a. Batu Calcium bilirubinat (batu infeksi) b. Batu pigmen murni (batu non infeksi) Pembentukan batu bilirubin terdiri dari 2 fase : a. Saturasi bilirubin Pada keadaan non infeksi, saturasi bilirubin terjadi karena pemecahan eritrosit yang berlebihan, misalnya pada malaria dan penyakit sickleclukell. Pada keadaan infeksi saturasi bilirubin terjadi karena konversi konjugasi bilirubin menjadi unkojugasi yang sukar larut. Konversi terjadi karena adanya enzim b glukuronidase yang dihasilkan oleh E.Coli. pada keadaan normal cairan empedu mengandung glokaro 1,4 lakton yang menghambat kerja glukoronidase.
b. Pembentukan inti batu pembentukan inti batu selain oleh garam-garam calcium dan sel bisa juga oleh bakteri, bagian dari parasit dan telur cacing. Tatsuo Maki melaporkan bahwa 55% batu pigmen dengan inti telur atau bagian badan dari cacing ascaris lumbricoides. Sedangkan Tung dari Vietnam mendapatkan 70% inti batu adalah dari cacing tambang.
Patofisiologi Umum Batu empedu yang ditemukan pada kandung empedu diklasifikasikan berdasarkan bahan pembentuknya sebagai batu kolesterol, batu pigmen dan batu campuran. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang mengandung>50% kolesterol) atau batu campuran (batu yang mengandung 20-50% kolesterol). Angkan 10% sisanya batu jenis pigmen yang mana mengandung <20% kolesterol. Faktor yang mempengaruhi pembentukan batu antara lain adalah keadaan statis kandung empedu, pengosongan kandung empedu yang tidak sempurna dan konsentrasi kalsium dalam kadnung empedu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang terbentuk didalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin dan fosfolipid membantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bial empedu menjadi bersaturasi tinggi (supersaturated) oleh substansi empedu. Bila empedu menjadi b