Anda di halaman 1dari 7

1 | P a g e

Learning Objective
1. Perkembangan sistm reproduksi jantan
2. Struktur anatomi (makro dan mikro) sistem reprodukso jantan, fungsi dan komparasi
3. Hormon pada sistm reproduksi jantan


Pembahasan
I. Perkembangan Sistem Reproduksi Jantan
Secara genetik jenis kelamin suatu individu sudah ditetapkan waktu pembuahan;
namun demikian selama perkembangan embrional sulit dibedakan antara kedua jenis
kelamin, jantan atau betina. Jadi pada masa embrional gonad atau organ-organ kelamin
primer berada dalam keadaan indeferent, dan nampaknya pada stadium ini belu dapat
dibuktikan apakah individu tersebut akan membentuk ovaria atau testes. Akan tetapi dengan
adanya penemuan chromatin kelamin telah dapat ditentukan bahwa inti-inti sel somatik
embrio yang mengandung chromatin tersebut akan berkembang menjadi hewan jantan. Pada
tingkat indeferent semua Anlagen atau bakat-bakat untuk menjadi jantan atau betina terdapat
dalam bentuk rudimenter. Semua kelengkapanstruktur-struktur jantan dan betina sudah ada,
hanya menunggu perintah diferensiasi dan penekanan kearah aspek-aspek jantan atau betina.
Saluran kelamin jantan terutama timbul dari saluran-saluran Wolffi yang
berdiferensiasi dari lereng-lereng benih pada tepi medial pronephros (bakal ginjal) di masa
permulaan perkembangan embrional. Dari ginjal temporer embrio, mesonephros, sebanyak
13-15 tubuli tetap dipertahankan. Saluran-saluran ini disebut dengan tubuli efferentes testis
dan membentuk hubungan terakhir antara testis dengan saluran ekskretoris yaitu saluran
Wolff. Saluran Wolff akan berkembang menjadi epididymis, vasdeferens dan ampulanya, dan
kelenjar vesikularis sampai kesaluran pengeluaran pada sinus urogenitalis.
Hanya sebagian kecil dari saluran Luller, yang pada hewan betina berkembang
menjadi sistem saluran kelamin utama, menetap pada hewan jantan dewasa. Suatu uterus
masculinus yang rudimenter, tertutup oleh prostata atau cyste-cyste saluran Muller sebesar
kacang, mungkin dapat ditemukan didalam lipatan urogenital beberapa sapi jantan.
Pada sapi diferensiasi kelamin dimulai pada embrio yang berumur 30 hari dan selesai
umur 45 hari. Akan tetapi perkembangan alat-alat kelamin berlangsung terus dan hubungan
antara bagian-bagiannya berubah selama kehidupan foetal dan permulaan postnatal sampai
mencapai masa pubertas.
2 | P a g e

Pada semua hewan, kecuali unggas, testes yang terjadi berkembang dekat ginjal di
dalam rongga perut akan turun ke dalm kantong scrotum selama perkembangan foetal.
Perpindahan ini secara normal selesai pada waktu lahir atau segera sesudah lahir. Akan tetapi,
pada keadaan abnormalitas, ada kemungkinan satu atau dua testis tidak turun kedalam
scrotum; keadaan ini dikenal sebagai cryptochidismus yang unilateral atau bilateral. Hewan
yang cryptochid bilateral adalah steril.
Pertumbuhan saluran genitalia berlangsung terus sesudah hewan lahir bahkan
berbulan-bulan atau bertahun-tahun sesudah pubertas. (Tolihere. 1981)

II. Struktur Anatomi Sistem Reproduksi Jantan secara Makro dan Mikro , fungsi dan
komparasinya
Organ reproduksi pada hewan jantan dapat terbagi atas tiga komponen; (a) organ primer,
yaitu gonad jantan yang disebut testis (jamak: testes). (b) sekelompok kelenjar-kelenjar
kelamin pelengkap yang terdiri dari kelenjar vesikulares, prostate dan cowper
(bulbourethralis) beserta saluran-saluran yang terdiri atas Epididymis dan vas deferens. (c)
organa genital eksternal atau organ kopulatoris yaitu Penis (Toelihere, 1981)
o Testes
Testis agak bervariasi pada tiap spesies dalam hal bentuk, ukuran, dan lokasi, tetapi
struktur dasarnya adalah sama. (Frandson, 1992)
Testis terletak pada daerah prepubis. Terbungkus dalam kantong scrotum dan digantung
oleh funiculus spermaticus yang mengandung unsur-unsur yang terbawa oleh testes dalam
perpindahannya dari cavum abdominalis melalui canalis inguinalis kedalam scrotum.(
Teolihere, 1981)
Masing-masing testis terdiri dari banyak sekali tubulus seminiferus yang dikelilingi oleh
kapsula berserabut atau trabekula melintasi masuk dari tunika albugenia untuk membentuk
kerangka atau stroma untuk mendukung tubulus seminiferus. Trabekula ini bergabung
membentuk korda fibrosa, yaitu mediastinum testis. (Frandson, 1992)
Rete testis dari saluran-saluran yang beranastomose dalam mediastinum testis. Saluran-
saluran ini terletak di antara tubulus seminiferus dan duktuli eferen yang berhubungan dengan
duktus epididimis dalam kepala epididimis. (Frandson, 1992)
Sel-sel leydig menghasilkan hormon kelamin jantan testosteron yang terdapat didalam
jaringan pengikat diantara tubulus seminiferus. (Frandson, 1992)
3 | P a g e

Semua mamalia domestik mempunyai sepasang testes. Dalam presentasi berat tubuh, ia
cukup besar. Sekitar 400gr atau 0,05% dari berat tubuh pada banteng, kambing sekitar 500rg
dari 0,16%.(Setchell, 1991)
Pada sapi jantan testes berbentuk oval memanjang dan terletak dengan sumbu panjangnya
vertikal di dalam scrotum; pada sapi dengan panjang mencapai 12-16 cm dan diameter 6-
8cm. Dengan berat 300-500gr tergantung umur, berat badan dan bangsa sapi. Knsistesinya
ketat tetapi tidak keras dan dapat dengan bebas bergerak keatas dan kebawah disalam
scrotum. (Toelihere, 1981)

o Epididymis
Berupa struktur memanjang yang bertaut rapat dengan testis jadi letaknya tergantung pada
androgen testicularis untuk memelihara status diferensial epitel. Maengandung ductuli
efferentes dan ductus epididymis yang sangat berliku-liku. Secara makroskopik Epididymis
terbagi atas : (1) kepala (caput epididymis), yang membentuk suatu penonjolan dasar yang
dimulai dari ujung proximal testis. Saluran epididymis tersusun dalam lobuli dan
mengandung ductuli efferentes testis. Saluran tersebut terakhir yang menghubungkan rete
testis dengan ductus Epididymis. Dekat ujung proximal testis, caput epididymis menjadi lebih
pipih dan bersambung ke (2) badan (corpus epididymis) berjalan ke arah distal sepanjang
tepi posterior testis. Pada ujung distal testis, corpus berubah menjadi (3) cauda epididymis. Di
dekat ligamentum testis, saluran epididymis menjadi lebih kasar dan pada lipatannya
sekeliling ligament bersambung ke proximal sebagai ductus deferens (Toelihere,1981).
o Vas deferen
Perannya dalam mengangkut sperma dari cauda epididymis ke uretra. Dindingnya
mengandung otot-otot polos yang penting dalam mekanisme pengangkutan semen waktu
ejakulasi. Diameternya mencapai 2mm dan konsistensinya seperti tali. Dekat ekor
epididymis, vas deferen berliku-liku dan berjalan sejajar dengan badan epididymis. Dekat
kepala epididymis, vas deferens menjadi lurus. (Frandson, 1992)
o Uretra
Urethra masculine atau canalis urogenitalis adalah saluran ekskretoris bersama untuk
urine dan semen. Urethra membentang dari daerah pelvis ke penis dan berakhir pada ujung
glans sebagai orificium urethrae externa (Toelihere, 1981).
o Penis
Sebagai organ kopulatorik pada hewan jantan selain itu juga bertugas dalam pengeluaran
urin. Penis bagiannnya meliputi radix, badan (corpus) dan ujung bebas yang berakhir pada
4 | P a g e

glans penis. Membentang ke depan dari archus ischiadicus pelvis sampai ke daerah umbilicus
pada dinding ventral perut. Badan penis terdiri dari corpus cavernosum penis yang relative
besar dan diselaputi oleh suatu selubung fibrosa. Di bagian ventralnya terdapat corpus
covernosum urethrae suatu struktur yang lebih kecil mengelilingi urethrae. Radix penis
dibentuk oleh crus penis kanan dan kiri yang mempertautkan penis pada kedua sisi archus
ischiadicus. M. ischio cavernosus atau erector penis sepasang otot pendek yang timbul dari
tuber ischii dan ligamentum sacroischiadicum dan bertaut pada crura dan corpus penis. M.
retractor penis adalah suatu otot yang bertaut pada vertebrae coccygea pertama dan kedua,
berpisah dan bertemu kembali di bawah anus. Pasangan otot ini berjalan sepanjang
permukaan ventrocaudal penis dan bertaut pada tunica albuginea penis. Bagian glans penis
sangat banyak mengandung serabut serabut saraf dan ujung saraf (Toelihere, 1981).

Histologi
Testes
Secara histologik masa testes dibungkus oleh tunica albugenia, suatu lapisan putih tebal
terdiri dari jaringan ikat padat dan serabut-serabut otot polos. Pada tepi proximal testis, suatu
penebalan dari tunica albugenia berjalan memasuki testis, dan disebut mediastinum (median
septum). Dari mediastinum dilepaskan sekat-sekat,septula testis yang menembus masuk ke
dalam substansi testis yang membagi substansi tersebut menjadi beberapa lobuli yang
berbentuk kerucut. Apabila selaput serosa testis, tunica vaginalis propria dan tunica albugenia
disayat, maka parenchyma atau substansi testis akan menggembung keluar tugor tinggi
jaringan tersebut. (Frandson, 1992)
Substansia atau parenchyma testis yang terdapat di dalam lobuli testis terdiri dari saluran-
saluran kecil bergulung-gulung, tubuli seminiferi, yang menghasilkan dan berisi spermatozoa.
Diantara tubuli, di dalam jaringan interstisial yaitu jaringan ikat longgar yang mengandng
buluh-buluh darah, limfe dan syaraf, terdapat sel-sel datar dan polygonal yang disebut sel-sel
interstisial dari leydig , dimana dihasilkan androgen, hormon-hormon kelamin jantan,
terutama testosteron.
Tubuli seminiferi saling bersatu di mediastinum testis, dan bersatu dengan suatu sistem
saluran rete testis menembus tunica albugenia pada suatu pintu kecil yang 4-5 cm lebarnya
dibagian proximal testis dan dihubungkan dengan caput epididymidis oleh 13-15 tubuli yang
membentuk ductuli efferentes testis. (Frandson, 1992)
Setiap tubulus mempunyai selaput dasar (membrana basale) terdiri dari jaringan ikat
dengan bagian luarnya yang kaya akan buluh-buluh darah; buluh-buluh tersebut tidak
5 | P a g e

menembus membrana basale dan makanan bagi sel-sel didalam tubuli diperoleh dengan jalan
difusi. Dengan permukaan membrana basale sebagai dasarnya, terletak dua macam sel yaitu
1) sel-sel bundar dan besar disebut spermatogonia yang belum berdiferensiasi. 2) Sel-sel
sertoli, sel-sel panjang yang menjurus ke dalam ke arah centrum tubulus dan disebut juga sel-
sel penunjang. Sel-sel tersebut terakhir erat hubungannya dan mungkin ada sangkut-pautnya
dengan nutrisi sel-sel spermaogenik; oleh karena itu disebut juga sel-sel trophocyt. Pada sel
ujung sel-sel sertoli terdapat sel spermatid yang berada di sana untuk nutrisi dan
perubahannya menjadi spermatozoa; jadi selain untuk nutrisi, sel-sel sertoli dianggap
memegang peranan penting dalam pembubuhan ekor spermatozoa. (Frandson, 1992)

Penis
Penis dapat dibagi menjadi :
Korpus penis
Memiliki karakteristik dengan tambahan massa jaringan erektil disebut corpora kavernosa.
Pada setiap korpus kavernosum dibungkus oleh tunika albuginea, suatu jaringan ikat padat
dengan serabut elastic. Pada babi dan ruminansia, tunika albuginea sangat tebal, pada kuda
mengandung otot polos. Tunika albuginea meluas ke dalam membentuk jala-jala trabekula di
antara jaringan erektil. Rongga-rongga kaverna dibatasi endothelium dan dibungkus oleh otot
polos dan jaringan ikat fibroelastis. Pada penis vaskuler (kuda) otot polos dominan
Pada penis fibroelastis (babi dan ruminansia) rongga-rongga kaverna dibungkus jaringan
ikat kaya serabut elastic dengan sedikit atau tanpa otot polos. Pada penis pertengahan
(karnivora) memiliki otot dan jaringan ikat mengisi ruang antar rongga kaverna. Korpus
kavernosum semua mamalia (hewan piaraan) mengandung jaringan lemak tersebar di
jaringan ikat antar rongga kaverna. Jaringan lemak ini mencolok pada kucing, terutama pada
korpus kavernosum. Di situ jaringan menggantikan seluruh jaringan erektil. (Budipitojo,
2011)
Glans penis
Merupakan bagian penis distal yang membesar dan berkembang baik pada kuda dan
anjing. Di dalamnya ditemukan jaringan erektil lanjutan dari korpus spongiosum. Pada
karnivora, glans penis punya os penis, pada kucing juga ada tetapi kecil. Preputium
merupakan lapisan kulit berbentuk pipa yang menutup bagiuan penis ujung distal
Glans terdiri dari lamina eksterna melekuk ke dalam pada lubang preputium membentuk
lamina eksterna dan parietalis, pada kuda sering ditemukan di lamina viseralis.

6 | P a g e

Glandula accesoria
Vesikula seminalis
Tidak ditemukan pada karnivora. Adenomer dibatasi epithelium kolumner simpleks.
Duktus ekskretorius dibatasi epithelium pseudokolumner kompleks. Kelenjar berbentuk
tubuloalveoler terbagi dalam lobuli oleh septa interlobular, pada ruminansia terdapat banyak
otot polos. Pada sapi jantan sering ditemukan tetes-tetes lipid infranukleus. Pada kuda dan
babi, septa didominasi jaringan ikat dengan beberapa otot polos
Kelenjar prostat
Di bagi dua: korpus dan bagian diseminalis. Bentuk tubuloalveoler kompleks. Adenomer
dibatasi kuboid simpleks pendek atau kolumner simpleks pendek. System duktus dibatasi
oleh epithelium kuboid atau kolumner simpleks dan menjadi epithelium transisional setelah
masuk urethral. Korpus glandula prostat berkembang pada karnivora dan kuda
Kelenjar bulbouretralis
Jumlah kelenjar sepasang, terdapat pada dorsolateral urethra pars pelvina. Kelenjar
berbentuk tubuloalveoler kompleks.
Sel adenomer berbentuk kolumner atau piramidal, sitoplasma basofil dan nukleus terletak
basal berbentuk bulat atau pipih. Sistem duktus dilapisi epitel kolumner simpleks,
pseudokolumner kompleks kemudian transisional di dekat muaranya. Terdapat pada semua
hewan, kecuali anjing.
Mukus yang dihasilkan membersihkan uretra dari urine, melicinkan uretra dan vagina
sebagai cairan praejakulasi, dan merupakan sumber energi untuk spermatozoa. (Budipitojo,
2011)
Sapi memiliki penis tipe fibroelastik bersifat cenderung kaku meski dalam kondisi tidak
ereksi. Testesnya berbentuk oval memanjang dan terletak dengan sumbu panjangnya vertical
di dalam scrotum.

Komparasi
Penis kuda memiliki tipe vascular dengan banyak mengandung serabut-serabut otot
tetapi tidak mempunyai flexura sigmoidea terletak bebas di dalam prae putium. Dalam
konddisi tidak ereksi penis tertarik ke dalam praeputium. Scrotumnya agak simetris dan
kurang bebas berayun dibandingkan pada sapi.pada keadaan longgar testes terletak
horizontal tetapi apabila m. cremaster bekerja maka letaknya hamper vertical. Cauda
epididymis terletak caudal dan bertaut longgar dengan testis. Corpus terletak dorsal dari testis
7 | P a g e

dan caput epididymis di cranialnya. Ampulla dan vas deferens berkembang baik. Vas
deferens terletak dorsomedial dari corpus epididymis dan testis.
Pada domba organa genital masculine hamper sama pada sapi tapi scrotum domba
lebih pendek dan tidak berleher. Kelenjar prostatanya tidak mempunyai corpus, hanya ada
pars disseminate yang berdifusi dengan sebagian besar urethra pelvis. Penis domba juga
memiliki flexura sigmoidea yang berkembang baik.glans penis mempunyai suatu penonjolan
filiformis (processus urethrae) yang mengandung bagian terminal urethra.
Pada babi, scrotum terletak tepat di bawah anus dan tidak begitu jelas seperti yang
terlihat pada mamalia lainnya. Testesnya sangat besar tetapi relative lebih lunak dan terletak
horizontal di alam scrotum. Cauda epididymis yang cukup bear terletak dorsal, corpus di
cranial dan caput di ventral. Vas deferens terletak cranial dan medial dari testis dan tidak
mempunyai ampula yang jelas dengan funikulus spermaticusnya panjang. Kelenjar
vesiculares relative sangat besar

III. Hormon-hormon dalam sistem reproduksi jantan
Fungsi endokrin dari testis adalah menghasilkan testosteron, hormon kelamin jantan
yang dihasilkan oleh sel-sel interstisial. Hormon seperti testosteron yang berpengaruh
terhadap sifat kejantanan disebut androgen. Testis adalah sumber utama androgen, tetapi
androgen dalam jumlah sedikit juga dihasilkan oleh korteks adrenal ovari betina dan placenta
Berkurangnya libido dan ketidakmampuan untuk menghasilkan keturunan, keduanya
adalah pengaruh dari kastrasi dan testosteron. Testosteron memacu perkembangan dan fungsi
kelenjar-kelenjar kelamin aksesoria yang menyebabkan berkembangnya karakteristik kelamin
sekunder dan mengontrol sekresi ICSH pada pejantan. Testosteron juga meningkatkan
anabolisme protein, menyebabkan bertambahnya berat tubuh dibandingkan dengan yang
betina. Kerangka juga peka terhadap testosteron, dengan tulang-tulang yang menjadi lebih
besar dan tebal.
Spermatogenesis dimulai oleh FSH dari adenohipofisis pada kelenjar pituitari, tetapi
testosteron diperlukan untuk melengkapi proses tersebut. Gonadotrofin hipofiseal secara
langsung mengontrol mirosis dan meiosis germcell dan secara tidak langsung mengontrol
pemasakan spermatid. Karena sel-sel interstisial dirangsang oleh ICSH untuk menghasilkan
testosteron, dalam hal ini testosteron berperan dalam mekanisme umpan balik untuk
menghambat ICSH. FSH biasanya untuk pemasakan spermatid yang terakhir. ICSH
mengontrol sekresi testosteron dan prolaktin meningkatkan ICSH dalam mempertahankan
produksi testosteron. (Frandson, 1992)

Anda mungkin juga menyukai