Disusun oleh : Fitriyah Sarina !!"#""$!"% Siti Solehah !!"#""&#%" 'ulan Dita Prati(i Sa) !!"#""&*"+ Pe)i)in, : Dr- .ari Purna)a/ S0-T.T FAKULTAS KED1KTERAN UNI2ERSITAS 3ARSI KEPANITERAAN ILMU KED1KTERAN TELIN4A .IDUN4 TEN441R1K RSUD KABUPATEN BEKASI PERI1DE "% JULI 5!! A4USTUS #"!+ Epistaksis merupakan keadaan darurat THT. Dalam kecelakaan dan darurat banyak pasien yang dapat di obati dan ada juga yang perlu penatalaksanaan khusus. Epistaksis yang terjadi secara spontan maupun sebaliknya, dialami oleh orang- orang hingga 60% dan dalam 6% membutuhkan penatalaksanaan medis. EPIDEMI1L14I ejadian epistaksis ber!ariasi dengan usia. ejadian terbanyak pada " kalangan usia yaitu usia anak-anak dan de#asa muda dan de#asa yang lebih tua $%&-6& tahun'. Dan ada pula kejadian yang banyak pada kalangan perempuan tua dan laki laki muda. ANAT1MI (alah satu )ungsi utama dari hidung adalah untuk menghangatkan dan melembabkan udara. *leh karena itu hidung mempunyai suplai darah banyak dari " arteri besar yaitu arteri karotis interna dan eksterna. Epistaksis biasanya diklasi)ikasikan menjadi dua yaitu anterior atau posterior, tetapi juga dapat terjadi pada superior atau in)erior tergantung pada pasokan karotis. arotis interna $melalui arteri ethmoidal' memperdarahi konka media dan superior sedangkan daerah lain diperdarahi oleh cabang-cabang arteri karotis eksterna. +ang terdiri dari arteri sphenopalatina, yang memperdarahi sebagian besar septum nasi dan daerah dinding lateral. ,da juga percabangan antara arteri kanan dan arteri kiri, yang dapat mengakibatkan pendarahan hidung terus-menerus meskipun diligasi arteri unilateral. arena terdapat anastomosis -le.us kiesselbach di bagian ba#ah septum anterior yang biasa dikenal little/s area. -erdarahan posterior berasal dari arteri superior septum nasi $cabang arteri sphenopalatine' yang merupakan bagian dari ple.us #oodru)). ETI1L14I Etiologi epistaksis dapat dibagi menjadi " penyebab yaitu lokal dan umum, namun sebagian besar $00% - 10%' adalah idiopatik. 2amun yang paling penting adalah karena !askularisasi yang menonjol kearah permukaan dan adanya percabangan suplai darah untuk hidung, pada hidung pembuluh darah berada didalam mukosa yang dangkal dan tidak terlindungi sehingga kebanyakan yang terjadi adalah kerusakan pada mukosa dan dinding pembuluh darah yang menyebabkan pendarahan. -endarahan yang spontan kadang juga terjadi seperti pada mengedan kuat maupun mengangkat besi. 3eskipun jarang namun kadang terjadi adanya neoplasia sebagai penyebab epistaksis unilateral berulang. PENATALAKSANAAN 4ika perdarahan titik terlokalisir, maka bahan kimia atau elektrokauter dapat dilakukan. 4ika tidak berhasil, diperlukan penatalaksanaan lebih lanjut dengan memasang tampon dengan beberapa bentuk kain kasa atau spons dan apabila gagal , teknik yang lebih canggih seperti balon tekan atau tampon posterior, sehingga ligasi arteri atau embolisasi pada darah yang sudah membeku dapat digunakan. RESUSITASI Tanda- tanda !ital harus selalu dipantau secara teratur, pemeriksaan darah lengkap dan golongan darah perlu dilakukan.. 3anajemen cairan perlu dilakukan untuk pasien dengan hipo!olemia. Penyea 6ari e0ista7sis 5okal 6diopatik Trauma 3engupil 7edera #ajah 8enda asing 6n)lamasi 6n)eksi 9hinosinusitis -olip hidung 2eoplasma Tumor jinak : angio)ibroma ju!enile Tumor ganas :arsinoma sel skuamos ;askularisasi -enyakit ba#aan : hereditary haemmoragic telangiectasia -enyakit didapat : <egener/s granulomatosis 6atrogenic -embedahan : ma.illo)acial 2=T elainan struktur De!iasi septum -er)orasi septum *bat obatan (emprot hidung : dekongestan topikal -enyalahgunaan : okain >mum elainan darah oagulopati $hemo)ilia' Trombositopenia $5eukimia' Dis)ungsi platelet $;on <illebrand/s disease' 5ingkungan (uhu elembapan etinggian -enggunaan obat ? obatan ,ntikoagulan : Heparin, #ar)arin ,ntiplatelets : ,spirin, clopidogrel egagalan organ >remia elainan hati : (irosis hepatis 5ain ? lain ,therosklerosis @ hipertensi -enggunaan alkohol -ersiapan pada hidung -ersiapan hidung yang baik sangat penting untuk menjelaskan dan mengobati penyebab epistaksis. 9ongga hidung sering dihalangi oleh gumpalan@bekuan.4adi sebelum melakukan pemeriksaan dibersihkan dahulu gumpalan tersebut dari hidung pasien.3eskipun tindakan ini dapat memulai kembali terjadinya perdarahan.>ntuk melihat rongga hidung harus menggunakan rhinoskopi anterior menggunakan spekulum Thudicum, memungkinkan gumpalan@ bekuan di e!akuasi menggunakan alat penghisap dan sebagai penilaian a#al dari titik perdarahan. ,nestesi lokal, idealnya termasuk !asokonstriktor, harus diberikan pada mukosa hidung di atas A5ittle areaB $kotak "'.3etode aplikasi ber!ariasi pada persiapannya tetapi kebanyakan memerlukan kapas atau sebagai semprot hidung. >mumnya, analgesia sistemik tidak diperlukan ketika memeriksa atau membalut hidung, meskipun obat penenang ringan $diaCepam dengan dosis kecil' sering digunakan pada pasien hipertensi dan cemas berlebihan. (etelah anestesi lokal bekerja, rongga hidung diperiksa dan pengobatan untuk membendung atau menghentikan perdarahan dilakukan. 5ittle area merupakan daerah yang pertama kali harus diperhatikan. -embakaran $auter ' auter kimia dengan menggunakan tongkat perak nitrat $D&% perak nitrat, "&% 8- kalium nitrat # @ #' yang bereaksi terhadap lapisan mukosa untuk menghasilkan e)ek kimia lokal. Teknik ini menggunakan tongkat ke titik perdarahan dengan tekanan kuat selama &-E0 detik. E)ek bermacam ? macam sesuai dengan konsentrasi dan paparan yang diberikan.ami menyarankan jarak dari tindakan auter antara %- 6 minggu. 8alutan ,nterior $Tampon anterior' Hidung harus selalu dibalut jika perdarahan berlanjut meskipun telah di kauter atau jika perdarahan sudah tidak terlihat lagi. ,da banyak bentuk dari tampon hidung anterior meskipun spons hidung yang paling sering digunakan karena mudah dilakukan dan e)ekti) untuk menekan pembuluh darah dari perdarahan. Tampon hidung ,da beberapa jenis yang tersedia 3erocel terbuat dari poli!inil alkohol, yang dimasukkan ke dalam hidung $gambar "' dan diperluas dengan aplikasi air. Hal ini menyebabkan tampon membengkak dan mengisi rongga hidung,bertujuan menekan titik perdarahan.3erocels sangat mudah dalam penerapan dan tidak memerlukan pelatihan khusus. 3etode ini e)ekti) pada 0&% kasus, tidak ada perbedaan antara keberhasilan bila dibandingkan dengan pita tradisional 9apid 9hino merupakan sebuah contoh dari karboksimetilselulosa. 6ni merupakan bahan hidrokoloid yang bertindak sebagai agregator trombosit dan juga sebagai pelumas untuk kontak dengan air. Ta)0on Anterior 4ika dengan menggunakan tampon hidung gagal untuk membendung terjadinya epistaksis, maka harus mempertimbangkan untuk menggunakan pita kasa. (etalah dilakukan pemasangan, harus diperiksa pendarahan yang sedang berlangsung pada pasien melalui alat tersebut, dari nares kontralateral atau posterior. 4ika terlihat adanya pendarahan, harus dipertimbangkan untuk menggunakan tampon yang lain sebelum tampon yang sedang dugunakan tersebut dikeluarkan. 6ni dapat meningkatkan tekanan tamponade pada bagian atas septum dan menghentikan pendarahan. 4ika tampon terpasang selama lebih dari %0 jam, maka antibiotik harus diberikan untuk mencegah terjadinya syndrome to.ic shock. Tampon biasanya dikeluarkan dalam #aktu tiga hari. Bo8-# Persia0an Anastesi Lo7al In9e7si Li6o7ain :"/;</ !</ or #<= 6an a6renalin :e0ine>rin= !?#""-""" Ko7ain To0i7al :#< atau ;<= Sale0 Ko7ain :!"<= Li6o7ain To0i7al :;< 6an "/;< >enile>rin :@ho0enyl@aine= Ta)0on Posterior Tampon anterior sering sulit untuk mengontrol perdarahan dari rongga hidung posterior. -endarahan ini sangat sulit untuk diterapi dan mungkin memerlukan insersi balon atau tampon posterior. Insersi Balon Hal ini bergantung pada salah satu tekanan langsung, akumulasi darah di dalam rongga hidung yang ditampung di tamponade. ,da beberapa jenis yang dapat digunakanF yang telah dirancang khusus untuk penanganan epistaksis. Foley 7ateter Dengan menggunakan kateter urin standar yang dimasukkan melalui nares anterior dan mele#ati kembali sampai ujungnya terlihat di oro)aring. ateter tersebut kemudian akan menggembung dengan memberikan G-% ml air atau udara. 7a!um nasi bagian anterior dibungkus dengan kasa atau spons hidung. 8alon di)iksasi menggunakan umbilical clamp di nares anterior. -enting untuk memproteksi columella menggunakan pelindung yang lembut untuk menghindari terjadinya nekrosis. omplikasi lainnya termasuk perpindahan balon di bagian posterior yang akan berpotensi mengganggu saluran napas, mengempisnya balon $biasanya akibat diisi udara' dan ruptur balon, yang bisa mengakibatkan aspirasi air. Balon Bri,hton 8alon ini khusus diproduksi untuk pengobatan epistaksis. 8alon ini bisa mengembang sendiri. Ta)0on 0osterior -rosedur ini sedikit tidak nyaman $oleh karena itu normalnya dilakukan dengan anestesi umum', kasa dijahit ke kateter kemudian dimasukan ke hidung sampai ke naso)aring, sehingga kasa menyangkut di koana. -asien harus selalu dira#at di rumah sakit. 10erasi (ebelum operasi, hemodinamik pasien harus stabil. ebanyakan kasus operasi membutuhkan anestesi umum, meskipun pada pasien tua yang lemah, anestesi lokal dengan sedasi dapat digunakan. 6nter!ensi bedah dapat dibagi menjadi diathermy, operasi septum, atau ligasi arteri. Diater)i 5okalisasi sumber perdarahan menggunakan anestesi umum lebih mudah. -enggunaan diatermi bipolar daripada monopolar dianjurkan, karena kerusakan sara) optik atau sara) okulomotor lebih sering terjadi pada diatermi monopolar. 10erasi se0tu) *perasi septum kadang dilakukan untuk memberikan akses ke rongga hidung. arena sebagian besar perdarahan terjadi dari septum, mengangkat )lap mucoperichondral selama operasi septum dapat berman)aat karena hal ini akan menurunkan aliran darah ke mukosa, yang akan menghentikan perdarahan. -embedahan juga digunakan untuk memperbaiki de!iasi septum yang mungkin menjadi penyebab epistaksis. Li,asi arteri s0heno0alatina (elain metode-metode yang telah disebutkan, prosedur ini biasanya akan dicoba pertama kali jika perdarahan tidak berhenti. Dilakukan menggunakan rigid endoscopy dan pembuluh darah biasanya dijepit atau dikoagulasi menggunakan diatermi bipolar. ,ngka kesuksesan lebih tinggi dibangingkan ligasi arteri yang lainnya. Li,asi arteri et)oi6alis anterior?0osterior -rosedur ini kadang diperlukan untuk perdarahan berat yang berasal dari regio etmoidal dan biasanya dilakukan dengan cara insisi etmoidal eksternal melalui subperiosteal di dinding orbita tengah. 3enggunakan teknik endoskopi. Li,asi Arteri Ma7silaris 3etode ini jarang dilakukan semenjak dikenalkanya operasi hidung dengan endoskopi, tetapi metode tersebut terbukti e)ekti) sebesar 0D% dari kasus yang ada. *perasi 7ald#ell-luc merupakan operasi yang telah dimodi)ikasi, melalui dinding posterior dari sinus maksilaris ke )osa ptergopalatina. -embuluh darah ma.ilaris dapat terpotong. omplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis dan masalah perdarahan saat operasi. Li,asi arteri @arotis e7sterna 3etode non spesi)ik ini dilakukan dengan cara menurunkan aliran darah ke hidung, dan penelitian telah menunjukan terdapat tingkat kegagalan jangka panjang sebesar %&%. 6ni disebabkan karena suplai darah di hidung berasal dari arteri carotis eksterna.. H Pilihan 0enan,anan yan, lain- An,io,ra0hy Teknik ini melibatkan kanulasi dari arteri karotid eksternal dan menentukan titik perdarahan dengan menggunakan kontras. 8eberapa )actor yang menjadi kendala pada tekhnik ini adalah kurangnya peralatan dan spesialis radiologi, arteri ethmoidalis tidak dapat diemobolisasi karena dapat menyebabkan kebutaan dan perdarahan otak. -enelitian telah melaporkan tingkat terjadinya komplikasi sebesar ED% ? "D%. Firin ,lue -enelitian melaporkan bah#a komplikasi yang dapat terjadi pembengkakan, atro)i mukosa hidung, dan kelebihan lendir hidung lebih rendah daripada electrocautery dan perak nitrat En6os7o0i 8aru-baru ini beberapa teknologi telah disesuaikan untuk pengobatan epista.is. -emeriksaan rongga hidung dilakukan dengan menggunakan Hopkin endoskop batang kaku $0 or G0 angle'. =umpalan dihapus menggunakan sunction, yang juga akan memperlihatkan titik pendarahan.. Di ltitik pendarahan, elektrokauter digunakan untuk menutup perdarahan. Iri,asi 6en,an Air Panas -enggunaan air panas untuk irigasi adalah strategi penatalaksanaan alternati) untuk epista.is posterior. Teknik ber!ariasi, tetapi pada dasarnya kateter balon digunakan untuk menutup choana posterior kemudian air dengan suhu %& 7 ? &0 7 dimasukkan ke dalam rongga hidung. 6ni dilakukan juga untuk membantu untuk membersihkan gumpalan darah dari hidung. Laser 5aser telah terbukti sangat berguna dalam kasus epista.is berulang, seperti yang terjadi pada penyakit keturunan telangiectasia $penyakit *sler-<eber-9endu'. 2eodymium 6trium- aluminium-garnet $2D: +,=' laser sering digunakan $melalui Endoskopi' Follo( u0 (emua pasien dengan ri#ayat epista.is parah memerlukan pemeriksaan rongga hidung untuk menyingkirkan adanya sebuah keganasan. -asien harus diberi lea)let yang menampilkan prosedur pertolongan pertama epista.is dan tindakan pencegahan sederhana untuk mengurangi kekambuhan termasuk menahan diri dari kegiatan yang dapat merangsang perdarahan $mengupil, angkat berat, latihan berat' dan menjauhi alkohol atau minuman panas yang dapat menyebabkan !asodilatasi pembuluh darah di hidung. >ntuk membatasi pendarahan berulang, krim antiseptik topikal $2aseptin' atau petroleum jelly $;aseline' dapat diresepkan, meskipun e)ekti)itasnya dipertanyakan. -asien dengan tekanan darah tinggi harus kontrol ke dokter umum setelah pulang dari rumah sakit.. *bat aspirin telah ditunjukkan untuk menjadi independen dikaitkan dengan epista.is hospitalisation. 2amun, penghentian terapi aspirin harus dipertimbangkan untuk mencegah terjadinya komplikasi thromboembolic. Kesi)0ulan (elama E0 tahun, peningkatan yang signi)ikan dalam pilihan tersedia untuk penatalaksanaan epistaksis. Dijelaskan dalam tinjauan ini dimulai dengan prosedur sederhana yang dapat dilakukan di klinik setempat dan melanjutkan ke Endoskopi teknik untuk kasus-kasus yang lebih sulit.