Anda di halaman 1dari 25

1

Bab I
Pendahuluan

Tuberkulosis Paru (TB Paru) telah dikenal hampir di seluruh dunia, sebagai penyakit kronis yang
dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
kerusakan jaringan paru yang bersifat permanen. Di samping proses destruksi terjadi pula secara
simultan proses restorasi atau penyembuhan jaringan paru sehingga terjadi perubahan struktural
yang bersifat menetap serta bervariasi yang menyebabkan berbagai macam kelainan faal
paru.Tuberkulosis paru (TB) sudah sangat lama dikenal pada manusia, misalnya penyakit tersebut di
hubungkan dengan tempat tinggal didaerah urban.
Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya sangat mudah
sekali, yaitu melalui batuk, bersin dan berbicara. Untuk mengurangi bertambahnya TB paru dan
masalah yang ditimbulkan oleh penyakit TB paru, perlu dilakukan penanganan awal yang dapat
dilakukan adalah dilingkungan keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan. Penyebaran penyakit tuberkulosis paru yang sangat
mudah ini, sangat rentan pada keluarga yang anggota keluarganya sedang menderita penyakit
tersebut. Penyakit dapat menular pada anggota keluarga yang lain. Oleh karena itu, penyakit
tuberkulosis harus mendapat penanganan yang tepat karena penyakit ini menyerang tidak
memandang kelompok usia produktif, kelompok ekonomi lemah dan berpendidikan rendah.
Penyakit TB paru lebih banyak ditemukan di daerah miskin. Karena faktor lingkungan yang kurang
mendukung menjadi penyebab TB paru.Pencegahannya dengan makan-makanan yang bergizi,
menghirup udara yang bersih dan kemungkinan (prognosis) dapat sembuh dari penyakit ini.
Disebukan juga bahwa TB sering didapat pada usia muda (18-30 tahun) dengan tanda-tanda badan
kurus dan dada yang kecil.
Tujuan
Tujuan dilakukannya kunjungan rumah ialah untuk mengetahui adakah terdapat hubungan
antara keadaan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan pola psikososial pasien dengan penyakit
tuberkulosis paru.
Metode
Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode wawancara dengan
pasien serta melihat keadaan rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien.

2

Bab II
Laporan Kasus

Puskesmas : Grogol II
Jl. Rawa Bahagia I
Nomor register : -

Data riwayat keluarga :
I. Identitas pasien :
Nama : Ibu Khodijah
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD (tamat)
Alamat : Jl. Makaliwe RT 03/ RW 07 No.8
Telepon : -

II. Riwayat biologis keluarga :
a. Keadaan kesehatan sekarang : Kurang
b. Kebersihan perorangan : Sedang
c. Penyakit yang sering diderita : Gastritis
d. Penyakit keturunan : Tidak ada
e. Penyakit kronis/ menular : Tbc
f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
g. Pola makan : Baik
h. Pola istirahat : Baik
i. Jumlah anggota keluarga : 5 orang


III. Psikologis keluarga
a. Kebiasaan buruk : -
b. Pengambilan keputusan : Bapak
c. Ketergantungan obat : -
3

d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas Grogol II
e. Pola rekreasi : Sedang

IV. Keadaan rumah/ lingkungan
a. Jenis bangunan : Semi permanen
b. Lantai rumah : Keramik
c. Luas rumah : -
d. Penerangan : Kurang
e. Kebersihan : Sedang
f. Ventilasi : Kurang
g. Dapur : Ada
h. Jamban keluarga : Ada
i. Sumber air minum : Ledeng
j. Sumber pencemaran air : Tidak ada
k. Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada
l. Sistem pembuangan air limbah : Ada
m. Tempat pembuangan sampah : Ada
n. Sanitasi lingkungan : Sedang

V. Spiritual keluarga
a. Ketaatan beribadah : Baik
b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik

VI. Keadaan sosial keluarga
a. Tingkat pendidikan : Rendah
b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Baik
d. Kegiatan organisasi sosial : Sedang
e. Keadaan ekonomi : Kurang

VII. Kultural keluarga
a. Adat yang berpengaruh : Betawi
b. Lain-lain : Tidak ada

4

VIII. Anggota keluarga :

IX. Keluhan utama :
Batuk dan sesak nafas.

X. Keluhan tambahan :
Keringat malam , nafsu makan berkurang, berat badan turun.

XI. Riwayat penyakit sekarang :
OS sering mengalami batuk-batuk dan sesak nafas. OS juga sering mengalami kelelahan dan berat
badan turun. Riwayat alergi obat disangkal.

XII. Riwayat penyakit dahulu
- Vertigo
- Demam tifoid

Nama Hub dgn KK Umur Pendidikan
Terakhir
Pekerjaan Agama Keadaan
kesehatan
Keadaan
gizi
Imunisasi KB
Dul.Halim KK 53 th SD Penjaga
Keamanan.
Islam Sehat Cukup - -
Khodijah Isteri 50 th SD Ibu rumah
tangga
Islam Sakit Cukup - -
Susanti Anak 29 th SMEA Ibu rumah
tangga
Islam Sehat Cukup Lengkap -
Liana Anak 20 th SMP Ibu rumah
tangga
Islam Sehat Cukup Lengkap -
Maulita Anak 13 th SMP Pelajar Islam Sehat Cukup lengkap -
Imelda Cucu 7 th - - Islam Sehat Cukup Lengkap -
Ria antoni Cucu 4 th - - Islam Sehat Cukup Lengkap -
Danu Cucu 2 th - - Islam Sehat Cukup Imunisasi
dasar
-
5

XIII. Pemeriksaan fisik
Tekanan darah 130/80 mmHg
Suhu badan 36,3
0
C
Nadi 80 x/ menit
Keadaan umum Baik , pasien tidak tampak sakit berat
Kondisi fisik Mata : konjungtiva tidak tampak ikterik / anemis.
Tidak terdapat pembesaran kgb.
Auskultasi paru : ronkhi (+)


XIV. Diagnosis penyakit
Tuberkulosis paru.

XV. Diagnosis keluarga
-
XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit
a. Promotif : Memberi penyuluhan yang terdiri dari: Pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
cara penularan dan mencegah penularan TB.
b. Preventif :
- Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin,
- Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi
desinfektan (air sabun),
- Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan
- Menghindari udara dingin,
- Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya
ke dalam tempat tidur,
- Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari,
- Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga
mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain,
- Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein, meningkatkan
ventilasi rumah.



6

c. Kuratif :

Terapi medika mentosa :
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan
efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat
disembuhkan dengan obat-obat ini.
Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.

Pengobatan TBC pada orang dewasa
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 : Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan
etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan
rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).Diberikan kepada: Penderita baru TBC
paru BTA positif. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3 : Diberikan kepada: penderita kambuh, penderita gagal terapi,
penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3 : Diberikan kepada: penderita BTA (+) dan rontgen paru
mendukung aktif.
d. Rehabilitatif :
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC, termasuk dalam pencegahan
tersier. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha
penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut, kemudian rehabilitasi
pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan
penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan
perlunya rehabilitasi.

XVII. Prognosis
Penyakit : dubia ad bonam
Keluarga : -
Masyarakat : -



7

XVIII. Resume
Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC , adanya korelasi positif antara
TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan,
lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi. Pada kasus OS diatas menunjukan adanya hubungan
antara keadaan rumah dengan penyakit yang diderita OS. Keadaan lingkungan dengan sanitasi
rendah serta kurangnya ventilasi menyebabkan kelembapan udara yang meningkat. Kurangnya
sinar matahari yang masuk ke dalam rumah menyebabkan mudahnya mycobacterium
tuberculosis berkembang. Serta rendahnya tingkat kesadaran akan kesehatan dari OS maupun
keluarga dapat terlihat lewat kontak antara OS dengan ketiga cucunya.















8

Bab III
Tinjauan Pustaka

A. Pendahuluan
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobacterium
tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian
besar basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection.

B. Epidemiologi
Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia tapi sampai saat ini TB masih tetap menjadi
problem kesehatan dunia yang utama. Pada bulan Maret 1993 WHO mendeklarasikan TB sebagai
global heath emergency. TB dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting karena lebih
kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh mikobakterium TB. Pada tahun 1998 ada 3.617.047 kasus
TB yang tercatat diseluruh dunia.

Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di negara-negara yang sedang
berkembang. Diantara mereka 75% berada pada usia produktif yaitu 20-49 tahun. Karena penduduk
yang padat dan tingginya prevalensi maka lebih dari 65% dari kasus-kasus TB yang baru dan
kematian yang muncul terjadi di Asia.
1
Segitiga Epidemiologi
Faktor Host
Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian dan kematian:
- Paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita
- Paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan,
perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita
- Puncak sedang pada usia lanjut
Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku pada
golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini atau tidak terlindung
dari resiko infeksi. Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan
tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk dengan sosialekonomi
rendah memiliki laju lebih tinggi. Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit
terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara umum dan
9

sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut
memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi,
kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme
pertahanan umum juga berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi primer
memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.
1

Faktor Agent (Mycobacterium tuberculosis)
Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau antibiotika
dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang lama. Pada Host, daya
infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium Tuberculosis sangat tinggi. Patogenesis
hampir rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi Host. Sifat resistensinya
merupakan problem serius yang sering muncul setelah penggunaan kemoterapi moderen, sehingga
menyebabkan keharusan mengembangkan obat baru. Umumnya sumber infeksinya berasal dari
manusia dan ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan
tidak langsung, serta transmisi kongenital yang jarang terjadi.
1

Faktor Lingkungan
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar dan prevalensi
menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler tanpa dipengaruhi musim
dan letak geografis.
Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran sosiobiologis
menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan,
perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi. Terdapat pula
aspekdinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi komunitas perdesaan. Selain itu, gaji
rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang
TBC dapat juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan epidemi penyakit ini.
Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang dengan hewan ternak
yang terinfeksi adalah berbahaya.
1

C. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan
ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Yang tergolong dalam kuman Mycobacterium
tuberculosae complex adalah : 1). M.tuberculosae, 2). Varian Asian, 3). Varian African 4). Varian
African II, 5). M.bovis. Pembagian tersebut adalah berdasarkan perbedaan secara epidemiologi.

10

Kelompok kuman Mycobacteria Other Than TB (MOTT, atypical adalah : 1. M.kansasi, 2. M.avium 3.
M.intracellulare 4. M.scrofulaceum 5. M. malmacerse, 6. M.xenopi.

Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan
arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alcohol)
sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan
fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan kering (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat
dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menajdikan penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi.
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan
yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih
tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis.
1
D. Cara penularan
Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar telah
mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan kasus jumlah TB. Proses
terjadinya infeksi oleh M.tuberculosis biasanya secara inhalasi , sehingga TB paru merupakan
manifestasi klinis yang paling sering dibanding organ lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar
melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru
dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA). Berikut uraian
mengenai cara penularan dari TB ini :
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu
yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung
dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan
yang gelap dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
1,2


11


E. Risiko penularan
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru
dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB
paru dengan BTA negatif.
Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection
(ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar
1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.
Menurut WHO ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.
Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negative menjadi positif.
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan
tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).
2


F. Gejala Klinis
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak pasien
yang ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang
terbanyak adalah ;
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadang-kadang panas badan dapat
mencapai 40-41
o
C. Serangan demam pertama dapat sumbuh sebentar, tetapi kemudian
dapat timbul kembali.Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga
pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis
yang masuk.

2. Batuk/Batuk Darah
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada
setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang
dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atang berbulan-bulan peradangan
bermula.Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa
batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada
tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

12

3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.

4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/ melepaskan napasnya.

5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat
dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
3
G. Diagnosis



13


Gambar 1. Skema Diagnosis TBC Paru pada orang dewasa
(Sumber : http://getfreeartikel.wordpress.com/2011/05/15/tuberculosis-tbc/)

Tuberkulosis anak :
Seorang anak harus dicurigai menderita tuberkulosis apabila :
Mempunyai sejarah kontak erat ( serumah ) dengan penderita TBC BTA positif
Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG ( dalam 37 hari )
Terdapat gejala umum TBC
Gejala umum TBC pada anak :
Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan tidak naik
dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik (failure to thrive).
Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure
to thrive) dengan adekuat.
Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran
nafas akut) dapat disertai keringat malam.
14

Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit biasanya multipel paling sering di
daerah leher ketiak dan lipatan paha (inguinal).
Gejalagejala dari saluran nafas misalnya batuk lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan
sebab lain daribatuk) tanda cairan didada dan nyeri dada.
Gejala-gejala dari saluran cerna misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan
pengobatan di are benjolan (masa) di abdomen dan tanda-tanda cairan dalam abdomen.
1

Gejala spesifik

Gejala-gejala ini biasanya tergantung pada bagian tubuh mana yang terserang misalnya :

TBC Kulit/skrofuloderma
TBC tulang dan sendi :
o Tulang punggung ( spondilitis ) : gibbus
o Tulang panggul ( koksitis ) : pincang pembengkakan dipinggul
o Tulang lutut : pincangdan / atau bengkak tulang kaki dan tangan
TBC Otak dan Saraf:
o Meningitis : dengan gejala iritabel kaku kuduk muntah-muntah dan kesadaran
menurun
Gejala mata : Konjungtivitis flikten ularis
Tuberkel koroid ( hanya terlihat dengan funduskopi )
Uji Tuberkulin ( Mantoux )
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux ( pernyuntikan intrakutan ) dengan semprit tuberkulin
1 cc jarum nomor 26. Tuberkulin yang dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU.
Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Diukur diameter transveral dari indurasi yang
terjadi. Ukuran dinyatakan dalam milimeter, uji tuberkulin positif bila indurasi >10 mm ( pada gizi
baik ), atau >5 mm pada gizi buruk.
2
Reaksi Cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat ( dalam 3-7 hari ) berupa kemerahan dan indurasi >
5 mm, maka anak tersebut dicurigai telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
2

15

Foto Rontgen dada
Gambar rontgen TBC paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto biasanya sulit, harus hati-hati
kemungkinan bisa overdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat
dengan pembesar kelenjar hilu atau kelenjar paratrakeal. Foto rontgen dada sebaiknya dilakukan PA
( postero- Anterior ) dan lateral, tetapi kalau tidak mungkin PA saja.
2

H. Tujuan Penanggulangan TB paru
1. Jangka panjang
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang diakibatkan penyakit TB paru
dengan cara memutuskan rantai penularan, sehingga penyakit TB paru tidak lagi merupakan
masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
4

2. Jangka pendek
- Tercapainya angka kesembuhan minimal 85% dari semua penderita BTA positif yang
ditemukan.
- Tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap sehingga pada tahun 2006
dapat mencapai 70% dari perkiraan semua penderita baru BTA positif.
4


Strategi penemuan (Case Finding TBC)
Penemuan pasien TB, secara umum dilakukan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes); didukung dengan
penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan
cakupan penemuan tersangka pasien TB. Pelibatan semua layanan dimaksudkan untuk
mempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatan pengobatan. Penemuan secara aktif pada
masyarakat umum, dinilai tidak cost efektif.
4
Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap :
- kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit TB seperti pada pasien dengan
HIV (orang dengan HIV AIDS)
- kelompok yang rentan tertular TB seperti di rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan
(para narapidana), mereka yang hidup pada daerah kumuh, serta keluarga atau kontak
pasien TB, terutama mereka yang dengan TB BTA positif.
- pemeriksaan terhadap anak dibawah lima tahun pada keluarga TB harus dilakukan untuk
menentukan tindak lanjut apakah diperlukan pengobatan TB atau pegobatan
pencegahan.
16

- Kontak dengan pasien TB resistan obat
Aktif. Mengadakan pertemuan dengan masyarakat untuk menjelaskan tentang tanda-tanda penyakit
dan cara pengobatannya. Kader kesehatan/posyandu, kader dasa wisma dan kader lainnya
diharapkan dapat membantu menemukan penderita.

Kunjungan rumah dilakukan oleh petugas
Puskesmas; terutama dengan adanya Bidan desa diharapkan penemuan penderita secara aktif dapat
ditingkatkan.
4
I. Pengobatan
Jenis Dan Dosis OAT
1. Isoniasid ( H )
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam beberapa
hari pertama pengobatan. Obat ini sanat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif
yaitu kuman yang sedang berkembang,Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kg BB, sedangkan
untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.
2. Rifampisin ( R )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi dormant ( persister ) yang tidak dapat
dibunuh oleh isoniasid dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk mengobatan harian maupun
intermiten 3 kali seminggu.
3. Pirasinamid ( Z )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis
harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB ,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu
diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
4. Streptomisin ( S )
Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan
intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama penderita berumur sampai 60 tahun
dasisnya 0,75 gr/hari sedangkan unuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50 gr/hari.
5. Etambutol ( E)
Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg/BB.
1

J. Prinsip Pengobatan
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis
tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persister) dapat dibunuh.Dosis
tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut
kosong. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu
17

pengobatan), kuman TBC akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). Untuk menjamin
kepatuhan penderita menelan obat, pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung
(DOTS=Directly Observed Treatment Short Course) oleh seorang pengawas Menelan Obat
(PMO).Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Tahap Intensif
Pada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk
mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT terutama rifampisin. Bila pengobatan
tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya penderita menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu 2 minggu sebagian besar penderita TBC BTA positif menjadi BTA
negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahap intensif
sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.

Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit , namun dalam jangka
waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister
(dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
1,3

K. Pencegahan
Adapun tingkat pencegahan umum terdiri dari:
1. Primordial
Usaha pencegahan primordial TB ialah dengan memperbaiki kondisi lingkungan. Lingkungan adalah
segala sesuatu baik fisik, biologis, maupun sosial yang berada di sekitar manusia serta pengaruh-
pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Unsur-unsur lingkungan
adalah sebagai berikut:
Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia yang bersifat tidak
bernyawa, misalnya air, tanah, kelembaban udara, suhu, angin, rumah dan benda mati
lainnya.
Lingkungan Biologis
Lingkungan biologis adalah segala sesuatu yang bersifat hidup seperti tumbuh tumbuhan,
hewan, termasuk mikroorganisme.


18

Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah segala sesuatu tindakan yang mengatur kehidupan manusia dan
usaha-usahanya untuk mempertahankan kehidupan, seperti pendidikan pada tiap individu,
rasa tanggung jawab, pengetahuan keluarga, jenis pekerjaan, jumlah penghuni dan keadaan
ekonomi.
Lingkungan Rumah
Lingkungan rumah adalah segala sesuatu yang berada di dalam rumah. Lingkungan rumah
terdiri dari lingkungan fisik yaitu ventilasi, suhu, kelembaban, lantai, dinding serta
lingkungan sosial yaitu kepadatan penghuni.
Lingkungan rumah menurut WHO adalah suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya
untuk tempat berlindung. Lingkungan dari struktur tersebut juga semua fasilitas dan
pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani
serta keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan individu.
2. Primer
Health Promotion
Upaya promotif dilakukan dengan beberapa cara:
a. Peningkatan pengetahuan pekerja tentang penanggulangan TBC di tempat kerja melalui
pendidikan & pelatihan petugas pemberi pelayanan kesehatan di tempat kerja.
b. Penyuluhan. Materi penyuluhan terdiri dari:
- Pengertian TB
- Penyebab TB
- Tanda dan gejala TB
- Cara penularan TB
- Cara mencegah penularan TB
- Pengobatan TB
- Prognosis penyakit TB
- Penyebarluasan informasi
- Peningkatan kebugaran jasmani
- Peningkatan kepuasan kerja
- Peningkatan gizi kerja
19

Spesific Protection
Pencegahan primer merupakan upaya yang dilaksanakan untuk mencegah timbulnya penyakit pada
populasi yang sehat. Dalam hal ini dapat diberikan vaksin BCG.
3. Sekunder
Pada pencegahan sekunder, sasaran kepada penderita TBC agar tidak menyebar kepada orang-orang
di sekitar. Diagnosis dini TB paru dengan mengetahui bahwa ciri-ciri atau gejala pasien yaitu
:
- Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih
- Batuk diikuti dengan gejala tambahan yaitu batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada,
badan lemas, nafsu makan turun, BB turun, malaise, keringat pada malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita TBC) dan II
(Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak
mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 510
mg/kgbb/hari.

Selain pemberian vaksin, upaya mencegah penularan penyakit TBC, antara lain:
1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin
2. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan (air sabun)
3. Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan
4. Menghindari udara dingin
5. Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur
6. Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari
7. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan tidak
boleh digunakan oleh orang lain
8. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein
9. Meningkatkan ventilasi rumah
10.Sterilisasi dahak,seprai, sarung bantal,dll dengan menggunakan sinar matahari langsung
atau sodium hipoklorit 1%.




20

Disability Limitation

Pencegahan (profilaksis) primer
Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+). INH minimal 3 bulan walaupun uji
tuberkulin (-). Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau
sumber penularan TB aktif sudah tidak ada.
Pencegahan (profilaksis) sekunder
Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC.Profilaksis
diberikan selama 6-9 bulan. Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course)
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas
dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari
populasi penduduk dapat mengakses pelayanan DOTS di puskesmas. Strategi ini diartikan
sebagai "pengawasan langsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan"
setiap hari.
4. Tertier
Rehabilitation
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC, termasuk dalam pencegahan tersier.
Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara
psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung
situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk
mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.
3,4

Syarat Rumah Sehat

Menurut WHO, rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung dan tempat beristirahat,
sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani, maupuan sosial. Rumah sehat
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis, antara lain: :
a. Pencahayaan
b. Ventilasi (penghawaan)
Ventilasi penting untuk untuk pertukaran udara dalam ruangan sehingga temperature
dan kelembapan udara dalam ruangan dapat terjaga secara optimal. Sebaiknya suhu
21

udara dalam ruangan lebih rendah minimal 4
o
C dari suhu udara luar untuk daerah tropis.
Ventilasi yang baik harus memenuhi syarat antara lain :
1. Luas lubang ventilasi tetap minimal 5% luas lantai, sedangkan luas lubang ventilasi
insidentil (bisa dibuka dan ditutup) minimal 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya
10% luas lantai.
2. Udara yang masuk adalah udara bersih bebas dari cemaran asap sampah atau pabrik
dan knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.
3. Aliran udara hendaknya cross ventilation dengan menempatkan lubang hawa pada
lubang yang berhadapan antara dua dinding ruangan
4. Kelembaban udara dijaga tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
c. Tidak ada gangguan suara atau kegaduhan
Kegaduhan dapat diartikan suara yang menggangu dan dapat menyebabkan gangguan
terhadap kesehatan baik yang berasal dari dalam maupun luar rumah.
d. Cukup tempat untuk bermain anak
Anak-anak memerlukan tempat/ruang untuk bermain sehingga mempunyai kesempatan
untuk bergerak, bermain leluasa di rumah agar pertumbuhan badannya akan lebih baik,
mengurangi kesempatan anak bermain di tempat-tempat yang berbahaya seperti di
jalan raya.
5
2. Memenuhi kebutuhan psikologis
Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain cukup aman dan nyaman bagi masing-masing
penghuninya, pada lingkungan tempat tinggal yang baik dan homogen, penataan perabotan
sesuai dengan ruangan yang tersedia, terdapat water closed dan kamar mandi yang terjaga
kebersihannya, pada halaman rumah ditanami tanaman hias untuk memperindah
pandangan.
5
3. Mencegah penularan penyakit
Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :
- Tersedia air bersih yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan
- Bebas dari kehidupan serangga dan tikus
- Terdapat pembuangan sampah yang memenuhi syarat
- Terdapat sistem pembuangan air limbah yang memenuhi syarat
- Terdapat pembuangan tinja
- Bebas pencemaran makanan dan minuman

22

4. Mencegah terjadinya kecelakaan
Rumah yang sehat harus dapat mencegah atau setidaknya dapat mengurangi kecelakaan
termasuk jatuh, keruntuhan/roboh, kena benda tajam, keracunan dan kebakaran.
5
Persyaratan Rumah Sehat Hubungannya Dengan Tuberkulosis Paru
Persyaratan rumah sehat tidak hanya dilihat dari bentuk bangunannya, tetapi juga diperhatikan
kenyamanan dan kesegaran serta lingkungan sekitarnya. Rumah yang memenuhi syarat secara fisik
adalah rumah yang cukup luas bagi penghuninya (tidak over crowded), ventilasi memenuhi syarat,
konstruksi lantai dan pencahayaan sinar matahari cukup sehingga dapat melindungi penghuninya
dari gangguan kesehatan seperti penularan penyakit tuberkulosis paru.
5
1. Kepadatan Penghuni
Semakin padat penghuni rumah akan semakin cepat pula udara didalam rumah tersebut
mengalami pencemaran, karena jumlah penghuni yang semakin banyak akan berpengaruh
terhadap kadar oksigen didalam ruangan tersebut, begitu juga kadar uap air dan suhu udaranya.
Oksigen sangat diperlukan manusia terutama untuk proses metabolisme tubuh. Pada saat
bernafas manusia menghirup oksigen (O
2
) dan mengeluarkan karbon dioksida (CO
2
).
Over crowding dapat menimbulkan efek-efek negative terhadap kesehatan fisik, mental,
maupun moral. Penyebaran atau penularan penyakit di rumah yang padat penghuninya
seringkali lebih cepat terjadi.
5
2. Ventilasi
Ventilasi merupakan lubang yang berfungsi untuk mengeluarkan udara kotor dan memasukkan
udara bersih sehingga kondisi udara di ruangan selalu dalam keadaan segar.
Ketidaknyamanan di dalam ruangan adalah sesak yang disebabkan oleh kelembaban udara yang
meningkat, gerakan angin tidak ada dan temperatur. Jadi ketidaknyaman dalam ruangan mulai
terasa apabila udara terasa sudah jenuh oleh keringat dan temperature udara sudah mendekati
atau sama dengan temperature tubuh. Apabila udara mulai bergerak dengan adanya ventilasi
baik lewat lubang / jendela maupun kipas angin maka kejenuhan udara mulai berkurang dan
perasaan nyaman terasa kembali. Apabila suatu ruang tidak mempunyai ventilasi atau
ventilasinya kurang baik akan mebahayakan kesehatan, apalagi apabila di ruang tersebut terjadi
pencemaran oleh bakteri (penderita tuberkulosis paru) atau oleh berbagai zat kimia.
5

23

3. Pencahayaan sinar matahari
Cahaya sinar matahari selain berguna untuk menerangi ruang juga mempunyai daya untuk
membunuh bakteri, hal ini telah dibuktikan oleh Robert Koch (1843-1910), bahwa sinar apapun
dapat membunuh kuman dalam waktu cepat maupun lambat.Dengan pengetahuan akan sifat
sinar matahari yang mematikan kuman maka sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk
mencegah penyakit tuberkulosis paru yaitu dengan mengusahakan masuknya sinar matahari
pagi ke dalam rumah. Diutamakan sinar matahari pagi karena cahaya sinar matahari pagi banyak
mengandung sinar ultraviolet yang dapat mematikan kuman.
5
4. Kelembaban udara dalam rumah
Kelembaban udara di dalam rumah minimal 40-50% dan suhu ruangan yang ideal 20-25
o
C. Hal ini
diperhatikan karena kelembaban di dalam rumah akan mempengaruhi berkembangbiaknya
mikroorganisme termasuk Mycobacterium tuberculosis.Kelembaban di rumah dapat disebabkan
oleh tiga faktor yaitu : kelembaban yang naik dari tanah (rising damp),merembes melalui
dinding, dan bocor melalui atap (roof leaks).
5
Saran
Saya menyarankan agar memulai perbaikan untuk penyakit tuberkulosis paru ini dimulai dari
perbaikan lingkungan , karena di Indonesia sendiri lingkungan kumuh masih banyak sehingga
menyebabkan tingginya prevalensi penderita tuberkulosis paru. Sedini mungkin para petugas
kesehatan memberikan informasi mengenai tuberkulosis dan bahayanya sehingga dapat melakukan
pencegahan agar tidak menjadi wabah. Dan juga saya menyarankan agar vaksin BCG dan tes-tes
yang harusnya dijalani anak-anak usia dini/ balita tetap dilaksanakan karena rendahnya kesadaran
para orang tua akan hidup sehat.








24

Lampiran

















25

Daftar pustaka

1. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
MK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed 5. Jakarta : Interna Publishing; 2009. h.2230-
8
2. Universitas Indonesia (FKUI). Tuberculosis. 2004. Telah diunduh dari http://ui.org/
fk/kuliah/respirasi/tuberculosis.htm. 25 Juni 2013.
3. Aditama TY, Subuh M, Mustikawati DE, Surya A, Basri C, Kamso S. Pedoman nasional
pengendalian tuberkulosis. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2007. h.1-37
4. Pedoman pelaksanaan kerja di puskesmas. Magelang: Podorejo Offset; 2000.h. 120-3.
5. Widoyono. Tuberkulosis Paru. In: Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008. hal: 13-21

Anda mungkin juga menyukai