Anda di halaman 1dari 23

2.2.

6 Batasan Paparan Radiasi Laser

Bagian pertama dari analisis bahaya terdiri dari serangkaian perhitungan yang
menghasilkan angka deskripsi besarnya bahaya, atau kemampuan laser untuk menyebabkan
cedera. Itu termasuk perhitungan nilai berikut ini:5,6,7,8,9

1. Pajanan Maksimum yang Diizinkan atau Maximum Permissible Exposure (MPE)


Paparan maksimum yang diizinkan adalah tingkat batas sinar laser yang dapat
terpajan pada mata seorang pekerja secara langsung tanpa risiko cedera. Ini adalah
tingkat energi tertinggi per unit luas permukaan yang aman. MPE tergantung pada
kondisi pajanan yang sesungguhnya, dan perubahan kondisi pajanan akan mengubah
MPE.

Tabel. Batas Pajanan Maksimum yang Diizinkan Berdasarkan OSHA


Faktor utama yang mempengaruhi MPE adalah Jenis pajanan (contoh pajanan sinar
laser intra-beam eye adalah kasus pajanan terburuk.), panjang gelombang laser,
karakteristik sinar laser yang berbentuk pulsed dan durasi pajanan.

Tabel 2. Pajanan Maksimum (terburuk) yang Diantisipasi untuk Gelombang


Kontinyu dan Pulse Repetitif

Salah satu faktor yang menentukan MPE adalah karakteristik dari sinar laser apakah
kontinyu atau pulse. Penentuan MPE sinar laser kontinyu adalah penentuan MPE
untuk kejadian insidental melihat langsung sinar laser visible, maka ditentukan
dengan rumus:

Contoh:
Untuk pajanan insidental sinar laser visible, dapat merujuk Tabel 2 untuk
menentukan pajanan waktu selama 0,25 detik, maka:

Dalam Permenaker no. 5 tahun 2018 dipaparkan untuk nilai yang diperkenankan
pajanan radiasi Sinar Ultra Ungu dalam tabel dibawah ini.
Tabel. Waktu pemaparan Radiasi Ultra Ungu yang diperkenankan

Sinar laser pulse repetitif memberikan tantangan unik dalam menentukan MPE yang
sesuai. MPE harus dihitung untuk mengetahui bahaya dari sinar laser pulse tunggal,
energi rata-ratanya, dan bahaya termal dari sinar laser pulse yang multiple.
Dalam Permenkes No 70 Tahun 2016 persyaratan nilai pajanan untuk laser
yang berbentuk pulse dan pajanan yang singkat dinyatakan dalam
J/cm area terpajan. Persyaratan ini merupakan pedoman untuk mengevaluasi
2

pajanan radiasi pulse yang repetitif yang digunakan bila laju pulse
melebihi 1 pulse per detik. Nilai maksimum yang dipersyaratkan untuk radiasi laser
yang berbentuk pulse dan berasal dari ultraviolet dicantumkan dalam tabel dibawah
ini.
Tabel . Persyaratan untuk Radiase laser Berdasarkan panjang Gelombang
Pulse yang terjadi kurang dari satu kali per detik ditentukan berdasarkan batasan
bukaan laser dan diatur pada Tabel berikut.

Tabel . Persyaratan Batasaan Bukaan Laser

2. Densitas Optik Kacamata atau Optical Density Eyewear (OD)


Densitas Optik adalah metode matematis yang menggambarkan kemampuan filter
untuk mengurangi intensitas cahaya dipancarkan. Angka kepadatan optik mewakili
"urutan besarnya (orders of magnitude)" atau "kekuatan 10 (powers of 10)." Ini berarti
bahwa meningkatkan nomor OD sebesar 1 meningkatkan redaman filter dengan faktor
10.
Tabel. Densitas Optik dan Presentasi Transmisi Sinar Laser
Rumus untuk menghitung OD adalah dimana H₀ adalah kondisi kasus pajanan
terburuk yang diantisipasi (dalam joule/cm² atau watt/cm²) dan MPE adalah
dinyatakan dalam satuan yang sama dengan H₀. Luas daerah yang digunakan untuk
menentukan pancaran sinar adalah batasan bukaan laser (limiting aperture) dapat
ditentukan dari Tabel 3 dari ANSI A136.1.

Tabel 3. Batasan Bukaan Laser Berdasarkan Panjang Gelombang dan Waktu


Pajanan

Ini memberikan gambaran kasus pajanan terburuk berdasarkan asumsi bahwa seluruh
sinar masuk ke mata. Jika diameter sinar lebih kecil dari pupil mata, bahaya tidak
meningkat. Situasi terburuk adalah ketika sinar terbesar mungkin masuk ke mata. Ini
menghasilkan spot terkecil di retina. Jika sinar laser secara signifikan lebih besar dari
pupil, area sebenarnya dari sinar dapat digunakan. Ini akan menghasilkan OD yang
akan melindungi mata dari sinar yang lebih besar tetapi tidak akan memberikan
perlindungan yang memadai jika sinar yang lebih kecil dengan kekuatan yang sama
memasuki mata.

Kacamata pengaman laser dengan OD yang lebih tinggi dari yang dipersyaratkan
dapat diterima, namun penting untuk ddiidentifikasi Pancaran Cahaya yang Terlihat
atau Visible Light Transmission (VLT) dari kacamata untuk memastikan penglihatan
yang memadai dari ruang kerja saat mengenakan kacamata tersebut. Nilai VLT yang
dianjurkan setidaknya adalah 20%. Dalam kasus tertentu beberapa panjang
gelombang, sebuah kacamata mungkin tidak tersedia untuk memberikan keamanan
yang memadai, sehingga menutup jalur dari pancaran sinar laser mungkin diperlukan.

Direkomendasikan kacamata pengaman laser diperiksa setidaknya setiap enam bulan


sekali. Petugas Keamanan Laser atau Laser Safety Officer (LSO) harus memeriksa
dan menyetujui mana kacamata pengaman laser yang digunakan untuk setiap aplikasi
dan dapat membuat rekomendasi untuk memastikan kacamata pengaman yang sesuai
dibeli untuk setiap laser.

3. Jarak Bahaya Mata Nominal atau Nominal Ocular Hazard Distance (NOHD)
NOHD adalah jarak dari sumber di mana intensitas atau energi per satuan permukaan
menjadi lebih rendah dari MPE pada kornea dan kulit. Sinar laser dapat dianggap
berbahaya jika operator lebih dekat ke sumber daripada NOHD. Jarak ini tergantung
pada beberapa parameter:
 Karakteristik sinar: daya keluaran, diameter dan divergensi
 Nilai MPE pada kornea
 Sistem optik dimasukkan ke dalam lintasan sinar
Penentuan NOHD sangat penting dalam analisis keamanan laser untuk operasi laser
luar ruang yang melibatkan sinar laser Kelas 3 atau Kelas 4. Perhitungan NOHD
diperlukan untuk penentuan NHZ. Personil yang berada di dalam NHZ berisiko
terkena pajanan pada mata yang berbahaya dan diharuskan memakai perlindungan
mata. Personil di luar NHZ tidak berisiko dan oleh karena itu, tidak memerlukan
penggunaan pelindung mata.
Gambar Jarak Bahaya Mata Nominal (NOHD)
OSHA menerbitkan batas intensitas cahaya maksimum untuk kondisi eksposur
tertentu. Ini digambarkan dalam tabel berikut.

Tabel. Batas Intensitas Cahaya Maksimum

4. Zona Bahaya Nominal atau Nominal Hazard Zone (NHZ)


Zona Bahaya Nominal adalah ruang di mana potensi paparan melebihi MPE dan
ditentukan untuk sinar laser Kelas IIIB dan Kelas IV.

Gambar. Zona Bahaya Nominal


Rumus untuk menghitung NHZ adalah

Di mana, ɸ adalah divergensi sinar yang muncul yang diukur dalam radian; Ф adalah
daya pancaran (daya pancaran total untuk laser gelombang kontinu atau pancaran
rata-rata kekuatan laser pulse) diukur dalam watt; dan α adalah diameter sinar laser
yang muncul, dalam sentimeter.
NHZ menggambarkan ruang di mana tingkat radiasi langsung, pantul, atau hambur
selama normal operasi melebihi MPE yang sesuai dan ditentukan dari beberapa
karakteristik laser sebagai berikut:
a. Output daya atau energi
b. Diameter sinar
c. Divergensi sinar
d. Frekuensi pulse repetitif atau Pulse Repetition Frequency (prf)
e. Panjang gelombang
f. Jalur sinar termasuk pantulan
g. Profil sinar
h. Durasi paparan maksimum yang diantisipasi

NHZ intrabeam adalah jarak yang harus ditempuh sinar sebelum cukup divergen
sehingga radiasi di pusat sinar turun di bawah MPE. NHZ refleksi difus adalah jarak
dari sejumlah sinar yang radiasi cahaya tersebarnya melebihi MPE. Ini selalu jauh
lebih kecil dari NHZ intra-beam, tetapi bahaya ini meluas ke segala arah.

Gambar. NHZ Intrabeam dan refleksi difus

Bagian kedua adalah penilaian lingkungan di mana laser digunakan. Bahaya yang ada
dan pengendalian yang diperlukan dalam pengaturan industri mungkin sangat berbeda dari
yang ditemukan di laboratorium penelitian.7

Bagian ketiga mempertimbangkan sifat personel yang mengoperasikan laser. Personil


laser yang terlatih adalah paling cocok untuk mengontrol bahaya laser di tempat kerja.7
2.2.7 Pengendalian Radiasi Laser

Langkah-langkah pengandalian harus ditetapkan guna untuk mengurangi atau


mengeliminasi kemungkinan paparan mata dan kulit terhadap pajanan radiasi sinar laser
selama bekerja dan pemeliharaan. Tindakan pengendalian dilakukan sesuai hiraki
pengendalian. Namun karena pengendalian eliminasi dan subtitusi tidak memungkinkan
untuk dilakukan maka pengendalian teknik, administratif dan penggunaan alat pelindung diri
harus dimaksimalkan. Klasifikasi pengendalian teknis, administratif dan alat pelindung diri di
ringkas pada tabel .

Tabel . Kasifikasi Pengendalian Pajanan Radiasi Sinar Laser


2.2.7.1 Pengendalian Teknik Radiasi Laser

Pengendalian teknik merupakan metode yang dibangun sesuai desain dari sistem laser
itu sendiri. Beberapa pengendalian teknik yang bisa dilakukan antara lain:

1. Membuat perlindungan tempat laser (protective housing)


Protectitve housing diperlukan pada semua kelas jenis sinar laser. Dalam kasus
tertentu, pengoperasian sinar laser tanpa protective housing mungkin diperlukan
tetapi LSO harus memastikan analisis bahaya dan alternatif pengendalian lain.
Alternatif pengendalian harus tercakupi tanpa membatasi akses dari sinar laser,
proteksi mata, area pengendalian, barier, penghenti sinar laser atau tindakan lain
yang sesuai, pelatihan tambahan dan pengendalian administratif.

Gambar. Contoh Protective Housing


Protective Housing untuk sinar laser kelas 3B dan 4 harus mempunya housing
protective yang saling terkunci ketika housing protective dilepas selama waktu
pengoperasian dan pemeliharaan. Interlock system dirancang untuk mencegah
akses ke sinar laser melebihi MPE yang diperkenankan dan dapat dihubungkan
secara mekanik atau elektrik dengan suatu penuup (shutter)
2. Panel Akses
Panel dari protective housing untuk sinar laser kelas 3B ataukelas 4 harus saling
mengunci atau memerlukan alat khusus untuk melepasnya. Diperlukan juga label
pada protective housing “Hanya petugas khusus yang dapat mengkases panel ini.
Perhatian! Radiasi Sinar laser di dalam Panel. Hindari paparan.”
Gambar. Laser Interlock System

3. Kontrol kunci (Key Control) dan Pemberhentian Darurat (Emergency Stop)


Sakelar utama (Master Switch) harus dioperasikan dengan menggunakan kunci
atau diakses menggunakan kode. Hanya supervisor yang sesuai yang boleh diberi
kewenangan untuk mengaktifkan sakelar utama. Sakelar utamma dinonaktifkan
saat laser tidak digunakan.

Gambar Key Control dan Emergency Stop

4. Portal untuk melihat (Viewing Portals)


Viewing portal dan layar merupakan metode sesuai untuk memastikan personel
tidak terpapar radiasi sinar laser yang lebih besar dari MPE yang diperkenankan
selama penoperasian dan pemeliharaan.
Gambar Jendela Pengaman Sinar Laser atau Viewing Portals

5. Filter
Ketika mengunakan optik pengumpul cahaya (Collecting Optics) seperti lensa
teleskop, mikroskop atau endoskopi gunakanlah filter atau atenuator untuk
memastikan personel supaya tidak terpapar radiasi sinar laser lebih dari tingkat
MPE yang diperkenankan.

6. Sarana elektronik dan mekanik untuk memandu alignment sinar laser.


Kondisi tertentu misalnya sinar laser Kelas 3B atau Kelas 4 tidak tertutup
seluruhnya, maka LSO harus melakukan analisais bahaya dan menentukan ara di
sektar laser dimana MPE terlampaui. Pengendealian juga diperlukan untuk
memastikan personel tidak terpapar ke tingkat yang lebig besar dari MPE. Laser
dengan daya energi yang tinggi memerlukan tindakan pengendalian yang lebih
ketat karena risiko cedera yang lebih besar dari pancaran sinar lansung atau
pantulan difus yang berbahaya. Seluruh jalur pancaran yang mempu menghasilkan
pancaran difus yang berbahaya harus dikendalikan.
7. Konektor Interlock Jarak Jauh
Konektor Interlock Jarak Jauh digunakan untuk menonaktifkan sinar laser jika
terjadi entri yang tidak terduga ke ruangan kontrol. Desia interlock harus
memungkinkan jalan keluar-masuk yang cepat yang bisa digunakan oleh personel
laser dalam situasi darurat. Personel yang bertanggung jawab atas ruangan kontrol
laser diperbolehkan untuk sementara waktu membuka akses interlock ruangan
ketika pengoperasi laser yang kontinyu diperlukan, tetapi hanya untuk sementara
waktu dan sudah mendapat izin dari LSO.
8. Penutup Pancaran sinar Laser atau Atenuator
Atenuatordapat digunakan untuk mencegah radiasi yang berlebihan. Pada beberapa
kondisi tertentu atenuator dapat menurunkan pancaran sinar laser pada suatu level
atau kurang dari MP yang diperkenankan, sehingga memungkinkan seseorang
untuk mengoperasikan laser tanpa perlu kacamata pelindung. Selain itu harus
dipertimbangkan juga apa komposisi material yang digunakan untuk menahan
pancaran sinar laser untuk menghindari atau mengurangi risiko kebakaran.

Gambar Penutup Pancaran Sinar Laser dan Atenuator

9. Mengaktivasi sitem peringatan dan penundaan emisi


Aktivasi sistem peringatan dan penundaan emisi terdiri dari suara yang dapat
didengar (misalnya, lonceng, alarm), lampu peringatan, atau "hitung mundur"
secara verbal yang memberi tahu personel bahwa laser sedang diaktifkan atau
sebelum emisi laser dilakukan sehingga memberikan waktu yang cukup bagi
personel untuk meninggalkan area sinar laser sebelum penggunaan laser dimulai.

2.2.7.2 Pengendalian Administratif Radiasi Laser

Pengendalian administratif dan standar prosedur operasi adalah metode atau instruksi
yang menetapkan aturan dan/atau budaya kerja untuk mengimplementasikan atau menunjang
pengendalian teknik. Beberapa pengendalian administratif pada pajanan radiasi sinar laser
antara lain:7

1. Pemasangan Tanda Peringatan dan Label


Memasang tanda peringatan di semua area dimana sinar laser Kelas 3B dan Kelas 4
digunakan. Menyertakan informasi spesifik pada tanda tentang bahaya laser.
Mengkonsultasikan dengan LSO dalam memilih tanda peringatan sinar laser yang
tepat. Menampilkan tanda peringatan secara mencolok di lokasi yang paling efektif
memperingatkan personel tentang potensi bahaya keselamatan. Tidak melepaskan
tanda keselamatan sinar laser kecuali diizinkan oleh LSO dan hanya dilakuakan untuk
sinar laser yang digunakan.
Macam-macam tanda peringatan antaralain untuk ruangan kontrol sinar laser, tanda
peringatan sedang penggunaan laser, area yang terpajan sinar laser dan pada saat
perbaikan instrumen atau mesin dari sinar laser. Beberapa tanda peringan yang dapat
digunakan ditunjukkan pada gambar berikut.

Tanda peringatan pada pintu masuk dan


di dalam ruang kontrol
untuk sinar laser semua Kelas 3B, 3R
dan 4 dan sinar laser yang melebihi
MPE yang diperkenankan.

Tanda peringatan untuk penggunaan Tanda peringatan untuk sinar laser Kelas

sinar laser kelas 4 atau sinar laser yang 2, 2M dan kelas 3R yang tidak melebihi
menggunakan energi yang tinggi atau MPE yang diperkenankan.
energi pulse

Tanda Peringatan sementara yang bisa


digunakan di luar ruangan ketika sedang
melakukan perbaikan.
Gambar Tanda peringatan pada pengopearasian sinar laser

Semua sinar laser kecuali sinar laser Kelas 1 harus menggunakan label yang sesuai
dan dipasang baik pada protektive housing maupun pada kontrol panel. Beberapa
contoh label ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Label untuk Sinar Laser Kelas 2 Label untuk Sinar Laser Kelas 3R/3A

Label untuk Sinar Laser Kelas 3B Label untuk Sinar Laser Kelas 4
Gambar Label yang Digunakan pada Instrumen
2. Standar Operasi Prosedur
Standar Prosedur Operasi (SOP) yang tertulis diperlukan untuk pengoperasian sinar
laser Kelas 4 dan direkomendasikan untuk pengoperasian sinar laser Kelas 3B. Semua
Operator Laser Resmi harus memahami SOP laser sistem mereka sebelum
menggunakan laser. Salinan SOP akan dipasang di dekat laser atau tersedia untuk
ditinjau. SOP dapat mencakup daftar periksa yang mencakup bahaya sinar laser beam
dan non-beam beserta prosedur tanggap darurat.
3. Pelatihan Keamanan Sinar Laser
Semua individu yang bekerja dengan sinar laser harus memiliki pelatihan dan
kualifikasi yang terdokumentasi untuk dapat menggunakan sianar laser sesuai dengan
regulasi yang berlaku. Pelatihan awal yang diberikan mencakup dasar-dasar mengenai
sinar laser, keamanan dalam melakukan pekerjaan yang melibatkan sinar laser,
persyaratan pelabelan, komunikasi bahaya, SOP, dan tanggap darurat.
Sebelum menggunakan sinar laser Kelas 3B dan Kelas 4, semua operator diwajibkan
untuk:
a. Untuk menerima pelatihan awal mengenai keamanan pengoperasian sinar
laser.
b. Membaca buku manual keamanan pengoperasian sinar laser.
c. Menerima pelatihan laboratorium khusus yang mencakup topik-topik seperti
penyelarasan arah sinar, teknik pengendalian, dan SOP semua protokol dari
supervisor dan manajer.
d. Membaca dan menandatangani setiap SOP yang berlaku.
4. Budaya Kerja yang Aman
Membiasakan kerja budaya yang aman baik di area kerja sinar laser, dalam
penyelarasan arah sinar laser maupun dalam pengoperasian sinar laser. Beberapa hal
tersebut antara lain:
a. Menyiapkan dan mengisolasi sinar laser dari area publik. Menjaga agar pintu tetap
tertutup dan terkunci untuk mencegah personel yang tidak berwenang masuk.
Memasang tanda peringatan yang tepat.
b. Mengatur sinar laser sehingga arah pancaran berada di atas atau di bawah
ketinggian mata normal (di bawah 4,5 kaki atau di atas 6,5 kaki).
c. Menerangi area laser seterang mungkin untuk menyempitkan pupil mata
pengguna.
d. Menutup pusat keluarnya sinar laser jika memungkinkan untuk mencegah paparan
sinar yang tidak disengaja.
e. Meminimalkan pantulan spekular dengan pelindung dan dengan melepaskan
semua permukaan mengkilap yang tidak perlu.
f. Jendela, lorong atau area luar lainnya harus dilengkapi dengan pelindung atau
penutup yang memadai bila untuk menjaga Zona Bahaya Nominal (NHZ) di
dalam ruangan.
g. Instalasi listrik harus memenuhi standar keselamatan listrik.
h. Tidak meninggalkan sinar laser aktif tanpa pengawasan.
i. Perangkat peringatan harus dipasang untuk sinar laser invisibel untuk
memperingatkan ketika sedang pengoperasian.
j. Menjaga agar area kerja sinar laser bebas dari kekacauan untuk menghilangkan
kecelakaan atau bahan yang mudah terbakar.
k. Memastikan laser terpasang dengan baik ke permukaan kerja untuk mencegah
sinar yang menyimpang.
l. Tidak melihat ke sumber sinar laser utama.
m. Tidak mengarahkan laser ke mata; pantulan langsung dapat menyebabkan
kerusakan retina.
n. menjauhkan semua personel dari arah pancaran sinar yang diantisipasi.
o. Sebelum mengoperasikan laser, membrikan peringatan semua personel dan
pengunjung tentang potensi bahaya, dan pastikan semua langkah-langkah
keamanan terpenuhi.
p. Berhati-hati di sekitar laser yang beroperasi pada frekuensi yang tidak terlihat oleh
mata manusia.
q. Melepaskan semua perhiasan dan permukaan yang memantul yang tidak
diperlukan dari area arah pancaran sinar.
r. Menggunakan kacamata pelindung mata yang tepat saat bekerja dengan sinar laser
Kelas 3B atau Kelas 4.
5. Hal-hal Khusus yang diperlukan pada penggunaan Sinar laser invisibel.
Panjang gelombang infrared (IR) dan ultraviolet (UV) biasanya tidak terlihat oleh
mata manusia, dan sinar tersebut memiliki potensi bahaya yang lebih tinggi daripada
sinar laser cahaya tampak. Oleh karena itu, penggunaan kacamata laser yang akan
melindungi dari paparan diperlukan setiap saat selama pengooperasian sinar laser.
Sinar terkolimasi dari sinar laser Kelas 3B harus dihentikan dengan penyerap yang
tinggi jika memungkinkan.Terdapat banyak permukaan yang tampak tumpul secara
visual dapat bertindak sebagai reflektor IR. Sinar laser Kelas 4 harus dihentikan
dengan bahan tahan api bila memungkinkan. Pemeriksaan berkala bahan penyerap,
diperlukan karena banyak bahan yang terdegradasi dengan penggunaan sianar laser
kelas ini. Penggunaan UV harus meminimalkan paparan sinar UV dengan
menggunakan bahan pelindung yang melemahkan radiasi ke tingkat di bawah MPE
yang sesuai untuk panjang gelombang tertentu. Radiasi sinar UV menyebabkan reaksi
fotokimia pada mata dan kulit. Yang terakhir dapat menyebabkan produk sampingan
yang berbahaya seperti ozon dan agen yang mensensitisasi kulit. Dianjurkan untuk
menggunakan jas lab lengan panjang, sarung tangan, dan pelindung wajah saat
pengoperasian sinar UV.

2.2.7.3 Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) untuk kulit dan/atau mata seringkali diperlukan selain
dengan pengendalian teknis dan administratif, pada saat bekerja dengan sinar laser Kelas 3B
atau Kelas 4.

Kacamata pelindung yang sesuai dengan sinar laser harus disediakan dan dipakai di
dalam area kontrol sinar laser jika ada potensi melebihi batas MPE. Pengecualian dapat
disetujui dalam SOP tertulis jika penggunaan kacamata mengakibatkan bahaya yang lebih
besar saat dipakai.

Cedera kulit dari sinar laser terutama terbagi dalam dua kategori cedera termal (luka
bakar) dari paparan akut sinar laser energi tinggi dan cedera yang diinduksi fotokimia dari
paparan kronis radiasi laser ultraviolet yang tersebar. Cedera termal dapat terjadi akibat
kontak langsung dengan sinar laser beam atau pantulan specular. Cedera ini, meskipun sangat
sakit, biasanya tidak serius dan biasanya mudah dicegah melalui manajemen pancaran sinar
yang tepat dan kesadaran akan bahaya. Cedera fotokimia dapat terjadi dari waktu ke waktu
dari paparan ultraviolet ke sinar langsung, pantulan specular, atau bahkan pantulan difus.
Efek paparan yang terlalu lama dapat memicu pembentukan kanker kulit. Kacamata dan
pakaian pelindung yang tepat diperlukan untuk menendalikan pajanan sinar UV pada kulit
dan mata. Pencegahan untuk cedera kulit bisa dilakukan dengan menggunakan pakaian
pelindung seperti jas lab, kain yang terbuat dari woven yang rapat dan peralatan seperti
pelindung sinar untuk mengurangi paparan radiasi UV. Untuk sinar laser Kelas 4 berenergi
tinggi, harus memakai jas lab tahan api untuk melindungi kulit dari pajanan.

2.3 Radiasi Microwave

2.3.1 Pendahuluan, Definisi dan Peraturan Bahaya Fisika Radiasi Microwave

Radiasi gelombang mikro atau microwave umumnya didefinisikan sebagai bagian dari
spektrum elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 1 mm dan 1 m atau yang
mempunyai rentang frekuensi yang setara dari 300 GHz hingga 300 MHz). 1,2
Gambar . Spektrum elektromagnetik dari energi terendah/panjang gelombang
terpanjang (di bagian atas) hingga energi tertinggi/panjang gelombang terpendek (di bagian
bawah).3 NASA's Imagine the Universe

Energi gelombang mikro dapat merambat sebagai gelombang yang kontinyu atau
pulsed. Gelombang yang kontinyu digunakan dalam sebagian besar komunikasi seperti
televisi, telepon seluler, peralatan rumah tangga seperti oven, dan dalam pekerjaan penelitian
mendasar di laboratorium. Gelombang pulsed banyak digunakan dalam sistem radar,
peralatan industri, dan perangkat diatermi medis.1,2,4

Gambar . Spektrum elektromagnetik, menunjukkan kategori utama gelombang


elektromagnetik. Rentang frekuensi dan panjang gelombang luar biasa. Garis pemisah antara
beberapa kategori berbeda, sedangkan kategori lainnya tumpang tindih. Gelombang mikro
tumpang tindih dengan bagian frekuensi tinggi dari bagian radio.10

Gelombang mikro (microwave) pada intensitas yang cukup tinggi akan merusak
jaringan melalui pemanasan. Radiasi gelombang mikro diserap di dekat kulit. Faktor utama
yang menentukan penyerapan energi gelombang mikro dalam suatu media adalah
permitivitas dan konduktivitas listrik, yang pada gilirannya tergantung pada suhu media dan
frekuensi radiasi. Sebagian dari energi datang akan dipantulkan dari permukaan material, dan
hanya sebagian dari energi penetrasi yang akan diserap. Sisanya melewati tanpa interaksi apa
pun dengan, atau berpengaruh pada, materi yang terpapar radiasi tersebut. Gelombang mikro
dipantulkan oleh logam tetapi dapat menembus kaca, kertas, dan plastik. Bahan yang
mengandung air menyerap gelombang mikro.1,2

Evaluasi dan pengendalian lingkungan kerja dengan bahaya potensial radiasi


gelombang mikro diatur baik dalam Permenkes nomor 70 tahun 2016 maupun dalam
permenaker nomor 5 tahun 2018.5,6
DAFTAR PUSTAKA

1. Spellman FR. Industrial Hygiene Simplified 2nd Edition: A Guide to Anticipation,


Recognition Evaluation and Control of Workplace Hazards, London. Bernan
Press. 2017.

2. Isaac H, Norman MB. Experimental and Clinical Aspects of Hyperthermia


Applied to the Treatment of Cancer with Special Reference to the Role of
Ultrasonic and Microwave Heating. 1976; 6: 229-66. doi:
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-035406-1.50011-7

3. NASA. The Electromagnetic Spectrum.


https://imagine.gsfc.nasa.gov/science/toolbox/emspectrum1.html. 2013.

4. Fleeger AK, Lilquist DL. Industrial Hygiene Reference And Study Guide 3 rd
Edition, Massachusetts. American Industrial Hygiene Association (AIHA). 2011.

5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 Tentang Standar Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Industri. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016.

6. Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Peraturan Menteri


Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja Lingkungan Kerja. Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia. 2018.

7. Dharne V, Fassel P, Sun D, Willies D. Laser Manual Safety.Laser Manual Safety,


California. University of Southern California. 2020.

8. Occupational Health and Safety Administration. OSHA Technical Manual (OTM)


Section III: Chapter 6 Laser Hazards. https://www.osha.gov/otm/section-3-health-
hazards/chapter-6#app_iii:6_4. 2019.

9. Office of Research of Safety, The University of Chicago. Laser Safety


Calculations, Chicago. The University of Chicago. 2022.

10. Lumencandela Learnings. The Electromagnetic Spectrum.


https://courses.lumenlearning.com/boundless-physics/chapter/the-
electromagnetic-spectrum/#:~:text=Microwave%20sources%20include
%20artificial%20devices,produced%20by%20atoms%20and%20molecules. 2022.

Anda mungkin juga menyukai