyebabkan tuntutan kepada dokter tersebut tetapi juga pada institusi tempat
dimana dokter tersebut bekerja.
Pola Pasien dapat menggugat Rumah Sakit dan tenaga kesehatan yang
melakukan suatu kelalaian / kesalahan yang diatur dalam pasal 1365, pasal 1366,
dan pasal 1367 KUHPerdata, UndangUndang Kesehatan nomor 36 tahun 2009
pasal 58 ayat 1 membahas tentang kerugian yang disebabkan kelalaian oleh tenaga
kesehatan.
Ini berarti hukum positif di Indonesia telah mengatur, mengenai tanggung
jawab perdata bagi hubungan hukum antara tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah
Sakit dan pasien, apabila salah satu pihak merasa dirugikan sebagai akibat dari
kesalahan atau kelalaiannya.
Pengaturan hukum Rumah Sakit, ditujukan untuk mewujudkan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terstandar, sehingga perlindungan terhadap hak pasien
maupun Sumber daya yang ada di Rumah Sakit dapat di jamin dalam rangka
menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk dapat memenuhi asas manfaat dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggitingginya bagi masyarakat, dengan
tujuan akhir kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan sosial.Sehingga terwujud
pula tujuan negara yakni tercapainya masyarakat sejahtera lahir dan bathin, sosial
dan ekonomi.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit
a. Rumah Sakit merupakan Fasilitas pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna, meliputi upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
b. Rumah Sakit pada mulanya didirikan dengan misi keagamaan dan sosial. Sebagai
suatu lembaga karitas, maka dikenal istilah doktrin of charitable community ,
dimana Rumah Sakit tidak untuk mencari keuntungan melainkan untuk tujuan
kemanusiaan.Rumah Sakit sebagai lembaga yang komplek dituntut untuk
17
Menurut ajaran utilitarianisme dan teori utility, kemanfaatan merupakan satusatunya tujuan dari hukum, sehingga hukum yang baik adalah hukum yang
penerapan dan pelaksanaannya mengakibatkan kemanfaatan sebesar-besarnya
bagi sebanyakbanyaknya manusia.Jadi hukum yang bermanfaat adalah hukum
yang selalu ditaati oleh para anggota masyarakat dengan penuh kerelaan tanpa
perlu dipaksakan dengan sanksi,karena memang masyarakat merasakan manfaat
dari kepatuhan tersebut.
c.
Asas hukum ini dimengerti sebagai pikiran pikiran dasar yang terdapat di
dalam dan di belakang sistem ( tata ) hukum, masing masing dirumuskan
dalam aturan aturan perundang undangan dan putusan putusan hakim,
yang berkenaan dengan ketentuan-ketentuan dan putusan putusan individual
tersebut dipandang sebagai penjabarannya.Karena itu asas hukum adalah dasar
yang merupakan dasar pikiran atau ratio legis dari kaidah hukum.
d.
Asas manfaat sebagai asas hukum dinyatakan secara eksplisit di dalam Pasal 2
Undang-Undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Asas manfaat
ini menurut penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Praktik Kedokteran harus
memberikan manfaat yang sebesar besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
e.
3. Tanggung
Jawab
Hukum
Rumah
Sakit
Dikaitkan
Dengan
Asas
Kemanfaatan
a. Tujuan dari penyelenggaraan Rumah Sakit adalah untuk menciptakan pelayanan
kesehatan yang optimal bagi masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan, di
mana fungsi sosial Rumah Sakit menjadi fungsi yang harus diemban oleh semua
Rumah Sakit dan mementingkan keselamatan pasien.
b. Hukum melalui Pasal 46 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009, menetapkan
adanya tanggung jawab hukum Rumah Sakit atas kelalaian yang dilakukan
tenaga kesehatan di Rumah Sakit, sehingga pihak penerima jasa pelayanan
kesehatan yang menderita kerugian akibat kelalaian dalam pelayanan kesehatan
mempunyai kepastian hukum dengan hanya perlu menggugat Rumah Sakit, tanpa
perlu tahu siapa yang berbuat kelalaian, konstruksi pertanggungjawaban hukum
ini dikenal sebagai vicarious liability.
c. Asas Kemanfaatan adalah konstruksi abstrak dari keadilan yang juga
memperhatikan kepastian hukum, di mana tujuan dari hukum adalah memberikan
kebahagiaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak dengan unsur-unsur
akibat dari suatu tindakan; unsur pemuasan kepentingan umum; dan unsur
perlindungan bagi para pihak melalui kepastian hukum.
d. Sehingga dapat dirumuskan jawaban sementara dari penelitian ini: juga
ditentukan tanggung jawab hukum Rumah Sakit, maka dipenuhi asas
kemanfaatan bagi pasien
B. SARAN
1.
Agar Rumah Sakit yang kini menjadi majikan dari seluruh tenaga kesehatan
yang bekerja di rumah sakit membuat Hospital By Laws dan Medical Staf By
Law yang merupakan suatu regulasi internal yang berupa ramburambu aturan
tenaga medis di Rumah Sakit , karena seluruh tenaga kesehatan yang berkerja di
rumah sakit perlu mempunyai pedoman yang baku sehingga kejadian kejadian
yang tidak diharapkan dapat diminimalisir.
2.
4.
Agar Rumah Sakit melakukan Informed Consent dan Rekam Medik yang baik.
5.
Agar Pasien mengerti mengenai haknya untuk menggugat Rumah Sakit dimana
gugatan pasien tersebut bertujuan untuk perbaikan kearah yang lebih baik bagi
Rumah Sakit tersebut, karena posisi pasien yang lemah dan tidak tahu siapa
yang digugat sehingga mendapatkan kemanfaatan yang besar dari pasien.
6.
Adanya beban insurance liability bagi Rumah Sakit agar tidak terjadi
kegoncangan bila terjadi tuntutan pada Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA
21
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (suatu Kajian Filosofis dan Dosiologis),
Jakarta, Tahun 1996
Anny Asfandyarie, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi Dokter, buku ke II
Soerjono Soekanto, Mengenal sosiologi Hukum, Bandung, Tahun 1986
Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan, edisi III, Jakarta, Tahun 1996
B. Arief Sidharta, Refleksi tentang Struktur Ilmu Hukum, Bandung, Tahun 2000.
Benyamin Lumenta, Hospital (Citra,Peran, dan Fungsi), Kanisius, Yogyakarta,
Tahun 1989.
C.F.G. Sunaryati Hartono, Kapita Selekta Perbandingan Hukum, Bandung, Tahun
1991.
Endang Kusuma Astuti, Transaksi Terapeutik Dalam Upaya Pelayanan Medis di
Rumah sakit, Bandung, Tahun 2006.
Fred N.Kerlinger, Asas Asas Penelitian Behavioral diterjemahkan oleh : Landung
R. Simatupamg, Yogyakarta, Tahun 1992.
Hilman Hadi Kusuma, Metode Pembuatan Kertas Kerja dan Skripsi Ilmu
Hukum, Bandung, Tahun 1995.
H. Hadari Nawawi & H.M.Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial,
Yogyakarta, Tahun 1995.
Henry J.Scmandt, Filsafat politik, (Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno
Sampai Zaman Modern) Diterjemahkan oleh : Ahmad Baidlowi & Imam
Bahehaqi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Tahun 2002.
Ian Shapiro, Asas Moral Dalam politik diterjemahkan oleh : Theresia Wuryantari &
Trisno Sutanto, Jakarta, Tahun 2006.
Iping Suripto Widjaja, Hospital by Law dan Asas Kepastian Hukum, Tesis
Program Studi Magister Hukum Kesehatan,Program Pascasarjana Unika
Soegijapranata, Semarang, Tahun 2008.
James Rachel, Filsafat Moral diterjemahkan oleh : A. Sudiarja, Kanisius,
Yogyakarta, Tahun 2004.
Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Surabaya,
Tahun 2006.
Jeremy Bentham, Teori Perundang Undangan diterjemahkan oleh : Nurhadi,
Nusamedia & Nuansa, Bandung, Tahun 2006.
22
24